Arti penting : Bukti yang mendukung dalam pemilihan cairan intravena berupa
koloid atau kristaloid dalam manajemen syok hipovolemik masih belum jelas.
Tujuan :Untuk menguji apakah penggunaan koloid dibandingkan dengan kristaloid
dalam resusitasi cairan dapat berpengaruh terhadap angka kematian pasien yang
dirawat di ICU dengan syok hipovolemik
Tujuan, latar belakang, partisipan : penelitian multisenter, acak terkontrol
dikelompokkan berdasarkan kasus (sepsis, trauma atau syok hipovolemik tanpa sepsis
maupun trauma) penelitian terapi koloid dibandingkan dengan kristaloid untuk
resusitasi pada penyakit kritis (Cristal) merupakan penelitian terbuka pada februari
2003 dan berakhir pada agustus 2012 dengan 2851 pasien sequential ICU yang terapi
pada 51 ICU di Perancis, Belgia, Afrika Utara, dan Kanada. Pemantauan terakhir
pada November 2012.
Intervensi : Koloid (n=1414, gelatin, dextran, hidroksietil starches, atau albumin 4%
atau 20%) atau kristaloid (n=1443, larutan salin isotonis atau hipertonis atau ringer
laktat). Untuk semua intervensi cairan selain cairan rumatan selama menjalani
perawatan di ICU.
Keluaran Utama dan Pengukuran : Keluaran primer adalah kematian dalam kurun
waktu 20 hari, keluaran sekunder termasuk kematian dalam 90 hari dan masa hiduo
dan tidak menjalani terapi penggantian ginjal, ventilasi mekanik ataupun terapi
vasopressin.
Hasil : Dalam waktu 28 hari terdapat 359 kematian (25,4%) dari kelompok koloid
dan 390 kematian (27%) dari kelompok kristaloid (resiko relative [RR] 0,96 [9,5% Cl
0,88 sampai 1,04]; P: 26). Dalam waktu 90 hari terdapat 434 kematian (30,7%) pada
kelompok koloid dan 492 kematian pada kelompok kristaloid (RR, 0,92 [95% Cl,
0,86 sampai 0,99); P : 0,3). Terapi pengganti ginjal digunakan pada 156 orang
(11,0%) dari kelompok koloid dan 181 orang (12,5%) pada kelompok kristaloid (RR,
0,93[95% Cl, 0,83 sampai 1,03] P: 1,9).
Terdapat pertahanan kehidupan tanpa adanya ventilasi mekanik dalam kelompok
yang menggunakan koloid dibandingkan dengan yang menggunakan kristaloid dalam
7 hari ( rata-rata 2,1 vs 1,8 hari, respektif raeat-rata perbedaan 1,10 [95% Vl, 0,14
sampai 2,06] hari;P :01). Dalam 28 hari (rata-rata 14,6 vs 13,5 hari; rata-rata
perbedaan 1,10 [95 Cl, 0,14 to 2,06]P : 01) dan hidup tanpa terapi vasopressor dalam
7 hari ( rata-rata 5,0 vs 4,5 hari, rata-rata pebedaan 0,30 [95% Cl,-0,03 sampai 0,05]
hari; P : 04) dan dlam 28 hari (rata-rata 16,2 vs 15,2 hari. Perbedaan rata-rata 1,04 %
[95% Cl,-0,04 samoai 2,10 ] hari; P : 03)
Kesimpulan : Diantara pasien-pasien ICU dengan Hipovolemik penggunaan koloid
dibandingkan dengan kristaloid tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan
dalam angka kematian selama 28 hari. Meskipun angka kematian 90 hari lebih rendah
diantara pasien yang menerima koloid, temuan ini perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan yang signifikan
Ribuan pasien dalam unit perawatan intensif ( ICU ) di seluruh dunia diobati
dengan terapi cairan untuk mengembalikan volume darah yang efektif dan
memastikan perfusi organ yang optimal.1,2 Terapi cairan meliputi berbagai macam
produk yang biasanya dikategorikan sebagai kristaloid dan koloid. Meskipun tujuan
penggunaan cairan intravena untuk memperluas ruang intravaskular, cairan juga
berpindah ke ruang ekstravaskuler. Kristaloid dianggap melawan perpindahan itu
melalui tekanan osmotik yang didorong oleh kelarutannya, sedangkan koloid
dirancang untuk memanfaatkan gradien tekanan onkotik untuk efek yang sama.2
Dengan demikian, secara teori, ekspansi volume darah mungkin sebanding dengan
tonisitas zat terlarut atau kekuatan onkotik .
