PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang
tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.1
Retinoblastoma terjadi 1 dalam 14.000-20.000 kelahiran hidup.2 Untuk
umur 1-4 tahun, insiden 10,6 per satu juta penduduk; untuk 5-9 tahun, 1,53 per
satu juta penduduk; dan untuk 10-14 tahun, 0,27 per satu juta penduduk. Tidak
ada perbedaan insiden berdasarkan jenis kelamin atau antara mata kanan dengan
mata kiri. 95 % kasus didiagnosis sebelum umur 5 tahun.2
Retinoblastoma adalah tumor intraokular yang paling sering pada bayi dan
anak yang berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak.3 Kasus
Retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan
dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral di diagnosis antara umur 13
tahun.4
Gejala retinoblastoma bervariasi sesuai stadium penyakit, dapat berupa
leukokoria, strabismus, mata merah, nyeri mata yang disertai glaukomadan visus
menurun. Di Negara berkembang diagnosis sering dibuat setelah penyakit
menyebar keluar mata dan ekstraokuler.5
Pengobatan retinoblastoma berdasarkan usia, ukuran, lokasi tumor dan
bilateral. Terapinya meliputi enukliasi dan terapi radiasi sinar, plak radioterapi,
laser fotokoagulasi, crytoterapi, kemoreduksi dan termoterai.6
Tumor ini mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler.
Dan prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstraokular pada saat
pemeriksaan pertama. Retinoblastoma yang tidak diobati akan tumbuh dan
menimbulkan masalah pada mata, dapat menyebabkan lepasnya retina, nekrosis
dan menginvasi mata, sarafpenglihatan dan system saraf pusat. 5
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit
retinoblastoma terutama pemeriksaan eadiologi serta tatalaksana dalam bidang
radiologi.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan tentang penyakit
retinoblastoma.
BAB II
TINJAUAN PUATAKA
2.1
Definisi
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
membentang dari papil saraf optic ke depan sampai Oraserata.7 (Gambar : 1)
Retina mempunyai ketebalan 0,23 pada polus posterior dan 0,1 pada Oraserata
yang merupakan lapisan paling tipis.7
pigmen. Sel bakal retina tersebut terus berkembang dari satu jenis sel embrional
akhirnya menjadi 5 jenis sel yang tersusun teratur.7
1.
2.
3.
4.
5.
pembuluh darah arteri siliaris dan arteri retina sentral yang disebut arteri
silioretina yang biasanya terletak di daerah macula (Gambar 3). 7
Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat.
Yang tampak pada pemeriksaan adalah kolom darah: 7
Vena : lebih besar, warna lebih tua dan bentuk lebih berkelok-kelok.
Epidemiologi
Retinoblastoma terjadi 1 dalam 14.000-20.000 kelahiran hidup.2 Untuk umur
1-4 tahun, insiden 10,6 per satu juta penduduk; untuk 5-9 tahun, 1,53 per satu juta
penduduk; dan untuk 10-14 tahun, 0,27 per satu juta penduduk. Tidak ada
perbedaan insiden berdasarkan jenis kelamin atau antara mata kanan dengan mata
kiri. 95 % kasus didiagnosis sebelum umur 5 tahun.2
Retinoblastoma adalah tumor intraokular yang paling sering pada bayi dan
anak yang berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak.3 Kasus
Retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan
dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral di diagnosis antara umur 13
tahun.4
Etiopatogenesis
Retinoblastoma berasal dari sel sensorik retina yang berkembang di retina dan
sampai ke rongga vitreus. Asal selnya sampai sekarang belum diketahui. Tapi,
yang jelas retinoblastoma timbul akibat aktivitas mitosis dan kecepatan apoptosis
yang tinggi.8 Awalnya retinoblastoma dianggap berasal dari sel glia, sehingga
disebut pseudogliomas, dan saat ini diterima bahwa tumor ini berasal dari sel
neuroblastik pada lapisan inti retina. Penelitian imunohistokimia membuktikan
bahwa retinoblastoma berasal dari keganasan sel kerucut, diperlihatkan oleh hasil
positif tumor untuk neuron spesifik enulase, rod spesifik antigen S-fotoreseptor
segmen luar, dan rodopsin. Sel tumor juga mensekresikan substansi ekstrasel yang
