ii. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka
lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah fingersweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
Berdasar penyebab
Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri,
atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di
tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.
Benda asing, dapat tersangkut pada:
Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tandatanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu,
apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau
dapat pula terjadi sianosis.
Saluran nafas
Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam
bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea
tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan
akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring
Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena
diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus
sehingga menjadi besar
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H.
TABRANI RAB
sianosis sentral akibat oksigenasi Hb yang tidak cukup pada PaO2 yang
rendah wajah, bibir, cuping telinga, bagian bawah lidah
salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan luka/nekrotik sebagai
penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/03/pemasangan-dan-perawatan-pasiendengan.html
Pemasangan OPA (Oropharyngeal airways) dan NPA (Nasopharyngeal
airways)
OPA (Oropharyngeal airways)
Meskipun beberapa penelitian tidak secara spesifik mempertimbangkan
penggunaan
OPA pada pasien dengan serangan jantung, OPA dapat membantu dalam
pengiriman
ventilasi yang memadai dengan perangkat bag-mask dengan mencegah lidah dari
obstruksi jalan napas. Cara memasukkan yang salah pada OPA dapat
membuat lidah
jatuh ke hipofaring dan akan menyebabkan obstruksi jalan napas. Untuk
memudahkan pemasukkan udara ke ventilasi dengan bag-mask, OPA dapat
digunakan dalam keadaan tidak sadar (tidak responsif) pasien sehingga tidak ada
refleks batuk atau muntah dan hanya boleh dilakukan oleh orang yang terlatih
dalam
menggunakannya.
http://fk.unand.ac.id/images/skills_lab_bLOK_4.2_REVISI_2012_LENGKAP__Copy.pdf
1.
Indikasi
dan
Kontra
Indikasi
1.
Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a.
Pemeliharaan
jalan
nafas
pasien
dalam
ketidaksadaran,
b.
Melindungi
endotracheal
tube
dari
gigitan,
c.
Memfasilitasi
suction
pada
jalan
nafas
2.
Kontra
indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar
karena
dapat
merangsang
muntah,
spasme
laring.
Harus
berhati-hati
bila
terdapat
trauma
oral.
http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/03/pemasangan-dan-perawatan-pasiendengan.html
4. Bagaimana cara melakukan oropharyngeal airway?
Digunakan untuk penderita yang tidak sadar
Pilih airway yang cocok ukurannya
Jarak dari sudut mulut sampai canalis auditivus eksterna
Buka mulut penderita dengan manuver chin lift atau cross finger (scissors
technique)
Sisipkan spatula lidah di atas lidah penderitam cukup jauh untuk menekan
lidah, hati-hati jangan merangsang penderita sampai muntah
Masukkan airway ke posterior, dengan lembuht diluncurkan di atas
lengkungan lidah sampai sayap penahan berhenti pada bibir penderita.
Airway tidak boleh mendorong lidah sehingga menyumbat airway
Tarik spatula lidah
Ventilasi penderita dengan bag-valve-mask
ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT (ATLS)
5. Apa tujuan dokter memasang oksigen rebreathing mask?
SATURASI MENURUN
Suction adalah komponen yang penting dalam mengelola jalan
nafas pasien. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan suction bila
jalan nafas tersumbat oleh sekret, darah, atau vomitus.
Sumber : http://www.toadspad.net/ems/cpr-head-tilt.html
7. Apa interpretasi dari SpO2 92%, RR 30 x/menit, dan GCS E2M4V2?
ARTI KLINIS
PILI
SUP
95%-100%
O2 4L
90%-<95%
Hipoksia ringan-sedang
Sung
85%-<90%
Hipoksia sedang-berat
<85%
RR naik
Penurunan konsentrasi oksigen dalam darah perangsangan
kemoreseptor (glomus karotikum dan glomus aortikum) perangsangan
pusat pernafasan RR naik
Nadi naik dan tekanan darah turun
Penurunan oksigen dalam darah hipoksia (jaringan kekurangan
oksigen) aliran darah ke jaringan diperlama (agar jaringan mendapat
Sung
Vent
Vent
KEBUTUHAN UNTUK VE
Tidak sadar
Apneu
Paralisis neuromuskular
Tidak sadar
Fraktur maksilofasial
Bahaya aspirasi
Perdarahan
Muntah-muntah
Bahaya sumbatan
Hematoma leher
Cedera larynx dan trachea
Stridor
3. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!!
untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban / pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus
dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras.
Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah
posisi korban ke posisi terlentang. Ingat ! penolong harus membalikkan
korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan
secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus
dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan
kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
5. Mengatur posisi penolong
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau
menggerakan lutut.
cara
naik
bunyi
melihat
turunnya
dada,
napas
dan
Bantuan
pernapasan
dengan
menggunakan
cara
ini
saat
dilakukan
penolong
harus
dapat
juga
Mulut ke hidung
Teknik
ini
Trismus
atau
dimana
mulut
ke
hidung,
Mulut ke Stoma
mengalami
pernapasan
maka
kesulitan
harus
dua atau tifa jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat
meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua
jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kirakira 12 cm, raba
dengan lembut selama 510 detik.
