PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70 persen dari 250 ribu
kepala
sekolah
di
Indonesia
tidak
kompeten.
Berdasarkan
ketentuan
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Pengembangan Sekolah
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari
salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting, yang harus dimiliki
sekolah untuk dijadikan sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan
di sekolah, baik untuk jangka panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun
pendek (satu tahun).
Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa
depan
sekolah
yang
tepat,
melalui
urutan
pilihan,
dengan
oleh semua pihak warga sekolah untuk mencapai tujuan. Karena dengan
perencanaan strategik, sekolah akan berkembang menjadi organisasi yang maju
dan dapat menjaga kelangsungan eksistensinya di masa-masa yang akan datang.
Sehingga dapat dikatakan tanpa suatu perencanaan, organisasi itu akan
mengalami kegagalan dalam pencapaian apa yang diharapkan.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002),
mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam
Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian implementasi sebagai
aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam
Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman,
2002:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah sistem rekayasa.
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi
bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan
sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi
oleh obyek berikutnya yaitu perencanaan.
Dalam kenyataannya,
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004)
menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu
dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses
dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan
program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode
pengajaran yang diugunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman (2002) menekankan
pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan
pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang
melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber
baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan
hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru. Interaksi antara
pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan program,
pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru
untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses
penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang
implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi
dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program
yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum
desain (dokumentasi).
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan
suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black
pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin
(2006:287) yang dimaksud dengan Kepemimpinan adalah kemampuan
6
meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah
kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sementara
R.
Soekarto
Indrafachrudi
(2006:2)
mengartikan
adalah
kemampuan
yang
dimiliki
seseorang
dalam
mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
2.
Kepala Sekolah
Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu Kepala dan Sekolah kata
kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah
lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat
menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat
diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan
memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: Kepala
sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan
bahwa Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat
untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk
7
memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan
secara
maksimal
untuk
mencapai
tujuan
bersama.
kompetensinya
yang
bertujuan
agar
kualitas
BAB III
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pengembangan Sekolah dan implementasinya
1.
Tujuan PRS
RPS
disusun
dengan
tujuan
untuk:
(1)
menjamin
agar
antar
pelaku
sekolah,
antarsekolah
dan
dinas
pendidikan
siswa,
membawa
perubahan
yang
lebih
baik
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Propinsi
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Kab./Kota
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Propinsi
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Kab./Kota
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Propinsi
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Kab./Kota
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Propinsi
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Kab./Kota
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Propinsi
Rencana
Pengembangan
Pendidikan
Kab./Kota
tentang 20 profil manajer dan pemimpin pendidikan yang yang dibutuhkan saat
ini.
1.
2.
3.
11
5.
6.
12
yang terjangkau oleh organisasi, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu
tinggi.
7.
8.
9.
13
dengan membentuk team work yang kompak dan cerdas, sekaligus dapat
meletakkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi.
10.
keyakinan
bahwa
apa
yang
dilakukannya
dapat
pengetahuan
tentang
perkembangan
pendidikan
bahkan
14
dapat memperhatikan kesehatan mental dan fisik dari seluruh anggota dalam
organisasinya.
12.
13.
Menghargai kreativitas
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sentuhan kreativitas dari
semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya menajer (pemimpin)
yang dituntut untuk berfikir kreatif, tetapi semua orang dalam organisasi
harus ditumbuhkan kreativitasnya. Pemikiran kreatif biasanya berbeda
dengan cara-cara berfikir pada umumnya. Dalam hal ini, manajer
(pemimpin) pendidikan harus dapat mengakomodasi pemikiran-pemikiran
kreatif dari setiap orang dalam organisasi, yang mungkin saja pemikiranpemikiran itu berbeda dengan sudut pandang yang dimilikinya.
14.
16.
17.
Mendorong
pemahaman
yang
mendalam
untuk
banyak orang.
Kegiatan pendidikan menuntut setiap orang dalam organisasi dapat
memahami tujuan, isi dan strategi yang hendak dikembangkan dalam
organisasi. Manajer (pemimpin) pendidikan berkewajiban memastikan
bahwa setiap orang dalam organisasi dapat memahaminya secara jelas,
sehingga setiap orang dapat memamahi peran, tanggung jawab dan
kontribusinya masing-masing dalam organisasi. Selain itu, manajer
(pemimpin) pendidikan harus dapat mengembangkan setiap orang dalam
organisasi
untuk
melakukan
perbuatan
belajar
sehingga
organisasi
20.
Kepala
sekolah
bekerja
dengan
dan
melalui
orang
lain.
Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus
mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang
kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta
dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan
dengan kepentingan sekolah.
sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah
memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang
menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh
Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a) Peranan hubungan antar perseorangan; (b)
Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.
Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat penulis uraikan
sebagai berikut:
a. Peranan hubungan antar perseorangan
19
b. Peranan informasional
karena
kemungkinan
adanya
informasi-informasi
yang
Sebagai
disseminator.
Kepala
sekolah
bertanggungjawab
untuk
20
keprofesionalan
kepemimpinan
kepala
sekolah
seperti
proses
yang
professional
untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan.
Ini
3. Peningkatan disiplin
Dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen
pandidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan
iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan
budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan
tugasnya di sekolah.
4. Pembentukan kelompok diskusi profesi
Kelompok diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan
yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah yang
melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli dalam
memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan.
5. Peningkatan layanan perpustakaan dan penambahan koleksi
Salah satu sarana peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah
tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi
menjadi aksi. Karena akan sangat sulit dapat mengembangkan dan meningkatkan
profesionalisme kepala sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang
memadai.
Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi
manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Strategi ini
dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT) atau kalau dunia bisnis dikenal
dengan nama total quality management (TQM). Yang merupakan usaha sistematis
dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan.
Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala
sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan
(reliability), mampu menajmin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah
yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik
(emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness)
22
BAB IV
PENUTUP
Pada Bab III ini merupakan bab yang terakhir, dimana akan dikemukakan
beberapa kesimpulan dan saran pada hemat kami ada manfaatnya untuk
dikemukakan guna melengkapi penulisan yang sangat sederhana ini, sesuai dengan
kemampuan yang ada pada diri penulis.
Adapun kesimpulan dan saran-saran yang akan dikemukakan disini
berpedoman pada uraian-uraian dari bab-bab yang terdahulu.
Dengan demikian kesimpulan dan saran-saran yang diambil nantinya tidak
akan menyimpang dari pada juul yang disajikan. Oleh karena itu penulis akan
memulai dengan kesimpulan yang kemudian disusul dengan beberapa saran.
A.
Kesimpulan
23
Kepala sekolah merupakan peimipin formal yang tidak bisa diisi oleh
orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan tertentu. Untuk itu kepal
sekolah bertangggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan baik
yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun dalam
mencipatakan iklim sekolah yang kondusif yang menumbuhnkan semangat
tenaga pendidik maupun peserta didik. Dengan kepemimpinan kepala sekolah
inilah, kepala sekolah diharapakan dapat memberikan dorongan serta
memberikan kemudahan untuk kemajuan serta dapat memberikan inspirasi
dalam proses pencapaian tujuan.
Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya
peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan
meningkatkanya prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang
professional akan berfikir untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir
bagaimana suatu perubahan sebagaimana adanya sehingga tidak terlindas oleh
perubahan tersebut. Untuk mewujudkan kepala sekolah yang professional tidak
semudah memabalikkan telapak tangan, semua itu butuh proses yang panjang.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya yang diterapkan dunia pendidikan, sehingga menuntut penguasaan
kepala sekolah secara professional. Untuk itu kepala sekolah dihadapkan pada
tantangan untuk melasnakan pengembangan pendidikan secara terarah dan
berkesinambungan.
Peningkatan profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksankan secara
berkeinambungan dan terncana dengan melihat permaslahan-permasalahan dan
keterbatasan yang ada. Sebab kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan lainnya. Kepala sekolah yang professional akan mengetahui
kabutuhan dunia pendidikan, dengan begitu kepala sekolah akan melakukan
24
B.
Saran-Saran
Peningkatan profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah harus
dilakukan melalui suatu strategi
Melalui strategi perbaikan mutu inilah diharapkan dapat mengatasi
masalah rendahnya pendidikan mutu pendidikan yang mengoptimalkan segala
sumber daya yang terdapat di sekolah.
Upaya peningkatan profesionalisme kepala sekolah merupakan proses
keseluruhan
dan
organisasi
sekolah
serta
harus
dilakukan
secara
25
DAFTAR KEPUSTAKAAN
E. Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo
Maman Ukas. 2004. Manajemen. Bandung: Agini
Muhammad Surya. Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan
Guru.
Miftah Toha, 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.
Sadili Samsudin.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV
Pustaka Setia
26
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Makalah..............................................................................
D. Mamfaat Makalah...........................................................................
2
27
10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................
23
B. Saran Saran.....................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
28