Anda di halaman 1dari 26

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL PENELITIAN : PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI


TERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI
BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN
KEWARGANEGARAAN KELAS XI SEMESTER 2
SMAN 1 MUKOMUKO

NAMA : SATRIAL
NPM : 0610013311007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Yusrizal, M.Si Drs. Nurharmi, M.Si

Mengetahui :
Ketua Jurusan P-IPS/PPKn

Dra. Pebriyenni, M.Si

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii,iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 5
C. Batasan Masalah…………………………………………………… 5
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………... 5
E. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 6
F. Manfaat Penelitian………………………………………………… 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori……………………………………………………….. 7
1. Pengertian Metode Diskusi…………………………………….. 7
2. Langkah-Langkah Penerapan Metode Diskusi………………….. 8
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi…………………… 12
4. Pengertian Partisipasi…………………………………………... 14
5. Jenis-Jenis Partisipasi…………………………………………... 14
6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Partisipasi…………………... 15
7. Prasyarat Terjadinya Partisipasi……………………………….... 16
8. Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran……………….. 17
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Jenis Penelitian…………………………………………………. 19
2. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 19
B. Variabel dan Indikator Variabel
1. Variabel…………………………………………………………. 19
2. Indikator Variabel………………………………………………. 20
C. populasi dan sampel

2
1. Populasi………………………………………………………… 20
2. Sampel……………………………………………………………. 20
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data…………………………………………………………. 20
2. Sumber Data……………………………………………………… 20
F. Instrument Penelitian………………………………………………… 21
F. Tekhnik Analisa Data………………………………………………….. 21
DAFTAR KEPUSTAKAAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembangunan bangsa secara
keseluruhan, dimana pendidikan berperan dalam mengembangkan aspek-aspek
kehidupan terutama dalam masa reformasi yang serba transparan seperti sekarang ini.
Pendidikan pada dasarnya berperan dalam mencerdaskan kehidupan bagsa yang
sasarannya adalah upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia, baik sosial, spiritual
dan intelektual serta kemampuan yang professional. Di dalam pembukaan UUD 1945
alenia ke IV, merupakan cita-cita dari bangsa Indonesia yang salah satunya berbunyi
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kemudian diatur
lebih lanjut dalam pasal 31 ayat ( 1 ) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Dan di dalam UU RI no 20 tahun 2003 Bab III pasal 3, ditetapkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang lebih rinci sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan tersebut kita mengenal
adanya pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tentang pendidikan formal dan
nonformal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 Tentang Standar nasional pendidikan. Menjelaskan Pasal 1. Dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang

4
Berdasarkan kutipan di atas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti : Memasukkan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kurikulum sekolah, sebagaimana lazimnya suatu
bidang studi yang diajarkan di sekolah, materi keilmuan dari mata pelajaran
kewarganegaraan mencakup dimensi pengetahuan ( knowledge ), keterampilan ( skills ),
dan nilai ( values ).
Sejalan dengan ide pokok mata pelajaran kewarganegaraan yang ingin membentuk
warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sesuai
dengan konsep dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Pada gilirannya, warga negara yang
baik tersebut diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis dan
berdasrkan konstitusional.
Berbagai negara di dunia memiliki kriteria masing-masing tentang warga negara yang
baik, yang sangat berhubungan dengan pandangan hidup bangsa yang bersangkutan yang
tercermin dalam konstitusinya. Bagi bangsa Indonesia warga negara yang baik tersebut
tentu saja adalah warga negara yang dapat menjalankan perannya dalam hubungannya
sesama warga negara dan hubungannya dengan negara yang sesuai dengan konstitusi
negara ( Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 )
Sehubungan dengan itu, mata pelajaran kewarganegaraan mencakup dimensi :
1. Pengetahuan Kewarganegaraan ( civics knowledge ) yang mencakup bidang politik,
hukum dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan
melipputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga
pemerintah dan non pemerintah, indentitas nasional, pemerintah berdasarkan hukum (
rule of low ) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah
nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak
politik.
2. Keterampilan Kewarganegaraan ( civics skills ) meliputi keterampilan partisipasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya : berperan serta aktif
mewujudkan masyarakat madani ( civil society ), keterampilan mempengaruhi dan
monitoring jalannya pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik,

5
keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial, keterampilan mengadakan
koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik.
3. Nilai-Nilai Kewarganwgaraan ( civics values ) mencakup antara lain percaya diri,
komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan nilai-nilai luhur, nilai keadilan,
demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasab pers,
kebebasab berserikat dan berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas.

Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya


materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari bebrapa disiplin ilmu antara lain ilmu
politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum, sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat.
Kewarga negaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting
dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi
negara Republik Indonesia.
Maju tidaknya suatu negara tolak ukurnya adalah pendidikan masyarakatnya. Karena
pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur serta meningkatkan kualitas manusia, sebab
pendidikan diselenggarakan secara demokrasi dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukkan bangsa.
Dalam diri manusia ada beberapa aspek yang berperan yaitu aspek sosial, aspek
kognitif dan aspek motorik. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia itu berhubungan
dengan orang lain ( sosial ), berfikir ( kognitif ), menilai ( afektif ) dan berbuat ( motorik )
maka aspek-aspek tersebut perlu dikembangkan dalam diri anak didik sebagai manusia
yang tumbuh dan berkembang.
Untuk mencapai itu semua maka diadakankanlah suatu proses pembelajaran yang
melibatkan dua subjek yakni pendidik ( guru ) dan peserta didik ( siswa ). Proses
pembelajaran merupakan inti dari kegitan pendidikan di sekolah, agar pendidikan dan
pengajaran berjalan dengan benar dan menarik maka diperlukan suatu metode
pembelajaran, dan metode pembelajaran banyak sekali jenisnya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain : Tujuan yang berbeda dari setiap mata pelajaran, sesuai
dengan jenis, fungsi, sifat, maupun isi dari mata pelajaran itu sendiri. Dalam

6
meningkatkan partisipasi anak dalam berbicara atau mengeluarkan pendapat maka
pendidik ( guru ) menggunakan suatu metode yang disebut dengan metode Diskusi,
dimana kedua subjek diharapkan berperan aktif dan siswa tidak dijadikan objek oleh guru
dengan menerapkan metode diskusi dalam proses pembelajaran diharapkan siswa
berperan aktif dan guru sebagai pasilitator. Adapun output dari diskusi yakni kerja sama,
kemampuan mengeluarkan pendapat, kemampuan menanggapi pendapat, dan
kemampuan menghargai pendapat orang lain.
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur
berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang
disepakati bersama. (Yahya Nursidik : 2008 ). Metode diskusi menghasilkan keterlibatan
murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak
akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi
membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur
dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan.
. Dari kutipan di atas diharapkan siswa mampu untuk berpartisipasi dalam hal
mengemukakan pendapatnya , kreatif berbicara, menyanggah dan mengkritik. Wazir Ws.,
et al. dalam Saca Firmansyah (2008) Menyatakan Partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.
Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan
atau dalam kelompok, melalui berbagai proses dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian
dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung
pengertian ikut serta, tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam menentukan jalannya suatu
aktivitas, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut
Jadi berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Partisipasi
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PKn Kelas XI Semester 2 SMAN 1
MUKOMUKO ”

7
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang dan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dari
penulisan ini adalah, sebagai berikut :
1. Apakah dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengeluarkan ide-ide, siswa mampu untuk berkomunikasi dalam
pembelajaran?
2. Apakah dengan di berikan job, membuat siswa mampu
menguasai materi dengan baik?
3. Berapa persentase siswa yang mampu mengeluarkan dan
merespon pendapat ?
4. Bagaimana tingkat partisipasi siswa dalam proses diskusi secara umum?.
5. Kendala yang dialami oleh guru saat penerapan metode diskusi ?.
6. Apapkah dengan metode diskusi dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas XI
SMAN1 MUKOMUKO?

