Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Duri adalah ibukota kecamatan Mandau di Kabupaten Bengkalis, Riau. Duri


berada di lajur Jalan Raya Lintas Sumatera, sekitar 120 km dari Pekanbaru dalam
perjalanan menuju Medan. Duri berbatasan langsung dengan Dumai di utara,
Kecamatan Pinggir di selatan, dan Kecamatan Rantau Kopar di barat. Pada era
Orde Baru, Duri yang merupakan ibukota Kecamatan Mandau ini dipisahkan
dengan beberapa kelurahan di pinggiran kota, seperti Talang Mandi, Titian Antui,
dan Balairaja (yang terkenal dengan Pusat Latihan Gajahnya), yang akhirnya
masuk ke dalam kecamatan pemekaran, yaitu Kecamatan Pinggir, dan hingga saat
ini Kecamatan Mandau sudah menjadi sepuluh kelurahan yakni Kelurahan
Pematang Pudu, Kelurahan Air Jamban, Kelurahan Balik Alam, Kelurahan Batang
Sarosa, Kelurahan Duri Barat, Kelurahan Duri Timur, Kelurahan Balai Makam,
Kelurahan Babussalam, Kelurahan Sebangar, dan Kelurahan Kesumbo Ampai.
Kecamatan Mandau merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat seKabupaten Bengkalis. Dilihat dari data Bengkalis Dalam Angka 2013, tercatat
bahwa dari 530.191 jiwa yang terdiri 273.640 jiwa laki-laki dan 256.551 jiwa
perempuan utntuk penduduk di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2012,
Kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Mandau yaitu
233.394 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 249 jiwa/ km2.
Adanya pertambahan penduduk dan perubahan status sosial ekonomi masyarakat
Kecamatan Mandau akan membawa dampak bertambahnya volume, jenis dan
karakteristik sampah sehingga diperlukan sistem pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan untuk menghindari dampak negatif terhadap masyarakat
dan lingkungan. Untuk itu dalam perencanaan dan pengembangan sistem
pengelolaan sampah suatu kota, diperlukan data timbulan dan komposisi sampah
dari berbagai sumber sampah.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah sistem pengelolaan persampahan di Kecamatan Mandau Duri


sudah berjalan dengan baik hingga ke Tempat Pembuangan Akhir ?
1.2.2 Bagaimanakah pengolahan sampah yang efektif dilakukan sesuai dengan
timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah di Kecamatan Mandau Duri?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui jumlah timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah


domestik di Kecamatan Mandau Duri sebagai acuan untuk sistem pengelolaan
persampahan yang efektif.
1.3.2 Membuat suatu strategi pengelolaan sampah domestik di Kecamatan
Mandau Duri.
1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemerintahan


khususnya Kecamatan Mandau dan warga di Kecamatan Mandau umumnya, serta
menjadi referensi bagi masyarakat luar dalam menentukan pola penanganan
sampah.
Manfaat yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah:
1. Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah dapat digunakan
dalam sistem manajemen sampah khususnya pada penentuan pewadahan dan
pengaturan pola pengangkutan sampah hingga ke Tempat Pembuangan Akhir.
2. Memberikan wawasan kepada pemerintah atau organisasi pengelola sampah
mengenai pentingnya menerapkan sistem pengelolaan sampah yang baik untuk
mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
1.5

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mengetahui timbulan sampah domestik di Kecamatan Mandau, analisa


yang dilakukan diantaranya;
1.

Analisa Perhitungan

Analisis kuantitas sampah dengan cara menghitung volume sampah yang diangkut
oleh kendaraan pengangkut sampah setiap hari ke TPA

2.

Analisis Berat

Analisis ini dilakukan dengan menimbang truk yang berisi sampah kemudian
dikurangi dengan berat truk. Selisih berat tersebut merupakan berat sampah yang
dihasilkan
3.

