Anda di halaman 1dari 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi

adaptasi hewan air terhadap


lingkungannya
Posted Sat, 09/27/2008 - 21:47

Pengaruh lingkungan terhadap  organisme akuatik

Faktor-faktor lingkungan sering berfluktuasi, baik yang bersifat harian maupun


musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang ekstrim.  Fluktuasi faktor
lingkungan akan mempengaruhi kehidupan organisme, proses-proses fisiologis,
tingkah lakunya dan mortalitas.  Untuk mengurangi pengaruh buruk dari
lingkungannnya maka ikan melakukan adaptasi.  Adaptasi adalah suatu proses
penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap
kondisi baru.

Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki toleransi


dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan. Kemampuan mentolerir
variable lingkungan ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup
sebelumnya. Kisaran ekstrim dari variable lingkungan yang menyebabkan kematian
bagi organisme disebut zone lethal. Kisaran intermedier dimana suatu organisme
masih dapat hidup disebut zone toleransi. Namun demikian posisi dari zone-zone
tersebut dapat berubah selama hidup suatu organisme.

Ikan akan melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk membuat
keadaan stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel lingkungan.  Mekanisme
homeostasis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan pengaturan metabolisme sel,
pengontrolan permeabilitas membran sel dan pembuangan sisa metabolisme.

Suhu ekstrim, perbedaan osmotik yang tinggi, racun, infeksi dan atau stimulasi sosial
dapat menyebabkan stress pada ikan. Jika terjadi stress, maka ikan akan merespon
dengan cara:

1. penurunan volume darah,


2. penurunan jumlah leucosit,
3. penurunan glikogen hati,
4. peningkatan glukosa darah,
5. menyusutnya diameter lambung
6. menipisnya lapisar mukosa
Sedangkan pengaruh lingkungan terhadap organisme dapat dibedakan kepada 5
kategori, yaitu:

1. Lethal factor, yaitu faktorr lingkungan yang merusak sistem integrasi dari
suatu organisme dan dapat menyebabkan kematian.
2. Controlling factor, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas
molekuler pada mata rantai metabolisme.
3. Limiting factor, yaitu faktorr lingkungan mempengaruhi laju metabolisme
tetapi melalui pembatasan penyediaan nutrien atau pembuangan sisa
metabolisme.
4. Maskingfactor, yaitu faktor lingkungan yang merubah atau menghambat
bekerjanya faktor lain (tidak langsung).
5. Directive factor, yaitu faktor lingkungan yang menyebabkan gerakan atau
terganggunya aktivitas suatu organisme.

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan

Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan.  Pada proses


pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi
yang terbuang.  Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju
pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung
tinggi.  Tingkat pengosongan lambung yang tinggi menyebabkan ikan cepat lapar dan
nafsu makannya meningkat.  Jika konsumsi pakan tinggi, nutien yang masuk kedalam
tubuh ikan juga tinggi, dengan demikian ikan memiliki energi yang cukup untuk
pertumbuhan.

Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang terlibat proses
katabolisme dan anabolisme.  Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses
katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa
baru yang dibutuhkan tubuh).  Jika aktifitas enzim metabolisme meningkat maka laju
proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin
tinggi.  Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan
memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan meningkat. 
Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan jumlah energi yang masuk ke dalam
tubuh.  Energi ini akan digunakan untuk proses-proses maintenance dan selanjutnya
digunakan untuk pertumbuhan.

Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan


metabolisme untuk bekerja secara efektif.  Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai
dengan proses pencernaan dan metabolisme yang efektif, akan menghasilkan energi
yang optimal untuk pertumbuhan.
Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga dibawah batas
yang mematikan.  Berdasarkan hukum van’t Hoff, kenaikan suhu sebesar 10°C akan
menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan
pada kondisi normal.   Kebutuhan protein pada ikan untuk mendapatkan pertumbuhan
yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu. Contoh pada suhu 20oC pada ikan
Channel Catfish (Ictalurus punctatus) memperlihatkan pertumbuhan optimum dengan
kadar protein 35 %, sedangkan pada suhu 25oC membutuhkan protein 40%.

Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan


ikan.

Untuk memaksimalkan pertumbuhan dapat dilakukan beberapa pendekatan, yaitu:

a.     Pendekatan sistem

Pertumbuhan adalah merupakan fungsi dari wadah pemeliharaan (W), media


pemeliharaan (M), biota yang dipelihara (B) dan pakan (P).