C. Batasan Masalah
Karena keterbatasan kemampuan dan waktu yang tersedia, dan untuk memfokuskan
penelitian ini penulis hanya membatasi pada “Penggunaan metode Diskusi pada materi
BUDAYA POLITIK DI INDONESIA, dan pengaruhnya terhadap partisipasi belajar
siswa, dalam mata pelajaran Kewarganegaraan pada siswa kelas XI semester 2 yang
terdiri dari 2 kelas sebagai sampel dari keseluruhan yang ada, yaitu kelas XI1 dan kelas
XI2 di SMAN 1 MUKOMUKO”.

D. Hipotesis Penelitian
H1 :Adanya pengaruh penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
kewarganegraan terhadap peningkatan partisipasi siswa dalam belajar.
H0 :Tidak adanya pengaruh penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
kewarganegraan terhadap peningkatan partisipasi siswa dalam belajar.

8
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yakni :
1. Tujuan secara umum.
 Untuk menentukan langkah-langkah dari penggunaan metode diskusi.
 Untuk menemukan kelemahan / titik lemah dari metode diskusi.
2. Tujuan secara khusus.
 Mengidentivikasi tingkat partisipasi siswa setelah diadakan metode diskusi.
 Mengidentivikasi tingkat kemampuan siswa untuk berbicara dan merespon
 Untuk menanamkan rasa tanggung jawab siswa terhadap job yang telah
dibagikan.
 Mengidentivikasi cara penerapan metode diskusi
 Mengidentivikasi tingkat analisis siswa.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak dan instansi terkait seperti :
1. Sumbangan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya
mahasiswa P-IPS/ PKn.
2. Bahan masukan bagi guru-guru.
3. Bagi penulis unutk tambahan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan ( strata satu ) pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi dosen FKIP-PKn Universitas Bung Hatta.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengeretian metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur
berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang
disepakati bersama. (Yahya Nursidik : 2008 ).
Selanjutnya definisi diskusi juga di kemukakan oleh Heriyanto Chanra : 2004 Diskusi
ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin
dengan pertanyaan-pertanyaan problematis permunculan ide-ide dan pengujian ide-ide
ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu
yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan permasalahannya dan untuk mencari
kebenaran.
Kemudian Benson Clarence H. : 1986 Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk
mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah,
menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil.
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
diskusi merupakan suatu metode untuk pemecahan masalah dengan cara mengusulkan
beberapa solusi dengan menarik suatu kesimpulan yang merupakan kesepakatan bersama.
Yang lebih mengacu pada pendapat Yahya Nursidik :( 2008 ).”Metode diskusi adalah
suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok
pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk
mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.”

10
2. Langkah-langkah penerapan metode diskusi :
1.1 Yahya Nursidik :( 2008 ), menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi
sebagai berikut ini :
Kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru
meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang
akan didiskusikan.
2. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
3. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi
pelajaran yang didiskusikan.
4. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara
mengeluarkan pendapat.
5. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat
mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6. Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi
menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya.
7. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
8. Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang
memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
9. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
10. Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu
problem dan topik kepada kelas.

11
2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau
sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan
problem yang diajukan.
3. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah
membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
4. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat
yang baru dikemukakan.
5. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang
dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
6. Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda
pendapat.
7. Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman
baik setuju maupun bertentangan.
8. Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
9. Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
10. Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha
mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
a) Moedjiono, dkk (1996) menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi
sebagai berikut ini :
1.1.1 Merumuskan masalah secara jelas
1.1.2 Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk,
ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan
diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu
lintas" pembicaraan.
1.1.3 Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang
akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam
suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang
sama.

