Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak ada/ terkurangi
Metode ergonomi
Beberapa metode dalam artikel ergonomi dari departemen kesehatan RI, dalam
menilai ergonomis atau tidaknya suatu lingkungan kerja, yaitu:
Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonmik checklist dan pengukuran lingkungan
kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
Treatment, pemecahan masalah ergonomic akan tergantung data dasar pada saat diagnosis.
Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela
yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak,
absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Pendekatan aplikasi egonomi
Conceptual/ system ergonomics (pada saat perencanaan): Ergonomi sangat tepat untuk
diterapkan sebagai bagian dari perencanaan menyeluruh. To fit the job to the man.
Maksud upaya pertama kali yang harus dilakukan adalah menyesuaikan pekerjaan
Ergonomi fisik
Ergonomi fisik membahas mengenai antropometri, lingkungan fisik di tempat kerja,
dan biomekanik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: posisi tubuh
(duduk, berdiri), posisi tubuh pada saat mengangkat, menjinjing beban.
a.
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh
akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan
secara luas dalam hal: perancangan area kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan
produk konsumtif, perancangan lingkungan kerja fisik. Data ini akan menentukan bentuk,
ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia
yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut.
Antropometri merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang berhubungan dengan
dimensi tubuh manusia yang meliputi bentuk, ukuran dan kekuatan dan penerapannya untuk
kebutuhan perancangan fasilitas aktivitas manusia. Data antropometri sangat diperlukan
untuk perancangan peralatan dan lingkungan kerja. Kenyamanan menggunakan alat
bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka
dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah,
nyeri, pusing.
b.
Setiap manusia mempunyai bentuk yang berbeda-beda, seperti: tinggi-pendek, kurusgemuk, tuamuda, normal-cacat.
memperkirakan posisi tubuh yang baik dalam bekerja. Pengukuran dimensi struktur tubuh
(pengukuran dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat
duduk/ berdiri, ukuran kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/ duduk, panjang lengan. Hal
ini dapat dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya fatigue/ kelelahan pada pekerja pada
saat melakukan pekerjaanya.
c.
Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk perlu
pertimbangan sbb:
Jika memungkinakan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik
Ketinggian landasan dan tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang berlebihan
Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari
bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun
d.
Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.
Pekerjaan ringan, tinggi landasan adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri.
Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku
berdiri.
e.
f.
punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
Laki-laki dewasa 40 kg
g.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan beberapa bahaya potensial
dalam proses produksi di PT.B, salah satunya adalah faktor ergonomi. Faktor
ergonomi yang dimaksud yaitu sikap pekerja terutama pada bagian pengepakan barang.
Pada
perusahaan
ini
terdapat
ketidaksesuaian
dengan
prinsip
ergonomi.
ketidaksesuaian bagian tubuh saat bekerja yang diamati antara lain leher, punggung, lengan
, serta kaki,dimana sikap kerja lebih banyak menggunakan tubuh bagian atas, yang
mengakibatkaninteraksi yang tidak proporsional.
Untuk
permasalahan
dimensi
anatomi
tubuh
digunakan.
Dimensi
tubuh
seperti
panjang lengan, tangan, bahu, kaki dan bagian tubuh lain adalah penting di
tinggi postur,
dalam
sistem
rancangan kerja.
Solusi dari permasalahan ini biasanya adalah melalui penyesuaian sistem rancangan
dengan penyesuaian ukuran dengan penggunaannya. Pergerakan atau aktivitas dari
tubuh
manusia
adalah
masalah
koordinasi
dari
sistem
kerja.
Pekerjaan
yang
tegangan otot,tulang, saraf dan cepat lelah sehingga berdampak buruk pada kinerja
perusahaan.
Bagian
Ergonomi
Pengepakan
barang
secara manual
(posisi 89)
banyak
menggunakan
tubuh
bagian
atas,
yang
Penatalaksanaan
1. Tinggi dataran duduk yang diatur sesuai papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut,
sedangkan paha dalam keadaan datar.
2. Harus mempunyai sandaran tempat duduk yang menekan punggung
3. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
1. Duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta bokong menyentuh
belakang kursi.
2. Seluruh lengkung tulang belakang harus terdapat selama duduk.Caranya, duduklah di
ujung
kursi
dan
bungkukan
badan
terbentuk huruf C. Setelah itu, tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa
mungkin.
seolah
3. Duduklah
dengan
lutut
tetap
setinggi
atau
sedikit
lebihtinggi panggul *gunakan penyangga kaki bila perlu dan sebaiknya kedua tungkai
tidak saling menyilang.
4. Selama duduk, istirahatkan siku atau lengan pada kursi atau meja, jaga bahu tetap
rileks.
5. Bila
berdiri
dari
posisi
duduk,
kedepan
pinggang,
segera
Pekerjaan duduk sedapat mungkin diubah menjadi pekerjaan duduk. Jika tidak
memungkinkan kepada pekerja, diberi kesempatan berdiri beberapa saat.
Gerakan yang kontinu dapat disiasati dengan pemberian papan penyokong pada
sikap lengan yang melelahkan.
Kesimpulan
Masih banyak ditemukan pada sistem kerja manual terutama pada
jenis pekerjaan pengekapan kertas yang belum memperhatikan dan memenuhi persyaratan
ergonomi kerja, dimana peranan ergonomi sebagai suatu langkah yang perlu dilakukan guna
menghasilkan peralatan maupun metode yang sesuai dengan tubuh manusia sebagai pemakai.
Sikap kerja pada pekerja pengekapan barang secara manual yang tidak memenuhi
persyaratan kerja dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ketegangan otot, tulang, saraf
dan meningkatkan tingkat kelelahan kerja karena bertambahnya konsumsi energi kerja.
Saran
Usaha perawatan & perlindungan harus dilakukan secara terpadu untuk meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
Diperlukan tempat duduk yang memiliki sandaran & bantalan serta ketinggiannya
disesuaikan dengan TB pekerja
Edukasi para pekerja agar bekerja pada posisi pada sikap duduk dan berdiri
bergantian.
Daftar pustaka
1. Napitupulu N. Gambaran Penerapan Ergonomi. Jakarta: FKM UI; 2009.h.5-13.
2. FK Universitas sebelas maret Surakarta. Pengaruh sikap duduk pada kursi kerja yang
tidak
ergonomis.
2010.
Diunduh
http://eprints.uns.ac.id/6708/1/143641308201003121.pdf
2014.
dari