DISUSUN OLEH:
PENDIDIKAN BIOLOGI / B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem
pendidikan Nasional menyebutkan bahwa fungsi Pendidikan nasional adalah
Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Dengan ditetapkan tujuan pendidikan
nasional akan terciptanya keselaran dalam antar daerah diseluruh nusantara.
Melalui kurikulum, pemerintah menjabarkan maksud, fungsi dan tujuan
pendididkan nasional.
Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang yang baru memiliki arah dan
paradigma yang berbeda dibandingkan kurikulum-kurikulum sebelumnya,
yakni kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Teori tentang kurikulum
dijabarkan melalui teori pendidikan. Sukmadinata (dalam Sudrajat, 2008)
mengemukakan empat teori pendidikan yang berhubungan dengan kurikulum,
yaitu: (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan
dan (4) teori pendidikan interaksional. Setiap kurikulum akan mencerminkan
teori pendidikan yang digunakan. Pada teori-teori pendidikan itu, penilaian
tetap menjadi hal penting dibicarakan.
Pada setiap kurikulum, sistem penilaian menjadi hal yang sangat
penting untuk diperhatikan, mengingat penilaian merupakan proses
mengumpulkan
informasi/bukti
melalui
pengukuran,
menafsirkan,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penilaian dalam kurikulum 2013?
2. Bagaimana penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik?
3. Bagaimana perbandingan sistem penilaian dalam KTSP dan kurikulum
2013?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep penilaian dalam kurikulum 2013.
2. Mengetahui penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Mengetahui perbandingan sistem penilaian dalam KTSP dan kurikulum
2013.
D. Manfaat
1. Dapat menambah wawasan tentang konsep penilaian dalam pembelajaran
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran evaluasi
pembelajaran biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013
Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan kurikulum 2013, konsep penilaian yang digunakan adalah
penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input proses output)
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik,
bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects) dan
dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan
asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru
menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen
semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik
dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lainlain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan
dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang
sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama,
pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil
Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang
jelas) dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Edukatif, berarti penilaian bersifat mendidik dan memotivasi peserta didik dan
guru.
Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus
memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya
pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya,
berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat
pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
1.
Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Penilaian kinerja
memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah
kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata
untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan
kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan
khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya
indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau
keerampilan peserta didik yang akan diamati.
Penilaian kinerja memuat penilaian diri (self assessment). Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor.
2.
Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian,
penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan, dan lain-lain.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
3.
Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes
(bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus
penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau
kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun
atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan,
resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar
penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai
dengan tuntutan pembelajaran.
4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat,
memahami,
mengorganisasikan,
menerapkan,
menganalisis,
teori
c. F. Redi
d. L. Pasteur
e. Aristoteles
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1) Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan)
Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari
luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain.
2) Responding (= menanggapi)
Mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving.
3) Valuing (menilai=menghargai)
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan
itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada
receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,
peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi
mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu
baik atau buruk.
4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan)
Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu
sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai
lain, pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan
suatu nilai atau komplek nilai)
Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai.
Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki
sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang
lama, sehingga membentuk karakteristik pola hidup tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap
kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap,
yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap,
yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu
bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat
yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan
peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2) Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah
penilaian autentik. Penilaian autentik terdiri dari penilaian kinerja, penilaian
proyek,
penilaian
portofolio,
dan
penilaian
proyek.
Penilaian
dalam
B. SARAN
Pendidik agar dapat menerapkan sistem penilaian sesuai dengan
kurikulum 2013 sehingga proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang
maksimal dan mampu mengenali potensi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA