Fig.2 Struktur
Mikroskopis
Tendon
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipeI, tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III.
Fibroblast dari tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipeIII pada kultur. Kolagen tipe-III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dank arena
itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara spontan.
Tendon Achilles normal menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir
dengan baik, sangat berbeda dengan tendon yang putus. Tenosit, yang merupakan
fibroblast khusus, muncul pada potongan longitudinal. Pengaturan yang baik ini
disebabkan oleh sekresi kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom
tenosit, yang menghasilkan baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks
eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali serat-serat kolagen.
Fig.4
Gambaran
mikroskopis ruptur tendon
achilles
Biasanya ruptur tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada
wanita. Penyebab lainnya juga bisa karena:
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah,
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
5. Obesitas.
LO. 2.4 Klasifikasi
Robekan pada ligamen lateral
Robekan ligamen total
Trauma adduksi yang hebat dapat menyebabkan robekan total pada ligamen lateral.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinik serta foto stres pada
pergelangan kaki. Pengobatan dengan restorasi ligamen secara konservatif atau
operatif.
Robekan ligamen parsial (strain)
Diagnosis di train ligamen lateral sama dengan yang total tetapi dengan pemeriksaan
foto stres tidak ditemukan adanya robekan. Pengobatan dengan pemasangan verban
elastis atau pemasangan gips dibawah lutut.
Robekan pada ligamen medial (ligamen deltoid)
Robekan terjadi karena adanya trauma abduksi. Robekan dapat bersama-sama dengan
lepasnya fragmen kecil pada robekan ligamen lateral. Pengobatan seperti robekan
ligamen lateral.
LO. 2.5 Patofisiologis/Patogenesis
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibril kolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal
ini yang menyebabka pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat
serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban
tendon. Jika renggangan yang di tempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persenyaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka
pada penghapusan beban. Pada tingkat ketegangan antara 4-8 persen, serat kolagen
mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada
tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton kembali
mereka memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat
dianalisis oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar yang tajam penampang
silang dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi dalam
jaringan lunak untuk foto berkualitas sangat tinggi sehingga timur untuk teknisi untuk
menemukan air mata dan cedera lainnya.
Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung
menangis Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera.
Hal ini sangat tidak efektif dalam mengidentifikasi cedera pada jaringan lunak. SinarX dibuat ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar sinar-X
diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda dari padat
(misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang padat (otot misalnya) jaringan ketika
sinar melewati jaringan dan ditangkap di film. Sinar-X umumnya terkena
mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara jaringan lunak
masih relatif tidak dibedakan di latar belakang. Radiografi memiliki peran kecil dalam
penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera
lain seperti patah tulang kalkanealis.
LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Ruptur Tendon Achilles
Terapi Fisik
Seorang individu yang mengalami ruptur tendon Achilles-nya harus mencari
pengobatan medis yang segera. Terapi fisik umumnya tidak ditunjukkan untuk fase
akut pengobatan, tetapi menjadi bagian penting dalam proses pemulihan total.
Pengobatan Konservatif
Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial,maupun seluruhnya.
Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan rupture tendo Achilles
Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung
tendin dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah
pasien dapat bergerak.
Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6
minggu dalam posisi fleksi 30-40 pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan
kaki.
fisioterapi
Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan
melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada
equinus maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan
mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril
Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan
selama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi
tumit rendah.
Open Surgical Repair
Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal medial.
Insisi medial memiliki keuntungan visualisasi yang lebih baik pada tendon plantaris, serta
menghindari cedera pada saraf Sural. Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya
tingkat komplikasi luka dan adesi. Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm.
setelah paratenon disayat secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan
didekatkan dengan menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakan
nonabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch. Paratenon
harus disambung kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan
membatasi terjadinya komplikasi luka.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan
orthosis. Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikit
dalam orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi
biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan
aktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapi
dengan mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas
kembali dalam jangka waktu 4 bulan.
Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan memiliki
tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan kekuatan otot pasca
operasi,dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat agar dapat kembali
beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan konservatif. Namun, kemungkinan
terjadinya komplikasi luka seperti infeksi, drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan
kulit lebih tinggi daripada tindakan non-operasi.
Pengobatan lainnya
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular, neuropati,
atau komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih pengobatan nonoperative
karena risiko yang signifikan dari pengobatan operasi (misalnya, infeksi, luka rincian,
dehiscence perbaikan, komplikasi perioperatif).
Gips kaki pendek dipasang pada kaki yang terkena,sementara pergelangan kaki
ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).Dengan menjaga kaki dalam
posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan selama
sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi. Pergelangan kaki
secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah periode
imobilisasi (~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau pergelangan
kaki orthotics yang disesuaikan. Berjalan dengan menggunakan cor diperbolehkan
saat masa tersebut. Setelah pelepasan cor, tumit di sepatu diangkat setinggi 2 cm dab
dipakai selama 2-4 bulan. Selama waktu ini, program rehabilitasi dimulai.
Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak ada (misalnya,
kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular), biaya rumah
sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada paparan
anestesi.
Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture
(hingga 40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat
menyembuhkan dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang
mengakibatkan penurunan daya fleksi plantar dan daya tahan.
Postoperative Course
Latihan beban fungsional dan ROM ,dengan melakukan ini, durasi waktu perawatan
dapat menurun, pasien pun dapat lebih cepat berolahraga
Pemasangan gips
Fisioterapi
Pemakaian orthosis
Tendon akan tersambung dalam 4-8 minggu taetapi pasien tidak berolahraga berat
selama 6 bulan.
Memiliki efek analgetik dan antipiretik yang cukup tapi hampir tidak memiliki
efek antiinflamasi.
Farmakokinetik : - absorbsi oral cepat dan sempurna
-T : 1-3 jam
- Di metabolisme di hati
- Toksisitas : nekrosis hati
c. Pirazolon dan derivatnya
Memiliki efek analgetik dan antipiretik
Diindikasikan sebagai analgetik dan antipiretik yang tidak dapat diturunkan
oleh obat lain. Efek samping obat : agranulositosis, anemia aplastik,
trombositopenia
d. Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
Tidak lagi dianjurkan sebagai antiinflamasi
e. Asam Mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat lebih sering digunakan sebagai analgesik, antiinflamasi.
Efek samping obat : Iritasi lambung, waspada dengan interaksi terhadap
antikoagulan
f. Diklofenak
Diabsorbsi cepat dan lengkap dari saluran cerna. Ikatan protein 99%. T : 1-3
jam. Diakumulasi di cairan sinovial. Efek samping obat : gangguan saluran
cerna
g. Ibuprofen, Ketoprofen, dan Naproksen
Sebagai analgesik dan antiinflamasi. Ibuprofen juga digunakan sebagai
antipiretik. Menurunkan efek diuresis dan natriuretik furosemid dan tiazid, alfa
dan beta bloker dan katopril.
NSAIDs
Ibuprofen
DOC bagi pasien menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, menghambatt reaksi inflamasi
dan menurunkan nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin
Analgesik
Asetaminofen
DOC pada pasien HPS terhadap aspirin atau NSAIDs, org dengan gangguan GI tract bagian
atas dan bagi pengkonsumsi antikoagulan. Kontrol nyeri,memiliki efek sedatif