Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM KOROSI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015



MODUL : Korosi di Berbagai Larutan
PEMBIMBING : Yunus Tonapa


Oleh :
Kelompok : 1
Nama : 1. Abdul Rozak NIM.121411001
2.Abed Nego NIM.121411002
3. Agin Adwisan NIM.121411003

Kelas : 3A







PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Praktikum : 18 september 2014
Penyerahan : 25 september 2014
(Laporan)
2014

A. Tujuan Percobaan
Mengamati gejala baja yang terjadi di berbagai larutan
Mengukur potensial logam dan pH larutan dalam berbagai larutan
Menghitung laju korosi logam berdasarkan metode kehilangan berat
Menunjukkan kondisi logam setelah direndam beberapa waktu dalam berbagai larutan
pada diagram E-pH.

B. Landasan Teori
Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat
asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan menyebabkan timbulnya aliran-
aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal. Secara garis
besar, korosi ada dua jenis yaitu :korosi Internal yaitu korosi yang terjadi akibat adanya
kandungan CO
2
dan H
2
S pada minyak bumisehingga apabila terjadi kontak dengan air akan
membentuk asam yang merupakan penyebab korosi; dan korosi Eksternal yaitu korosi
yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak
dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara
dari tanah.
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan
terhadap waktu.Laju korosi pada umumnya dihitung menggunakan 2 cara yaitu metode
kehilangan berat dan metode elektrokimia.

Metode kehilangan berat
Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan mengukur
kehilangan atau kekurangan berat akibat korosi yang terjadi.Metode ini menggunakan
jangka waktu penelitian atau pengkorosiansampai mendapatkan jumlah kehilangan berat
akibat korosi yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
digunakan rumus sebagai berikut (Jones, 1992) :
Mpy = (534 w) / (DAT) ------ (3.1)
Keterangan :
mpy = mils per year, w = kehilangan berat, (g), D = densitas (g/cm
3
), A = luas permukaan
spesimen (in
2
), T = waktu pengkorosian (jam)
Metode ini mengukur kembali berat awal dari benda uji (spesimen) selisih berat dari
pada berat awal merupakan nilai kehilangan berat. Selisih berat dikembalikan ke dalam
rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.Perhitungan laju korosi logam
berdasarkan metode kehilangan berat dapat juga digunakan rumus:
Laju korosi (r) = w/A.t, satuan dalam mdd (mg per dm
2
) ---- (3.2)
Atau
Laju korosi (r) = w/(A.t.D) satuan dalam mpy (mils per year) ........ (3.3)
Dengan :
w = selisih berat, A= luas permukaan logam, dan t = waktu pengkorosian, dan D =densitas
Metode ini memerlukan waktu yang lama dan suistinable dapat dijadikan acuan
terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah tersebut)
juga dapat dijadikan referensi untuk perlakuan awal (treatment) yang harus diterapkan pada
daerah dan kondisi tempat objek tersebut.

Kesetimbangan Elektroda dan Persamaan Nernst
Apabila logam besi dicelupkan dalam larutan asam, maka :
Anoda : Fe Fe
2+
+2e
Katoda : 2H
+
+2eH
2

Elektroda kesetimbangan ditentukan oleh besarnya perubahan energy bebas (G)
yang merupakan perbedaan antara keadaan akhir dan keadaan awal, antar produk dan
pereaksi untuk reaksi elektrokimia.Dengan kata lain, energy oksidasi (anodic) = energy
reduksi (katodik), tetapi dengan arah yang (tanda) berlawanan.Untuk reaksi elektrokimia:
Oks +neRed
G reaksi = G
produk
-G
reaktan
atau =G
red
-G
oks


Dalam suatu system elektrokimia pada tekanan dan temperature tetap, energy yang
berhubungan dengan proses adalah perubahan energy bebas, yang dinyatakan dalam G.
Hubungan antara G dengan potensial elektroda dirumuskan sesuai persamaan:
G = -nFE atauG
o
= -nFE
o

Persamaan termodinamika dapat ditulis :
G
o
reaksi = G
o
red - G
o
oks + (RT) ln [ red/oks] atau
= G
o
produk - G
o
reaktan + (RT) ln[ produk/reaktan]
= G
o
+ (RT) ln [produk/reaktan]
Karena E = - G/nF, maka persamaan termodinamika menjadi :
E = Eo (RT)/(nF) ln [red/oks]
Persamaan ini disebut persamaan Nernst :
G = G
o
+RT ln K
nFE = nFEo -RT lnK
E =Eo-[ RT/nF] ln K
Apabila ada reaksi:
A + B C + D
E = Eo - [RT/nF] ln (aC.aD/aA . aB)
E = Eo - [RT/nF] ln (a produk/a reaktan)
( a = aktivitas; a = 1 jika unsur, senyawa, logam dalam kondisi stabil)
Sebagai contoh untuk reaksi :
Fe
2+
+2eFe
E = Eo - (RT/nF) ln a red/a oks
= Eo - (RT/nF) ln a Fe/aFe
2+

