Anda di halaman 1dari 14

REPRESENTASI KAPITALISME, RAS, DAN GENDER

DALAM TEKS BERITA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT


EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009

(Studi Analisis Wacana Kritis Sebagai Upaya Pemilihan Bahan Ajar Wacana
di SMA)

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti seminar proposal

oleh

Cecep Dudung Julianto

NIM 06212370

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) GARUT

2009
A. Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi menjadikan teknologi dan informasi berkembang pesat.

Imbasnya, komunikasi menjadi sesuatu yang penting bagi kehidupan masyarakat.

Saat ini, salah satu ciri masyarakat modern ditandai dengan ketergantungan

memperoleh dan menggunakan media komunikasi. Media komunikasi dalam hal

ini yaitu media massa. Media massa berfungsi sebagai pemberi informasi,

pemberi identitas pribadi, sarana integrasi dan interaksi sosial, dan sebagai sarana

hiburan. Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan bahwa pada saat ini media massa

menjadi elemen penting bagi masyarakat modern.

Seiring dengan perkembangannya, media massa, dalam hal ini media cetak

telah menjelma menjadi alat propaganda paling efektif. Melalui berita yang

dikemasnya, media cetak menjadi pengantar untuk mengubah pola pikir

masyarakat. Terlebih saat ini, dengan kemajuan teknologi, jaringan-jaringan

pemberitaan dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Masyarakat dari

berbagai penjuru dunia dapat dengan mudah dipengaruhi oleh arah opini yang

telah dimodifikasi media cetak untuk menjalin relasi antara wacana dan

kekuasaan. Wacana adalah alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi

budaya dan ilmu pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era

post-modern ini, dilaksanakan secara strategis melalui media, baik media cetak

maupun elektronik.

Suatu dominasi atau hegemoni tertentu menggunakan wacana sebagai

‘elemen taktis’ untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat, ini semua terkait

dengan pembangunan sebuah dominasi dan pelestarian kekuasaan. Sebagai


saluran komunikasi politik dan sosial, media berusaha menyampaikan informasi

yang tepat kepada masyarakat. Oleh sebab itu, media ini dituntut untuk

menyampaikan informasi yang netral dan berimbang kepada khalayak pembaca.

Namun, di sisi lain media cetak juga merupakan produsen informasi politik dan

sosial yang harus setia kepada pemilik media yang menaunginya.

Wacana secara sosial didistribusikan ke tengah masyakat dan wacana-

wacana tersebut membawa beragam ideologi, pada akhirnya bertujuan untuk

mempengaruhi masyarakat yang menjadi objek dari proses penyebaran wacana

itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melihat bagaimana iklan-iklan dari

produk pemutih kulit membawa ideologi rasisme, yaitu orang yang putih itu

cantik, baik, sehat, dan bagus, sedangkan kulit tidak putih (coklat, sawo matang,

atau hitam) itu jelek, buruk dan tidak sepantasnya ada seorang wanita berkulit

hitam.

Dari sudut pandang inilah analisis wacana kritis berpendapat bahwa tidak

ada media massa yang sepenuhnya netral. Menyoal itu, Purnomo (2007:2)

menyatakan bahwa media massa berada di bawah kepemilikan perseorangan atau

organisasi, dikelola oleh sekelompok pengelola, dan akhirnya dibaca oleh

sekelompok pembaca tertentu pula. Sejalan dengan itu, Eriyanto (2001:48)

menganggap bahwa media massa bukanlah saluran bebas dan netral. Media justru

dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok

yang tidak dominan.

Hal tersebut di atas dapat dipahami bahwa di setiap proses produksi,

distribusi, dan konsumsi informasi terdapat kepentingan lain yang harus dipenuhi
oleh media massa. Alasan tersebut yang membuat membuatnya menjadi tidak

benar-benar netral atau objektif. Dengan kata lain, media massa sesungguhnya

berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik,

dan fakta yang kompleks serta beragam.

Isi media pada hakikatnya merupakan hasil dari konstruksi realitas dengan

bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa bukan saja berfungsi sebagai alat

merepresentasikan realitas, namun juga dapat menentukan bentuk seperti apa

yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media

cetak mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan

gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstuksikannya. Manakala

konstruk realitas media berbeda dengan realitas yang ada di masyarakat, maka

hakikatnya telah terjadi kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik dapat terwujud

melalui penggunaan bahasa, pengaburan, atau bahkan pengasaran fakta. Militer

tak pernah melakukan pelanggaran hak asasi manusia, melainkan “kesalahan

prosedur”, misalnya.