Golongan kristaloid meliputi larutan isotonik hipertonik yang juga
dikategorikan ke dalam nonbuffer (misalnya, saline isotonik) dan larutan berbuffer
(misalnya, Ringer laktat, asetat, maleat ). Golongan koloid meliputi hipoonkotik (
misalnya, gelatin, albumin 4 % atau 5 %) dan larutan hiperonkotik ( misalnya,
dekstran, hydroxyethyl starches, dan albumin 20 % atau 25 %). Pada umumnya,
larutan koloid diperkirakan lebih efisien daripada kristaloid dalam hal jumlah cairan
yang tersisa dalam ruang intravaskular, 2 dan dengan begitu cairan yang dibutuhkan
sedikit ketika menggunakan koloid dibandingkan kristaloid untuk mencapai tujuan
hemodinamik yang sama3,4 Namun, ada efek lain dari cairan tersebut, termasuk
perubahan respon imun untuk penyakit kritis.1,2 Sebagai tambahan, ada kekhawatiran
bahwa hydroxyethyl starches dapat meningkatkan risiko kematian pada acute kidney
injury , 5,6 kebanyakan larutan koloid juga lebih mahal daripada kristaloid .
Dalam studi terbaru dari populasi pasien ICU, pergantian cairan dengan
albumin 5%7 atau dengan hidroksietil starch 6%4 menunjukkan efek yang sama pada
kematian dibandingkan dengan larutan saline isotonik. Meskipun ada saran bahwa
kelompok pasien dengan sepsis berat mungkin bermanfaat memulai resusitasi
Peserta studi
Pasien yang memenuhi syarat adalah dewasa yang dirawat di salah satu dari
57 peserta ICU di Perancis, Belgia, Kanada, Aljazair, dan Tunisia (informasi
tambahan dalam lampiran ), diperoleh
memenuhi syarat. Agar memenuhi syarat, peserta penelitian harus belum menerima
cairan sebelumnya untuk resusitasi selama mereka tinggal ICU dan sekarang
membutuhkan resusitasi cairan untuk hipovolemia akut sebagaimana didefinisikan
oleh kombinasi dari ( 1 ) hipotensi : tekanan sistolik arteri kurang dari 90 mmHg,
tekanan rata-rata arteri kurang dari 60 mmHg, hipotensi ortostatik (yaitu, penurunan
tekanan sistolik arteri paling sedikit 20 mmHg dari posisi telentang ke berbaring
setengah), atau delta tekanan nadi dari 13 % atau lebih tinggi, (2) bukti bahwa
rendahnya tekanan pengisian dan rendahnya indeks jantung dinilai baik secara
invasif atau noninvasif, dan (3) tanda-tanda hipoperfusi jaringan atau hipoksia,
termasuk setidaknya 2 gejala klinis berikut : skor Glasgow Coma Scale kurang dari
12, kulit yang berbintik-bintik, urin yang keluar kurang dari 25 mL / jam, atau
capillary refillin time 3 detik atau lebih, dan tingkat laktat arteri lebih tinggi dari 2
mmol / L, nitrogen urea darah lebih tinggi dari 56 mg / dL, atau fraksi ekskresi
natrium kurang dari 1 %. Alasan untuk eksklusi tedapat pada Gambar 1 dan Tabel 1
pada lampiran.
Pengacakan
Data yang dihasilkan oleh komputer dengan blok permutasi tetap ( n = 4 )
digunakan untuk mengacak pasien pada rasio 1 ke 1. Pengacakan dikelompokkan
oleh pusat dan oleh 3 diagnosis masuk: sepsis10, multipel trauma, atau penyebab lain
dari syok hipovolemik. Alokasi penyembunyian menggunakan penutup menutupi sisi
tempat tidur untuk pengacakan pasien yang memenuhi syarat tanpa penundaan dan
dilakukan tanpa melihat ukuran batas.
Studi Perawatan
Pasien yang memenuhi syarat secara acak dialokasikan untuk resusitasi cairan
dengan kristaloid (kelompok kontrol) atau dengan koloid (kelompok percobaan).
Pada kelompok kristaloid, perawatan yang diperbolehkan termasuk saline isotonik
atau hipertonik dan larutan berbufer yang lainnya. Pada kelompok koloid,
hipoonkotik (misalnya, gelatin, albumin 4 % atau 5 %) dan larutan hiperonkotik
3641 Diekslusi
2305 menerima terapi cairan di unit perawatan intensif
602 memiliki
265 memiliki penyakit liver kronik yang parah
188 memiliki gagal ginjal kronik
93 memiliki reaksi anafilaktik akut
19 memiliki gangguan koagulasi bawaan
18 tidak diresusitasi
15 Hamil
11 memiliki alergi terhadap berbagai obat studi
11 menolak setuju
8 dehidrasi
2 mati otak atau donor organ
89 alasan lain
2857 Diacak
Pengaburan
Pengaburan klinisi untuk intervensi cairan disadari oleh penasehat studi
menjadi tidak sesuai atau tidak layak karena perawatan studi harus tersedia segera
pada resusitasi untuk memastikan penghindaran cairan non studi dalam situasi yang
muncul. Juga, karena interfensi akan diteruskan hingga keluar dari ICU, dan bisa
sangat berubah, tidak ada cara praktik untuk memenuhi tempat dengan suplay
adekuat dari andcouldthus sangat bervariasi ,
Tidak ada cara praktis untuk memenuhi tempat dengan suplay adekuat cairan
yang ditutupi. Bagaimanapun angka kematian akhir dikumpulkan dan dinilai oleh
anggota studi yang tidak tahu terhadap tugas perawatan. Demikian pula, peneliti
utama, sponsor studi, dan anggota data dan dewan pengawas keamanan tetap tidak
tahu dengan intervensi studi sampai semua pasien ditindaklanjuti dan analisis akhir
dilakukan.
Pendataan di Baseline dan Tindak Lanjut
Kami secara sistematis mencatat data demografi dan antropometri, waktu
masuk rumah sakit dan ICU, lokasi pasien sebelum masuk ICU , skor skala disabilitas
11
(SOFA),
15
13
laboratorium standar, dan skor x - ray dada.16 Pasien ditindaklanjuti selama 90 hari.
Hasil studi
Hasil utama adalah kematian pada 28 hari . hasil sekunder termasuk angka
kematian pada 90 hari dan di waktu keluar ICU dan rumah sakit , jumlah hari hidup
dan tidak menerima terapi pengganti ginjal, ventilasi mekanis , atau terapi
vasopressor; hari tanpa kegagalan sitem organ ( misalnya , skor SOFA < 6 ) ; dan hari
tidak di ICU atau rumah sakit .
8
10
volume rata-rata 650 ml (IQR, 500-1000 mL). Kolloid diberikan kepada 585 pasien
pada kelompok koloid untuk volume rata-rata 1000 mL (IQR , 500-2000 ml) dan
untuk 685 pasien dalam kelompok kristaloid untuk volume rata-rata 1.000 mL (IQR,
500-2000 mL). Waktu rata-rata dari masuk ICU hingga pengacakan adalah 0 hari (
IQR, 0-1 hari ) pada kedua kelompok .
Terapi Cairan dan Efek Pengobatan
Volume kumulatif rata-rata cairan ( kecuali untuk terapi mentenens) diberikan
selama 7 hari pertama di ICU 2000 mL ( IQR , 1000-3502 mL ) pada kelompok
koloid vs 3000 mL ( IQR , 500 - 5200mL ) pada kelompok kristaloid ( P < .001 ).
Durasi rata-rata perawatan adalah 2 hari ( IQR , 1 - 3days ) pada kedua kelompok
koloid dan kristaloid ( P = .93 ) . Dosis total dan durasi dari setiap jenis cairan yang
diberikan untuk kedua kelompok tampak pada (Table 3 di Lampiran). Sebanyak 237
pasien pada kelompok kristaloid juga menerima tambahan albumin (Tabel 3 pada
Lampiran). Pada kelompok koloid , pelanggaran protokol termasuk pemberian saline
normal pada 252 pasien ( 17,8 % ) , larutan Ringer laktat pada 88 ( 6,2 % ) , dan
saline hipertonik pada19 ( 1,3 % ). Pada kelompok kristaloid , gelatins secara salah
diberikan pada 24 pasien ( 1,7 % ) dan hydroxyethyl starches pada 69 ( 4,8 % ).
Selama 24 jam pertama mengikuti pengacakan, tekanan darah rata-rata, output
urin, berat, dan nilai x-ray dada tidak berbeda secara signifikan antara 2 kelompok
(Tabel 4 pada Lampiran). Terdapat 377 pasien (26.7%) pada kelompok koloid yang
menerima produk darah setidaknya satu kali selama 7 hari pertama vs 358 (24,8%)
pada kelompok kristaloid (P = .25). Tidak ada bukti dari berbagai perbedaan antara
kelompok untuk jumlah total transfusi produk darah (rata-rata [SD], 223.5 [495]mL
pada kelompok koloid dibandingkan dengan 217.4 [517] mL pada kelompok
kristaloid; P = .75).
12
Outcome
Pada 28 hari, terdapat 359 kematian (25,4%) pada kelompok koloid
dibandingkan 390 kematian (27,0%) pada kelompok kristaloid (RR, 0.96 [95% CI,
0.88-1.04];P=.26)(Gambar 2 dan Tabel 2). Pada 90 hari, terdapat 434 kematian
(30.7%) pada kelompok koloid dibandingkan 493 kematian (34,2%) pada kelompok
kristaloid (RR, 0.92 [95% CI, 0.86-0.99];P=.03)(Gambar 2A pada Lampiran). Tidak
ada bukti melawan proporsionalitas dari efek perawatan dari waktu ke waktu (P=.70;
Gambar 3) atau pada 90 hari (P=.84; Gambar 2B pada Lampiran).
Kelompok kolod
kelompok
kristaloid
(n=14141)
(n=1443)
Usia, rata-rata (IQR)
63 (50-76)
63 (50-75)
880 (62.2)
902 (62.5)
70 (60-81)
70 (61-81)
170 (161-175)
169 (162-175)
674 (48.2)
745 (52.0)
617 (44.1)
575 (40.1)
57 (4.1)
65 (4.5)
50 (3.6)
48 (3.3)
(n = 1399)
(n = 1432)
Medis
991 (70.8)
1040 (72.6)
Bedah emergensi
276 (19.7)
267 (18.6)
Bedah terjadwal
109 (7.8)
Trauma
89 (6.2)
23 (1.6)
36 (2.5)
903 (63.9)
913 (63.3)
429 (30.3)
469 (32.5)
82 (5.8)
61 (4.2)
13
342 (24.5)
375 (26.3)
439 (31.5)
446 (31.3)
323 (23.2)
325 (22.8)
289 (20.8)
278 (19.5)
48 (35-64)
SOFA
Keparahan cedera
50 (36-65)
8 (5-11)
c
8 (5-11)
(n = 79)
(n = 88)
21 (14-27)
22 (14-34)
(n = 1326)
(n = 1353)
11 (3-15)
11 (3-15)
(n = 1337)
(n = 1372)
92 (80-112)
94 (80-113)
(n = 1335)
(n = 1366)
105 (86-123)
105 (88-21)
(n = 1245)
(n =
1259)
40 (20-70)
40 (20-60)
(n = 1151)
(n =
1176)
2.3 (1.3-3.8)
2.4 (1.4-4.5)
526 (37.2)
402
(27.9)
1000 (500-1000)
650
(500-1000)
14
585 (41.4)
685
(47.5)
1000 (500-2000)
1000
(500-2000)
1007 (71.2)
1061
(73.5)
67 (4.7)
73
774 (54.7)
779
85 (6.0)
92
555 (39.3)
572
(5.1)
Trauma
(6.4)
Abreviasi : ICU, Intensive Care Unit; IQR, rentang interkuartil; SAPS II, Simplified
Acute Physiology Score II; SOFA, Sequential Organ Failure Assessemnt.
a
Rentang nilai dari 0 sampai 163 dengan nilai lebih tinggi mengindikasikan disfungsi
organ berat.
Rentang nilai dari 0 sampai 24 dengan nilai lebih tinggi mengindikasikan disfungsi
organ berat.
Rentang nilai dari 0 sampai 75 dengan nilai lebih tinggi mengindikasikan lebih
banyak luka yang berat.
pasien (12.5%; 10.9-14.4%) pada kelompok yang diterapi dengan kristaloid (RR,
0.93 [95% Cl, 0.83-1.03]; P=19). Pada pasien ini, jumlah hari hidup dan tidak
menerima terapi pengganti ginjal tidak berbeda secara signifikan antara kedua
kelompok dalam 7 hari pertama (rata-rata [SD], 4.8 [2.9] hari pada kelompok yang
diterapi dengan koloid vs 4.6 [2.0] hari pada kelompok yang diterapi dengan
kristaloid; P=0.99) atau dalam 28 hari (rata-rata [SD], 13.9 [11.3] hari vs 13.1 [11.4]
hari, secara terpisah; P=0.90). Tidak terdapat perbedaan juga pada skor SOFA antara
kedua kelompok selama 28 hari (lihat Gambar 4 pada bagian Tambahan) atau pada
jumlah hari hidup tanpa kegagalan organ dalam 7 hari (rata-rata [SD], 6.2 [1.8] hari
pada kelompok yang diterapi dengan koloid vs 6.1 [1.8] hari pada kelompok yang
diterapi dengan kristaloid; P=0.31) atau dalam 28 hari (21.4 [10.3] hari vs 20.9
[10.6], secara terpisah; P=0.16).
Tidak terdapat bukti adanya perbedaan antarkelompok untuk jumlah hari
keluar / bebas dari ICU dan rumah sakit (Tabel 2). Terdapat lebih banyak hari hidup
tanpa ventilasi mekanik secara signifikan dalam 7 hari pada kelompok yang diterapi
koloid vs pasien pada kelompok yang diterapi dengan kristaloid (rata-rata [SD], 2.1
[2.4] hari vs1.8 [2.3] hari; P=0.01) dan dalam 28 hari (rata-rata [SD], 14.6 [11.4] hari
vs 13.5 [11.5] hari, secara terpisah; P=0.01). Terdapat juga lebih banyak hari tanpa
terapi vasopresor dalam 7 hari pada pasien dalam kelompok yang diterapi dengan
koloid dibandingkan dengan pasien pada kelompok yang diterapi dengan kristaloid
(rata-rata [SD], 5.0 [3.0] hari vs 4.7 [3.1] hari; P=0.04) dan dalam 28 hari (rata-rata
[SD], 16.2 [11.5] hari vs 15.2 [11.7] hari, secara terpisah; P=0.03).
16
Nilai Pa
390 (27.0)
0.26
434 (30.7)
493 (34.2)
0.03
Di ICU
355 (25.1)
405 (28.1)
0.06
Di Rumah Sakit
426 (30.1)
471 (32.6)
0.07
Koloid
Kristaloid
(n=1414)
(n=1443)
Dalam 28 h
359 (25.4)
Dalam 90 h
Kematian
Rata-rata (SD)
setelahnya
Ventilasi mekanik dalam 7 h pertama
Ventilasi mekanik dalam 28 h
2.1 (2.4)
1.8 (2.3)
0.01
14.6 (11.4)
13.5 (11.5)
0.01
pertama
17
4.8 (2.9)
4.6 (2.9)
0.99
13.9 (11.3)
13.1 (11.4)
0.90
6.2 (1.8)
6.1 (1.8)
0.06 (-0.10
0.31
pertama
Terapi pengganti ginjal dalam 28 h
pertama
Kegagalan organ (skor SOFA<6)
dalam 7 h pertama
0.20)
21.4 (10.3)
20.9 (10.6)
0.6 (-0.4-1.5)
0.16
5.0 (3.0)
4.7 (3.1)
0.30 (-0.03
0.04
dalam 28 h pertama
Terapi vasopresor dalam 7 h pertama
0.50)
Terapi vasopresor dalam 28 h
16.2 (11.5)
1.04 (-0.04
15.2 (11.7)
pertama
0.03
2.10)
8.3 (9.0)
8.1 (9.2)
0.69
11.9 (11.1)
11.6 (11.4)
0.37
pertama
Singkatan: ICU, intensive care unit; RR, risiko relative; SOFA, Sequential Organ Failure
Assessment.
a
untuk poin akhir mortalitas, analisis dilakukan menggunakan tes Mantel-Haenszel yang
terstratifikasi berdasarkan diagnosis masuk (misalnya, sepsis, trauma, atau penyebab lain dari syok
hipovolemik). Jumlah hari hidup dan tanpa menerima ventilasi mekanik, terapi vasopresor, dan
terapi pengganti ginjal dan jumlah hari hidup tanpa kegagalan system organ dibandingkan antara
kelompok acak menggunakan nonparametric Wilcoxon rank sum test.
Kelompok
Jumlah
Kristaloid, Jumlah
HR (95% Cl)
Pasien
Kematian
Pasien
Kematian
Populasi keseluruhan
1414
359
1443
390
0.92 (0.80-1.07)
645
149
1035
275
0.83 (0.68-1.01)
Gelatin vs saline
281
69
1035
275
0.90(0.69-1.17)
Mortalitas 28 h
isotonis
18
645
149
72
22
0.71(0.45-1.11)
Gelatine vs larutan
281
69
72
22
0.78(0.48-1.26)
80
24
1035
275
1.10(0.72-1.68)
Populasi keseluruhan
1414
434
1443
493
0.88(0.77-0.99)
645
181
1035
346
0.79(0.66-0.95)
Gelatin vs saline
281
84
1035
346
0.87(0.68-1.10)
645
181
72
26
0.72(0.48-1.09)
Gelatine vs larutan
281
84
72
26
0.80(0.51-1.24)
80
28
1035
346
1.02(0.69-1.50)
Ringer
Albumin vs saline
isotonis
Mortalitas 90 h
isotonis
Ringer
Albumin vs saline
isotonis
Kelompok
k Koloid
Kristaloid
(n=1414)
(n=1443)
Alasan masuk
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
HR
ICU
Pasien
Kematia
Pasien
Kemati
(95% Cl)
an
555
131
572
152
Sepsis
774
215
779
226
Trauma
85
13
92
12
1414
359
1443
390
Penyebab lain
syok hipovolemik
Semua pasien
19
Kelompok
Jumlah
Kristaloid, Jumlah
HR (95% Cl)
Pasien
Kematian
Pasien
Kematian
Populasi keseluruhan
774
215
779
226
0.95(0.78-1.14)
375
105
557
157
0.97(0.76-1.25)
Gelatin vs saline
152
40
557
157
0.90(0.63-1.27)
375
105
37
12
0.84(0.46-1.53)
Gelatine vs larutan
152
40
37
12
0.77(0.40-1.47)
59
19
557
157
1.16(0.72-1.87)
Populasi keseluruhan
774
252
779
286
0.87(0.73-1.03)
375
120
557
197
0.89(0.71-1.11)
Gelatin vs saline
152
47
557
197
0.84(0.61-1.16)
375
120
37
16
0.71(0.42-1.20)
Gelatine vs larutan
152
47
37
16
0.67(0.38-1.18)
59
22
557
197
1.07(0.69-1.67)
Mortalitas 28 h
isotonis
Ringer
Albumin vs saline
isotonis
Mortalitas 90 h
isotonis
Ringer
Albumin vs saline
isotonis
Singkatan: HES, hydroxyethyl starches; HR, hazard ratio
20
DISKUSI
Pada suatu populasi pasien yang bersifat heterogen yang dirawat di ICU, tidak
terdapat bukti adanya perbedaan dalam mortalitas selama 28 hari antara pasien yang
diresusitasi dengan kristaloid dan pasien yang diresusitasi dengan koloid. Namun,
terdapat lebih sedikit kasus kematian pada hari ke-90 pada pasien yang diberikan
koloid daripada pada pasien yang diberikan kristaloid.
Keikutsertaan sampel ukuran besar yang berasal dari tiga benua (Eropa,
Kanada, dan Afrika Utara), dan dari universitas dan komunitas rumah sakit
memperkuat generalitas dari penelitian CRISTAL ini. Kami memilih untuk
menstratifikasi proses randomisasi berdasarkan diagnosis saat masuk karena baik
risiko kematian dan penanganan klinis dan respon terhadap terapi cairan dapat
berbeda pada pasien dengan sepsis, trauma multiple, atau syok hipovolemik (tanpa
sepsis dan non-hemoragik).19
Proses randomisasi dari daftar dengan menggunakan computer yang
menggunakan blok permutasi dengan alokasi kerahasiaan (allocation concealment)
meminimalisir risiko bias dalam pemilihan. Tidak adanya kehilangan pemantauan
tanda vital hingga 90 hari setelah proses randomisasi dan proporsi pergantian antara
kelompok kontrol dan subjek penelitian yang terbatas meminimalkan risiko bias
dalam penurunan jumlah partisipan selama penelitian.
Ketersediaan surat persetujuan untuk informed consent dan penanganan pada
saat rawat inap meminimalkan penundaan dimulainya penelitian dan mencegah
pemberian terapi cairan yang tidak termasuk dalam penelitian. Sebenarnya, selain
cairan pemeliharaan, tidak ada cairan yang diberikan di ICU sebelum dilakukan
proses randomisasi.
Oleh karena itu, populasi pada penelitian ini berbeda dari populasi pada
penelitian-penelitian sebelumnya3,4,20 berkaitan dengan pemberian cairannya pada
pasien ICU dimana pada penelitian tersebut hanya berfokus pada pasien yang
memberikan gejala hipotensi dan asidosis laktat. Perbedaan pada status hemodinamik
pasien ini pada saat proses randomisasi setidaknya akan ikut berpengaruh terhadap
21
dianggap masih dalam tahap penelitian hingga adanya penelitian yang berfokus pada
masalah ini lagi.
Pada kelompok yang diterapi dengan kristaloid, sekitar 86% pasien
diresusitasi dengan larutan garam isotonis dan sekitar 17% dengan larutan yang telah
mengalami reaksi asam-basa konjugasi (buffer). Pada kelompok yang diterapi dengan
koloid, sekitar 70% pasien menerima hydroxyethyl starch dan sekitar 35% menerima
gelatine. Hal ini sesuai dengan praktis rutin pada Negara-negara yang ikut
berpartisipasi.21 Pasien dalam kelompok yang diterapi dengan kristaloid menerima
jumlah cairan yang lebih banyak secara signifikan untuk mencapai target
hemodinamik yang sama dibandingkan dengan pasien pada kelompok yang
mendapatkan koloid, yang merupakan hal yang dudah dapat diprediksi.2,3,9
Resusitasi dengan koloid dikaitkan dengan penghentian penggunaan alat
bantu hidup yang lebih cepat seperti yang ditunjukkan dengan lebih banyak hari
pasien hidup tanpa ventilasi mekanik atau terapi vasopresor. Pada penelitian ini, tidak
terdapat bukti bahwa koloid berkaitan dengan peningkatan risiko untuk terapi
pengganti ginjal. Penemuan ini berlawanan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yang menunjukkan peningkatan insidens akan gangguan ginjal akut yang terjadi
setelah pemberian hydroxyethyl starch.3-6,20
Terdapat tiga penjelasan yang potensial terhadap ketidaksesuaian ini. Pertama,
dosis keseluruhan larutan starch pada penelitian yang sekarang ini tidak pernah
melebihi dosis yang direkomendasikan oleh badan pengatur, dan kami mengeksklusi
pasien dengan gagal ginjal krinik yang berat. Kedua, penggunaan koloid berkaitan
dengan penurunan yang signifikan dari kegagalan kardiovaskular dan pernafasan,
seperti yang ditunjukkan dengan penurunan kebutuhan akan terapi vasopresor dan
ventilasi mekanik yang kemungkinan mempengaruhi proteksi ginjal. Ketiga,
kebanyakan pasien pada kelompok yang diterapi dengan kristaloid mendapatkan
larutan yang kaya akan klorida (misalnya, normal saline) yang dapat meningkatkan
risiko gangguan ginjal dibandingkan dengan terapi cairan dengan klorida yang
terbatas.22
23
Keterbatasan Penelitian
Penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan, meliputi penggunaan cairan
yang diketahui jenisnya oleh peneliti (open-labeled) dan waktu pengambilan sampel
selama sembilan tahun. Kami sengaja memilih untuk membandingkan dua strategi
penanganan (misalnya, terapi cairan dengan kristaloid dibandingkan koloid)
dibandingkan dengan membandingkan dua molekul karena terapi cairan merupakan
pencerminan yang lebih tepat dalam praktis rutin pada kebanyakan Negara. Oleh
karena itu, pada penelitian acak pragmatis ini, peneliti menggunakan larutan cairan
yang tersedia di bagian rawat inap di institusi mereka. Luasnya jenis obat dalam tiap
kelas, dan jumlah cairan keseluruhan yang tidak dapat diprediksi yang akan diberikan
selama keseluruhan rawat inap di ICU, menyebabkan persiapan penanganan secara
buta (blinded treatment) untuk penelitian menjadi tidak realistis. Sebagai tambahan,
kesesuaian hasil primer (misalnya, mortalitas) dan pencatatannya oleh pengawas
dengan metode blinded meminimalkan risiko bias dalam proses pengolahan data.
Kebutuhan akan terapi pengganti ginjal kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan
mengenai pemberian obat penelitian oleh tenaga medis. Namun. Hal ini cenderung
akan menyebabkan peningkatan penggunaan terapi pengganti ginjal pada pasien yang
diterapi dengan koloid. Sebagai tambahan, penyesuaian efek terapi berdasarkan
tanggal masuk tidak mengubah perkiraan.
Kesimpulan
Diantara pasien ICU dengan hipovolemia, penggunaan koloid dibandingkan
dengan kristaloid tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada mortalitas hari
ke-28. Walaupun mortalitas pada hari ke-90 lebih rendah pada pasien yang diberikan
koloid, penemuan ini sebaiknya dianggap masih dalam tahap penelitian dan
memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum mendapatkan kesimpulan mengenai
efektivitasnya.
24
25