Karena aktivitas Fe = 1 maka :
E = Eo-(RT/nF) ln 1/a Fe
2+

E = Eo+( RT/nF) ln a Fe
2+

Apabila konsentrasi Fe
2+
berturut-turut = 1 M,0,1M, 0,01 M dan E
o
Fe=- 0,440 Volt/SHE
maka nilai E sebagai berikut:

E = -0,440+{(1,987)(298)(2,303)(4,184)}/(2)(96500) log a Fe
2+

E = - 0,440 +0,0592/2 log 1
= -0,44 Volt/SHE
E = - 0,440+0,0592/2log 0,01= - 0,4991 Volt/SHE
E = - 0,440 + 0,0592/2 log 0,001 = - 0,52 Volt/SHE
Nilai 0,0592 diperoleh dari (1,987)(298)(2,303)(4,184)/96500
Nilai 4,184 konversi kalori ke Joule
Nilai 2,303 konversi ln menjadi log
Diagram E pH
Diagram ini menampilkan daerah-daerah kestabilan air, daerah-daerah logam akan
imun, terkorosi atau terpasivasi sebagai fungsi dari potensial sel dan pH. Diagram ini
memberikan informasi tentang reaksi anodic dan katodik yang mungkin terjadi dan
kemungkinan proteksi korosi berdasarkan termodinamika. Diagram E-pH (Pourbaix) dibuat
untuk logam murni dan dengan bertambahnya hasil pengukuran besaran termodinamika
paduan, beberapadiagram potensial paduan telah dibuat.
Perhatikan diagram potensial terhadap pH untuk system Fe - H
2
O. Di atas garis (b)
gas oksigen lebih stabil sehingga kenaikan potensial antar muka ke potensial di atas garis
(b) menyebabkan terbentuknya gas O
2
. Sebaliknya penurunan potensial antar muka ke
potensial di bawah garis (a) menyebabkan terjadinya gas H
2
.Persamaan garis (a) dan (b)
dapat diplot dengan menggunakan persamaan reaksi air yang tereduksi maupun air
teroksidasi.Reaksi air tereduksi:
H
2
O+e=1/2H
2
+OH
-

E = Eo+RT(2,303) log a
oks

nF a
red

= Eo + RT(2,303) log
a
H
+

nF
a
H
2

= 0 +2,303RTlog [H
+
]
nF
= 0-2,303 RTpH
nF
Sudah didefinisikan bahwa pH =-log [H
+
], konsentrasi hydrogen yang juga dapat
ditulis[H+] = konsentrasi hydrogen yang juga dapat ditulis C
H
+
jadi [H
+
] = C
H
+
atau
defenisi log CH
+
= -pH dengan demikian diperoleh persamaan:
E =0-(2,303) (298) (1,987) (4,184) pH
(1)(96500)
Potensial standar H
2
= 0 Volt

Jika pH = -2
Maka E=- (0,0592)(-2)
E = 0,1182 Volt
Jika pH = 16
E = -(0,0592)(16)
E = -0,944 Volt
Jadi untuk garis (a) mempunyai persamaan:
E = -0,0592 pH
Dengan menggunakan cara yang sama, maka diperoleh persamaan untuk garis (b)
E = E
o
O
2
- (2,303)(298)(1,987) (4,184) pH
(1)(96500)
E = 1,23 - 0,0592 pH
Jika pH = - 2 diperoleh E = 1,344 Volt
Jika pH = 16 diperoleh E = 0,282 Volt

E ( +) Fe
2+

E = -0,440 Volt

E ( - ) Fe
E = - 0,0592 pH
Jika aktivitas logam semakin menurun (menjadi kecil), maka arah gerak ke bawah
sehingga terbentuk endapan Fe yang stabil, artinya Fe imun atau kebal terhadap korosi.
Kalau bergerak ke atas maka aktivitas logam akan naik. Hal ini akan menyebabkan
terbentuknya ion Fe
2+
sehingga terjadi korosi.Besi (Fe) dalam keadaan ion, unsur maupun
senyawa mempunyai energy bebas standar yang dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Harga energy bebas unsure Fe/senyawanya
Unsur/Senyawanya/Ion G
o
(kal)
Fe
FeO hydrous
Fe
3
O
4
anhydrous
Fe
2
O
3
anhydrous
Fe
2
O
3
hydrous
Fe
++

HFeO
2
-

Fe
+++

FeOH
++

Fe(OH)
2
+

FeO
4
- -

H
2
O
0
-58.880
-242.400
-177.100
-161.930
-20.300
-90.627
-2.530
-55.910
-106.200
-117.685
-56.690

C. Alat dan Bahan
Alat Bahan
o Gelas kimia 250 mL 4 buah
o Elektroda standar (kalomel atau CuSO
4
/Cu)
o pH meter
o Pelat baja
o Avometer
o Pengaduk
o Neraca analitik
o Larutan NaCl 3,56% 200 mL
o Larutan NaOH 2% 200 mL
o Larutan HCl 2% 200 mL
o Larutan K
2
Cr
2
O
7
2% 200 mL
o Aquadest
o Alkohol
o Benang (secukupnya)


D. Prosedur Kerja
Persiapan spesimen (benda kerja)








Persiapan Larutan



Pengukuran

c




Menyiapkan 4 buah pelat baja
Mengampelas semua
pelat baja sampai
bersih dari kotoran
Pickling semua pelat baja
dalam larutan HCl 10%
Mencuci semua pelat
baja sampai bersih
Mencelupkannya dalam
larutan NaOH 10%
selama 5 menit
Mencuci dengan air
mengalir sampai bersih
Menyiapkan 6 buah
gelas kimia
Mengisi gelas kimia pertama dengan 200 mL larutan
NaOH 2%, kedua dengan 200 mL larutan HCl 2%,
ketiga dengan 200 mL larutan NaCl 3,56%, dan
keempat dengan 200 mL larutan K
2
Cr
2
O
7
2%
Mencelupkan masing-masing
pelat baja ke dalam larutan
NaOH, NaCl, HCl, K
2
Cr
2
O
7

Mengukur
potensial logam
Mengamati lagi setelah
30 menit dan mengukur
potensialnya
Setelah lima hari, mengamati
dan mengukur potensialnya
Mencuci semua pelat dalam alcohol
dan mengeringkan menimbang
semua pelat
Mengukur pH larutan
dengan pH meter



E. Data Pengamatan
1. Data Awal
No Larutan Pot/Standar
pH
Larutan
W
1
(g)

Pot/SHE
Pengamatan
Logam Larutan
1 NaOH -0,0502 V 14 8,4 -0,2678 V Abu-Abu Bening
2 NaCl -0,622 V 4 8,25 -0,304 V Abu-Abu Bening
3 HCl -0,571 V 1 8,37 -0,253 V Abu-Abu Bening
4 K
2
CrO
7
99,7 mV 5 8,44 0,417 V Abu-Abu Orange

2. Data t = 30 menit
No Larutan
Pot/Standa
r
pH
Lar.
Pot/S
HE
(V)
Pengamatan
Logam Larutan
1 NaOH -363,4 mV 14 -0,282 Abu-Abu dan
Gelembung
menempel pada
logam
Bening dan muncul
Gelembung
2 NaCl -0,662 V 4 -0,344 Abu-Abu Bening dan muncul
Gelembung
3 HCl -0,537 V 1 -0,219 Abu-Abu Bening dan muncul
Gelembung
4 K
2
CrO
7
4,3 mV 5 0,361 Abu-Abu Orange









3. Data Akhir
No Larutan Pot/Standar
pH
Larutan

Pot/SHE
Pengamatan
w2 (g) Logam Larutan
1 HCl -0.52 1
6.05
-0.202 Hitam
dan
terkorosi
Hitam keruh
dan
bergelembung
2 NaCl -0.62 4
8.23
-0.302 Coklat
dan
terkorosi
Coklat
kekuningan (
keruh )
3 K
2
CrO
7
0.0102 5
8.49
0.3282 Abu -
abu
Tetap ( orange
)
4 NaOH -0.22 14
8.4
0.098 Abu
abu
Tetap ( bening
)

Pengolahan Data
Larutan NaOH
Saat T=0D
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,0502V-(-0,318) V
=-0,2678 V
Saat T=30 menit
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,0363 V-(-0,318) V
=-0,282 V
Saat T=2 hari
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,022V-(-0,318)
=-0,296V


Larutan NaCl
Saat T=0
Ese l= Ekatoda-EAnoda
=-0,622 V-(-0,318)
=-0,304 V
Saat T=30 menit
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,662 V-(-0,318)
=-0,344 V
Saat T=2 hari
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,62V-(-0,318)
=-0,302V

Larutan HCl
Saat T=0
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,571 V-(-0,318)
=-0,253 V
Saat T=30 menit
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,537V-(-0,318)
=-0,219 V
Saat T=2 hari
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,52V-(-0,318)
=-0,202V

Larutan K
2
Cr
2
O
7

Saat T=0
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,0997 V-(-0,318)
=0,417V
Saat T=30 menit
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,043 V-(-0,318)
=0,361 V
Saat T=2 hari
Esel = Ekatoda-EAnoda
=-0,0102V-(-0,318)
=-0,328V
Laju Korosi Baja
Rumus mpy (milis per years)
r=w/(A.t.D)
W=selisih berat
A= luas permukaan logam
T=waktu pengkororsian
No Larutan
pH
Larutan

W2
(g)
W1
(g)
r mils/y A(cm2) t (year) w (g)
D
(gr/cm3)
1 HCl 1 6.05
8,37
2.484989 1.54443E-05 11 0.010798 2.32 7.86
2 NaCl 4 8.23
8,25
0.021422 1.33141E-07 11 0.010798 0.02 7.86
3 K
2
CrO
7
5 8.49
8,44
0.053556 3.32851E-07 11 0.010798 0.05 7.86
4 NaOH 14 8.4
8,4
0 0 11 0.010798 0 7.86
Diagram E- PH

Grafik PH vs Laju Korosi

F. PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
ABED NEGO (121411002)
Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat
asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan menyebabkan timbulnya aliran-aliran
elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal.
Berdasarkan hasil percobaan, logam Fe yang di rendam dalam larutan HCl, larutan
NaOH, larutan NaCl, dan larutan K
2
Cr
2
O
7
yaitu 2.484989 mpy, 0, 0.021422, 0.053556. Nilai laju
korosi pada larutan HCl lebih besar dibandingkan larutan NaOH, NaCl, K
2
Cr
2
O
7
. Hal ini bisa
dilihat pada logam dilarutan HCl yang mengalami korosi dan berwarna hitam. Hal ini terjadi
karena HCl bersifat asam, sehingga terjadi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode,
yaitu :
2H
+
(aq)
+ 2e
-
H
2


Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam
yang teroksidasi, sehingga laju korosi pada permukaan baja semakin besar
Pada larutan K
2
Cr
2
O
7
2%, baja tidak terkorosi, karena berdasarkan diagram E-pH,
K
2
Cr
2
O
7
mendekati daerah katodik protection, yaitu sebagai pelindung katoda, agar tidak terjadi
reaksi korosi. K
2
Cr
2
O
7
banyak digunakan sebagai inhibitor. Cara kerjanya, yaitu K
2
Cr
2
O
7
mengendap pada pH 4,53 , lalu endapannya teradsorpsi oleh permukaan baja, sehingga
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
1.8
2.1
2.4
2.7
1 4 5 14
L
a
j
u

k
o
r
o
s
i

(
m
p
y
)

pH
Grafik pH vs Laju Korosi
membentuk suatu lapisan yang dapat melindungi baja dari korosi. Karena lapisan tersebut berat
baja pada larutan K
2
Cr
2
O
7
mengalami kenaikan dari 8,44 menjadi 8,49 gram.
Pada larutan NaOH 2%, baja tidak terkorosi, karena NaOH merupakan basa kuat dan pH
nya > 7, sehingga sulit terjadi reaksi reduksi dari ion H
+
. Berdasarkan diagram E-pH NaOH
berada di daerah Fe (OH)
3
, pada kondisi ini baja tidak akan terkorosi, karena daerah tersebut
adalah daerah pasif, sehingga baja tidak mengalami korosi.
Pada larutan NaCl 2%, baja mengalami laju korosi yang lambat, karena NaCl adalah
suatu larutan elektrolit sehingga sangat mempengaruhi pada proses terjadinya korosi pada besi.
Selain itu juga, karena pH NaCl < 7, sehingga menyebabkan terjadinya korosi.
Berdasarkan hasil praktikum semakin rendah pH nilai laju korosi semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena pH rendah bersifat asam, sehingga ada reduksi tambahan dari ion H
+
.
Daftar Pustaka
Ngatin,Agustinus. Korosi Logam Baja Karbon Di Berbagai Larutan. Modul praktikum.
Politeknik Negeri bandung
Utomo,Pristiadi..http://ilmuwanmuda.wordpress.com/2010/03/13/analisis-daya-
oksidator-k2cr2o7-kmno4-dan-kbro3-terhadap-ion-fe2-dalam-garam-mohr-dan-ion-sn2-dalam-
garam-sncl2-2h2o-dengan-metode-titrimetri-redoks-konsep-laboratory-based-learning-sebuah-t/.
diakses pada September 2014.

LAMPIRAN



SETELAH 3 HARI

Anda mungkin juga menyukai