Anda di halaman 1dari 13

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS

Disusun Oleh :
NAMA : NIKO ZELMA RISANDA
NIM :131440129160060
KELAS : KEPERAWATAN DIII 2B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
JENIS-JENIS CAIRAN IFUS
A. Cairan Kristaloid
1. Normal Saline
a. Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
b. Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
c. Indikasi :
1) Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh
darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul
protein besar ke kompartemen interstisial,
diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke
intertisial karena gradien osmosis. Plasma
expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada
intravaskuler.
2) Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
3) Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan
NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.
4) Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis
tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin
serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
d. Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan
pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema
paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-
paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Dekstrosa
a. Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
b. Kemasan : 100, 250, 500 ml.
c. Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk
keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada
keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari
25 mg/100ml).
d. Kontraindikasi : Hiperglikemia.Adverse Reaction : Injeksi glukosa
hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.


B. Cairan Khusus
1. ASERING
a. Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada
kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik,
dehidrasi berat, trauma.
b. Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
1) Na 130 mEq
2) K 4 mEq
3) Cl 109 mEq
4) Ca 3 mEq
5) Asetat (garam) 28 mEq


c. Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonates
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator
5) Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml
RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral
2. KA-EN MG3
a. Indikasi :
1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas.
2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam).
3) Mensuplai kalium 20 mEq/L.
4) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L.
b. Komposisi :
Tiap liter isi mengandung bahan :
1) sodium klorida 1,75g,
2) potassium klorida 1,5g,
3) sodium laktat 2,24g,
4) anhydrous dekstros 100g.
5) Elektrolit (mEq/L) :
a) Na+ 50,
b) K+ 20,
c) Cl- 50,
d) laktat- 20,
e) glukosa 100 g/L;
f) kcal/L: 400.

3. KA-EN 4A
a. Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi
dan anak
1) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat
diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
2) Tepat digunakan untuk dehidrasi
hipertonik
b. Komposisi (per 1000 ml):
1) Na 30 mEq/L
2) K 0 mEq/L
3) Cl 20 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 40 gr/L
4. KA-EN 4B
a. Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi
dan anak usia kurang 3 tahun
1) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien
sehingga meminimalkan risiko hypokalemia
2) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

b. Komposisi:
1) Na 30 mEq/L
2) K 8 mEq/L
3) Cl 28 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 37,5 gr/
5. Otsu-NS
a. Indikasi:
1) Untuk resusitasi
2) Kehilangan Na > Cl, misal diare
3) Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal,
luka bakar)
b. Mengandung elektrolit mEq/L
1) Na
+
= 154
2) Cl
-
= 15
6. Otsu-RL
a. Indikasi:
1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolic
b. Mengandung elektrolit mEq/L
1) Na
+
= 130
2) Cl
-
= 108.7
3) K
+
= 4
4) Ca
++
= 2.7
5) Laktat = 2

7. MARTOS-10
a. Indikasi:
1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada
penderita diabetic
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi
protein
b. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam.
c. Mengandung 400 kcal/L

8. AMIPAREN
a. Indikasi:
1) Stres metabolik berat
2) Luka bakar
3) Infeksi berat
4) Kwasiokor
5) Pasca operasi
6) Total Parenteral Nutrition
b. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
c. Komposisi
Setiap liter Amiparen isi mengandung
1) L-leucine 14g
2) L-isoleucine 8g
3) L-valine 8g
4) lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g)
5) L-threonine 5,7g
6) L-tryptophan 2g
7) L-methionine 3,9g
8) L-phenylalanine 7g
9) L-cysteine 1g
10) L-tyrosine 0,5g
11) L-arginine 10,5g
12) L-histidine 5g
13) L-alanine 8g
14) L-proline 5g
15) L-serine 3g
16) aminoacetic acid 5,9g
17) L-aspartic acid 30 w/w%
18) total nitrogen 15,7g
19) sodium kurang lebih 2 mEq
20) acetate kira-kira 1220 mEq
21) Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator

9. PAN-AMIN G
a. Indikasi:
1) Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres
metabolik ringan.
2) Nutrisi dini pasca operasi
3) Tifoid
b. Komposisi
Tiap liter infuse mengandung
1) L-arginine HCl 2,7g,
2) L-histidine HCl H2O 1,3g,
3) L-isoleucine 1,8g,
4) L-leucine 4,1g,
5) L-lysine HCl 6,2g,
6) L-methionine 2,4g,
7) L-phenyilalanine 2,9g,
8) L-threonine 1,8g,
9) L-tryptophane 0,6g,
10) L-valine 2g,
11) glycine 3,4g,
12) D-sorbitol 50g
13) air.

10. TUTOFUSIN OPS
a. Komposisi
Per liter :
1) Natrium 100 mEq,
2) Kalium 18 mEq,
3) Kalsium 4 mEq,
4) Magnesium 6 mEg,
5) Klorida 90 mEq,
6) Asetat 38 mEq,
7) Sorbitol 50 gram.
b. Indikasi :
1) Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
2) Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan
pasca operasi
3) Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan
kehilangan cairan intraselular
4) Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
c. Kontraindikasi :
1) Insufisiensi ginjal
2) intoleransi Fruktosa & Sorbitol
3) kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
4) keracunan Metil alkohol.
d. Hati-hati pada :
1) Penyakit ginjal atau jantung
2) Retensi cairan
3) Hipernatremia.
C. Cairan Koloid
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus membran
kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil,
onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak
keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan
dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena
itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama
dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan
untuk menjaga dan meningkatkan tekanan osmose
plasma.
1. Albumin
a. Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang
dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam
jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan
resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
b. Indikasi :
1) Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan
luka bakar.
2) Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).
Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid
yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan
secara bersamaan.
3) Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,
operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi
renal berlebih.
4) Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama,
sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal
impairment dan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan
terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan
organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.
c. Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
d. Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.



2. HES (Hydroxyetyl Starches)
a. Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa,
yaitu amilosa dan amilopektin.
b. Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma
dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
c. Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat
meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini
terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis
moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan
resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada
sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
1) Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan
permeabilitas.
2) Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin
menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
3) Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis
refraktori.
4) HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada
kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :
1) Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES),
yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
2) HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin
pada pasien sepsis dengan hipovolemia.
3) HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF,
pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi
iskemik reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).
4) Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada
pasien dengan sepsis.
d. Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
e. Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran
a. Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa
hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides,
yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
b. Indikasi :
1) Penambah volume plasma pada kondisi trauma,
syok sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral,
dan penyakit vaskuler perifer.
2) Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya
adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan
menghambat agregasi platelet. Pada suatu
penelitian dikemukakan bahwa dextran-40
mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan
HES.
c. Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
d. Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering
dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran
pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang
signifikan.
e. Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin
a. Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen
bovine.
b. Indikasi : Penambah volume plasma dan
mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan
tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin
memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil
dibandingkan HES.
c. Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah
besar kalsium, sehingga harus dihindari pada
keadaan hiperkalsemia.
d. Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan
20.000 pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
e. Contoh : haemacel, gelofusine.

Anda mungkin juga menyukai