12
1.1.4 Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa,
terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap
laporan tersebut.
1.1.5 Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil
diskusi dari tiap kelompok.

b) Budiardjo, dkk, 1994:20--23 membuat langkah penggunaan metode diskusi melalui


tahap-tahap berikut ini.
1. Tahap Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
d) Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan
merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3)
menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan format susunan tempat,
(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.
e) Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2)
menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang
dibutuhkan.
2. Tahap pelaksanaan
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c) Menjelaskan prosedur diskusi.
d) Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e) Melaksanakan diskusi.
3. Tahap penutup
a) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c) Memberikan umpan balik.
d) Menyimpulkan hasil diskusi.
Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi :

13
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, guru
sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan. Mainuddin, Hadisusanto dan
Moedjiono, 1980:8--9, menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan guru
sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut ini.
1. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat
masalah yang sedang didiskusikan.
2. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi yang
otoritarif tentang topik diskusi.
3. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok
diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
4. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang
dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
sikap "nrimo" kelompok.
5. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas
pernyataan sesorang anggota.
6. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi
contoh atau penerapan.
7. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata; menyakinkan
bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
8. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan serta
buah pikiran anggota.
9. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan,
kriteria untuk menilai urunan anggota.
10. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam
diskusi.
11. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya
tegangan.
12. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
13. Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok dalam
diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.

14
14. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
seharusnya dicapai.
15. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan
menghindarkan perbedaan pandangan.
16. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai
Dari tiga langkah diatas maka langkah yang diterapakn adalah langkah Yahya Nursidik :(
2008 ). Yang sesuai dengan pendapatnya tentang Definisi metode Diskusi itu sendiri.

3. Kelebihan dan kekurangan metode diskusi :


Yahya Nursidik :( 2008 ). Adapun kelebihan metode diskusi sebagai berikut:
1. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan
dari berbagai sumber data.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu
problem bersama-sama.
4. Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
5. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui
atau menentang pendapat teman-temannya.
6. Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat,
kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
7. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi
atau mungkin bertentangan sama sekali.
8. Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
9. Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara
saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
10. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara,
pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah
luas.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
1. Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat
problematis saja yang dapat didiskusikan.

15
2. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
3. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
4. Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan
terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
5. Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah
biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan
untuk berbicara.
6. Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap
kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau
menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih
bodoh.
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).
Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama (socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
1. Mendorong siswa berpikir kritis.
2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah
bersama.
4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
1. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

16
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.(Syaiful Bahri
Djamarah,2000)
4. Pengertian Partisipasi
Saca Firmansyah (2008) Menyatakan Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan
seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan
pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau
dalam kelompok, melalui berbagai proses dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Sementara itu, Menurut Keit Davis dalam Sastroputro (1989:35) menyatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
George Terry dalam Winardi menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya
seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan-
sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana
keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk
melakukan hal tersebut (Winardi, 2002:149). Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering
juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran (Mulyasa, 2004:156).
Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang merupakan wujud
tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas
dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk
memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu
tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

5. Jenis-jenis Partisipasi
Untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang partisipasi, disini akan dipaparkan
mengenai jenis-jenis partisipasi menurut Keit Davis dalam Sastroputro (1989:56). Jenis-
jenis partisipasi tersebut adalah:

17
1. Partisipasi berupa pikiran (psychological participation) merupakan jenis
keikutsertaan secara aktif dengan mengerahkan pikiran dalam suatu rangkaian
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Partisipasi yang berupa tenaga (physical Participation) adalah partisipasi dari
individu atau kelompok dengan tenaga yang dimilikinya, melibatkan diri
dalam suatu aktifitas dengan maksud tertentu.
3. Partisipasi yang berupa tenaga dan pikiran (physical and psychological
participation). Partisipasi ini sifatnya lebih luas lagi disamping terjadi karena
orang atau kelompok tidak bisa terjun langsung dari kegiatan tersebut.
4. Partisipasi yang berupa keahlian (participation with skill) merupakan bentuk
partisipasi dari orang atau kelompok yang mempunyai keahlian khusus, yang
biasanya juga berlatar belakang pendidikan baik formal maupun non formal
yang menunjang keahliannya.
5. Partisipasi yang berupa barang (material participation), partisipasi dari orang
atau kelompok dengan memberikan barang yang dimilikinya untuk membantu
pelaksanaan kegiatan tersebut.
6. Partisipasi yang berupa uang (money participation), partisipasi ini hanya
memberikan sumbangan uang kepada kegiatan.