Dalam teks berita juga terdapat perang ideologi. Ideologi dalam pengertian

ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan merupakan kesadaran palsu yang

di dalamnya terdapat kelompok berkuasa atau dominan menggunakannya untuk

mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Melalui fungsi media massa,

ideologi bekerja dengan membuat hubungan-hubungan sosial tampak nyata,

wajar, dan alamiah sehingga tanpa sadar ideologi tersebut diterima sebagai suatu

kebenaran.
Misalnya, kisah mengenai demonstrasi buruh di Perusahaan Rokok

Gudang Garam, Kediri (Kompas, 12 April 2000). Dalam berita itu ada dua

kelompok yang diberitakan, yakni pengusaha (dominan) dan kelompok buruh

(kelas pekerja/tidak dominan). Dalam berita tersebut disebutkan pemogokan

selama 11 hari yang dilakukan oleh buruh memacetkan produksi, merugikan

bukan hanya perusahaan yang berhenti produksi tetapi juga kehidupan para buruh

dan ekonomi secara keseluruhan di Kediri. Berita tersebut dilengkapi dengan data

mengenai cukai dan pajak yang dibayarkan Gudang Garam kepada negara dengan

jumlah yang besar. Dari uraian semacam ini seakan menyugestikan berapa

kerugian yang harus ditanggung dengan berhentinya produksi Gudang Garam.

Secara kritis, kita bisa menanyakan mengapa yang diuraikan dalam teks

berita tersebut adalah mengenai banyaknya pajak yang dibayarkan oleh Gudang

garam kepada negara? Mengapa bukan rendahnya upah buruh rokok yang selama

bertahun-tahun tidak mengalami peningkatan? Lalu, mengapa dalam berita

tersebut tidak mengupas kehidupan para buruh dan rendahnya upah mereka?

Pemberitaan ini menyiratkan adanya upaya pihak dominan untuk melegitimasi

kekuasaannya dalam hal ideologi kapitalisme.

Untuk memudahkan memahami ideologi yang tersembunyi dalam media

massa, seperti kita harus menganalisisnya. Salah satu cara untuk menganalisis

terkait dengan suatu bahasa adalah dengan analisis wacana. Analisis wacana

menurut Eriyanto adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa.

Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subyek dan lewat

bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam
analisis wacana. Mengingat bahwa setiap tindakan komunikasi senantiasa

mengandung kepentingan, apalagi komunikasi melalui media massa, seperti surat

kabar.

Saat ini pembahasan analisis diskursus atau wacana telah melampaui

pakem-pakem linguistik konvensional, yang hanya berkutat dengan text dan talk

serta tidak melibatkan faktor-faktor sosio-politis dan ideologis. Pengaruh kajian

Post-Structural dan teori kritis terhadap dunia pemikiran telah membentuk

mazhab baru di dunia ilmu pengetahuan yaitu analisis wacana kritis.

Analisis wacana kritis merupakan studi yang mempelajari tentang

dominasi suatu ideologi serta ketidakadilan yang dijalankan melalui wacana.

Pusat perhatiannya adalah watak kajiannya yang bersifat emansipatoris, yakni

berpihak kepada mereka yang terpinggirkan, termarginalkan, atau tidak diberi

kesempatan untuk bersuara baik atas dasar kapitalisme, warna kulit, agama,

gender, atau kelas sosial. Studi ini tidak hanya sekadar menganalisis bahasa dari

aspek kebahasaan, melainkan juga dari aspek penutur, koteks, dan konteks.

Walaupun studi ini relatif baru, analisis wacana kritis sudah banyak

dibicarakan dalam berbagai laporan penelitian, makalah, dan jurnal ilmiah.

Misalnya, Hamdani (2008) meneliti mengenai representasi gender dalam teks

berita dan Risnawati (2006) meneliti berita kriminal terhadap wanita pada

Sumatera Ekspres periode September-Desember 2005. Berdasarkan permasalahan

di atas, melalui skripsi ini penulis akan mencoba untuk mengaplikasikan studi

analisis wacana kritis dengan mengungkap bagaimana representasi wacana dalam

teks berita pada surat kabar membentuk ideologi sosial yang meliputi kapitalisme,
ras, dan gender. Ideologi tersebut nantinya melahirkan pihak dominan dan pihak

tidak dominan (marginal) sehingga apakah nantinya wacana tersebut apakah

cocok untuk dijadikan bahan ajar wacana di SMA. Penulis menuangkannya dalam

judul ”Representasi Kapitalisme, Ras, dan Gender dalam Teks Berita Surat Kabar

Pikiran Rakyat Edisi Oktober-November 2009”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan keterbatasan waktu, biaya, dan pengetahuan, penulis

membatasi penelitian ini sebagai berikut. Pertama, secara substansi penelitian ini

dilakukan terhadap teks berita sebagai wacana yang dikonstruksikan oleh Surat

Kabar ”Pikiran Rakyat” edisi Oktober-Desember 2009. Kedua, secara

metodologis penelitian ini difokuskan pada teks berita yang berkaitan dengan

pemberitaan menyangkut kapitalisme, ras, dan gender yang direpresentasikan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan ditelaah dalam

penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut ini.

a. Bagaimana representasi kapitalisme dalam teks berita pada Surat Kabar

”Pikiran Rakyat” edisi Oktober-November 2009?

b. Bagaimana representasi ras dalam teks berita pada Surat Kabar ”Pikiran

Rakyat” edisi Oktober-November 2009?

c. Bagaimana representasi gender dalam teks berita pada Surat Kabar

”Pikiran Rakyat” edisi Oktober-November 2009?