disebut retinoid interfotoreseptor binding protein, normalnya merupakan produk
dari fotoreseptor. Baru-baru ini,dilakukan kultur pada sel tumor retinoblastoma
dan tampak sel tersebut mengekspresikan gen fotopigmen merah dan hijau, seperti
sel kerucut alfa subunit tranducin. Penemuan ini yang mendukung konsep bahwa
retinoblastoma mungkin merupakan neoplasma yang berkembang dari sel conus
retina.9
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi pada gen RB1 yaitu gen yang
berfungsi menekan perkembangan retinoblastoma sendiri. Gen retinoblastoma
(RB1) berlokasi di lengan panjang dari kromosom 6 lokus 14(6q14). Sekitar 60%
dari seluruh kasus retinoblastoma mengalami mutasi gen yang bersifat
nonherediter pada kedua alel RB1 di sel retina. Mutasi ini secara umum
menghasilkan unifokal dan unilateral tumor. Sedangkan pada 40% kasus
retinoblastoma mengalami mutasi pada satu alel dari dua alel RB1 saja yang
biasanya didapat dari gen orang tua.8
Pertumbuhan endofilik
Pertumbuhan endofilik terjadi saat tumor menembus internal limiting
membrane kearah corpus vitreus dan memiliki gambaran massa berwarna
putih sampai krem, yang menunjukkan tidak adanya pembuluh darah
superficial atau pembuluh darah tumor irregular yang kecil. Pola pertumbuhan
ini biasanya berhubungan dengan vitreous seeding, dimana fragmen kecil dari
jaringan menjadi terpisah dari tumor utama. Pada beberapa keadaan, vitreous
seeding dapat meluas dapat meluas menyebabkan sel tumor terlihat sebagai
massa-massa sphenoid yang mengapung pada vitreous. Dari corpus vitreous
tumor dapat menginfiltrasi serabut nervus optikus, koroid, dan sclera
Pertumbuhan eksofilik
Pertumbuhan eksofilik terjadi pada celah subretinal. Pola pertumbuhan ini
biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan subretinal dan terjadi sobekan
pada retina. Biasanya terlihat berwarna putih kekuningan. Sel tumor dapat
menginfiltrasi melalui membrane Bruch ke koroid dan kemudian menginvasi
nervus siliaris. Pertumbuhan tumor juga dapat keluar dari rongga orbita.
Pertumbuhan retinoblastoma secara eksofilik sering bersamaan dengan
akumulasi cairan di rongga subretina sehingga dapat mengaburkan tumor dan
secara dekat dapat terlihat sebagai eksudatif retina yang menyerupai Coats
disease.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tandatanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor
terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau
tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan, serta warna iris yang tidak normal.10
Pola Penyebaran Tumor 3
1.
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
sub arachnoid ke otak. Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata
dengan menginvasi saraf optikus dan meluas kedalam ruang sub
arachnoid.11
3.
yang
ketiga
adalah
Retinoblastoma
yang
tumbuh
10
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk
masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis
sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor
menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik
conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical
yang dapat teraba.
Faktor Risiko
Sampai saat ini mutasi genetik merupakan faktor utama yang dapat dimengerti
terhadap timbulnya retinoblastoma pada anak. Sedangkan faktor nongenetik tidak
banyak diketahui. Tapi, beberapa laporan menyebutkan bahwapekerjaan orang tua
juga dapat meningktkan faktor risiko untuk munculnya retinoblastoma pada
anaknya yaitu pekerjaan yang berkaitan dengan militer, pabrik metal, tukang las,
mekanik, dan pekerjaan sejenis lainnya.2
2.5
11
Grup B
Grup C
12
Grup D
Grup E
T0
T1
: Tumor terbatas pada retina (tidak ada kekeruhan pada vitreous atau
signifikan retina detasemen). Tidak ada ablasi retina atau cairan subretinal
lebih dari 5 mm dari dasar tumor.
T1a : Setiap mata di mana tumor terbesar kurang darrjadii atau sama dengan 3
mm tinggi dan tidak ada tumor yang terletak lebih dekat dari 1 DD (1,5
mm) ke optic saraf atau fovea.
T1b : Semua mata lain di mana tumor (s) terbatas pada retina tanpa lokasi
atau ukuran (lebih dari setengah volume mata). Tidak vitreous
penyemaian. Tidak ablasi retina atau cairan subretinal lebih dari 5 mm
dari dasar tumor.
13
T2
T3
Hyphema (signifikan)
T4
: Tumor extraocular.
T4a : menyerang saraf optik Tumor retrobulbar.
T4b : extraocular ekstensi selain invasi dari saraf optik.
14
N1
N2
Perlu dicatat bahwa keterlibatan node getah bening regional langka, dan langsung
ekstensi ke dalam SSP lebih umum.
Metastasis jauh (M)
MX : Kehadiran metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Metastasis ke SSP dan / atau tulang, sumsum tulang dan lainnya.
2.6
Diagnosis
Pemeriksaan pada retinoblastoma seharusnya menjadi sebagian dari
pemeriksaan pada bayi normal yang baru lahir hingga bayi berumur 3 bulan,
antaranya adalah:10
a) Red
reflex:
pemeriksaan
retina
mata
dengan
menggunakan
alat
Gambar 6. Retinoblastoma
2. Strabismus ( esotropia 11% dan exotropia 9%)
Strabismus bisa berupa ekstropia maupun esotropia. Terjadi akibat gangguan
fiksasi akibat pertumbuhan tumor di daerah macula. Strabismus muncul
sebagai temuan kedua yang sering didapatkan. Jadi pemeriksaan fundoskopi
16
melalui pupil yang berdilatasi dengan baik harus dilakukan pada seluruh kasus
strabismus pada anak-anak
3. Retinoblastoma dapat menyebabkan perubahan sekunder di mata termasuk
glaucoma, sobekan retina dan inflamasi sekunder karena nekrosis tumor
- Pseudouveitis, dengan mata merah dan nyeri yang berhubungan dengan
hipopion dan hipema merupakan gambaran klinis yang jarang muncul.
Pada pseudouveitis ini sel-sel tumor menginvasi retina secara difus tanpa
-
Pemeriksaan penunjang10
a)
Pemeriksaan laboratorium
- Spesimen darah harus diambil tidak hanya dari pasien tetapi juga dari
ornag tua untuk analisa DNA : RB gene, serum carcinoembrionik antigen
(CEA), serum alpha fetoprotein.
Ada metode direk dan indirek untuk analisa gen retinoblastoma. Metode
direk bertujuan untuk menemukan mutasi inisial yang mempercepat
pertumbuhan tumor. Jadi, pemeriksaan ini menentukan apakah mutasi
terjadi pada sel benih pasien. Metode indirek dapat digunakan pada kasus
dimana mutasi awal tidak dapat terlokalisasi atau tidak jelas apakah mutasi
-
tersebut ada
Assay level Enzyme Humor Aqeous
17
b)
18
19
Informasi tambahan yang berharga, dibandingkan dengan NONION modalitas radiasi di deteksi batas tumor.
CT scan adalah modalitas pencitraan pertama kali digunakan untuk
saraf optik yang luas (panjang saraf menginvasi Segmen> 2 mm). Secara
khas, akurasi dan nilai negatif yang diprediksi dari CT scan tetap artifisial
tinggi dikarenakan insiden yang relatif rendah dari invasi saraf optik pada
ukuran normal saraf. Pembesaran nervus dikarenakan infiltrasi tumor
besar jarang terjadi di negara-negara maju. Diasumsikan invasi
retinoblastoma ke saraf optik menghasilkan distorsi jaringan vaskular
anastomosis di daerah anterior saraf optik,
MRI
Evaluasi diagnostik MRI suspek retinoblastoma membutuhkan
lebih
banyak
pemeriksaan
lanjutan
dari
pada
melakukan
21
menyebabkan leukocoria. Setelah retinoblastoma, yang menyumbang 4758% dari kasus leukocoria pada anak-anak, penyebab lain dalam
menurunkan
urutan
frekuensi
termasuk
PHPV,
penyakit
Coats,
Gambar. 8 Transaxial T2-tertimbang (TR / TE, 3460/116 ms) (a) dan T1tertimbang (TR / TE, 374/14 ms) precontrast (b) dan postcontrast (c) MRI
exophytically tumbuh retinoblastoma dengan sekunder ablasi retina.
Retinoblastoma biasanya memiliki intensitas sinyal rendah
22
23
24
struktur
garis
tengah
untuk
menggambarkan
trilateral
25
26
27
28
29
Otak
Analisis yang cermat dari struktur garis tengah harus dilakukan untuk
menggambarkan retinoblastoma trilateral (yaitu PNET terletak terutama di
kelenjar pineal, atau jarang di daerah suprasellar) (Gambar. 16) atau spread
leptomeningeal (jika pasien menunjukkan postlaminar luas saraf optik invasi
tambahan). Malformasi otak kongenital terjadi terutama pada pasien dengan 13q
deletion syndrome. Kista pineal jinak tidak boleh disalahartikan sebagai pineal
30
31
c)
Gambaran Histopatologi
Penemuan histologi klasik pada retinoblastoma adalah Flexner-Wintersteiner
Rosettes, merupakan sel dengan susunan kuboid mengelilingi suatu lumen
dengan nucleus di daerah basal, inti besar warna gelap dan sedikit sitoplasma
(gambar 17). Terdapat berbagai variasi dalam gambaran histologi. Beberapa
neoplasia menunjukkan gambaran nekrosis dan foci kalsifikasi yang nyata.
Yang lain menunjukkan area diferensiasi glial
Diagnosis Banding10
a) Persistent hyperplastic primary vitreous (PHPV): kelainan congenital pada
mata terjadi pada kegagalan embriologi, vitreous primer dan vaskuler
hyaloid menyempit , dimana bola mata memendek, terbentuknya katarak,
dan dilihat pupil memutih.
b) Coats disease: karakteristik kelainan unilateral yang tipikal dengan
terbentuknya pembuluh darah di belakang retina yang abnormal,
menyebabkan kelainan pada pembuluh darah retina dan perlengketan
retina
menyerupai
seperti
retinoblastoma.Retina
dapat
mengalami
pelepasan parsial atau toatal dan massa tumor yang berwarna merah muda
pada semua retina.Penyakit ini menjadi penebab utama isolasi pembuluh
darah retina dengan telengaingiektasia,kebocoran pembuluh darah dan
32
eksudat
subretina.
Karekteristiknya
histopatologinya
yaitu
cairan
Lateralit Ukuran
as
globe
CT scan
MRI
USG
Unilater
al atau
bilateral
normal
Terdapat di
intraokuler,
biasanya
terdapat
gambaran
klasifikasi
dan massa
Terdapat
massa
yang
echogenic
yang
sesekali
membaya
ngi bagian
distal
Persisten
vitreous
primer
hiperplastik
Pada
saat
lahir
Biasany
a
unilater
al
Lebih
sering
berukur
an kecil
Penyakit
coats
3-5
tahun
Selalu
unilater
al
Normal
Terjadi
peningkatan
kepadatan
pada
vitreous;
terdapat
jaringan
lunak di
sepanjang
kanal
cloquet
Peningkatan
kepadatan
difuse dan
abelasi
retina
T1 : iso
atau
sedikit
hiperinte
ns ke
daerah
vitreous
T2 :
gambara
n
hypointe
nse pada
vitreous
Hiperinte
ns pada
vitreous
pada T1
dan T2.
Kadang
terdapat
gambara
n fluid
level
Efusi
subretina
l yang
hiperinte
ns pada
T1 dan
T2
Terlihat
gambaran
ablasi
retina
Retinoblast
oma
33
Band
intravitral
membenta
ng dari
lensa
pasterior
ke optic
disk
Endophtalm
itis
5-10
yahun
Unilater
al
Normal
Massa
intraokular
tidak
terklsaifikas
i, ireguter,
dan terjadi
penebalan
pada
uveoscleral.
Efusi
subretina
l, yang
hiperinte
ns pada
T1 dan T
2
Retinopati
prematurity
Pada
saat
lahir
bilateral
Lebih
sering
berukur
an kecil
Microphtal
mia, retinal
detachment,
shallow
anterior
membrane
dan
meningkatk
an densitas
pada globe.
Efusi
retinal
yang
subintens
pada T2
2.8
Terlihat
massa
yang
tinggi,
gambaran
vitural
dan
lipatan
pada
retina
detachme
nt
Looplike
apparance
pada
pheriperal
retina
detachme
nt.
Penatalaksanaan
Enukleasi adalah terapi pilihan untuk retinoblastoma besar. Mata dengan
tumor yang berukuran relatif lebih kecil pada anak dapat diterapi secara efektif
dengan radioterapi plaque atau external beam, krioterapi, atau fotokoagulasi.
Kadang-kadang diperlukan kemoterapi untuk penanganan kasus rekuren, terutama
untuk menyelamatkan mata kedua pada kasus bilateral apabila mata pertama telah
di enukleasi, dan untuk penyakit metastatik.7
2.8.1
Medis10
Terapi
medis
ditujukan
untuk
pengawasan
lengkap
tumor
dan
34
tulang dimana terjadi hipoplasia. Yang lebih penting lagi EBRT justru
meningkatkan resiko berkembangnya kanker sekunder. Saat ini
digunakan kemoterapi neoajuvant (kemoreduksi yang dikombinasi
dengan EBRT yang diharapkan bisa menekan efek buruk dari EBRT.
EBRT masih di indikasikan pada beberapa keadaan seperti
1. signifikan vitreous seeding
2. Pada anak-anak yang perjalanan penyakitnya progresif walaupun
sedang menjalani terapi kemoreduksi
3. Pada tumor yang berkembang melewati batas pemotongan nervus
optikus setelah enukleasi
Kemoterapi
Kemoterapi neoadjuvant primer atau kemoreduksi digunakan untuk
terapi retinoblastoma intraokuler group C dan D. kemoterapi
profilaksis dianjurkan jika tumor sudah menyerang nervus optikus
yang telah melewati lamina kribrosa. Keuntungannya adalah
mengurangi komplikasi dari EBRT.7 Regimen yang sekarang
digunakan adalah kombinasi dari carboplatin, vincristin, etoposide, dan
cyclosporine. Anak mendapatkan kemoterapi intravena setiap 3-4
minggu selama 4-9 siklus.10
2.8.2
Pembedahan
Terapi pembedahan tumor merupakan standar terapi pada kasus
retinoblastoma tahap lanjut.
35
a. Enukleasi
Enukleasi dilakukan saat tidak ada kesempatan untuk mempertahankan
penglihatan pada mata.15 Pasien yang umumnya memerlukan enukleasi
adalah orang-orang dengan dengan tumor yang melibatkan lebih dari 50
% bola mata, mengenai saraf optikus, dan yang melibatkan segmen
anterior.10
b. Krioterapi
Dapat digunakan secara primer untuk tumor berukuran kecil yang lebih
kurang berukuran 6mm yang berlokasi di anterior, berpindah dari
diskus dan makula, tetapi dapat juga diindikasi kan untuk rekuren
setelah terapi radiasi.10
c. Fotokoagulasi
Dapat digunakan sebagai terapi primer untuk tumor berukuran kecil
yang berlokasi di posterior. Fotokoagulasi dapat juga digunakan untuk
tumor rekuren setelah EBRT.10
d. Exenterasi
Tetap digunakan pada banyak negara belum berkembang dimana
terdapat perluasan tumor ke daerah sekitar.15
2.9
Komplikasi13
a. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain,
melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma,
dan berbagai jenis tumor otak
b. Komplikasi vaskular: kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan
dapat terlihat setelah EBRT menggunakan 70-75Gy dengan 200-350cGy
per fraksi.
c. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah terapi radiasi. Terjadi
hipoplasia pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan
dosis radiasi melebihi 3500 cGy.
36
2.10
Prognosis
Prognosis retinoblastoma baik jika dilakukan terapi medis yang tepat. Angka
ketahanan hidup seluruh pasien retinoblastoma di Amerika dan Inggris saat ini
lebih dari 85%. Angka kesembuhannya hampir 90% jika nervus optikus tidak
terlibat dan enukleasi dilakukan sebelum tumor melewati lamina kribrosa. Angka
ketahanan hidup menurun menjadi 60% jika tumor meluas melewati lamina
kribrosa, bahkan jika batas pemotongan nervus optikus bebas dari tumor.
Kematian terjadi sekunder karena perluasan intrakranial. Pengobatan dengan
EBRT menghasilkan angka kesembuhan sebesar 85%.10
37