6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Partisipasi


Menurut Sudjana dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di dalam pembelajaran
merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional. Disamping itu,
partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor,
antara lain:
1. Pengetahuan/kognitif, barupa Pengetahuan tentang tema, fakta, aturan, dan
ketrampilan membuat translation.
2. Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial
dan faktor-faktor sosial.
3. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.
4. Kebutuhan, meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri), Avoid
(menghindari), kebutuhan individual.

18
5. Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial,
minat dan perhatian.

7. Prasyarat terjadinya partisipasi


Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom dalam Hayati (2001:18) bahwa ada
beberapa prasayarat terjadinya partisipasi , yaitu antara lain:
1. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi Maksudnya adalah harus ada waktu
yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan, sehingga
partisipaisi hampir tidak tepat apabila dalamsituasi darurat.
2. Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan mendapat
keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian yang diperoleh.
3. Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan partisipasi haruslah
relevan dan menarik bagi siswa.
4. Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai pengetahuan seperti
kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi.
5. Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa haruslah
mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahasa yang benar
dengan orang lain.
6. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak Artinya masing-
masing pihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya terancam oleh
partisipasi.
7. Masih dalam bidang keleluasan. Maksudnya partisipasi untuk meneruskan arah
tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh berlangsung dalam bidang
keleluasaan belajar dengan batasan-batasan tertentu untuk menjaga kesatuan
bagi keseluruhan.
Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau
partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa merupakan hal
yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang akan membuat suatu pembelajaran

19
dikatakan sukses, efektif dan efesien. Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat
pada baik dan buruknya prestasi yang diperoleh.
Sudjana dalam Mulyasa (2004:156) mengemukakan syarat kelas yang efektif adalah
adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari siswa. Keterlibatan siswa
merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di kelas. Untuk terjadinya keterlibatan
itu siswa harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
belajar atau pembelajaran. Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian
dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar.
Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan
pengalaman berstruktur, dan menggunakan metode yang bevariasi yang lebih melibatkan
siswa.
Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Sebagai subjek siswa
adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan
pembelajaran diharapkaan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar.
Untuk itu, dari pihak siswa diperlukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Partisipasi aktif subjek belajar dalam proses pembelajaran antara lain dipengaruhi faktor
kemampuan yang dimiliki hubungannya dengan materi yang akan dipelajari.

8. Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran


Sebagaimana dikemukakan oleh Knowles dalam Mulyasa (2004:156) adalah sebagai
berikut:
1. Adanya keterlibatan emosional dan mental siswa,
2. Adanya kesediaan siswa untuk memberikan kontribusi dalam mencapai
tujuan,
3. Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang sangat menguntungkan.

Dari berbagai pendapat para ahli diatas tentang pengertian partisipasi, jenis-jenis
partisipasi dan prasyrat terjadinya partisipasi, maka yang menjadi indikator dalam
penelitian ini yaitu siswa telah memberikan sumbangan berupa pendapat, saran, tenaga,

20
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran serta siswa yang mempunyai kemampuan
bekomunikasi timbal balik.

Maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif adalah :


1. .Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui terhadap
semua bahan ajar.
2. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
3. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran.
4. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
5. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
6. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang
kondusif.
7. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
8. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi.
9. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupannya.

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian Eksprimen, yang mana
penelitian ini bertujuan mengumpulkan data yang berkaitan dengan status atau
kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian ini. Kemudian data
tersebut akan ditampilkan apa adanya dan diinterpresentasikan sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini.
Adapun sifat metode Eksprimen menurut Emory .adalah investigasi yang
digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa sajakah, serta bentuk
hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut konsep klasik,
eksprimen adlah untuk menentukan hubungan antara independent variabel dengan
dipenden variabel.
Berdasarkan pengertian eksprimen di atas maka penelitian ini bertujuan
unutk mengetahui dan melihat bagaimana pengaruh penggunaan metode
pembelajaran Diskusi terhadap Partisipasi siswa, di SMAN 1 Mukomuko.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilakukan di sekolah menengah atas negeri ( SMAN
1 ) Mukomuko, sedangkan penelitian ini dilakukan setelah proposal ini disetujui
oleh dosen pembimbing dan dosen penguji di waktu seminar.

B. Variabel dan Indikator Variabel


1. Variabel
Penelitian ini menggunakan dua (2) variabel, yaitu variabel Independen
dan variabel Dependen. Adapun variabel independennya yaitu Metode Diskusi
dan variabel dependennya yaitu Partisipasi.

22
2. Indikator Variabel
Adapun indikator dari variabel Metode Diskusi :
a) Pengeretian metode diskusi
b) Langkah-langkah penerapan metode diskusi
c) Kelebihan dan kekurangan metode diskusi
Adapun indikator dari variabel Parisipasi :
a) Pengertian Partisipasi
b) Jenis-jenis Partisipasi
c) Faktor-faktor yang Menyebabkan Partisipasi
d) Prasyarat terjadinya partisipasi
e) Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1
Mukomuko.
2. Sampel
Sebagai sampel dari keseluruhan yang ada, yaitu kelas XI IPS2 dan kelas
XI IPS3 di SMAN 1 Mukomuko tahun ajaran 2009/2010. Dengan alasan karena
kelas inilah ( XI IPS2 , XI IPS3 ) yang kurang kreatif dalam proses pembelajran
menurut hasil obserpasi sementara yang kami terima.

D. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang langsung
diperoleh dari guru yang mengajar mata pelajaran Kewarganegaraan, berupa informasi
yang diberikan dalam menjawab pertayaan yang akan dimuat dalam angket penelitian
dan melakukan penelitian akhir terhadap sampel yang telah ditentukan ( siswa ).

23
2. Sumber Data
Yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru
kewarganegaraan yang mengajar dikelas XI IPS2, IPS3 SMAN 1 Mukomuko.
E. Instrument Penelitian
Dalam mengumpulkan data alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
dan lembar observasi, dengan langkah-langkah :
a. Tentukan indikator dan sub indikator yang dijadikan pedoman dalam penentuan
butir-butir instrument.
b. Membuat kisi-kisi observasi dan kisi-kisi angket.
c. Melakukan uji ciba angket.
Pengumpulan atau penyusunan observasi dan angket ini dilakukan dengan
menggunakan skala likert, dengan lima kategori yaitu : Selalu ( SL ), Sering ( SR ),
Kadang-kadang ( KK), Tidak Pernah ( TP ), Sangat Tidak Pernah ( STP ).

F. Tekhnik Analisa Data


Data yang terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisa dengan menggunakan
analisa Deskriftif Kualitatif, dengan cara membandingkan antara dua kelas (XI IPS 2 , XI
IPS3 ), yang akan dilakukan metode diskusi dan yang tidak dilakukan metode tersebut,
dalam hal melihat partisipasi dari siswa.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. ( 1997 ) Manajemen Penelitian.Jakarta : Bumi Angkasa


Departemen Pendidikan Nasianal ( 2003 ) Kurikulum 2004. SMA, Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penelian : Mata Pelajaran PKN. Jakarta.
Nursidik, Yahya .( 2008 ). Metode Diskusi Pembelajaran : www. Yahya Nursidik.com
Firmansyah, Saca . ( 2008 ). Partisipasi  Masyarakat : www. Saca Firmansyah.com
Sastropoetro, Santoso. ( 1989 ). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.
Winardi, ( 2002 ). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Mulyasa, E. ( 2003 ). Kurikilulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Hayati, Nor. ( 2001 ). Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya Partisipasi
Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di
Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi.
Sudjana, Nana. ( 2003 ). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (bagi para peneliti).
Bandung:Tarsito.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta.
ntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka

25
26

Anda mungkin juga menyukai