C. Tujuan penelitian

Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk mengetahui representasi yang ditekankan Surat Kabar ”Pikiran

Rakyat” edisi Oktober-November 2009 dalam mengonstruksikan

pemberitaan mengenai ideologi kapitalisme.

2. Untuk mengetahui representasi yang ditekankan Surat Kabar ”Pikiran

Rakyat” edisi Oktober-November 2009 dalam mengonstruksikan

pemberitaan mengenai ideologi ras.

3. Untuk mengetahui representasi yang ditekankan Surat Kabar ”Pikiran

Rakyat” edisi Oktober-November 2009 dalam mengonstruksikan

pemberitaan mengenai ideologi gender.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoretis

maupun secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam bidang pemikiran dan pengetahuan terhadap

perkembangan ilmu komunikasi, terutama di bidang analisis teks media. Selain

itu, dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana kritis tentang karakteristik

media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan

dengannya.

Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan

sebuah konsep tentang konstruksi realita yang disebarkan oleh media massa (surat

kabar) serta dapat bermanfaat sebagai representasi, pembinaan pengetahuan dan


kepekaan pembaca atau khalayak dalam menganalisis wacana surat kabar secara

kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana bahasa

Indonesia sehingga dapat mengetahui makna dan kepentingan terselubung dalam

upaya melegitimasi kekuasaan perseorangan atau kelompok.

E. Asumsi

Penelitian ini dilakukan berdasarkan anggapan dasar berikut ini.

1. Setiap wacana dalam media massa mengembangkan ideologi penulis atau

pemroduksinya. Hal ini karena teks, pencakaran, dan lainnya adalah bentuk

dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu (Eriyanto,

2001:13).

2. Bias berita terjadi karena media massa tidak berada di ruang vakum. Media

sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai

kepentingan, konflik, dan fakta.

3. Sebuah teks tak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk

memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi. Oleh karena itu, ideologi

“pemilik” suatu media dapat tercermin dari tulisan di media tersebut, baik

berupa berita maupun opini. Hal itu disebabkan media dalam hubungannya

dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena

mediaberfungsi sebagai sarana legitimasi. Inilah yang menjadi objek kajian

analisis wacana kritis pada media massa cetak.


F. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian teks berita ini, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis teks yang berada pada kategori penelitian paradigma kritis. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian analisis wacana kritis.

Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan membuat

gambaran mengenai bias kapitalisme, ras, dan gender dalam teks berita surat

kabar ”Pikiran Rakyat” edisi Oktober-Desember 2009.

Dalam melakukan analisis teks berita, penelitian dari kategori kritis

pertama kali melihat realitas dan hubungan sosial berlangsung dalam suatu

hubungan yang timpang. Media bukanlah saluran yang bebas tempat, semua

kekuatan sosial saling berinteraksi dan berhubungan. Sebaliknya, media hanya

dimilsiki oleh kelompok dominan sehingga mereka lebih mempunyai kesempatan

dan akses untuk mempengaruhi dan memaknai peristiwa berdasarkan pandangan

mereka. Bahkan, media menjadi sarana bagi kelompok dominan untuk

melegitimasi posisi mereka dan meminggirkan posisi kelompok yang tidak

dominan.

Dari segi realitas yang akan diteliti, pandangan kritis sangat bertolak

belakang dengan pandangan positivisme. Pandangan kritis menganggap bahwa

tidak ada realitas yang benar-benar riil dan realitas bukan dibentuk oleh alam,
karena realitas yang muncul sebenarnya adalah realitas semu yang terbentuk

melalui proses sejarah dan kekuatan sosial, politik, dan ekonomi.

Alasan penulis menggunakan metode ini karena metode tersebut penulis

anggap sebagai metode yang paling relevan untuk digunakan dalam penelitian ini.

Di samping itu, dari segi posisi peneliti, analisis kritis menolak pandangan

positivisme yang memandang peneliti sebagai subjek yang netral dan bebas nilai.

