FAKTOR RESIKO
Katarak umumnya terjadi karena faktor usia, meskipun etiopatogenesis belum
jelas, namun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis
adalah :
1. Herediter.
Cukup berperan dalam indsidensi, onset dan kematangan katarak senilis pada
keluarga yang berbeda.
2. Sinar ultraviolet.
Bila lebih banyak terekspos dengan sinar ultraviolet dari matahari maka akan
berpengaruh pada onset dan kematangan katarak.
3. Nutrisi.
Defisiensi nutrisi seperti protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E,
vitamin C) dan elemen penting lainnya mengakibatkan katarak senilis lebih cepat
timbul dan lebih cepat matur.
4. Dehidrasi.
Terjadinya
malnutrisi,
dehidrasi
dan
perubahan
ion
tubuh
juga
akan
mempengaruhi katarak.
5. Perokok
Merokok menyebabkan akumulasi molekul pigmen 3 hydroxykynurinine dan
kromofor, yang menyebabkan warna kekuningan pada lensa. Cyanates pada rokok
menyebabkan denaturasi protein.
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya katarak presenile atau katarak yang
timbul sebelum usia 50 tahun adalah :
1. Herediter.
Seperti yang telah disebutkan diatas, keturunan dapat mempengaruhi perubahan
kataraktous yang terjadi pada usia muda.
2. Diabetes mellitus.
Katarak terkait usia dapat terjadi lebih cepat pada penderita diabetes. Katarak
nuklear lebih sering dan cenderung progresif.
3. Miotonik distrofi.
Berhubungan dengan tipe subkapsular posterior dari katarak presenilis.
4. Dermatitis atopic.
Terjadi katarak presenilis pada 10% kasus.
Penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan katarak sebagai berikut:
1. Sebab-sebab biologik :
a. Karena usia.
Seperti juga pada seluruh makhluk hidup maka lensa pun mangalami proses tua
dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak.
b. Pengaruh genetik.
Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang timbul
pada lensa.
2.Sebab-sebab imunologik:
Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibody spesifik terhadap
salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi
sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa yang menyebabkan
terbentuknya antibody tersebut. Bila hal ini terjadi maka dapat menimbulkan
katarak.
3. Sebab-sebab fungsional:
Akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek yang buruk terhadap serabutserabut lensa dan cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa. Ini
dapat terlihat pada keadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan
apathyroidisme.
4. Gangguan bersifat lokal terhadap lensa:
Dapat berupa:
Beberapa derajat nuklear skeloris dan penguningan dikatakan normal pada pasien
dewasa setelah melewati usia menengah. Secara umum, kondisi ini hanya sedikit
menganggu fungsi penglihatan. Sklerosis dan penguningan dalam jumlah yang
berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan kekeruhan sentral.
Tingkatan sklerosis, penguningan dan kekeruhan dievaluasi dengan slit-lamp
secara oblik dan pemeriksaan refleks merah dengan pupil dilatasi. Bila sudah
lanjut, nukleus berwarna coklat (katarak brunescent) dan konsistensinya keras.
2. Katarak Kortikal
Perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada serabut
lensa menyebabkan kekeruhan kortikal. Gejala katarak kortikal yang sering
dijumpai adalah silau akibat sumber cahaya fokal, sepeti lampu mobil. Monokular
diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama pembentukan katarak kortikal terlihat
dengan slitlamp sebagai vakuola dan celah air (water clefts) di korteks anterior
atau posterior.
3. Katarak Posterior Subkapsular
Katarak posterior subkapsular (posterior subcapsular cataract = PSCs) sering
dijumpai pada pasien yang lebih muda daripada katarak nuklear atau kortikal.
PSCs berlokasi di lapisan kortikal posterior dan biasanya aksial. Indikasi pertama
pembentukan PSC adalah kilauan warna yang samar (subtle iridescent sheen)
pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan slitlamp. Pasien sering
mengeluhkan silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang karena PSC
menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang, akomodasi, atau miotikum.
Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan jauh. Beberapa pasien juga
mengalami monokular diplopia