G = f( W, M, B, P)

Dengan demikian komponen sistem budidaya ikan adalah:

1. Wadah pemeliharaan; wadah pemeliharaan harus disesuaikan dengan


kebutuhan ikan yang akan dipelihara.  Konstruksi kolam harus sesuai dengan
karakteristik biota yang akan dipelihara dan teknik budidaya yang akan
diterapkan.  Pembuatan wadah harus dipertimbangkan topografi lahan,
kesuburan lahan dan porositas.  Lahan yang relatif datar lebih mudah untuk
dibangun daripada lahan yang miring.  Lahan datar memiliki resiko kebocoran
yang kecil dan biaya pembuatannya lebih murah.  Topografi lahan terkait
dengan suhu, dimana semakin tinggi lahan maka suhu udara akan semakin
dingin.  Ketinggian lahan harus disesuaikan dengan suhu optimum biota yang
akan dipelihara.
2. Media hidup, meliputi:  kuantitas air, air harus tersedia dalam jumlah yang
cukup sepanjang tahun, sehingga siklus budidaya tidak terganggu.  Lokasi
budidaya hendaknya dekat dengan sumber air.
3. Kualitas air, meliputi suhu, turbiditas, tss, tds,  salinitas,  oksi-gen terlarut, 
ph,  alkalinitas,  bahan-bahan toksik:  NH3,  NO2,  CO2 bebas,  H2S,   dsb.  
Kualitas air harus berada dalam batas toleransi biota, dengan demikian biota
dapat tumbuh dengan baik.
4. Unsur hara sebagai penopang kesuburan (NO3  PO4,  K, dsb.),
ketersediaan unsur hara sangat berpengaruh terhadap kesuburan perairan. 
Pada perairan yang kaya unsur hara pakan alami dapat tumbuh secara
maksimum, sehingga tersedia pakan yang cukup bagi biota yang dipelihara.
5. Biota yang dipelihara.  Spesies, strain, varietas berhubungan dengan sifat
genetik (potensitumbuh ketahanan terhadap penyakit).
6. Jenis kelamin
7. Ukuran   
8. Kondisl kesehatan
9. Manajemen pemeliharaan
10. Pakan. Ransum harian  (FR), diberikan sesuai dengan kebutuhan biota,
jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan biota. 
Komposisi pakan, pakan harus memiliki kandungan gisi yang cukup baik.
11. Frekuensi  pemberian pakan ukuran pakan.  Pemberian pakan dilakukan
secara kontinyu sesuai dengan laju pengosongan lambung ikan.  Sedangkan
ukuran pakan disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan, demikian juga
warna dan rasa.  Dengan demikian konsumsi pakan dapat dimaksimumkan
sehingga laju pertumbuhannya tinggi.

a.     Pendekatan energetik

Pertumbuhan  terjadi  apabila  terdapat  kelebihan energi, setelah energi yang


dikonsumsi dikurang dengan energi yang digunakan untuk segala kebutuhan hidup
termasuk energi yang hilang, baik lewat feces ataupun urine.

G      =      K - ( F + U + M )

 
Pertumbuhan (G) akan maksimum jika nilai K tinggi dan nilai F, U dan M diturunkan
serendah mungkin.

Cara memaksimumkan nilai K:

1. Menjaga agar kondisi ikan tetap sehat dan selera makannya selalu tinggi
2. Optimalisasi kondisi lingkungan
3. Feeding rate optimal
4. Frekuensi pemberian pakan didasarkan pada kapasitas lambung dan laju
pencernaannya
5. Pemilihan pakan yang cocok (ukuran, bentuk, warna)
6. Penambahan atractant

Cara meminimumkan nilai F:

1. Menjaga agar kondisi ikan tetap sehat


2. Komposisi pakan sesuai dengan stadia dan kategori ikan (herbivor, karnivor)
3. Bahan baku pakan berkualitas baik
4. Ukuran partikel penyusun pakan hendaknya kecil sehingga mudah dihidrolisa
5. Optimalisasi kondisi lingkungan, terutama suhu dan oksigen terlarut.

Cara meminimumkan nilai U:

1. Tingkat protein pakan tidak berlebihan


2. Tingkat energi pakan memadai

Cara meminimumkan nilai M:

1. Pembatasan ruang gerak ikan


2. Pengaturan arus air, sehingga konsumsi energi untuk berenang melawan arus
menjadi kecil

Anda mungkin juga menyukai