BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bonegraft
Bonegraft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat
dan ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun
yang berlainan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki suatu cacat yang
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau anomali pertumbuhan dan
perkembangan. Bonegraft adalah pilihan yang banyak digunakan untuk
memperbaiki kerusakan tulang periodontal (Darwono, 2001). Teknik
perbaikan ini terbukti dapat memperbaiki suatu jaringan tulang yang rusak.
Jenis bonegraft terdiri dari dua jenis yaitu; jenis bonegraft dari bahan sintesis
dan jenis bonegraft dari tulang yang murni, seperti; Autograft, Allograft dan
Xenograft (Wirjokusumo, 2002).
Autograft adalah graft yang berasal dari donor sendiri yang hanya
dipindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Secara fisiologis paling unggul
karena berasal dari jaringan tubuh sendiri, tetapi mempunyai beberapa
kekurangan;
jumlahnya
terbatas,
sulit
mengambil
material
graft,
jaringan yang ditransplantasikan dari seseorang kepada yang lain baik dalam
spesies sama maupun spesies yang berbeda. Allograft mungkin memiliki
kemampuan
menginduksi
regenerasi
tulang,
bahan
ini
juga
dapat
tulang
resipien
yaitu
mendorong
terjadinya
osteogenesis
(pembentukan tulang) melalui 3 cara, yaitu; 1). Membelah diri, yaitu sel
dipermukaan graft dan tulang yang masih hidup pada saat dipindahkan,
kemudian membelah diri dan membentuk tulang baru. 2). Osteoinduksi, yaitu
merupakan proses menarik sel pluripotensial dari resipien yang terdapat
disekitar graft dan tulang, proses osteoinduksi tersebut terjadi karena graft dan
tulang mengandung mediator osteoinduksi seperti BMP (Bone Morphogenic
Protein), yang merupakan matrik tulang sehingga aktifitasnya tidak
dipengaruhi oleh ada tidaknya sel tulang yang hidup. 3). Osteokonduksi, yaitu
merupakan proses resorpsi graft, kemudian diganti oleh tulang baru dari
respien secara bertahap (Wirjokusumo, 2002). Konstribusi graft dimulai
dengan proses osteokonduksi yaitu membuat kerangka sebagai matrik tulang
2. Scaffold
Scaffold merupakan susunan tiga dimensi yang berfungsi sebagai
bantuan sementara pada tulang. Scaffold harus memiliki struktur pori yang
baik dan mampu mengatur pertumbuhan jaringan baru. Pori didalam scaffold
harus saling berhubungan (interkoneksi) untuk difusi gas, nutrisi, limbah dan
metabolik (Guan, 2010). Komposisi kimia pada permukaannya biocompatible
sehingga dapat meminimalkan kekebalan dan inflamasi serta tidak
memunculkan perlawanan imunitas saat digunakan pada tubuh. Seiring
dengan perkembangan jaringan yang diinginkan, scaffold harus mengalami
degradasi, oleh karena itu scaffold juga harus mempunyai sifat biodegradable
(Hutmacher, 2000).
Sifat bioaktif yang harus dimiliki oleh scaffold berfungsi untuk
memfasilitasi ikatan biokimia dengan jaringan tulang yang akan diperbaiki.
Osteokonduktif mendukung proses pertumbuhan dan pengembangan jaringan
tulang baru, selain itu sifat lain yang harus dimiliki oleh sebuah scaffold ialah
memiliki kekuatan mekanik yang cukup untuk membantu bertahan dari
pengaruh gaya luar, seiring proses pertumbuhan jaringan baru (Klawitter dan
Hulbert, 2004).
10
3. Alginat
Alginat merupakan zat biodegradable yang diekstrak dari rumput laut.
Alginat berasal dari rumput laut coklat (Phaeophyta). Alginat secara alami
merupakan polimer yang membentuk gel sepanjang kation divalen seperti
Ca2+. . Hidrogel alginat umumnya digunakan sebagai matrik ekstraselular yang
mengandung kalsium, magnesium, strontium, dan barium ion (Strathman,
11
2006). Fungsi utama alginat dalam teknik jaringan digunakan sebagai rangka
yang memberikan kekuatan, biocompatible dan fleksibilitas (Junita, 2002).
Kekuatan mekanik alginat
hilangnya ion divalen dari hidrogel yang mengalami pertukaran dengan ion
monovalen, hal tersebut dapat dihindari dengan menambahkan ion kalsium.
(Yildrim, 2004).
4. Apatit
Karbonat apatit merupakan suatu material yang dapat menginisiasi
proses
perkembangan
(Ca10(PO4)x(CO3)y(OH)z)
dari
adalah
sel
material
tulang.
Karbonat
biokeramik
yang
apatit
memiliki
12
5. Kitosan
Kitosan merupakan polimer alami yang diperoleh dari hewan-hewan
krutasea. Kitosan adalah kitin yang telah dihilangkan gugus asetilnya melalui
proses
deasitilasi,
sehingga
menyisakan
gugus
amina
bebas
yang
mukoadhesif,
13
6. Freeze Drying
Freeze Drying merupakan suatu metode konvensional yang digunakan
dalam proses pembuatan material porus (Pikal dan Reiter, 2008). Larutan
organik yang akan digunakan sebagai bahan scaffold dimasukan kedalam
suatu cetakan kemudian didinginkan hingga campuran menjadi padat. Proses
drying dilakukan untuk memisahkan pelarut sehingga diperoleh sifat porus
pada scaffold (A.L.Corporation, 2010).
14
15
16
142.0
5.0
1.5
2.5
147.8
4.2
1.0
0.5
142.0
5.0
1.5
2.5
103.0
27.0
1.0
0.5
Pada penelitian kali ini SBF yang digunakan adalah kokubo yang
mempunyai konsentrasi ion sebagai berikut;
17
142.0
5.0
1.5
2.5
147.8
4.2
1.0
0.5