PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Analisa Perhitungan
Analisis kuantitas sampah dengan cara menghitung volume sampah yang diangkut
oleh kendaraan pengangkut sampah setiap hari ke TPA
2.
Analisis Berat
Analisis ini dilakukan dengan menimbang truk yang berisi sampah kemudian
dikurangi dengan berat truk. Selisih berat tersebut merupakan berat sampah yang
dihasilkan
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006).
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan (Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis
(Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau
pemakai semula, sumberdaya yang tidak siap pakai, limbah yang bersifat padat
yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan. (DPU, 1990).
Menurut UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, mengatakan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengolahan khusus.
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, pengertian sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat
padat terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunanyang timbul di kota.
Dari pengertian sampah yang telah disebutkan sebelumnya, sampah yang akan
diteliti pada penelitian ini merupakan hasil aktivitas manusia berupa benda-benda
yang sudah tidak digunakan dan dibuang ke tempat sampah, baik sampah organik
maupun anorganik.
2.2 Sumber-sumber Sampah
Sampah dapat dihasilkan dari berbagai sumber yang memiliki aktivitas yang
berbeda-beda, diantaranya :
1. Sampah dari Rumah Tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan
rumah bekas, kertas kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain
2. Sampah dari Pertanian
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan
sejenisnya. Sampah tersebut dapat diolah menjadi pupuk. Adapun jenis sampah
lainnya adalah sampah plastik berasal dari lembaran plastik penutup tempat
tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat
pertumbuhan gulma, namun pada dasarnya plastik dapat didaur ulang.
3. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti toko, pasar tradisional,
warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan
organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal dari
lembaga pendidikan, kantor, pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas,
alat-alat tulis, toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia
dari laboratorium, dan lain-lain. Sampah yang mnegandung bahan kimia seperti
baterai harus dikumpulkan secara terpisah dan mendapatkan pengolahan khusus
karena tergolong berbahaya dan beracun.
4. Sampah dari Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi dan tergolong sampah
berbahan kimia beracun yang memerlukan pengolahan khusus juga.
2.
3.
4.
Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, faktor musim
sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini, musim yang
dimaksud adalah musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga berarti musim buahbuahan tertentu. Di samping itu, berat sampah juga sangat dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya lainnya. Oleh karenanya, sebaiknya evaluasi timbulan sampah
dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Timbulan sampah dapat diperoleh
dengan sampling (estimasi) berdasarkan standar yang sudah tersedia.
Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat. Jika
digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus
dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena
ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan.
Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai:
1.
2.
Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu
daerah dengan daerah lainnya, dan antara satu negara dengan negara lainnya.
Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain:
1.
2.
Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan
sampahnya
3.
5.
Iklim: di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas akan bertambah
Menurut SNI 19 -3964 -1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka
untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut:
1.
Satuan timbulan sampah kota besar = 2 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 0,5
kg/orang/hari
2.
0,4 kg/orang/hari
Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah
tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut
dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam
berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel,
taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil
porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi sampah nonpermukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlupenyesuaian, seperti contoh di
bawah ini.
2.4 Komposisi Sampah
Pengelompokan berikutnya yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan
komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau %
volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan,
dan lain-lain. Komposisi dan sifat -sifat sampah menggambarkan keanekaragaman
aktivitas manusia.
Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dapat digolongkan sebagai
berikut:
1.
Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun, sampah
Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas,
4.
Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau zat fisis yang berbahaya.
Disamping berasal dari industri atau pabrik-pabrik, sampah jenis ini banyak pula
dihasilkan dari kegiatan kota termasuk dari rumah tangga.
Tabel 2.2 Timbulan Sampah di Beberapa Negara
dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga
dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses
dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi,
atau cara-cara lain seperti sebagai pakan ternak.
Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas bahanbahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Refuse sebaiknya didaur
ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti
pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan lebih
lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,
khususnya bila mengandung plastik. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai
sampah kering, atau sering pula disebut sebagai sampah anorganik.
Di negara beriklim dingin, sampah berupa debu dan abu banyak dihasilkan
sebagai produk hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar untuk pemanas
ruangan, maupun abu hasil pembakaran sampah dari insinerator. Abu debu di
negara tropis seperti Indonesia, banyak berasal dari penyapuan jalan-jalan umum.
Selama tidak mengandung zat beracun, abu tidak terlalu berbahaya terhadap
lingkungan dan masyarakat. Namun, abu yang berukuran <10 m dapat
memasuki saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit pneumoconiosis.
Sampah berbahaya adalah semua sampah yang mengandung bahan beracun bagi
manusia, flora, dan fauna. Sampah ini pada umumnya terdiri atas zat kimia
organik maupun anorganik serta logam log a m berat, yang kebanyakan
merupakan buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya dikelola oleh suatu
badan yang berwenang dan dikeluarkan ke lingkungan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Sampah jenis ini tidak dapat dicampurkan dengan sampah kota
biasa.
Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1.
Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan
cukup tinggi
2.
tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena
membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering
lainnya yang sulit terdegradasi
3.
Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung
4.
mempengaruhi. Negara maju seperti Amer ika tambah banyak yang menggunakan
kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastik sebagai pengemas.
Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang
tepat dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya.
Tambah sederhana pola hidup masyarakatnya, tambah banyak komponen sampah
organik (sisa makanan, dsb). Suatu penelitian (1989) yang dilakukan di beberapa
kota di Jawa Barat menggambarkan hal tersebut dalam skala kota. Tambah besar
dan beraneka ragam aktivitas sebuah kota, maka tambah kecil proporsi sampah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, yang umumnya didominasi sampah
organik. Pemukiman merupakan sumber sampah terbesar dengan komposisi
sampah basah atau sampah organik sebesar 73-78%. Dengan kondisi seperti itu
disertai kelembaban sampah yang tinggi, maka sampah akan sangat cepat
membusuk.
2.
3.
4.
BAB III
METODA PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data primer berupa penyebaran
kuisioner, penelitian lapangan dan analisis laboratorium. Kuisioner digunakan
sebagai informasi tambahan untuk menunjang data primer di lapangan.
Penyebaran kuisioner dilakukan sebelum penelitian lapangan dan disebar secara
merata di tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Mandau. Penelitian lapangan berupa
pengambilan sampel sampah domestik (rumah tangga) untuk mendapatkan data
timbulan sampah, komposisi sampah, faktor pemadatan dan berat jenis sampah.
Berdasarkan SNI 19-3964-1994 sampling dilakukan 8 (delapan) hari berturutturut pada lokasi yang sama dengan lama sampling persampel 24 jam, dan
dilaksanakan dalam 2 (dua) musim tahun pengambilan yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Lokasi pengambilan sampel harus sama dengan lokasi penyebaran
kuisioner agar tidak terjadi penyimpangan data.
Kuisioner yang disebar pada daerah domestik dibagi berdasarkan tingkat
pendapatan yaitu pendapatan tinggi (High Income/HI), pendapatan sedang
(Medium Income/MI) dan pendapatan rendah (Low Income/LI). Sampling
timbulan sampah dilakukan dengan membagikan kantong plastik yang sudah
diberi tanda kepada sumber sampah, kemudian kantong plastik dikumpulkan
sehari berikutnya dan diangkut ke lokasi pengukuran. Untuk komposisi sampah,
pilah sampel berdasarkan komponen sampah yaitu sampah makanan, kertas,
sampah halaman (kayu), kain (tekstil), karet, plastik, logam, kaca (gelas).
Faktor pemadatan yaitu perbandingan antara volume sampah sebelum dan sesudah
pemadatan. Berat jenis sampah didapatkan dari perbandingan antara timbulan
sampah dalam satuan berat dengan timbulan sampah dalam satuan volume.
Analisis laboratorium berupa analisis perkiraaan yang meliputi penentuan
kelembapan (kadar air), kadar volatil dan kadar abu sampah domestik. Sampah
yang dibawa ke laboratorium adalah sampah yang diambil dari setiap komponen
sampah dengan terlebih dahulu mengaduk sampel dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang tertutup rapat. Analisis dilakukan di Laboratorium. Jumlah
sampel rumah tangga (domestik) yang diambil adalah 55 rumah, dengan perincian
10 rumah untuk HI, 40 rumah untuk MI dan 5 rumah untuk LI. Perhitungan
jumlah sampel ini berdasarkan SNI 19-3964-1994 dan persentase tingkat
pendapatan penduduk Kota Bukittinggi didukung oleh data hasil kuisioner.
Persentase tingkat pendapatan HI 16%, MI 78% dan LI 6%. Lokasi penyebaran
sampel tersebar merata di tiap kelurahan di Kecamatan Mandau.
DAFTAR PUSTAKA
TOKOBM70COM. 2014, Sekilas Kota Duri.
http://duririau.com/?SEKILAS_KOTA_DURI, Diakses pada tanggal 8
Juni 2014
Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 2014, Bengkalis Dalam Angka 2013.
http://www.bengkaliskab.go.id/statis-97-Bidang-Lingkungan-Hidup.html,
Diakses pada tanggal 8 juni 2014
Nizral, Chairil. 2014, Sumber-sumber Sampah. http://www.ilmusipil.
com/sumber-sumber-sampah, Diakses pada tanggal 10 Juni 2014
Ruslinda, Yenni dkk. 2012, Studi Timbulan Komposisi dan Karakteristik
Sampah Domestik Kota Bukittinggi. http://lingkungan.ft.unand.
ac.id/images/fileTL/Dampak9-1/1-YNR.pdf, Diakses pada tanggal
20 Mei 2014
Ramandhani, Tri Astuti. 2011, Analisa Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah
Tangga di Kelurahan Mekar Jaya (Depok) Dihubungkan dengan Tingkat
Pendapatan-Pendidikan-Pengetahuan-Sikap-Perilaku
Masyarakat.http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282156-S705Analisis%20timbulan.pdf, Diakses pada tanggal 10 Juni 2014
LAMPIRAN