Analisis Kesetimbangan Material

Analisis ini dilakukan dengan cara menentukan kesetimbangan material di tiap


sumber dan data ini diperlukan untuk mendesain program recycle
Data ini dapat digunakan untuk menentukan dan mendesain jenis atau tipe
peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem pengolahan
persampahan, dan desain TPA.
Dalam menentukan komponen yang terdapat pada buangan padat dan
distribusinya, biasanya dinyatakan dalam persen berat (% berat) yaitu berat basah
atau berat kering. Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan yang diperlukan,
sistem, program dan rencana manajemen persampahan suatu kota.
Karakteristik fisik sampah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah faktor
pemadatan dan berat jenis. Informasi mengenai karakteristik fisik sampah
diperlukan untuk memilih dan menentukan cara pengoperasian setiap peralatan
dan fasilitas lainnya serta perencanaan fasilitas pembuangan akhir, sedangkan
perhitungan untuk karakteristik kimia sampah mencakup perhitungan berat jenis
sampah, kadar air atau kadar kelembaban sampah, kadar volatil sampah, kadar
fixed carbon sampah, kadar abu, dan kandungan energi. Penentuan karakteristik
kimia sampah ini berguna dalam pemilihan sistem pengolahan sampah.
Perhitungan yang juga perlu dilakukan adalah perhitungan faktor pemadatan
(perbandingan volume awal dan volume akhir sampah), kadar air sampah (sebagai
pertimbangan dalam menentukan frekuensi pengumpulan sampah dari sumber ke
TPA), berat jenis sampah (perbandingan berat material sampah dengan unit
volume sampah dengan satuan kg/liter), serta kadar abu dan kadar volatil sampah
domestik (untuk memperkirakan seberapa besar efektifitas pengurangan (reduksi)
sampah dengan menggunakan metoda pembakaran berteknologi tinggi, seperti
insinerator).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006).
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan (Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis
(Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau
pemakai semula, sumberdaya yang tidak siap pakai, limbah yang bersifat padat
yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan. (DPU, 1990).
Menurut UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, mengatakan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengolahan khusus.
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, pengertian sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat
padat terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunanyang timbul di kota.

Dari pengertian sampah yang telah disebutkan sebelumnya, sampah yang akan
diteliti pada penelitian ini merupakan hasil aktivitas manusia berupa benda-benda
yang sudah tidak digunakan dan dibuang ke tempat sampah, baik sampah organik
maupun anorganik.
2.2 Sumber-sumber Sampah
Sampah dapat dihasilkan dari berbagai sumber yang memiliki aktivitas yang
berbeda-beda, diantaranya :
1. Sampah dari Rumah Tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan
rumah bekas, kertas kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain
2. Sampah dari Pertanian
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan
sejenisnya. Sampah tersebut dapat diolah menjadi pupuk. Adapun jenis sampah
lainnya adalah sampah plastik berasal dari lembaran plastik penutup tempat
tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat
pertumbuhan gulma, namun pada dasarnya plastik dapat didaur ulang.
3. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti toko, pasar tradisional,
warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan
organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal dari
lembaga pendidikan, kantor, pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas,
alat-alat tulis, toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia
dari laboratorium, dan lain-lain. Sampah yang mnegandung bahan kimia seperti
baterai harus dikumpulkan secara terpisah dan mendapatkan pengolahan khusus
karena tergolong berbahaya dan beracun.
4. Sampah dari Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi dan tergolong sampah
berbahan kimia beracun yang memerlukan pengolahan khusus juga.

5. Sampah dari Sisa Bangunan dan Kontruksi Gedung


Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa
berupa bahan organik maupun anorganik.
6. Sampah yang Berasal dari Jalan Raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertaskertas, kardus, debu, pasir, sobekan ban, onderdil kendaraan yang jatuh, dan lainlain.
7. Sampah yang Berasal dari Pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis
usaha pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, dan
sebagainya.
8. Sampah yang Berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran ternak,
sisa makanan, bngkai binatang, dan lain-lain.
2.3 Timbulan Sampah
Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal
yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di
suatu wilayah.
Timbulan (kuantitas) sampah merupakan volume sampah atau berat sampah yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (DPU,
2005). Data ini diperlukan dalam menentukan dan mendesain jenis atau tipe
peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem pengolahan
persampahan, dan desain TPA.
Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah:
1. Reduksi di sumber dan recycling
2. Peran serta masyarakat dan peraturan
3. Faktor geografi dan faktor fisik lainnya (musim) spt perbedaan iklim
4. Biasanya dinyatakan dalam satuan:
a. volume (liter/unit/hari), harus dikalikan faktor pemadatan sampah

b. berat (kg/unit/hari), lebih akurat


Pengukuran ilakukan untuk memperoleh timbulan sampah suatu kawasan
domestik :
1. Analisis Perhitungan
Analisis kuantitas sampah dengan cara menghitung volume sampah yang diangkut
oleh kendaraan pengangkut sampah setiap hari ke TPA. Perhitungan:
Volume Sampah/Truk x Jumlah Truk/Hari x Frekuensi
2. Analisis Berat
Analisis ini dilakukan dengan menimbang truk yang berisi sampah kemudian
dikurangi dengan berat truk. Selisih berat tersebut merupakan berat sampah yang
dihasilkan
3. Analisis Kesetimbangan Material
Analisis ini dilakukan dengan cara menentukan kesetimbangan material di tiap
sumber dan data ini diperlukan untuk mendesain program recycle.
Penentuan lokasi sampling dan kategori perumahan berdasarkan:
1. keadaan fisik perumahan
2. pendapatan rata-rata kepala keluarga
3. fasilitas rumah tangga yang ada
Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen
pengelolaan seperti:
1.

Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat

2.

pengumpulan, dan pengangkutan

3.

Perencanaan rute pengangkutan

4.

Fasilitas untuk daur ulang Luas dan jenis TPA.

Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, faktor musim
sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini, musim yang
dimaksud adalah musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga berarti musim buahbuahan tertentu. Di samping itu, berat sampah juga sangat dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya lainnya. Oleh karenanya, sebaiknya evaluasi timbulan sampah

dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Timbulan sampah dapat diperoleh
dengan sampling (estimasi) berdasarkan standar yang sudah tersedia.
Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat. Jika
digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus
dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena
ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan.
Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai:
1.

Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya

2.

Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya.

Di Indonesia umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume


dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi
yang harus diperhitungkan. Sebagai ilustrasi, 10 unit wadah yang berisi air
masing-masing 100 liter, bila air tersebut disatukan dalam wadah yang besar,
maka akan tetap berisi 1000 liter air. Namun 10 unit wadah yang berisi sampah
100 liter, bila sampah tersebut disatukan dalam sebuah wadah, maka volume
sampah akan berkurang karena mengalami kompaksi. Berat sampah akan tetap.
Terdapat faktor kompaksi yaitu densitas.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian sistem
pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah akan merupakan langkah
awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Bagi kota-kota di
negara berkembang, dalam hal mengkaji besaran timbulan sampah, perlu
diperhitungkan adanya faktor pendaurulangan sampah mulai dari sumbernya
sampai di TPA.

Tabel 2.1 Besarnya Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya

Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu
daerah dengan daerah lainnya, dan antara satu negara dengan negara lainnya.
Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain:
1.

Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya

2.

Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan

sampahnya
3.

Musim: di negara Barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum

pada musim panas


4.

Cara hidup dan mobilitas penduduk

5.

Iklim: di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas akan bertambah

pada musim dingin


6.

Cara penanganan makanannya.

Beberapa studi memberikan angka timbulan sampah kota di Indonesia berkisar


antara 2-3 liter/orang/hari dengan densitas 200-300 kg/m3 dan komposisi sampah
organik 70-80%.

Menurut SNI 19 -3964 -1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka
untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut:
1.

Satuan timbulan sampah kota besar = 2 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 0,5

kg/orang/hari
2.

Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 2 L/orang/hari, atau = 0,3

0,4 kg/orang/hari
Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah
tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut
dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam
berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel,
taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil
porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi sampah nonpermukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlupenyesuaian, seperti contoh di
bawah ini.
2.4 Komposisi Sampah
Pengelompokan berikutnya yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan
komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau %
volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan,
dan lain-lain. Komposisi dan sifat -sifat sampah menggambarkan keanekaragaman
aktivitas manusia.
Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dapat digolongkan sebagai
berikut:
1.

Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun, sampah

kebun, sampah pasar, sampah pertanian, dan lain-lain


2.

Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas,

logam, kaca, dan sebagainya


3.

Sampah yang berupa debu dan abu

4.

Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau zat fisis yang berbahaya.

Disamping berasal dari industri atau pabrik-pabrik, sampah jenis ini banyak pula
dihasilkan dari kegiatan kota termasuk dari rumah tangga.
Tabel 2.2 Timbulan Sampah di Beberapa Negara

Tabel 2.4 Timbulan Sampah di Beberapa Kota di Indonesia

Pengertian sampah organik lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum,


untuk menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat
membusuk), terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang membusuk
( garbage ) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas
mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik
dalam pengumpulan, pemerosesan, maupun pengangkutannya. Pembusukan
sampah ini dapat menghasilkan yang berbau tidak enak, seperti ammoniak dan
asam-as m volatil lainnya. Selain itu, dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi,
seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila
tidak ditangani secara baik. Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu

dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga
dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses
dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi,
atau cara-cara lain seperti sebagai pakan ternak.
Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas bahanbahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Refuse sebaiknya didaur
ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti
pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan lebih
lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,
khususnya bila mengandung plastik. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai
sampah kering, atau sering pula disebut sebagai sampah anorganik.
Di negara beriklim dingin, sampah berupa debu dan abu banyak dihasilkan
sebagai produk hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar untuk pemanas
ruangan, maupun abu hasil pembakaran sampah dari insinerator. Abu debu di
negara tropis seperti Indonesia, banyak berasal dari penyapuan jalan-jalan umum.
Selama tidak mengandung zat beracun, abu tidak terlalu berbahaya terhadap
lingkungan dan masyarakat. Namun, abu yang berukuran <10 m dapat
memasuki saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit pneumoconiosis.
Sampah berbahaya adalah semua sampah yang mengandung bahan beracun bagi
manusia, flora, dan fauna. Sampah ini pada umumnya terdiri atas zat kimia
organik maupun anorganik serta logam log a m berat, yang kebanyakan
merupakan buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya dikelola oleh suatu
badan yang berwenang dan dikeluarkan ke lingkungan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Sampah jenis ini tidak dapat dicampurkan dengan sampah kota
biasa.
Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1.

Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan

cukup tinggi
2.

Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin

tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena

membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering
lainnya yang sulit terdegradasi
3.

Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang

berlangsung
4.

Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan

sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dsb


5.

Pendapatan per kapita: Masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan

menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen


6.

Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan

mempengaruhi. Negara maju seperti Amer ika tambah banyak yang menggunakan
kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastik sebagai pengemas.
Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang
tepat dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya.
Tambah sederhana pola hidup masyarakatnya, tambah banyak komponen sampah
organik (sisa makanan, dsb). Suatu penelitian (1989) yang dilakukan di beberapa
kota di Jawa Barat menggambarkan hal tersebut dalam skala kota. Tambah besar
dan beraneka ragam aktivitas sebuah kota, maka tambah kecil proporsi sampah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, yang umumnya didominasi sampah
organik. Pemukiman merupakan sumber sampah terbesar dengan komposisi
sampah basah atau sampah organik sebesar 73-78%. Dengan kondisi seperti itu
disertai kelembaban sampah yang tinggi, maka sampah akan sangat cepat
membusuk.

Tabel 2.4 Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% berat basah)

2.5 Karakteristik Sampah


Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam
penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut
sangat bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah. Kekhasan
sampah dari berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda
memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang
sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negaranegara maju.
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
1. Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar

volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran.


2. Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah
tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
Menurut pengamatan di lapangan, maka densitas sampah akan tergantung pada
sarana pengumpul dan pengangkut yang digunakan, biasanya untuk kebutuhan
desain digunakan angka:
1.

Sampah di wadah sampah rumah: 0,01 0,20 ton/m3

2.

Sampah di gerobak sampah: 0,20 0,35 ton/m3

3.

Sampah di truk terbuka: 0,25 0,40 ton/m 3

4.

Sampah di TPA dengan pemadaran konvensional = 0,50 0,60 ton/m3 .

Informasi mengenai komposisi sampah diperlukan untuk memilih dan


menentukan cara pengoperasian setiap peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya dan
untuk memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali sumberdaya dan energi
dalam sampah, serta untuk perencanaan fasilitas pemerosesan akhir.