Analisis yang sifatnya kritis umumnya beranjak dari pandangan atau nilai tertentu

yang diyakini oleh peneliti. Oleh karena itu, keberpihakan peneliti dan posisi

peneliti atas suatu masalah sangat menentukan bagaimana data atau teks

ditafsirkan.

Selain itu, metode tersebut sesuai dengan sifat dari penelitian yang penulis

lakukan yaitu bersifat menganalisis, menggambarkan atau memaparkan data

kemudian menafsirkan atau merepresentasikan makna tersembunyi yang

mengandung ketidakadilan ideologi sosial. Data tersebut penulis peroleh dari

objek penelitian sekaligus menguraikan aspek-aspek yang dijadikan pusat

perhatian dalam penelitian.

2. Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan teknik analisis wacana kritis.

Analisis wacana kritis bertujuan untuk menghilangkan keyakinan dan gagasan

palsu tentang masyarakat dan mengkritik sistem kekuasaan yang tidak seimbang

dan struktur yang mendominasi dan menindas orang atau kelompok. untuk

menafsirkan makna yang tersembunyi dan mengkritik transformasi hubungan


sosial yang timpang. Dalam hubungan sosial tersebut terjadi ketidakadilan,

terdapat bias ideologi sosial yang meliputi ideologi kapitalisme, ras, dan gender.

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka untuk memperoleh data

yang diperlukan penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data. Pertama,

penulis menggunakan studi kepustakaan sebagai teknik penelitian untuk

mengumpulkan data-data, teori dan informasi yang diperoleh melalui sumber-

sumber tertulis berupa buku yang memuat bahan yang relevan dengan

permasalahan yang dibahas yaitu mengenai analisis teks berita paradigma kritis.

Kedua, penulis menggunakan studi dokumenter sebagai teknik yang

dilakukan untuk menelaah dan mendapatkan teks berita surat kabar Pikiran

Rakyat edisi Oktober-Desember 2009. Ketiga, penulis menggunakan teknik

analisis untuk mengklasifikasikan, menafsirkan, dan menemukan makna suatu

objek ke dalam komponen-komponennya. Teknik penelitian ini

merepresentasikan teks berita yang termasuk bias kapitalisme, ras, dan gender

yang terdapat pada teks berita.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah seluruh judul wacana teks berita yang

mengandung ideologi sosial (bias kapitalisme, ras, dan gender) pada surat kabar

”Pikiran Rakyat” edisi Oktober-Desember 2009, sedangkan sumber datanya

adalah surat kabar ”Pikiran Rakyat”.


H. Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dari hasil analisis surat kabar “Pikiran Rakyat” edisi

Oktober-Desember 2009 tentang teks berita yang mengandung bias kapitalisme,

ras, dan gender. Penganalisisan dilakukan per teks berita yang mengandung bias

tersebut.

Pengolahan data dilakukan beberapa di antaranya: (1) membahas masalah-

masalah sosial, yaitu fokus analisis wacana kritis bukan pada pemahaman bahasa

semata, melainkan juga pada berbagai karakteristik dari proses dan struktur

kultural; (2) mengungkapkan relasi-relasi kekuasaan yang bersifat diskursif yaitu

bahwa fokus wacana ini sama dengan fokus bagaimana kekuasaan dibahasakan;

(3) mengungkap budaya dan masyarakat yang terwujud dalam wacana; (4)

mengidentifikasi ideologi wacana sebagai representasi dan konstruksi masyarakat

yang di dalamnya sering kali terdapat dominasi dan eksploitasi; (5) mengkaji

wacana dalam konteks historisnya dengan melihat ketersambungan dengan

wacana sebelumnya; (6) menggunakan pendekatan sosiokognitif untuk

menjelaskan bagaimana hubungan-hubungan teks dalam masyarakat dijalani

dalam proses produksi dan pemahaman; dan (7) bersifat interpretatif dan

eksplanatif serta menggunakan metodologi yang sistematis untuk menghubungkan

teks dan konteksnya.

Setelah dianalisis, teks berita tersebut kemudian direpresentasikan untuk

mengetahui pertarungan wacana antara kekuatan dalam masyarakat yang selalu

melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau media


I. Batasan Istilah

Untuk memperjelas pengertian istilah yang terdapat dalam penelitian ini, di

bawah ini penulis mengemukakan batasan istilah.

J. Daftar Pustaka

Eriyanto. (2003). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:


PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta.

Hamdani, Agus. (2008). Representasi Gender dalam Teks Berita. Diterbitkan


dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Pendidikan Indonesia, Edisi 2 Oktober 2008.

Hikam, Muhammad. (1996). Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan, anggota


IKAPI.

Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Zaini, Akhmad Abar. (1999). Aliran Empiris dan Kritis dalam Penelitian
Komunikasi Massa. Jurnal ISKI. Bandung: Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai