PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri
tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir
dengan bunuh diri.1
Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan
kognitif berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive
disorder (MDD) yang berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional.
Satu dari tujuh orang akan menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa
tidak terdiagnosis kecuali dengan kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak
hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi kesehatan mental juga harus dapat
mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD dengan penyakit medis
lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter, ataupun internis
atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis
lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada
pasien.1
BAB II
DEPRESI
I.
DEFENISI
Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi
sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub
(arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan
dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan
kognitif. Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan
emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini,
perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa siasia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun. 2,3
Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima
atau lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada
gangguan mood, atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode
depresi berat menurut kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem
yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif
(seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu
(seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang
signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau
gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa
besar.2,4,5
II.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi dari MDD adalah 1,6-3,1 kali lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan insiden yang besar di
Amerika dan Eropa Barat. Episode depresi meningkat karena perbedaan hormonal
pada saat haid dan menopause, stress psikososial, dan kelahiran anak.1,5
Berdasarkan usia, Populasi dunia 18-64 tahun, onset depresi antara 24-35
tahun dengan rata-rata usia 27 tahun. Terdapat beberapa perkembangan yang
menyatakan bahwa usia yang lebih muda onset depresi meningkat. Sebagai
contoh, 40% individu dengan depresi memiliki episode depresi pertama kali pada
usia 20 tahun, 50 % episode pertama antara usia 20 sampai 50 tahun, dan 10%
setelah usia 50 tahun.1,5
III. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu
diasumsikan oleh banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa
sindrom yang ada dengan gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis,
dan sosial berkaitan dengan MDD, tetapi penemuan terbaru menyatakan genetic,
gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah menjelaskan beberapa
hubungan dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari kehidupan
pada proses genetic dan neurobiology.1,2,5
Genetik
Penemuan keluarga, kembar, dan adaptasi
Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga
kali lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengn MDD, dengan
onset umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar. Studi
adopsi, kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh
lebih mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan dengan orang
tua asuh untuk menderita depresi. Studi anak kembar yang membandingkan
kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari
pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit. Perkiraan dari studi anak kembar
kapasitas depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang
jenis kelamin. hasil yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar
genetik untuk MDD.1
3
Neurobiologi
Monoamin
Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi
selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja
antidepresan, hipotesis ini menyatakan bahwa depresi merupkan hasil dari defisit
serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi norepinefrin pada sinaps.
Antidepresan bertindak dengan menghalangi transpor serotonin (SERT), yang
meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Namun, teori
ini tidak sesuai dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena kenaikan
neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan kembali. Studi
tryptophan deplesi dan katekolamin juga belum menghasilkan bukti untuk defisit
sederhana di tingkat neurotransmitter atau fungsi pada MDD.1,2,5
Axis hipotalamus-hipofisis-adrenal
Perubahan dalam sumbu hipothalamic-hipofisis-adrenal telah lama diakui
dikaitkan dengan MDD. Efek stes biologis dimediasi oleh sekresi faktor pelepasan
kortikotropin /
hormon (CRF /
hormon
hipotalamus
hipofisis
adrenal
dan
MDD
dikaitkan
dengan
immunoreactivity CRF meningkat dan ekspresi gen dari CRF dalam nukleus
hipotalamus paraventrikular, dan turun-regulasi reseptor CRF-R1 di korteks
frontal. sekresi glukokortikoid lama menyebabkan efek neurotoksik, terutama
pada neurogenesis di hippocampus1
Tidur
Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur
utama dari depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa studi biologi telah
Neuropsikologi
Kognitif dan Daya Ingat
Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya
ingat, terutama pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar.
Sebagai tambahan, ada beberapa defisit ingatan dalam jangka panjang
dan
pengambilan daya ingat yang diucapkan, dan fungsi kognitif khusus seperti
pemilihan strategi dan pemantauan performa.1
Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur
neuron dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan
ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan
episode yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.1
Lingkungan dan kejadian kehidupan
Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada
episode depresi pertama atau kedua. Pengalaman masa kanak yang berat seperti
kekerasan pada anak, kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk
adalah stres yang paling umum yang terjadi pada pasien depresi. Peningkatan
bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma dapat mengakibatkan gangguan
sistem biologik pada depresi.1,2,5
Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian
saat hidup dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres
tidak terdapat resiko dalam menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor
genetik yang rendah., tetapi kejadian saat hidup dapat meningkatkan resiko
depresi dengan adanya peningkatan faktor genetik pada depresi.1
IV. GEJALA
Mood yang rendah. Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya
dengan mood yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi
berbeda secara kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas
normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya. Beberapa
menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin menangis, lainnya
memperlihatkan respon emosional yang buruk.1
Minat. Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada
merupakan
salah
satu
tanda
penting
pada
depresi.
Anhedonia
juga
malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam
hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai.
Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang
umum terjadi pada pasien depresi.1
Tenaga. Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti
sulit untuk memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik,
dan bisa berhubungan dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang
berat, aktivitas rutin seperti kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan
terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang
dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini
atau mereka seperti berjalan di air.1
Rasa bersalah. Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal
yang umum dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi
sering salah menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung
jawab kejadian negative diluar kemampuan mereka, ini dapat menjadi suatu porsi
delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai dan rasa bersalah yang
muncul kembali.1
Konsentrasi. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah
hal yang sering dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya
menyebabkan permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan
kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia onset dini.1
Nafsu makan/berat badan. Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam
makan akan menyebabkan kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa
pasien harus memaksa dirinya sendiri untuk makan. Bagaimanapun, pasien
lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika depresi, atau perlakuan
sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi, berkurangnya
aktifitas dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom
metabolic. Perubahan berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan
harga diri.1
7
V.
DIAGNOSIS
DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan
depresi mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang
tidak terklasifikasikan.1
MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi
mayor (Kotak 2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada
pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun
durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga
harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement
dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5
Episode depresi berdasarkan ICD-10 6
Kriteria Umum
1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk
episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu
3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik
Gejala Utama
1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir
untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak
responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu
2. Kehilangan
minat
atau
kesenangan
dalam
aktivitas
yang biasanya
menyenangkan
3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat
Gejala Lainnya
1. Kehilangan percaya diri atau harga diri
2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak
tepat
3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri
2.
Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3.
Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan
atau peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anakanak, berat badan yang tidak naik
4.
5.
Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang
lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan
atau lamban)
6.
7.
8.
9.
Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang
tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
10
MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita
atau saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi
mayor dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga
memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi
dan derajat keparahan.1
Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan
pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan
maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan
prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa
kunci-kuncinya.1
Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6
Sub tipe
Spesifikasi DSM-IV-
Kunci
TR
Depresi melankolis
Dengan
melankolis
gambaran Mood
nonreaktif,
anhedonia,
kehilangan
dan
retardasi
Dengan
atipikal
gambaran Mood
banyak
reaktif,
terlalu
tidur,
makan
11
sensitive
pada
penolakan interpersonal
Depresi
psikotik Dengan
(waham)
psikotik
Depresi katatonik
Dengan
gambaran Katalepsi,
katatonik
katatonik,
negativism,
mutisme,
mannerism,
echolalia,
echopraxia
(tidak
lazim
Gambaran kronis
Gangguan
afektif Musiman
musiman
pada
saat
Postpartum
12
Kriteria DSM-IV-TR
Kriteria ICD-10
1. 2 gejala tipikal
depresi
Ringan
2. 2 gejala inti
lainnya
pekerjaan
Sedang
1. 2 gejala tipikal
2. 3 atau lebih gejala
inti lainnya
1. 3 gejala tipikal
2. 4 atau lebih gejala
inti lainnya
psikotik
psikotik
13
Gejala
Bereavement
Episode depresi
mayor
Waktu
pantas
Ide bunuh diri
Tidak ada
Kebanyakan ada
Tidak ada
Mungkin ada
Perubahan psikomotor
Agitasi ringan
Melambat
Gangguan fungsi
Ringan
Sedang Berat
2.
khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis
utama sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi
pasien dengan penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan
pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama
banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes,
penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple
sklerosis).1
3.
gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus
dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari
14
adanya
suatu
pengalahgunaan,
ketergantungan,
Alcohol
Amfetamin
Anxiolitik
Kokain
Zat-zat halusinogen
Hipnotik
Inhalant
Opioid
Phencycline
Sedative
4.
Gangguan Bipolar
Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya
gangguan bipolar, tetapi semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal dengan
episode depresi, dan (2) pasien bipolar mengalami episode depresi lebih lama
dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini penting untuk untuk mengeluarkan
diagnosis bipolar ketika sedang mendiagnosis MDD. Pada kenyataannya, 5-10%
individu yang mengalami episode depresi mayor akan memiliki episode
hipomanik
atau
manik
didalam
kehidupannya.
Gejala
depresi
yang
15
usia dini, dan episode kekambuhan. Gangguan Bipolar II (dengan hipomania) sulit
untuk dikenali karena pasien tidak mengenali hipomania sebagai suatu kondisi
yang abnormal mereka menerima itu sebagai perasaan yang baik. Informasi
yang mendukung dari pasangan hidup, teman terdekat, dan keluarga sering
menjadi hal yang penting untuk dapat mendiagnosis.1
VII. PROGNOSIS
Beberapa pasien, MDD dapat menjadi kronis, penyakit yang berulang.
Relaps terjadi pada enam bulan pertama dari masa penyembuhan terjadi pada 25%
pasien, 58% akan relaps setelah lima tahun, dan 85% akan relaps setelah 15 tahun
setelah penyembuhan yang terdahulu. Individu yang mengalami dua episode
depresi terdahulu memiliki 70% kemungkinan untuk menjadi ke tiga kalinya, dan
yang sudah mengalami episode ke tiga memiliki kemungkinan 90% untuk relaps.
Berdasarkan prodres dari penyakitnya, interval antara episode depresi menjadi
lebih pendek dan lebih berat untuk setiap episodenya menjadi lebih luas. Lebih
dari 20 tahun, kekambuhan terjadi sekitar lima sampai enam kali.1,8
Proporsi yang signifikan dari individu dengan depresi kronis meunjukkan
gejala yang bervariasi. Sekitar dua per tiga dari pasien dengan episode depresi
mayor akan sembuh dengan sempurna, dimana satu per tiga pasien dengan depresi
hanya sembuh sementara atau menjadi kronis. Pada penelitian, pasien dengan satu
tahun terdiagnosis post MDD, 40% mengalami penyembuhan tanpa ada gejala
depresi, 20% mengalami gejala berulang tetapi tidak memenuhi kriteria MDD,
dan 40% tetap menjadi menalami episode depresi mayor. Individu dengan gejala
depresi residual yang menetap memiliki resiko tinggi untuk kambuh, bunuh diri,
fungsi psikososial yang buruk, dan tingkat mortalitas yang tinggi dari kondisi
medis lainnya. Sebagai tambahan, 5-10% individu depresi yang memiliki
pengalaman dari episode depresi mayor akan sangat memungkinkan terjadinya
manic atau episode campuran yang mengindikasikan kepada gangguan bipolar.
16
VIII. TERAPI
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode
depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan
pribadi pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama
efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara
farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada
pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan
kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas
dengan kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1
Farmakoterapi
Anti depresi
-
Behaviour therapy
Interpersonal Therapy
Problem solving
17
BAB III
KESIMPULAN
Ketika seseorang mengalami gangguan mood atau lebih khususnya mengalami
gangguan depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi emosional, fungsi
motorik, kogintif serta motivasinya dan jika tidak segera diberi penanganan maka
akan memicu timbulnya gangguan depresi mayor satu episode dan depresi mayor
barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih susah untuk ditangani
dan akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada perempuan dan bersarkan
usia rata-rata pada usia 27 tahun.
Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi
biologis
karena
adanya
ketidakseimbangan
otak
yaitu
berkurangnya
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
19
20