STRATIGRAFI
11
Gambar 3.1 Stratigrafi regional Pegunungan Selatan (Toha, et al., 2000 op. cit. Akmaludin,
2007). Urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah Formasi Wungkal-Gamping, Formasi Kebo
Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi
Wonosari, dan Formasi Kepek.
12
Gambar 3.2 Kolom stratigrafi tidak resmi daerah penelitian (tanpa skala). Urutan satuan batuan
dari tua ke muda adalah Satuan Breksi Andesit, Satuan Batupasir-Napal Lempungan, dan Satuan
Batugamping Kalkarenit.
13
3. 2. 1. 2 Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, diketahui
bahwa satuan ini tersusun atas breksi, hitam, pemilahan buruk, kemas terbuka,
porositas sedang-buruk, sangat kompak, fragmen berukuran 2-100 cm, terdiri dari
andesit, menyudut-membundar tanggung, matriks berupa material volkanik, tidak
karbonatan. Fragmen semakin membesar dan banyak ke bagian bawah satuan
batuan ini (Foto 3.1 dan 3.2). Berdasarkan analisis petrografi pada salah satu
fragmen (Lampiran A), diketahui bahwa fragmen ini diklasifikasikan sebagai
Andesit.
14
Foto 3.1 Satuan Breksi Andesit. Singkapan ini menunjukkan breksi dengan fragmen yang semakin
membesar dan banyak ke bagian bawah satuan ini. (Foto singkapan diambil di Kali Ngalang)
3. 2. 1. 3 Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologi dan penyebaran yang diamati, satuan ini
dapat disebandingkan dengan Formasi Nglanggran yang dideskripsikan oleh
Surono, et al. (1992) pada Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa.
15
kepada
Rahardjo
(2007),
berdasarkan
penemuan
fosil
3. 2. 1. 5 Kedudukan Stratigrafi
Satuan Breksi Andesit merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di
daerah penelitian. Hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya tidak
tersingkap di daerah penelitian.
3. 2. 2. 2 Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, diketahui
bahwa satuan batuan ini tersusun atas perselingan batupasir-batulempung, abu-abu
terang, segar-lapuk, dengan ketebalan batupasir berkisar antara 5-100 cm,
sedangkan ketebalan batulempung berkisar antara 1-25 cm (Foto 3.3). Batupasir
memiliki pola suksesi vertikal menipis dan menghalus ke atas. Namun, pada
bagian bawah satuan batuan ini terdapat batupasir dengan pola suksesi vertikal
menebal dan mengasar ke atas (Foto 3.4). Pada satuan batuan ini terdapat sisipan
konglomerat dengan ketebalan sekitar 100 cm.
16
Foto 3.3 Satuan Batupasir-Napal Lempungan. (Foto singkapan diambil di Kali Kedungkeris)
Foto 3.4 Singkapan batupasir. Singkapan batupasir menunjukkan suksesi vertikal mengasar dan
menebal ke atas. (Foto diambil di Kali Kedungkeris)
17
silangsiur, menipis ke atas, dan menebal ke atas (Foto 3.5). Berdasarkan analisis
petrografi (Lampiran A), batupasir ini diklasifikasikan sebagai Feldspathic wacke
(Gilbert, 1982 op. cit. Williams, et al., 1982). Hasil analisis granulometri pada
batupasir ini mengindikasikan pola endapan kipas bawah laut dengan mekanisme
turbidit (Lampiran C).
Batulempung memiliki ciri litologi berwarna abu-abu kehijauan hingga
hitam, karbonatan, dan mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan analisis
kalsimetri, batulempung ini diklasifikasikan sebagai napal lempungan (Lampiran
D).
(a)
(b)
(c)
Foto 3.5 Struktur sedimen pada batupasir. Foto ini menunjukkan struktur sedimen laminasi
sejajar (a), silangsiur (b), dan fosil jejak (c).
18
berukuran 0,5-20 cm terdiri dari andesit, litik, matriks pasir halus, karbonatan,
struktur sedimen berupa lapisan bersusun.
Foto 3.6 Singkapan konglomerat. Konglomerat hadir sebagai sisipan dan menunjukkan struktur
sedimen lapisan bersusun. Batas konglomerat dengan batupasir dibawahnya adalah erosional,
sedangkan dengan batupasir diatasnya adalah tegas.
3. 2. 2. 3 Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologi dan penyebaran yang diamati, satuan ini
dapat disebandingkan dengan Formasi Sambipitu yang dideskripsikan oleh
Surono, et al. (1992) pada Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa.
3. 2. 2. 5 Kedudukan Stratigrafi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa kontak Satuan
Batupasir-Napal Lempungan dengan Satuan Breksi Andesit yang berada
19
Foto 3.7 Kontak Satuan Batupasir-Napal Lempungan dengan Satuan Breksi Andesit yang berada
dibawahnya. Kontak satuan menunjukkan kontak tegas. (Foto diambil di Kali Kedungkeris)
20
3. 2. 3. 2 Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, diketahui
bahwa satuan batuan ini tersusun atas batugamping kalkarenit dengan ketebalan 5100 cm, halus-kasar, abu-abu kemerahan hingga hitam, terdiri dari fosil
foraminifera utuh dan pecah-pecah, membundar tanggung-membundar, pemilahan
sedang, kemas terbuka, porositas sedang-baik, sangat kompak (Foto 3.8). Struktur
sedimen yang dijumpai berupa laminasi sejajar, silangsiur, fosil jejak, menipis ke
atas, dan menebal ke atas (Foto 3.9). Berdasarkan analisis petrografi (Lampiran
A), batugamping ini diklasifikasikan sebagai Packstone (Dunham, 1962).
(a)
(b)
Foto 3.9 Struktur sedimen pada batugamping. Struktur sedimen yang hadir berupa silangsiur (a)
dan fosil jejak (b).
21
3. 2. 3. 3 Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologi dan penyebaran yang diamati, satuan ini
dapat disebandingkan dengan Formasi Wonosari yang dideskripsikan oleh
Surono, et al. (1992) pada Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa.
3. 2. 3. 5 Kedudukan Stratigrafi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa kontak Satuan
Batugamping Kalkarenit dengan Satuan Batupasir-Napal Lempungan yang berada
dibawahnya berupa kontak tegas dijumpai di lokasi SKR-20 (Foto 3.10).
Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), diketahui bahwa tidak ada
jeda waktu pengendapan sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
Satuan Batugamping Kalkarenit dengan Satuan Batupasir-Napal Lempungan yang
berada dibawahnya adalah selaras.
22
Foto 3.10 Kontak Satuan Batugamping Kalkarenit dengan Satuan Batupasir-Napal Lempungan
yang berada dibawahnya. Kontak satuan menunjukkan kontak tegas. (Foto diambil di Kali
Kedungkeris)
23