BAB III
METODA PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data primer berupa penyebaran
kuisioner, penelitian lapangan dan analisis laboratorium. Kuisioner digunakan
sebagai informasi tambahan untuk menunjang data primer di lapangan.
Penyebaran kuisioner dilakukan sebelum penelitian lapangan dan disebar secara
merata di tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Mandau. Penelitian lapangan berupa
pengambilan sampel sampah domestik (rumah tangga) untuk mendapatkan data
timbulan sampah, komposisi sampah, faktor pemadatan dan berat jenis sampah.
Berdasarkan SNI 19-3964-1994 sampling dilakukan 8 (delapan) hari berturutturut pada lokasi yang sama dengan lama sampling persampel 24 jam, dan
dilaksanakan dalam 2 (dua) musim tahun pengambilan yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Lokasi pengambilan sampel harus sama dengan lokasi penyebaran
kuisioner agar tidak terjadi penyimpangan data.
Kuisioner yang disebar pada daerah domestik dibagi berdasarkan tingkat
pendapatan yaitu pendapatan tinggi (High Income/HI), pendapatan sedang
(Medium Income/MI) dan pendapatan rendah (Low Income/LI). Sampling
timbulan sampah dilakukan dengan membagikan kantong plastik yang sudah
diberi tanda kepada sumber sampah, kemudian kantong plastik dikumpulkan
sehari berikutnya dan diangkut ke lokasi pengukuran. Untuk komposisi sampah,
pilah sampel berdasarkan komponen sampah yaitu sampah makanan, kertas,
sampah halaman (kayu), kain (tekstil), karet, plastik, logam, kaca (gelas).
Faktor pemadatan yaitu perbandingan antara volume sampah sebelum dan sesudah
pemadatan. Berat jenis sampah didapatkan dari perbandingan antara timbulan
sampah dalam satuan berat dengan timbulan sampah dalam satuan volume.
Analisis laboratorium berupa analisis perkiraaan yang meliputi penentuan
kelembapan (kadar air), kadar volatil dan kadar abu sampah domestik. Sampah
yang dibawa ke laboratorium adalah sampah yang diambil dari setiap komponen
sampah dengan terlebih dahulu mengaduk sampel dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang tertutup rapat. Analisis dilakukan di Laboratorium. Jumlah

sampel rumah tangga (domestik) yang diambil adalah 55 rumah, dengan perincian
10 rumah untuk HI, 40 rumah untuk MI dan 5 rumah untuk LI. Perhitungan
jumlah sampel ini berdasarkan SNI 19-3964-1994 dan persentase tingkat
pendapatan penduduk Kota Bukittinggi didukung oleh data hasil kuisioner.
Persentase tingkat pendapatan HI 16%, MI 78% dan LI 6%. Lokasi penyebaran
sampel tersebar merata di tiap kelurahan di Kecamatan Mandau.

DAFTAR PUSTAKA
TOKOBM70COM. 2014, Sekilas Kota Duri.
http://duririau.com/?SEKILAS_KOTA_DURI, Diakses pada tanggal 8
Juni 2014
Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 2014, Bengkalis Dalam Angka 2013.
http://www.bengkaliskab.go.id/statis-97-Bidang-Lingkungan-Hidup.html,
Diakses pada tanggal 8 juni 2014
Nizral, Chairil. 2014, Sumber-sumber Sampah. http://www.ilmusipil.
com/sumber-sumber-sampah, Diakses pada tanggal 10 Juni 2014
Ruslinda, Yenni dkk. 2012, Studi Timbulan Komposisi dan Karakteristik
Sampah Domestik Kota Bukittinggi. http://lingkungan.ft.unand.
ac.id/images/fileTL/Dampak9-1/1-YNR.pdf, Diakses pada tanggal
20 Mei 2014
Ramandhani, Tri Astuti. 2011, Analisa Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah
Tangga di Kelurahan Mekar Jaya (Depok) Dihubungkan dengan Tingkat
Pendapatan-Pendidikan-Pengetahuan-Sikap-Perilaku
Masyarakat.http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282156-S705Analisis%20timbulan.pdf, Diakses pada tanggal 10 Juni 2014

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai