Mustofa, S.Pd.
Hal aman|
BAB I
KONSEP DASAR ATMOSFER DAN DINAMIKANYA
A. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet
lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena ini dalam waktu beberapa hari.
Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti lebih
lanjut oleh ahli klmatologi untuk tanda-tanda perubahan iklim.
Cuaca (weather) dan iklim (climate) dinyatakan dengan besaran unsur fisika atmosfer yang
selanjutnya disebut unsur cuaca atau unsur iklim yang terdiri dari penerimaan radiasi matahari
(kerapatan fluks pada permukaan datar di ermukaan bumi) lama penyinaran matahari suhu udara
kelembaban udara tekanan udara kecepatan dan arah angin penutupan awan, presipitasi (embun,
hujan, salju) evaporasi/evapotranspirasi.
Cuaca adalah kondisi sesaat dari keadaan atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek
(kurang dari satu jam hingga 24 jam) di suatu tempat tertentu di bumi. Nilai cuaca dapat dinyatakan
dalam bentuk kualitatif (tanpa besaran angka) dan kuantitaif.
Nilai unsur-unsur cuaca saat demi saat selama 24 jam di suatu tempat akan menunjukkan
pola siklus yang disebut perubahan cuaca diurnal (pukul 00:00 hingga 24:00). Nilai tiap unsur cuaca
tersebut dapat dirata-ratakan dan menghasilkan cuaca pada tanggal tersebut.
Cuaca dicatat terus menerus pada jam-jam pengamatan tertentu secara rutin, menghasilkan
suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat diolah secara statistika menjadi data iklim. Jadi dapat
disimpulkan bahwa iklim adalah nilai statistika dari cuaca jangka panjang di wilayah luas.
Data cuaca terdiri dari data discontinue karena mudah kembali bernilai nol (0) dan data
continue karena tidak mudah turun mencapai nol. Data unsur cuaca yang sifatnya diskontinyu antara
lain penerimaan radiasi matahari dan lama penyinarannya, presipitasi (curah hujan, embun, dan
salju) dan penguapan. Penyajian dan analisisnya dalam bentuk nilai akumulasi sedangkan penyajian
grafiknya dalam bentuk kurva histogram. Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu,
kelembaban dan tekanan udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk
angka rata-rata atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.
Iklim adalah sintesis atau kesimpulan atau rata-rata perubahan unsur-unsur cuaca (hari demi
hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Sintesis
tersebut dapat diartikan pula sebagai nilai statistik yang meliputi antara lain nilai rata-rata, maksimum,
minimum, frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dari cuaca. Iklim dapat pula diartikan sebagai
pola kebiasaan serta perubahan cuaca di suatu tempat atau wilayah.
B. Unsur Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah gambaran kondisi atmosfer jangka pendek (kurang dari 24 jam) pada suatu
lokasi tertentu. Pernyataan seperti "hari ini di Bogor cerah dengan suhu maksimum 300C" adalah
contoh pernyataan keadaan cuaca. Atmosfer merupakan bagian dari bumi mulai dari permukaan laut
dan daratan ke atas yang berisi udara serta berbagai partikel yang melayang-layang. Udara terdiri dari
gas-gas terutama uap air (H,O), N, O, Ar dan CO, yang menunjang kehidupan di bumi. Atmosfer
terdiri dari berbagai lapisan mulai yang terbawah yaitu troposfer (0-12 km) dengan kerapatan udara
tertinggi, stratosfer (12-50 km), mesosfer (50-80 km) sampai termosfer (> 80 km) yang paling atas dan
batas paling atas sulit ditentukan karena udara sudah sangat tipis. Pembahasan Klimatologi
Pertanian umumnya dibatasi hanya untuk lapisan atmosfer terbawah, yaitu troposfer.
lklim adalah rata-rata cuaca jangka panjang (sekitar 30 tahun) dari suatu wilayah, seperti pada
pernyataan "Jawa Barat beriklim basah". Lebih rinci iklim Jawa Barat dapat dinyatakan dengan tipe
iklim A menurut Schmidth & Ferguson (S&F). Klasifikasi iklim merupakan sistem pengelompokan
kondisi iklim wilayah yang mempunyai beberapa sifat yang sama, yang dalam ha1 ini 5 8 F
menggunakan kriteria bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) masing-masing adalah BB>100
mm/bulan dan BK< 60 mm/bulan. Karena iklim merupakan gambaran cuaca jangka panjang (rata-rata),
maka unsur-unsur cuaca juga merupakan unsur-unsur iklim.
Dalam hubungan dengan pertanian, unsur-unsur cuacal iklim beserta alat pengukurnya adalah
sebagai berikut:
Hal aman|
1. Radiasi Matahari
Radiasi matahari atau disebut juga radiasi surya merupakan sumber energi utama bagi
proses-proses fisika atmosfer pembentuk cuaca dan iklim, serta kehidupan di bumi karena tanpa
radiasi surya proses fotosintesis serta rantai makanan tidak akan terjadi. Permukaan matahari
0
sangat panas dengan suhu 6000 K (walaupun suhu di dalamnya jutaan derajat Celcius) yang
memancarkan energi sangat tinggi berupa gelombang elekromagnit hingga ke bumi. Namun,
karena jarak matahari-bumi 150 juta km, intensitas energinya yang sampai di puncak atmosfer
-2
hanya 1360 W.m . Keberadaan atmosfer yang melindungi bumi menyebabkan radiasi yang
-2
sampai di permukaan bumi menjadi kurang dari 1000 W.m bergantung penutupan awan, dan
aman bagi manusia.
Bumi berputar pada porosnya (rotasi bumi) dengan satu putaran (3600 bujur) selama 24
0
jam, sehingga terjadi siang dan malam. Di equator, 1 bujur sama dengan 110 km, sehingga
kecepatan rotasi bumi di equator sekitar 1600 km/jam; suatu kecepatan yang tinggi jika
dibandingkan dengan kecepatan pesawat terbang besar yang hanya 1000 km/jam. Disamping
itu, bumi mengelilingi matahari (revolusi) dengan satu putaran selama setahun (365 hari).
Dengan jarak matahari-bumi 150 juta km, maka lintasan bumi yang ditempuh selama 365 hari
tersebut adalah 942 juta km. Dengan demikian, kecepatan bumi selama berevolusi adalah lebih
dari seratus ribu km/jam (107.500 kn~ljam), namun kita tidak merasakan kecepatan yang sangat
tinggi tersebut karena ukuran bumi yang besar.
Hal aman|
Hal aman|
Nitrogen bereaksi lambat, tetapi merupakan bagian penting dari kehidupan sehingga
keseimbangan nitrogen di udara, di laut dan di dalam bumi sangat dipengaruhi oleh makhluk hidup.
Karbondioksida yang berlimpah dari sinar matahari membuat karbohidrat dengan hasil sampingan
oksigen (fotosintesis).
Oksigen terakumulasi di udara kemudian berkembang makhluk yang membutuhkan oksigen.
Gas nitrogen merupakan gas yang paling banyak terdapat dalam lapisan udara atau atmosfer bumi.
Salah satu sumbernya yaitu berasal dari pembakaran sisa-sisa pertanian dan akibat letusan gunung
api. Gas lain yang cukup banyak dalam lapisan udara atau atmosfer adalah oksigen. Oksigen antara
lain berasal dari hasil proses fotosintesis pada tumbuhan yang berdaun hijau. Dalam proses
fotosintesis, tumbuhan menyerap gas karbondioksida dari udara dan mengeluarkan oksigen. Gas
karbondioksida secara alami besaral dari pernapasan mahkluk hidup, yaitu hewan dan manusia.
Serta secara buatan gas karbondioksida berasal dari asap pembakaran industri, asap kendaraan
bermotor, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Selain keempat gas tersebut di atas ada beberapa gas lain yang terdapat di dalam atmosfer,
yaitu di antaranya ozon. Walaupun ozon ini jumlahnya sangat sedikit namun sangat berguna bagi
kehidupan di bumi, karena ozon yang dapat menyerap sinar ultra violet yang dipancarkan sinar
matahari sehingga jumlahnya sudah sangat berkurang ketika sampai di permukaan bumi. Apabila
radiasi ultra violet ini tidak terserap oleh ozon, maka akan menimbulkan malapetaka bagi kehidupan
mahkluk hidup yang ada di bumi. Radiasi ini di antaranya dapat membakar kulit mahkluk hidup,
memecahkan kulit pembuluh darah, dan menimbulkan penyakit kanker kulit.
Selain unsur pembentuk yang berupa gas, udara juga mengandung partikel padat dan cair,
yang kebanyakan begitu kecilnya sehingga gerakan udara dapat mengimbangi kecenderungan
partikel tersebut jatuh ke tanah. Partikel itu dapat berasal dari debu yang terangkat oleh angin,
partikel garam laut, ataupun hasil pembakaran dan pengolahan dalam industri.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari kita mengetahui bahwa suhu udara berubah-ubah dari
waktu ke waktu; pagi yang sejuk diikuti oleh sore hari yang panas, dan musim dingin yang dingin
diikuti musim panas yang pana dalam suatu daur yang tetap. Suhu menjadi beragam dari tempat ke
tempat pada waktu yang sama. Pada wilayah yang lintang rendah lebih panas daripada wilayah pada
lintang yang lebih tinggi dan daerah yang rendah lebih panas daripada pegunungan tinggi. Bumi
secara keseluruhan selama setahun penuh, suhu rata-rata di dekat tanah pada muka laut (suhu
Hal aman|
permukaan) adalah 15C (288K, 59F). Rata-rata kesel uruhan sepanjang tahun turun menurut
ketinggian. Namun, kira-kira di atas 12 km (40.000 kaki) penurunan suhu berhenti.
Lapisan atmosfer dengan suhu yang rata-rata berkurang menurut kentinggian, disebut
troposfer, lapisan diatasnya denagn suhu tetap atau meningkat disebut stratosfer. Pada permukaan
diantara troposfer dan stratosfer (kadang-kadang berupa lapisan peralihan) disebut tropopause.
Daerah dimana cuaca terjadi adalah bagian terbawah atmosfer, yang disebut troposfer (daerah inilah
yang menjadi perhatian bagi para ahli meteorologi). Troposfer memiliki sifat penting, yaitu bahwa
secara umum temperatur berkurang terhadap ketinggian. Diatas troposfer adalah stratosfer yang
dicirikan oleh bertambahnya temperatur terhadap ketinggian. Diskontinuitas yang membedakan
troposfer dengan stratosfer adalah lapisan tropopause.
Pada troposfer campuran gas-gas terdiri dari 78% nitrogen dan 21% oksigen (prosen dalam
volume). Sisanya sebesar 1% adalah campuran gas yang terdiri dari argon, karbondioksida, dan gasgas lainnya. Campuran gas-gas tanpa uap-air disebut sebagai udara kering, dan campuran gas-gas
tanpa terkecuali disebut sebagai udara lembab.
D. Fungsi Atmosfer Bumi
Setiap kali menghirup udara, manusia diingatkan bahwa tidak dapat hidup tanpa udara.
Udara bersih adalah kebutuhan fisik manusia yang merupakan hubungan timbal balik antara manusia
dan lingkungan. Atmosfer membuat suhu bumi sesuai untuk kehidupan manusia. Adanya efek rumah
kaca di atmosfer, sinar matahari yang masuk ke bumi dapat diserap dan menghangatkan udara.
Suhu rata-rata di permukaan bumi naik 33C lebih tin ggi menjadi 15C dari seandainya tidak ada
efek rumah kaca (-18C), suhu yang terlalu dingin bagi kehidupan mnusia. Efek rumah kaca
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Atmosfer berguna untuk melindungi makhluk hidup yang yang ada di muka bumi karena
membantu menjaga stabilitas suhu udara siang dan malam, menyerap radiasi dan sinar ultraviolet
yang sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk bumi lainnya. Atmosfir juga melindungi bumi dari
suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270C di bawah nol. Selain atmosfer,
sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan
sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet ini. Radiasi yang terus-menerus
dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup.
Apabila sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang
terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Bumi memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang
terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang
besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi
Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan
takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan
memiliki medan magnet adalah Merkurius tetapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih
kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar Bumi, tidak memiliki medan magnet. Lapisan
pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.
E. Sifat Atmosfer Bumi
1. Merupakan selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi sampai ketinggian 560 km
dari permukaan bumi.
2. Atmosfer bumi tidak mempunyai batas mendadak, tetapi menipis lambat laun dengan menambah
ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.
3. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan, tidak dapat diraba (kecuali bergerak
sebagai angin).
4. Mudah bergerak, dapat ditekan, dapat berkembang.
14
5. Mempunyai berat (56 x 10 ton) dan dapat memberikan tekanan. 99% dari beratnya berada
sampai ketinggian 30 km, dan separuhnya berada di bawah 6000 m.
6. Memberikan tahanan jika suatu benda melewatinya berupa panas akibat pergesekan (misalnya
meteor hancur sebelum mencapai permukaan bumi).Sangat penting untuk kehidupan dan
sebagai media untuk proses cuaca. Sebagai selimut yang melindungi bumi terhadap tenaga
penuh dari matahari pada waktu siang, menghalangi hilangnya panas pada waktu malam. Tanpa
atmosfer suhu bumi pada siang hari 93,3C dan pada malam hari -148,9C.
Hal aman|
BAB II
LAPISAN ATMOSFER BUMI
A. Pengertian Atmosfer Bumi
Bumi merupakan salah satu planet yang ada di tata surya yang memiliki selubung yang
berlapis-lapis. Selubung bumi tersebut berupa lapisan udara yang sering disebut dengan atmosfer.
Atmosfer terdiri atas bermacam-macam unsur gas dan di dalamnya terjadi proses pembentukan dan
perubahan cuaca dan iklim. Atmosfer melindungi manusia dari sinar matahari yang berlebihan dan
meteor-meteor yang ada. Adanya atmosfer bumi memperkecil perbedaan temperatur siang dan
malam. Gejala yang terjadi di atmosfer sangat banyak dan beragam. Pada lapisan bawah angin
berhembus, angin terbentuk, hujan dan salju jatuh, dan terjadilah musim panas dan musim dingin.
Semua ini merupakan gejala yang lazim terjadi yang sering disebut cuaca.
Atmosfer bumi merupakan selubung gas yang menyelimuti permukaan padat dan cair pada
bumi. Selubung ini membentang ke atas sejauh beratus-ratus kilometer, dan akhirnya bertemu
dengan medium antar planet yang berkerapatan rendah dalam sistem tata surya. Atmosfer terdapat
dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
bumi.
B. Lapisan Atmosfer Bumi
1. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, yaitu pada ketinggian 0 - 18 km di
atas permukaan bumi. Tebal lapisan troposfer rata-rata 10 km. Di daerah khatulistiwa,
ketinggian lapisan troposfer sekitar 16 km dengan temperatur rata-rata 80C. Daerah sedang
ketinggian lapisan troposfer sekitar 11 km dengan temperatur rata-rata 54C, sedangkan di
daerah kutub ketinggiannya sekitar 8 km dengan temperatur rata-rata 46C. Lapisan troposfer ini
pengaruhnya sangat besar sekali terhadap kehidupan mahkluk hidup di muka bumi. Lapisan ini
selain terjadi peristiwa-peristiwa seperti cuaca dan iklim, juga terdapat kira-kira 80% dari seluruh
massa gas yang terkandung dalam atmosfer terdapat pada lapisan ini. Ciri khas yang terjadi
pada lapisan troposfer adalah suhu (temperatur) udara menurun sesuai dengan perubahan
ketinggian, yaitu setiap naik 100 meter dari permukaan bumi, suhu (temperatur) udara menurun
sebesar 0,5C. Lapisan troposfer paling atas, yai tu tropopause yang menjadi batas antara
troposfer dan stratosfer. Suhu (temperatur) udara di lapisan ini relatif konstan atau tetap,
walaupan ada pertambahan ketinggian, yaitu berkisar antara -55C sampai -60C. Ketebalan
lapisan tropopause 2 km.
Pada lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin,
tekanan dan kelembaban udara yang kita rasakan sehari-hari terjadi.
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena
permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara.
Pada troposfer ini terdapat gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca dan
pemanasan global. Tropopause merupakan lapisan pembatas antara lapisan troposfer dengan
stratosfer yang temperatunya relatif konstan. Pada lapisan tropopause kegiatan udara secara
vertikal terhenti.
Troposfer terdiri atas:
a. Lapisan planetair: 0-1 km
b. Lapisan konveksi: 1-8 km
c. Lapisan tropopause: 8-12 km.
2. Stratosfer
Lapisan kedua dari atmosfer adalah stratosfer. Stratosfer terletak pada ketinggian antara
18 - 49 km dari permukaan bumi. Lapisan ini ditandai dengan adanya proses inversi suhu, artinya
suhu udara bertambah tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian dari permukaan bumi. Kenaikan
suhu udara berdasarkan ketinggian mulai terhenti, yaitu pada puncak lapisan stratosfer yang
disebut stratopause dengan suhu udara sekitar 0C. St ratopause adalah lapisan batas antara
stratosfer dengan mesosfer. Lapisan ini terletak pada ketinggian sekitar 50 - 60 km dari
permukaan bumi. Stratosfer terdiri atas tiga lapisan yaitu, lapisan isotermis, lapisan panas dan
lapisan campuran teratas.
Umumnya suhu (temperatur) udara pada lapisan stratosfer sampai ketinggian 20 km
tetap. Lapisan ini disebut dengan lapisan isotermis. Lapisan isotermis merupakan lapisan paling
bawah dari stratosfer. Setelah lapisan isotermis, berikutnya terjadi peningkatan suhu (temperatur)
hingga ketinggian 45 km. Kenaikan temperatur pada lapisan ini disebabkan oleh adanya
lapisan ozon yang menyerap sinar ultra violet yang dipancarkan sinar matahari. lapisan stratosfer
ini tidak ada lagi uap air, awan ataupun debu atmosfer, dan biasanya pesawat-pesawat yang
menggunakan mesin jet terbang pada lapisan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
gangguan cuaca.
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11
km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu - 70F atau
sekitar - 57C. Pada lapisan ini angin yang sangat ken cang terjadi dengan pola aliran yang
tertentu. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada
pola cuaca yang cukup signifikan. Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah
menjadi semakin bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi
Hal aman|
ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini
bisa mencapai sekitar 18C pada ketinggian sekitar 40 km . Lapisan stratopause memisahkan
stratosfer dengan lapisan berikutnya.
Ozon adalah hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari matahari. Ozon di
udara berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari pada tingkat yang aman untuk
kesehatan. Ozon berwarna biru pucat yang terbentuk dari tiga atom oksigen (O3). Ozon adalah
gas yang tidak berwarna dan dapat ditemukan di lapisan stratosfer yaitu lapisan awan yang
terletak antara 15 hingga 35 km dari permukaan bumi.
Lapisan ozon sangat penting karena ozon menyerap radiasi ultra violet (UV) dari
matahari untuk melindungi radiasi yang tinggi sampai ke permukaan bumi. Radiasi dalam bentuk
UV spektrum mempunyai jarak gelombang yang lebih pendek daripada cahaya. Radiasi UV
dengan jarak gelombang adalah di antara 280 hingga 315 nanometer yang dikenali UV-B dan ia
merusak hampir semua kehidupan. Adanya penyerapan radiasi UV-B sebelum sinar UV sampai
ke permukaan bumi, lapisan ozon melindungi bumi dari efek radiasi yang merusak kehidupan.
3. Mesosfer
Mesosfer adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan
pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat. Mesosfer terletak pada ketinggian antara 49
- 82 km dari permukaan bumi. Lapisan ini merupakan lapisan pelindung bumi dari jatuhan meteor
atau benda-benda angkasa luar lainnya. Udara yang terdapat di sini akan mengakibatkan
pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi.
Kebanyakan meteor yang sampai ke bumi biasanya terbakar di lapisan ini.
Lapisan mesosfer ini ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara, rata-rata
0,4C per seratus meter. Penurunan suhu (temperatur ) daerah ini disebabkan karena mesosfer
memiliki kesetimbangan radioaktif yang negatif. Temperatur terendah di mesosfer kurang dari 81C. Bahkan di puncak mesosfer yang disebut mesopause , yaitu lapisan batas antara mesosfer
dengan lapisan termosfer temperaturnya diperkirakan mencapai sekitar -100C.
4. Termosfer
Termosfer adalah lapisan udara keempat, peralihan dari mesosfer ke termosfer dimulai
pada ketinggian sekitar 82 km. Termosfer terletak pada ketinggian antara 82 - 800 km dari
permukaan bumi. Lapisan termosfer ini disebut juga lapisan ionosfer. Lapisan ini merupakan
tempat terjadinya ionisasi partikel-partikel yang dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi
gelombang radio, baik gelombang panjang maupun pendek. Disebut dengan termosfer karena
terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1.982C. Perubahan
ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia
sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat
memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk
membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh.
5. Eksosfer
Eksosfer adalah lapisan udara kelima, eksosfer terletak pada ketinggian antara 800 1000 km dari permukaan bumi. Pada lapisan ini merupakan tempat terjadinya gerakan atomatom secara tidak beraturan. Lapisan ini merupakan lapisan paling panas dan molekul udara
dapat meninggalkan atmosfer sampai ketinggian 3.150 km dari permukaan bumi. Lapisan ini
sering disebut pula dengan ruang antar planet dan geostasioner. Lapisan ini sangat berbahaya,
karena merupakan tempat terjadi kehancuran meteor dari angkasa luar.
Hal aman|
BAB III
PENERIMAAN PANAS BUMI OLEH MATAHARI
A. Radiasi Matahari (Pancaran Surya)
Perpindahan energi kalor (bahang) dari suatu tempat kelain tempat dipancarkan dalam
bentuk gelombang elektromagnetik baik tanpa perantara maupun dengan perantara. Energi tersebut
mempunyai sifat-sifat seperti partikel dan gelombang yang berpindah dengan kecepatan sama
8
-1
dengan kecepatan cahaya (c = 3x10 m.s ).
Pancaran surya dapat dibagi berdasarkan fungsi masing-masing, yaitu intensitas surya,
kualitas surya dan panjang hari dan lama penyinaran surya tiap komponen akan berbeda efeknya
terhadap mahluk hidup dan tumbuhan atau tanaman.
Intensitas pancaran surya, adalah jumlah energi yang dipancarkan oleh surya perstuan
waktu per satuan luas atau disebut juga kerapatan aliran pancaran. Hukum Stefan-Boltzmann, setiap
o
permukaan benda dengan suhu di atas 0 K akan memancarkan energi pancaran dari seluruh
panjang gelombang sinar yang dipancarkan oleh permukaaan tersebut. Jumlah energi ini sangat
ditentukan oleh suhu permukaan semakin tinggi pula energi yang dipancarkan.
Kualitas pancaran surya, membicarakan mengenai panjang gelombang dari semua sinar
yang dipancarkan oleh permukaan surya, panjang gelombang adalah 0.2-100 m. Tetapi sekitar 99%
panjang gelombang sinar surya berda pada kisaran 0.3-4.0 m, oleh karena itu pancaran surya
digolongkan sebagai pancaran gelombang pendek (short wave radiation).
Bila setiap sinar tersebut dihubungkan dengan efek fisik dan biologinya maka sinat surya
digolongkan atas: (a) sinar ultra violet (UV) dengan = 0.3-0.4 m, (b) sinar tampak (visible light)
dengan = 0.4-0.7 m dan (c) snar infra merah (infra red) atau dekat infra merah (NIR) dengan =
0.7- 4.0 m.
Panjang hari dan lama penyinaran surya, periode sampai mulai terbit sampai terbenamnya
2 surya, sedangkan lama penyinaran adalah lamanya surya bersinar cerah (0,2 sampai 0,4 kal. Cm m
1
. selama siang hari. Panjang hari berbeda menurut lintang dan waktu semakin jauh dari equator
maka panjang hari semakin pendek, bergantung pada waktu/musim. Jika surya berada dibelahan
bumi utara (periode musim panas) maka panjang hari semakin panjang, dan sebaliknya dibelahan
bumi selatan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Insolasi
Intensitas pancaran surya pada suatu saat dan tempat tertentu sebelum mengalami
pemantulan di permukaan bumi (albedo) disebut radiasi global (global radiation) yang terdiri dari
radiasi langsung (direct radiation) dan radiasi tidak langsung (indirect radiation). Keduanya
berkorelasi negatif.
Hukum Stefan-Boltzmann mengasumsikan bahwa jika surya dengan suhu permukaan
6000oK memancarkan energi radiasi sebanyak 73,5 juta Watt.m -2. Tetapi jumlah ini akan berkurang
setelah tiba di puncak atmosfer dan akan berkurang lagi setelah tiba dipermukaan bumi. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor yakni intensitas pancaran surya di permukaannya, faktor astronomis
dan transparansi atmosfer.
1. Intensitas Surya Di Permukaannya
Nilainya bergantung dengan suhu permukaan, ketika surya permukaan turun, maka
intensitas juga menurun. Demikian sebaliknya, perubahan intensitas akan mengakibatkan
pancaran berfluktuasi sekitar 1,5 % dalam kurun waktu tertentu.
2. Faktor-faktor Astronomis
Faktor ini menyangkut tentang perubahan letak kedudukan bumi terhadap surya, yang
menyebabkan perbedaan sudut jatuh sinar dari Zenith. Perbedaan itu berkaitan dengan rotasi
dan revolusi bumi. Perubahan kedudukan bumi terhadap surya akan mengakibatkan tiga aspek
perubahan yaitu:
a. Jarak antara surya dan bumi
Lintasan bumi mengitari dimana matahari berada di salah satu fokusnya. Dengan
demikian setiap tempat dan lintang akan berbeda jarak antara surya dan bumi akan berbeda
jarak setiap waktu. Ada 4 hari atau tanggal yang dianggap penting dalam setahun, terutama
posisi surya terhadap matahari yaitu tanggal 3 januari, 4 April, 4 Juli, 5 Oktober setiap tahun.
Karena tanggal 3 Januari dan 4 Juli tercapai jarak terdekat dan terjauh antara surya dan
bumi yang disebut secara berturut-turut perihelion dengan jarak 147,3 x 106 km dan apelion
dengan jarak 152,1 x 106 km. Sedangkan tanggal 4 April dan 5 Oktober tercapai jarak ratarata sekitar 149,7 x 106 km. Intensitas pancaran surya yang tiba dipuncak atmosfer pada
-2
-2
-1
kisaran 1350-1400 Wm (1.94-2.01 kal.cm .menit ) disebut tetapan surya (solar constant).
Intensitas surya pada saat terdekat dan terjauh secara berurutan adalah 2.01 kal.cm-2.menit-1
dan 1.88 kal.cm-2.menit-1 disebut angot radiation atau extra terrestrial radiation.
b. Panjang hari
Jika tidak ada atmosfer maka perbedaan penerimaan pancaran surya dipermukaan
bumi pada suatu waktu tertentu hanya disebabkan oleh perbedaan sudut datang surya dari
zenith, yang ditentukan oleh sudut deklinasi, letak lintang, dan sudut waktu.
c. Sudut jatuh sinar (angle of incidence)
Perubahan sudut jatuh sinar terutama sebagai akibat rotasi bumi, sedangkan jarak
antara surya dan bumi dan panjang hari terutama akibat revolusi bumi. Perubahan ini
Hal aman|
mengakibatkan variasi insolasi harian pada suatu tempat di permukaan bumi seperti
dikemukakan oleh Lambert (hukum cosinus Lambert), intensitas pancaran dalam suatu arah
dari permukaan yang memancarkan energi radiasi pada suatu permukaan (horizontal) di
bumi akan bervariasi menurut kosinus sudut antara garis normal pada permukaan dengan
arah pancaran yang dapat dinyatakan dalam persamaan:
3. Transparansi atmosfer.
Sinar surya memasuki atmosfer maka akan terjadi pengurangan yang tiba dipuncak
atmosfer. Pengurangan tersebut akibat penyerapan secara selektif dari molekul-molekul udara
kering (O, O3) dan uap air, pemencaran oleh aerosol serta pemantulan oleh awan.
a. Penyerapan (absorption)
Merupakan proses penyampaian energi pancaran pada molekul-molekul bahan yang
bersifat selektif terhadap panjang gelombang sinar. Atom O menyerap sinar ultraviolet pada
= 0.12-0.18 m, Ozon pada = 0.22-0.33 m dan 0.44- 0.76 m, uap air pada = 0.93; 1.13;
1.42; 1.47 m dan karbon dioksida pada = 2.7 m.
b. Pemencaran (scattering)
Pemencaran adalah pembelokan sinar kesegala arah oleh molekul-molekul udara
kering dan partikel-partikel padat yang kecil (disebut aerosol) atau cair di atmosfer terhadap
sinar yang datang padanya. Pemencaran berdasarkan ukuran partikel maka partikel dengan
diameter yang relative kecil oleh partikel Reyleigh disebut true scattering akan menimbulkan
warna biru dilangit sebaliknya partikel Mie dengan ukuran diameter besar disebut scattering
yang dapat menyebabkan warna merah dilangit.
Penyerapan dan pembauran penyebab terjadinya turbiditas yang dapat mengurangi
sifat tembus atmosfer terhadap energi pancaran, terutama terhadap sinar tampak yang
disebabkan oleh debu, tepungsari, dan uap air.
c. Pemantulan (reflektivitas dan albedo)
Sebagian pancaran surya yang mencapai atmosfer dan permukaan bumi dapat
dipantulkan kembali keruang angkasa tanpa mengalami perubahan panjang gelombang,
sehingga tidak memberikan efek lain terhadap permukaan bumi dan lingkungannya.
Reflektivitas ditujukan bagi pemantulan sinar dari panjang gelombang tertentu, sedangkan
albedo ditujukan bagi pemantulan sinar dari suatu kisaran panjang gelombang.
Derajat atau koefisien pemantulan (reflektivitas atau albedo, dan ), nisbah antara
intensitas pancaran yang dipantulkan oleh suatu permukaan (Ra) dengan intensitas
pancaran yang tiba pada permukaan tersebut (insolasi dengan symbol Ri).
Pada umumnya nilai albedo pada kisaran panjang gelombang yang dapat dilihat 0.40.7 m sekitar 5-10% , panjang gelombang 0.7-1.5 m sekitar 30-50% dan menurun pada
panjang gelombang sekitar 1.5-4.0 m.
Prinsip albedo ini banyak diterapkan pada pemotretan udara untuk menentukan
penggunaan lahan dari suatu daerah dan keadaan pertanaman apakah terjadi kekeringan
atau serangan hama & penyakit, dan luas serangan.
Awan merupakan reflektor yang efektif, oleh karena intensitas pancaran yang sampai
ke permukaan bumi pada keadaan cuaca berawan hanya sedikit. Berdasarkan hasil
pengukuran, maka tinggi rendahnya albedo suatu permukaan ditentukan oleh berbagai
faktor, yaitu:
1) Kisaran panjang gelombang
2) Tipe/macam permukaan, terutama ditentukan oleh warna dan kekasaran permukaan.
Makin terang warna atau makin kasar permukaan semakin tinggi albedonya
3) Kandungan air permukaan, makin kering permukaan semakin tinggi albedonya
4) Sudut jatuh sinar atau elevasi surya, makin besar sudut elevasi sebaliknya semakin kecil
albedonya.
C. Pancaran bumi dan Atmosfer
Berdasarkan hokum Stefan-Boltzmann, maka setiap permukaan dengan suhu di atas 0oK
akan memancarkan energi radiasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu rata-rata permukaan
o
o
o
o
bumi (laut) adalah 15 C atau 288 K (disebut suhu normal) dan atmosfer -73 C (200 K). Kira-kira 99%
bumi dan atmosfer ncarkan energi secara berturut-turut dengan panjang gelombang 4.0- 100 m dan
80-120 m. Sedangkan menurut Wien, bumi dan atmosfer secara berturut-turut mempunyai maks
10.1 m dan 14.5 m.
Radiasi bumi juga diserap oleh molekul-molekul udara kering (terutama CO2 dan CH4) dan
H2O dalam bentuk uap dan maupun cair dan padat pada panjang gelombang tertentu, kecuali =
2.2-4.3 m dan = 8.5-11.0 m lolos ke angkasa disebut radiation window.
Gas-gas tersebut diatas akan menyerap radiasi bumi dan bila jumlahnya cukup banyak
(termasuk awan), maka penyerapannya dapat mencapai sekitar 90%. Penyerapan tersebut akan
meningkatkan suhu atmosfer dan kira-kira 50% akan dipancarkan ke permukaan bumi yang akan
meningkatkan suhu di permukaan bumi. Efek pemanasan yang terjadi disebut green house effect.
Awan merupakan penghalang yang baik terhadap radiasi surya dan bumi, oleh karena awan
merupakan pemantul yang baik terhadap radiasi bumi. Jumlah yang terserap dan terpantul
ditentukan oleh jumlah keawanan (C) dan tipe awan (a) dari segi tinggi rendahnya awan.
Hal aman|
BAB IV
TEKANAN UDARA
A. Batasan dan Peranan
Tekanan pada suatu bidang adalah tekanan yang dialami oleh suatu bidang yang
disebabkan oleh gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Makin besar gaya yang bekerja pada
bidang tersebut semakin besar tekanan yang diakibatkan. Bagi tekanan udara, maka berfungsi
sebagai gaya adalah berat udara pada suatu bidangsampai puncak atmosfer. Tekanan
bidang/ketingian adalah tekanan yang dialami oleh bidang/ketinggian tersebut sebagai akibat berat
(kolom) udara diatasnya.
Oleh karena tekanan udara berbeda menurut ketinggian tempat (altitude) dan lintang, maka
sebagai standar digunakan permukaan laut dan lintang 45 derajat BBU dan disebut tekanan udara
normal. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk tekanan udara normal adalah
sama dengan berat udara 14,7 lb yang bekerja pada bidang seluas satu inci kuadrat atau 760 mm Hg
atau disebut juga satu atmosfer. Satuan lain tekanan udara juga sering digunakan adalah satuan bar
atau millibar, dimana satu bar =10 mb = 106dyne/cm-2. Oleh karena itu satu atmosfer dalah 1.013 x
-2
106dyne.cm maka satu atmosfer sama dengan 1.0132 bar.
Pengaruh langsung tekanan udara terhadap kehidupan dipermukaan bumi adalah kecil.
Perubahan tekanan udara lebih berpengaruh terhadap pergerakan massa udara atau angin. Karena
tekanan udara merupakan pengendali terhadap angin dan selanjutnya angin merupakan pengendali
langsung terhadap penguapan, suhu dan curah hujan yang cukup berperan tehadap kehidupan di
permukaan bumi, maka tekanan udara tidak langsung juga cukup berperan terhadap kehidupan
dipermukaan bumi. Perbedaan tekanan udara yang besar antara dua tempat yang berjarak
berdekatan (3 km) akan menimbulkan angin yang kencang.
B. Tipe dan Sistem Tekanan Udara
Sistem-sistem tekanan udara sangat bervariasi dalam ukuran dan lamanya. Tipe-tipe sistem
tekanan udara yang penting adalah:
1. Sistem tekanan (udara) rendah atau juga disebut siklon atau depresi atau low, daerah ini
mempunyai tekanan udara yang lebih rendah daripada tekanan udara daerah sekitarnya. Jika
daerah tekanan ini memanjang maka disebut Palung (throught).
2. Sistem tekanan (udara) tinggi atau juga disebut antisiklon atau high, daerah ini mempunyai
tekanan udara daerah disekitarnya. Jika daerah tekanan ini memenjang maka disebut ridge atau
weige. Contoh-contoh sistem tekanan udara yang disebabkan oleh perubahan suhu permukaan
bumi adalah akibat perubahan insolasi yang berbeda menurut lintang dan waktu/musim.
Misalnya pada musim dingin yang terjadi di Amerika Utara, Asia Tengah, dan India bagian Utara
menyebabkan sistem tekanan udara tinggi di wilayah tersebut. Tempat-tempat yang mempunyai
tekanan udara yang sama biasanya dihubungkan dengan suatu garis di peta yang disebut isobar.
C. Penyebaran Tekanan Udara
Seperti halnya suhu udara, tekanan udara juga bebeda menurut ketinggian tempat (altitude)
dan lintang. Oleh karenanya dikenal penyebaran tekanan udara secara vertikal dan horizontal.
1. Penyebaran secara vertikal
Tekanan udara pada suhu bidang/ketinggian adalah tekanan yang disebabkan oleh berat
udara bidang atau ketinggian tersebut. Makin tinggi tempat sebaliknya semakin ringan udara,
sehingga semakin rendah tekanannya. Bertambah ringannya udara tersebut bukan hanya
disebabkan oleh semakin pendeknya kolom udara sampai puncak atmosfer, Tetapi juga karena
semakin renggangnya udara. Berdasarkan pengukuran menunjukkan bahwa tiap naik 100 m
akan turun tekanan udaranya setinggi 11 mb. Untuk jelasnya tekanan udara pada berbagai
ketinggian/altitude disajikan pada tabel berikut.
Tabel Tekanan dan Suhu Udara pada Pelbagai Ketinggian
Ketinggian/altitude
Tekanan Udara
Suhu Udara
0
(kaki)
In Hg
(mb)
( C)
70.000
1.3
44.0
-55,2
50.000
3.4
115,1
-56,5
35.000
7.1
137,0
-54,0
18.000
14,9
506,0
-20,4
10.000
20,6
679,5
4,8
5000
24,9
843,1
5,1
Permukaan laut (0 m)
29,92
1.013,2
15,0
2. Penyebaran secara Horizontal
Perbedaan/perubahan tekanan udara secara horizontal disebabkan oleh perbedaan,
lintang yang mengakibatkan terjadinya perbedaan suhu dan selanjutnya akan mengakibatkan
perbedaan tekanan udara. Untuk daerah yang beriklim subtropika atau kutub, variasi tekanan
udara menurut lintang sangat menentukan perubahan cuaca/iklim di daerah tersebut. Tetapi bagi
daerah yang beriklim tropika, variasi tekanan udara menurut lintang relative kecil, sehingga
jarang menimbulkan gejala-gejala yang berarti bagi pertanian. Mungkin karena itulah sebabnya
pengukuran tekanan udara di Stasiun Klimatologi Pertanian jarang sekali dilakukan.
Hal aman|
BAB V
ANGIN/PERGERAKAN UDARA
A. Batasan, Peranan dan Prinsip Umum
Adanya perbedaan tekanan udara akan mengakibatkan terjadinya pergerakan udara yang
arahnya secara vertikal atau horizontal. Pergerakan udara secara horizontal atau hampir horizontal
disebut angin, sedangkan secara vertikal (keatas atau kebawah) disebut arus udara.
1. Pemindah kalor: baik dalam bentuk yang dapat dirasakan (sensible heat) maupun akan membuat
seimbang neraca radiasi antara lintang rendah dan lintang tinggi.
2. Pemindahan Uap air; yang dievaporasikan di daerah perairan (terutama laut) akan dipindahkan
ke daratan dengan perantaraan angin. Uap air yang dipindahkan sebagian besar
dikondensasikan dan kemuan terbentuk awan, selanjutnya bila memenuhi syarat akhir akan
turun kembali sebagai hujan, hujan es, atau salju untuk memenuhi kebutuhan air dari berbagai
keperluan.
Massa udara yang bergerak disebut angina. Angin dapat bergerak horizontal atau vertikal
dengan kecepatan bervariasi dan berfluktuasi dinamis. Faktor yang menyebabkan gerakan massa
udara adalah adanya perbedaan tekanan udara dari satu tempat ke tempat lain. Angin selalu
bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Jika tidak ada
lagi gaya lain yang mempengaruhi, maka angin bergerak secara langsung dari udara bertekanan
tinggi ke arah yang bertekanan lebih rendah.
Perputaran bumi terhadap sumbuhnya akan menimbulkan gaya yang berpengaruh pada arah
gerakan angina. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh coriolis. Pengaruh
coriolis menyebabkan angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di
belahan bumi selatan dan sebaliknya bergerak berlawanan arah jarum jam mengitari daerah
bertekanan rendah di belahan bumi utara.
Orang yang pertama kali menemukan hokum tentang hubungan antara angin dengan
distribusi sistem tekanan udara adalah Buys Ballot. Hukumnya dinamakan Buys Ballot, sesuai
dengan nama pencetusnya, hokum tersebut menyatakan bahwa: arah angin di belahan bumi utara
akna berbelok ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Berikut ini adalah ilustrasi pembelokan arah angin karena gaya coriolis.
Angin mempunyai asal usul yang kompleks atau rumit. Pada umumnya yang menjadi
penyebab langsung adalah terjadinya perbedaan tekanan udara horizontal. Tetapi, sumber energi
utamanya diperoleh dari perbedaan pemanasan dan pendinginan yang terjadi pada lintang-lintang
rendah dan tinggi. Sumber energi ini digunakan untuk membentuk angin dan mempertahankan
kecepatannya terhadap rintangan yang timbul akibat adanya gesekan dengan permukaan. Oleh
sebab itu, angin mempunyai pola senantiasa berpindah-pindah dengan perubahan lebih kurang
seirama atau sejajar dengan perpindahan termal ekuator.
B. Sistem Pergerakan Udara
Berdasarkan skalanya, maka sistem pergerakan udara/angin dapat dibedakan atas:
1. pergerakan udara secara umum/sirkulasi angin dunia
2. pergerakan udara secara lokal, dan
3. pergerakan udara/angin secara khusus/spesifik.
C. Pergerakan Udara Secara Umum
Pergerakan udara ini disebabkan oleh karena adanya tekanan udara yang sangat mencolok
antara daerah kutub dengan daearah ekuator, seandainya pergerakan tesebut hanya dipengaruhi
oleh perbedaan tekanan udara antara kutub (high pressure zone) dengan ekuator (low pressure
zone), maka pergerakan tersebut hanya merupakan satu siklus pergerakan. Tetapi kerena pengaruh
berbagai faktor, yaitu fisiografi lahan (terutama altitude),efek Coriolis akibat rotasi bumu, dan
keadaan parallelism (kemiringan sumbu) bumi, maka pergerakan udara ini didukung oleh tiga
subsistem pergerakan udara. Secara berturut-turut mulai daerah ekuator sampai kutub adalah
Hadley Cell, Ferrel Cell, Polar Cell.
D. Pergerakan Udara Lokal
1. Angin darat dan angin laut
Merupakan salah satu akibat nyata yang ditimbulkan oleh sifat pemanasan yang berbeda
antara daratan dengan lautan yang mengakibatkan terjadinya angin darat dan angin laut. Angin
ini bertiup pada arah yang berlawanan dari lautan ke daratan (angin laut) di siang hari dan dari
daratan ke lautan (angin darat) bertiup pada malam hari. Angin-angin ini terbentuk dengan baik
jika kecepatan angin-angin lainnya masih dalam kategori lemah dan terdapat insolasi kuat untuk
memaksimumkan perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan. Biasanya angin laut yang
bertiup di siang hari lebih kuat dan masih terasa pada jarak 50 km kedarat (pedalaman).
Pembentukan angin laut maksimum 75 hingg 225 meter di atas permukaan laut dan bermula
pada jam 10.30 WS, kecepatannya meningkat mencapai > 12 knot (6.2 m.det-1) dan menurun
berakhir pada jam 20.00 WS.
Hal aman|
Gambar 6. Arah dan Periode Terjadinya Angin Laut dan Darat serta Angin Lembah dan Gunung
Sumber: idkf.bogor.net dan britannica.com
3. Angin Sentripetal dan Angin Sentrifugal
Angin sentripetal adalah angin yang bergerak menuju ke pusat tekanan rendah atau
minimum, sedangkan angin sentrifugal adalah angin yang bergerak keluar dari pusat tekanan
udara tinggi atau maksimum. Baik angin sentripetal maupun angin sentrifugal umumnya juga
bergerak secara vertical dan membentuk spiral. Apabila angin sentripetal tersebut gerakannya
cepat dan meluas biasanya disebut angin taifoen atau cycloon, sedangkan untuk angin
sentrifugal disebut angin antisiklon (anticycloon).
E. Angin Muson
Muson (juga disebut angin musim) adalah angin periodik, terutama di Samudra Hindia dan
sebelah selatan Asia. Kata ini juga digunakan untuk menyebut musim di saat angin ini bertiup dari
arah barat daya di India dan wilayah-wilayah sekitarnya yang diperlihatkan melalui curah hujan yang
besar, dan hujan yang dikaitkan dengan angin jenis ini.
Muson terjadi karena daratan menghangat dan menyejuk lebih cepat daripada air. Hal ini
menyebabkan suhu di darat lebih panas daripada di laut pada musim panas. Udara panas di darat
biasanya berkembang naik, menciptakan daerah bertekanan rendah. Ini menciptakan sebuah angin
yang sangat konstan yang bertiup ke arah daratan. Curah hujan yang terkait disebabkan udara laut
yang lembap yang dialihkan ke arah pegunungan, yang kemudian menyebabkan pendinginan, dan
lalu pengembunan.
Pada musim dingin, udara di darat menjadi lebih sejuk dengan cepat, tetapi udara panas di
laut bertahan lebih lama. Udara panas di atas laut berkembang naik, menciptakan daerah bertekanan
rendah dan angin sepoi-sepoi dari darat ke laut. Karena perbedaan suhu antara laut dan daratan
lebih kecil dibandingkan saat musim panas, angin muson musim dingin tidak begitu konstan (sumber:
wikipedia).
Muson mirip dengan angin laut, namun ukurannya lebih besar, lebih kuat dan lebih konstan.
Hal aman|
Hal aman|
menyebabkan benua Australia musim dingin, sehingga bertekanan maksimum dan Benua asia
lebih panas, sehingga tekananya minimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari
daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekenan minimum, sehingga angin bertiup dari
benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju utara khatulistiwa/equator, maka angin
akan dibelokkan ke arah kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau
akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui
lautan sempit (sumber: wikipedia).
F. Angin Passat
1. Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju
ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi
Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah
tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah
pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah
DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum
(wilayah tenang).
2. Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah
maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti
Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada
o
o
daerah sekitar lintang 20 - 30 LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal
sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan.
Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara
(Afrika), dan gurun di Australia.
G. Angin Siklon/Antisiklon
Angin siklon adalah angin yang gerakannya berputar ke dalam, mengelilingi daerah tekanan
minimum. Gerakan angin siklun mengikuti hukum Buys Ballot, yaitu:
1. Di belahan bumi utara perputarannya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
2. Di belahan bumi selatan sesuai dengan arah putaran jarum jam.
Hal aman|
Hal aman|
Angin siklon dan angin antisiklon antara belahan Bumi utara dan selatan arahnya berbeda.
Angin siklon merupakan udara yang bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi menuju
titik pusat tekanan udara rendah di bagian dalam. Sementara angin antisiklon bergerak dari daerah
pusat tekanan udara tinggi menuju tekanan udara rendah yang mengelilinginya di bagian luar.
Gerakan arah angin ini berputar. Di daerah tropis, angin siklon sering terjadi di laut. Penyebutan
angin siklon di beberapa daerah berbeda-beda di antaranya sebagai berikut:
3. Hurricane, yaitu angin siklon di Samudra Atlantik
4. Taifun, yaitu angin siklon di Laut Cina Selatan
5. Siklon, yaitu angin siklon di Teluk Benggala dan Laut Arab
6. Tornado, yaitu angin siklon di daerah tropis Amerika
7. Sengkejan, yaitu angin siklon di Asia Barat.
H. Angin Fohn
Selain angin local seperti yang telah dijelaskan, di Indonesia juga banyak terjadi angin terjun.
Angin terjun dikenal juga sebagai angin jatuh. Tipe angin semacam ini diketahui pertama kali di
daerah Fohn yang terletak di Pegunungan Alpina bagian selatan. Selanjutnya angin jenis ini dikenal
dengan nama angin fohn.
Gambar Bagan Angin Terjun
Angin terjun ini terjadi karena angin yang membawa uap air membentuk jalur pegunungan.
Akibatnya, naiklah angin ke puncak pegunungan dan akhirnya menuruni lereng pegunungan. Pada
waktu naik pegunungan, udara masih mengandung uap air. Tiap naik 100 m suhu udara turun
0,60C. pada ketinggian 1.600 m dpl, uap air mengalami kondensasi (berubah menjadi awan). Pada
ketinggian 3.000 m, titik-titik air mampu mengalahkan tekanan angin ke atas dan terjadilah hujan.
Hujan yang disebabkan oleh angin yang dipaksa naik pegunungan ini disebut hujan orografis.
Sebagai akibat adanya hujan orografis pada lereng bagian depan, maka keadaan udara yang
melewati puncak pegunungan menjadi kering. Pada udara kering, perubahan suhu setiap naik 100 m
0
0
bukan 0,6 C melainkan 1 C. Akhirnya suhu udara yang turun di bagian belakang lebih panas
daripada suhu duara di daerah tempat angin naik. Angin ini dapat menghancurkan tanaman di
daerah yang dilaluinya, contohnya angin terjun yang terjadi di daerah Deli (Sumatra Utara). Angin ini
merusak tanaman tembakau. Pada umumnya angin terjun ini kering dan panas. Akan tetapi, ada
beberapa angin tyerjun yang dingin.
Tabel Beberapa Angin Terjun
Nama
Sifat
Daerah
Deli (Sumatra Utara)
Panas, kering
Bohorok
Cirebon (Jabar)
Panas
Kumbang
Probolinggi (Jatim)
Panas
Gending
Ujungpandang (Sulawesi)
Panas
Brubu
Pulau Biak (Irian)
Panas
Wambrau
Alberts (Kanada)
Panas, kering
Chinook
Pegunungan Alpina Utara
Panas, kering
Fohn
Sahara kea rah Pantai Guinea
Panas, kering
Harmattan
Mesir
Panas, kering
Khamsin
Pantai Adriatik (Yugoslavia)
Dingin
Bora
Lembah Rhone Hilir (Perancis)
Dingin
Mistral
Italia Selatan
Panas, kering
Sirocco
I.
Hal aman|
Pada gambar di atas nampak bahwa garis-garis yang menunjukkan letak DKAT tiap bulan
itu, bukan garis-garis lurus, sebagai akibat dari bahan muka bumi Indonesia yang tidak homogen.
Seperti bahan muka bumi Indonesia sebagian terdiri dari daratan kering, rawa-rawa, dan lautan.
Dampak pemanasan bahan muka bumi yang berbeda-beda, mengakibatkan daerah terpanas di
muka bumi tidak terletak pada garis lurus.
Pada gambar tersebut menunjukkan pula persebaran suhu rata-rata tiap pertengahan bulan
di wilayah Indonesia. Pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September equator thermal atau DKAT,
yaitu jalur muka bumi dengan suhu rata-rata tertinggi tidak terdapat di Indonesia. Baru pada bulan
Oktober DKAT itu nampak di ujung utara Kepulauan Riau, Sumatera Utara, kemudian secara
berangsur bergerak ke selatan sesuai gerak sinar matahari.
Pada bulan November dan Desember, DKAT sepenuhnya berada di pulau Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi bagian utara, dan pulau-pulau lainnya yang terletak di antara khatulistiwa.
Pada bulan Januari, DKAT berada di pulau Jawa, sedangkan pada bulan Februari di selatan
kepulauan Indonesia. Setelah bulan April DKAT ada lagi di sebelah utara kepulauan Indonesia.
Dengan demikian, pulau Sumatera dilintasi DKAT sebanyak ( 5 bulan; Jawa, Bali, NTB, NTT
( 2 bulan; Kalimantan ( 4 bulan; Sulawesi ( 3 bulan, Irian Jaya, Maluku 1 bulan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat DKAT adalah sebagai berikut:
1. Suhu tinggi
2. Penguapan besar
3. Sering terjadi hujan zenit atau hujan konveksi.
Hal aman|
BAB VI
HIDROMETEOROLOGI
Hidrometeorologi menerangkan segala macam bentuk air (H2O) dalam atmosfer. H2O dalam
udara hanya terdapat pada lapisan troposfer dan dapat berbentuk uap air, awan dan hujan.
A. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Meskipun jumlah uap air di
dalam udara jumlahnya tidak banyak, tetapi merupakan komponen udara yang sangat penting
ditinjau dari segi cuaca dan iklim. Uap air di udara sukar dipahami karena merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Baru kelihatan bila sudah berubah menjadi tetes-tetes air. Secara
sederhana H2O dalam udara dapat dilihat pada bagan berikut:
Hidrometer
Uap Air
(tidak terlihat)
Air
Peristiwa
Penguapan
Kumpulan
Tetes-tetes Air
(awan/terlihat)
Peristiwa Kondensasi
(dibantu oleh inti kondensasi)
Hal aman|
Hal aman|
c.
Hal aman|
Hal aman|
c.
Hal aman|
Ukuran butir-butir hujan adalah berjenis-jenis. Nama dari butir hujan tergantung dari
ukurannya. Dalam meteorologi, butir hujan dengan diameter lebih dari 0,5 mm di sebut hujan dan
diameter antara 0,50-0,1 mm disebut gerimis (drizzle). Makin besar ukuran butir hujan itu, makin
besar kecepatan jatuhnya. Kecepatan yang maximum adalah kira-kira 9,2m/detik. Tabel 2.2
menunjukkan intensitas curah hujan, ukuran-ukuran butir hujan, massa dan kecepatan jatuh butir
hujan.
Hal aman|
Sifat awan yang dapat mengakibatkan hujan oleh manusia dikembangkan dan digunakan
untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan diberikan zat-zat yang higroskopis
yang berguna sebagai inti kondensasi zat-zat tersebut antara lain: perak iodida, kristal es, es
kering atau CO2 padat, zat tersebut ditaburkan diudara dengan menggunakan pesawat terbang.
2. Tipe Hujan
Hujan dibedakan menjadi empat tipe, pembagiannya berdasarkan faktor yang
menyebabkan terjadinya hujan tersebut:
e. Hujan Orografi
Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian
mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat jatuh sebagai hujan.
Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat dari pada bagian lereng
yang ada dibelakangnya. Curah hujannya berbeda menurut ketinggian, biasanya curah hujan
makin besar pada tempat-tempat yang lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.
f. Hujan Konvektif
Hujan ini merupakan hujan yang paling umum terjadi di daerah tropis. Panas yang
menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi
dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses ini khas buat terjadinya
badai guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan lebat pada daerah yang
sempit. Badai guntur lebih sering terjadi di lautan dari pada di daratan.
g. Hujan Frontal
Hujan ini terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus
dan biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil. Sedangkan pada front dingin
awan yang terjadi adalah biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus dimana hujannya lebat
dan cuaca yang timbul sangat buruk. Hujan front ini tidak terjadi di Indonesia karena di
Indonesia tidak terjadi front.
h. Hujan Siklon Tropis
Siklon tropis hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 0-10 lintang utara
dan selatan dan tidak terkaitan denga front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem
tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas, karena energi utamanya
diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan
cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang dilaluinya.
3. Distribusi Hujan
a. Equatorial
Tipe ini terdapat pada daerah sekitar equator. Ciri-ciri dari pada tipe ini adalah
mempunyai dua puncak maksimum dan minimum. Hujan maksimum terjadi pada bulan bulan
dimana matahari berada diatas daerah tersebut. Hujan minimum terjadi pada waktu matahari
berada paling jauh dari tempat tersebut.
b. Tropik
Tipe ini terjadi di daerah tropik pada lintang 0-3, 5 lintang utara dan selatan. Tipe ini
mempunyai satu puncak maksimum yaitu terjadi pada bulan dimana matahari berada
didaerah tesebut.
c. Monsun
Tipe ini terjadi didaerah-daerah yang dilalui angin muson. Tipe ini mempunyai hujan
maksimum pada musim barat bersamaan dengan musim hujan dan minimum pada waktu
musim timuran bersamaan denga musim kemarau.
d. Continent/Lokal
Tipe ini terjadi hujan pada musim panas. Pada musim panas daerah daratan
suhunya tinggi sehingga tekanan udara rendah dan udara sekitarnya mempunyai tekanan
yang tebih tinggi sehingga angin akan bertiup kedaerah tersebut sehingga terbentuk
konveksi dan terjadi hujan. Sebaliknya musim dingin daerah tersebut menjadi pusat anti
siklon sehingga hujan jarang terjadi.
e. Maritim
Hujan terjadi merata sepanjang tahun. Tipe ini biasanya dimiliki oleh pulau-pulau
yang terletak di tengah Samudra.
f. Tropik
Tipe ini terjadi di daerah sub tropik. Tipe ini mempunyai satu curah hujan minimum
yang terjadi pada pertengahan tahun.
Hal aman|
Hal aman|
BAB VII
KLASIFIKASI IKLIM
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam
melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi).
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data
unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan
secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah
menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama
presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan
merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam
kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan
produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam
kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu
udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut.
o
Suhu menurun sekitar 0.6 C setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar
kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul
(Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu
siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan
musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin
lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi
klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun
tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara
umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono
(2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola
tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi
antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai
sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan
di Indonesia antara lain adalah:
A. Klasifikasi Iklim Berdasarkan Letak Lintang Geografis (Iklim Matahari)
Berdasarkan letak lintang, iklim di muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe.
Klasifikasi ini sering disebut klasifikasi iklim matahari. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
tentang pembagian iklim matahari sebagai berikut:
Hal aman|
Atas dasar klasifikasi atau pembagian iklim diatas, Indonesia termasuk wilayah beriklim
tropik. Sebelum ada sistem yang lain, Junghuhn (seorang ahli botani asal Belanda) berusaha
mengatasi kelemahan system kuno (iklim matahari) ini. Dia melihat bahwa tempat-tempat yang tinggi
di Jawa (lereng dan puncak pegunungan yang tinggi) ternyata suhu dan jenis vegetasinya berbeda
dengan tempat-tempat lain dibawahnya, padahal menurut iklim matahari semuanya termasuk daerah
tropis. Atas dasar pengalaman itu, kemudian Junghuhn membagi tempat di Jawa menjadi 4 zona
sebagai berikut:
0
1. Zone panas, ketinggian tempat < 700m (suhu rata-rata 1 tahun >22,5 C)
0
2. Zone sedang, ketinggian tempat 700 1500 m (suhu rata-rata 1 tahun 22,0 17,1 C)
0
3. Zone sejuk, ketinggian tempat 1500 2500 m (suhu rata-rata 1 tahun 17,1 11,1 C)
4. Zone dingin, ketinggian tempat >2500 m (suhu rata-rata 1 tahun <11,10C)
B. Sistem Klasifikasi Koppen
Klasifikasi iklim Kppen adalah salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak
digunakan secara luas. Dikembangkan oleh Wladimir Kppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar
tahun 1900 (dengan beberapa perubahan oleh Kppen, tahun 1918 dan 1936). Didasarkan pada
konsep bahwa tanaman adalah ekspresi terbaik iklim; dan, lingkaran zona iklim telah dipilih dengan
distribusi tanaman. Menggabungkan temperatur dan kelembaban rata-rata bulanan dan tahunan, dan
kelembaban musiman.
Koppen membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara.
Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di
atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masingmasing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
Lambang
Jenis Iklim
A
Iklim Hujan Tropis
Af
Iklim hutan hujan tropis
Aw
Iklim savanna
Am
Iklim monsoon tropis
B
Iklim kering
BSh
Iklim stepa kering
BSk
Iklim stepa sejuk
BWh
Iklim gurun terik
BWk
Iklim gurun sejuk
C
Iklim Hujan Sedang Panas
Cfa
Kelembaban sepanjang musim, musim panas terik
Cfb
Kelembaban sepanjang musim, musim panas panas
Cfc
Kelembaban sepanjang musim, musim panas pendek, sejuk
Cwa
Hujan musim panas,musim panas terik
Cwb
Hujan musim panas,musim panas panas
Csa
Hujan musim dingin,musim panas terik
Csb
Hujan musim dingin,musim panas panas
D
Iklim Hutan Salju Sejuk
Dfa
Kelembaban sepanjang musim, musim panas terik
Dfb
Kelembaban sepanjang musim, musim panas panas
Dfc
Kelembaban sepanjang musim, musim panas pendek, sejuk
Dfd
Kelembaban sepanjang musim, musim dingin dingin luar biasa
Dwa
Hujan musim panas,musim panas terik
Dwb
Hujan musim panas,musim panas panas
Dwc
Hujan musim dingin,musim panas terik
Dwd
Kelembaban sepanjang musim, musim dingin dingin luar biasa
E
Iklim Kutub
ET
Tundra
EF
Salju dan es abadi
Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D.
Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat,
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.
Aw = terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di
Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan.
C = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan.
D = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
Kriteria utama iklim A,B,C,D,E
Jenis Iklim
Ciri-ciri iklim
0
A
Suhu rata-rata bulan terdingin minimal 18 C, curah hujan tahunan >
evapotranspirasi tahunan.
B
Evapotranspirasi potensial tahunan rata-rata > curahan tahunan rata-rata.
Tidak ada kelebihan air.
0
0
C
Suhu rata-rata bulan terdingin -3 s.d 18 C. Bulan terpanas > 10 C.
Hal aman|
D
E
sisanya
hujan
lebat
Ciri-ciri iklim
0
Musim panas terik, suhu rata-rata bulan terpanas > 22 C
0
Musim panas yang panas, suhu rata-rata bulan terpanas <22 C
Musim panas yang sejuk dan pendek, rata-rata kurang dari 4 bulan
0
memiliki suhu > 10 C
0
Musim dingin yang sangat dingin, suhu rata-rata bulan terdingin < -3 C
0
Terik, suhu tahunan rata-rata > 18 C
0
Sejuk, suhu tahunan rata-rata < 18 C
Hal aman|
Hal aman|
Hal aman|
BAB VIII
IKLIM DAN KEHIDUPAN MANUSIA
Untuk menekan dampak yang negatif akibat kejadian ekstrim atau penyimpangan iklim, maka
peningkatan kemampuan antisipasi sangat diperlukan. Menurut Boer (2003) pengamatan terhadap data
anomali produksi padi nasional dari tahun 1979-1997 menunjukkan bahwa penurunan produksi akibat
iklim ekstrim (penyimpangan iklim) cendrung meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh semakin melebarnya
perbedaan antara anomali produksi tahun-tahun ekstrim dengan tahun-tahun normal.
A. Di bidang Kesehatan
Dampak yang disebabkan karena penyimpangan iklim yaitu semakin meningkatnya peluang
mewabahnya penyakit demam berdarah, infeksi saluran pernapasan (ISPA), dan diare. Penyakit
demam berdarah setiap tahun selalu dijumpai terutama terjadi dalam fase pergantian musim.
Pergantian musim yang ekstrim akan berakibat prevalensi penyakit ini meningkat secara tajam. Saat
pergantian musim penghujan ke musim kemarau ,serta kondisi suhu udara sebagian besar kota-kota
di Jawa Timur (Jatim) 23-31 derajat Celsius, merupakan saat yang tepat munculnya nyamuk Aedes
aegipty, penyebab penyakit demam berdarah (DB). Nyamuk ini berkembang biak pada suhu 24-28
derajat Celcius. Wajar, bila saat ini angka kejadian penyakit DB meningkat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Berdasarkan laporan RSUD dr Soetomo, bulan April 2002 jumlah penderita DB
mencapai lima sampai enam orang per hari. Angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
penderita pada bulan-bulan sebelumnya. Pada bulan Januari penderitanya nol sampai satu orang,
bulan Februari hingga Maret dua sampai tiga orang. Jumlah penderita diperkirakan akan meningkat
terus hingga bulan Agusutus 2002. Bila kondisi ini tidak dikendalikan, maka yang dikhawatirkan
adalah munculnya wabah penyakit DB. Begitu pula pada periode 2003-2004 terdapat kejadian luar
biasa (KLB) dari wabah demam berdarah yang meliputi 12 propinsi di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi penyimpangan iklim,
langkah-langkah umum yang dapat dilakukan diantaranya:
1. melakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif terhadap penyimpangan iklim terutama akibat
fenomena ENSO,
2. meningkatkan kemampuan peramalan sehingga langkah-langkah antisipasi dapat dilakukan lebih
awal, khususnya pada daerah-daerah yang rawan, dan
3. menerapkan teknologi budidaya (dalam bidang pertanian) yang dapat menekan risiko terkena
dampak kejadian puso.
B. Sektor pertanian
Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir
dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara
umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosialkelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain:
1. Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan
memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air (kekeringan).
2. Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir.
3. Memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi
pada masyarakat.
4. Mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan pola tanam agar
terhindar dari puso.
5. Meningkatkan sistem pengamatan cuaca sehingga antisipasi penyimpangan iklim dapat diketahui
lebih awal.
6. Memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk penyusunan pola tanam
dan memilih jenis tanaman yang sesuai.
7. Memilih tanaman yang sesuai dengan pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau varietas
yang tahan genangan, tahan kering, umur pendek dan persemaian kering; kombinasi tanaman,
apabila sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya tetap bertahan dan memberikan hasil.
8. Melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah,
melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah Aliran Sungai)
9. Pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan atau checkdam,
dan air daur ulang dari saluran pembuangan.
10. Efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air.
Upaya-upaya antisipasi sosial kelembagaan meliputi:
1. Meningkatkan kesiapan dan peran serta masyarakat dalam upaya antisipatif bencana alam banjir
sehingga mereka beranggapan bahwa upaya itu adalah untuk kepentingan mereka dan
dilaksanakan secara bersama-sama dalam koordinasi yang baik dengan pihak lain.
2. Memanfaatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan masyarakat petani, instansi
pemerintah maupun swasta dalam pemakaian teknologi perkreditan persediaan saran produksi,
penyediaan peralatan dan mesin, peitaman serta pengolahan dan pemasaran hasil.
Hal aman|
C. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan upaya antisipasi penyimpangan iklim lebih sering bersifat kuratif. Seperti
bencana kebanjiran (wabah diare), yaitu memberikan informasi kemungkinan akan terjadinya kondisi
luar biasa (KLB) / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat,
yaitu meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik, membentuk dan
melatih TIM Gerak Cepat puskesmas. Selain itu mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada
masyarakat, memperbaiki kerja laboratorium, dan meningkatkan kerjasama dengan instansi lain.
Untuk wabah demam berdarah upaya preventif jangka panjang yaitu melakukan penghijauan
kota sebagai fungsi ekologis, yaitu menyerap gas-gas rumah kaca sehingga dapat mengendalikan
suhu udara. Sedangkan upaya jangka pendek yaitu memberantas larva nyamuk pra dewasa dan
dewasa.
Upaya antisipasi secara sosial - kelembagaan diantaranya:
1. penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat melalui instansi terkait seperti PKK, Camat, Lurah,
dan LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) dapat melakukan pembinaan kepada warga
di setiap desa,
2. memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat yang dilakukan di Puskesmas ataupun
di pos-pos tertentu, tergantung kondisi yang ada,
3. mengoptimalkan hubungan lintas sektoral, dan
4. memberikan rujukan dan laporan terutama untuk kasus penyakit yang tidak dapat ditanggulangi
di puskesmas.
Hal aman|
BAB IX
GANGGUAN IKLIM GLOBAL
A. Efek Rumah Kaca
1. Definisi Efek Rumah Kaca
Menurut Frick dan Suskiyatno (1998), istilah efek rumah kaca berasal dari pengalaman
para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran di dalam rumah kaca.
Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi
dari pada suhu di diluarnya.
Oleh WWF dijelaskan bahwa Efek Rumah Kaca (ERK) dapat divisualisasikan sebagai
sebuah proses. Pada kenyataannya, di lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Rumah kaca
adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca di mana panas matahari masuk ke bumi
dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap
oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang.
Panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas
kaca dan terperangkap di alam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan
perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca.
Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi selimut gas di
atmosfer (Gas Rumah Kaca = GRK) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Panas
matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua proses di atas
disebut Efek Rumah Kaca.
Hal aman|
Pertama, pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang energi
2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Misal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi
yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit. Setiap 1000 megawatt yang
dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton
karbondioksida per tahun.
Kedua, pembakaran kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkonsumsi bahan bakar
sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan
mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara. Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di
Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan.
Hal aman|
alam di dunia. Selain itu, IPCC menyimpulkan bahwa emisi GRK yang dihasilkan dari
aktivitas manusia juga memberikan kontribusi pada GRK alami dan akan menyebabkan
atmosfer bertambah panas. IPCC memperkirakan penggandaan emisi GRK akan
o
menyebabkan PG sebesar 1,54,5 C.
b. Penipisan Lapisan Ozon (PPO)
Masalah lingkungan dan kesehatan manusia yang terkait dengan PPO
sesungguhnya berbeda dengan resiko yang dihadapi manusia dari akibat PG. Walaupun
begitu, kedua fenomena tersebut saling berhubungan. Beberapa polutan (zat pencemar)
memberikan kontribusi yang sama terhadap PPO dan PG.
PPO mengakibatkan masuknya lebih banyak radiasi sinar ultraviolet (UV) yang
berbahaya masuk ke permukaan bumi. Meningkatnya radiasi sinar UV bukan penyebab
terjadinya PG, melainkan kanker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebalan tubuh
manusia, dan menurunnya hasil panen.
PPO terutama disebabkan oleh chlorofluorcarbon (CFC). Saat ini negara-negara
industri sudah tidak memproduksi dan menggunakan CFC lagi. Dalam waktu dekat, CFC
akan benar-benar dihapus di seluruh dunia. Seperti halnya CO2, CFC juga merupakan GRK
dan berpotensi terhadap PG jauh lebih tinggi dibanding CO2 sehingga dampak akumulasi
CFC di atmosfer mempercepat laju PG. CFC akan tetap berada di atmosfer dalam waktu
sangat lama, berabad-abad. Artinya, kontribusi CFC terhadap PPO dan PI akan berlangsung
dalam waktu sangat lama.
B. Deskripsi Umum El Nino dan La Nina
El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk
atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur
menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan
laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan
ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar)
menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini
seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai
anak lelaki. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya
suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut
akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga
bahasa Spanyol) yang berarti anak perempuan. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
Fenomena alam ini cukup menjadi perbincangan beberapa tahun terakhir. Beberapa
bencana alam dalam rentang area yang luas banyak disebut disebabkan ulah fenomena ini. El Nino
dan La Nina sesungguhnya adalah kondisi abnormal iklim pada area Samudra Pasifik yang terletak
pada daerah ekuatorial. Kedua gejala alam ini mempunyai kondisi anomali yang berbeda, El Nino
dicirikan dengan naiknya suhu permukaan laut (warm phase) sedangkan La Nina mempunyai kondisi
yang sebaliknya yaitu turunnya suhu muka air laut (cold phase) di area katulistiwa Samudra Pasifik.
Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa tidak semua anomali ini menimbulkan dampak
negatif. Sebuah riset menunjukkan bahwa El Nino menurunkan intensitas dan jumlah badai Atlantik
dan tornado yang melintasi bagian tengah Amerika Serikat.
Hal aman|
Hal aman|
Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan,
Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap
konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang
terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kepada kita bahwa betapa pentingnya
digalakkan usaha-usaha penanggulangannya.
1. Zat-zat Pencemar Udara
a. Emisi Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai
perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan
karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar. Karbon
monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin
dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak.
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang
menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun). Nitrogen oksida yang ada di
udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi
dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat
menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap
bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk
ozon rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar
kota di dunia.
c. SOx (Sulfur Oxide: SO2, SO3)
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu
kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi.
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam
tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di
atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987
jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
d. Emisi HydroCarbon (HC)
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber.
Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder
adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4).
Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
e. Partikulat Matter (PM)
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam- macam komponen.
Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel
debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan
proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa
kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal
dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah
karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat
keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah
butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga
bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan benda partikulat menjadi partikel sulfat di
atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul sulfur.
2. Efek Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Tubuh
Tabel 1.1 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup.
Rentang nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni oleh
manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat matter adalah
beberapa parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari
pantauan lain diketahui bahwa dari beberapa kota dalam kategori tidak sehat berdasarkan ISPU
(Indeks Standar Pencemar Udara), meliputi Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik), Surabaya (3
titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru
(14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori sangat tidak sehat
berdasarkan pantauan lapangan.
E. Dampaknya Terhadap Indonesia
Seperti yang sudah banyak diceritakan sebelumnya dan mungkin sudah banyak yang tahu
apabila Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi yang menyebabkan
Indonesia menjadi sangat unik lokasinya. Lokasi yang unik ini juga menyebabkan fluktuasi iklim,
khususnya curah hujan yang juga unik. Misalnya Indonesia ini merupakan lokasi terjadinya
konvergensi dua buah sirkulasi utama di dunia yaitu sirkulasi walker dan sirkulasi Hadley. Karena
terletak di antara dua benua, maka aktifitas hangat dan dingin dikedua benua akibat dari pergerakan
o
o
matahari yang berpindah dari 23.5 LU ke 23.5 LS setiap tahun menyebabkan negeri kita ini juga di
lewati oleh angin monsoon. Indonesia juga di penuhi oleh gunung-gunung, hutan, ladang yang juga
unik bentuknya. Semua itu mempengaruhi hujan di Indonesia. Akibat dari interaksi semuanya itu
menyebabkan pengaruh El Nino dan La Nina semua tempat di Indonesia berbeda.
Pengaruh fluktuasi nilai indeks osilasi selatan di Bali yang menggambarkan kejadian El
Nino/La Nina antara bagian selatan dan utaranya. Karena di tengah-tengah pulau Bali ada gunung
Hal aman|
yang membentang dari timur ke barat (As-syakur, 2007). Aldrian and Susanto (2003) juga
menyimpulkan bahwa pengaruh El Nino/La Nina juga berbeda pada setiap daerah dengan pola hujan
yang berbeda, dimana di daerah dengan polah hujan monson pengaruh fenomena iklim ini kuat,
pada daerah berpola hujan equatorial pengaruhnya lemah, sedangkan pada daerah berpola hujan
lokal tidak jelas. Hasil yang sama juga di ungkapkan oleh Hamada et al. (2002), walaupun Hamada et
al. membagi pola hujan di Indonesia dengan 4 pola yang berbeda, tapi intinya dia juga
mengungkapkan bahwa setiap daerah dengan pola hujan yang berbeda, responnya terhadap El
Nino/La Nina juga berbeda-beda. Gambar di bawah adalah pola spasial efek El Nino 1997/1998
terhadap curah hujan di dunia (Bell et al., 1999), bila di lihat dari gambar tersebut terlihat penurunan
hujan di Indonesia sangat drastis saat El Nino 1997/1998.
Hal aman|
pada bulan April dan peningkatan curah hujan di mulai di rasakan juga oleh wilayah Indonesia bagian
selatan (As-syakur dan Prasetia, 2010). peningkatan curah hujan saat kejadian La Nina 1998 dan
2010 bisa mencapai di atas 300 % dari curah hujan normal (Gambar di bawah). untuk lebh
lengkapnya tentang fenomena ini, saya kan menulisnya pada artikel berikutnya berupa gabungan
dari kedua paper tersebut. karena cenderung meningkatkan curah hujan pada musim kemarau serta
majunya awal musim hujan tersebut, menjadikan efek La Nina bisa bersifat positif seperti naiknya
rata-rata produksi pangan sebesar 521 ribu ton atau 1.08 % dari total rata-rata produksi (Irawan,
2006). kondisi wilayah laut Indonesia juga terjadi sebaliknya dari kondisi La Nina. laut menjadi lebih
hngat dari biasanya, pasokan klorofil-a menurun sehingga nelayan pun ikut merasakan dampaknya
yaitu berkurangnya hasil tangkapan ikan.
Gambar 33. Anomali hujan selama musim MAM, JJA, SON, dan DJF 1998/1999
Hal aman|
El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan
timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini
mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan
tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi
penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah).
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktuwaktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina
(gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari
keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra
La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi
sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali
kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti ElNino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali
kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak
begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/1983 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat
tidak diikuti oleh La-Nina.
Hal aman|
DAFTAR PUSTAKA
Ahrens, C. Donald. 2009. Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and the Environment,
Ninth Edition. Belmont: Brooks/Cole, Cengage Learning.
Barry, Roger G. and Richard J. Chorley. 2003. Atmosphere, Weather, and Climate. New York: Routledge.
Dodson, John. 2010. Changing Climates, Earth Systems and Society. New York: Springer
Science+Business Media B.V.
Gunn, Angus M. 2010. A Student Guide to Climate and Weather. California: ABC-CLIO, LLC.
Holton, James R. 2004. An Introduction to Dynamic Meteorology, Fourth Edition. California: Elsevier
Academic Press.
Houghton, J. T. 2009. Global Warming The Complete Briefi ng, 4th Edition. New York: Cambridge
University Press.
Marshall, John and R. Alan Plumb. 2008. Atmosphere, Ocean, and Climate Dynamics: An Introductory
Text. California: Elsevier Academic Press.
Mohanakumar, K. 2008. Stratosphere Troposphere Interactions, An Introduction. New York: Springer
Science+Business Media B.V.
Tsonis, Anastasios A. 2007. An Introduction to Atmospheric Thermodynamics, Second Edition. New York:
Cambridge University Press.
Weart, Spencer R. 2003. The Discovery of Global Warming. London: Harvard University Press.
Yuli Priyana. 2008. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi (Diktat Kuliah) Tidak Diterbitkan. Surakarta:
Fak. Geografi UMS.
Hal aman|