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah
posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
D (DEFRIBILATION)
Defibrilation
atau
dalam
alat
untuk
defibrilasi
tersebut
defibrilasi atau tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat
memberikan tanda kepada penolong untuk melakukan defibrilasi atau
melanjutkan bantuan napas dan bantuan sirkulasi saja.
Action
Buka airway menggunakan teknik non-
kepala
jika
duiduga
Breathing
trauma).
Look, listen, and feel. Jika tak ada napas,
Circulation
Defibrillation
kompresi dada.
1. Orotrakeal
2. Nasotrakeal
ii.
b. Surgical
i. Krikotiroidotomi
ii. trakeostomi
Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan
pada jalan nafas dan dilakukanmaneuver Heimlich.
Stridor
(crowing),
sumbatan
di
plika
vokalis.
Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu.
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya!
Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat
tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan
terganjal!
Chin Lift
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi
bawah berada di depan barisan gigi atas
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan
dari benda padat.
Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.
Breathing
Pengertian : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan
buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
Tujuan : Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
Diagnosis : Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan
metode Look Listen Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada
pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman).
Tindakan
Tanpa Alat : Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut
ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
Dengan Alat : Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu bag (self
inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan
menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator)
Pemeriksaan pernafasan :
Look -Lihat
- gerak dada
- gerak cuping hidung (flaring nostril)
- retraksi sela iga
- gerak dada
- gerak cuping hidung (flaring nostril)
- retraksi sela iga
Listen -Dengar
- Suara nafas, suara tambahan
Feel -Rasakan
- Udara nafas keluar hidung-mulut
Palpasi -Raba
- gerakan dada, simetris?
Perkusi - Ketuk
- Redup? Hipersonor? Simetris?
Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut, jalan nafas korban harus
terbuka. Perhatikan kedua tangan penolong pada gambar masih tetap melakukan
teknik membuka jalan nafas Chin lift. Hidung korban harus ditutup bisa dengan
tangan atau dengan menekankan pipi penolong pada hidung korban. Mulut
penolong mencakup seluruh mulut korban. Mata penolong melihat ke arah dada
korban untuk melihat pengembangan dada. Pemberian pernafasan buatan secara
efektif dapat diketahui dengan melihat pengembangan dada korban.Berikan 1 kali
pernafasan selama 1 detik, berikan pernafasan biasa.kemudian berikan pernafasan
kedua selama 1 detik. Berikan nafas secara biasa untuk mencegah penolong
mengalami pusing atau berkunang-kunang. Untuk bayi dan anak, nafas buatan
yang diberikan lebih sedikit dari orang dewasa, dengan tetap melihat
pengembangan dada.Usahakan hindari pemberian pernafasan yang terlalu kuat
dan terlalu banyak karena dapat menyebabkan kembung dan merusak paru-paru
korban. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi mulut sekitar 17 %.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke hidung
Cara ini direkomendasikan jika pemberian nafas buatan melalui mulut korban
tidak dapat dilakukan misalnya terdapat luka yang berat pada mulut korban, mulut
tidak dapat dibuka, korban di dalam air atau mulut penolong tidak dapat
mencakup mulut korban.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang trakeostomi)
Cara ini diberikan pada pasien trakeostomi. Caranya sama dengan mulut ke mulut
hanya saja lubang tempat masuknya udara adalah lubang trakeostomi
Pemberian nafas buatan dengan menggunakan alat
Gambar 2. ambubag (bag-valve-masker)
Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara bebas,
valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita.
Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup memerlukan keterampilan
tersendiri. Penolong seorang diri dalam menggunakan amb bag harus dapat
mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah,
menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan
memeras bagging. Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada
korban pada setiap pernafasan.
Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang
berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan
sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong
harus memperhatikan pengembangan dada korban
Gambar 3. Cara menggunakan ambubag
Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil
memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker.
Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker
membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah
penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E.
Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat
ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen.
Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas dan henti jantung,
dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.
PO2
SaO2
95%-97% normal
< 90% hipoksemi
pH
7,35-7,45 normal
<7,35 asidemia
>7,45 alkaemia
PaCo2
System respirasi
Saraf pusat
Sakit kepala
Kekacauan mental, agitasi
Mudah terangsang, cemas, bereringat
Mengantuk
Kardiovaskuler
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu
dengan aliran 1 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter
nasal.
- Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 8 L/mnt
dengan konsentrasi O2 40 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80%
dengan aliran 8 12 L/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
2. Sistem aliran tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh
tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O 2
yang lebihtepat dan teratur.
Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan
ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan
menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O 2
sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14
L/mnt dengan konsentrasi 30 55%.
- Keuntungan
2004 Digitized by USU digital library 4
4.
5.
6.
7.
Etiologi
Dasar lidah, palatum molle, darah, corpal, tumor, spasme otot nafas, kelainan
congenital, secret, oedem, aspirasi dari gaster,
a. Dasar lidah pada penderita Koma (ok otot lidah dan leher
lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari
dinding belakang faring ( hal ini terjadi bila kepala
penderita posisi Flexi )
b. FB ( a dan b adalah yang biasa pada J N A )
c. Pada J N B bronkospasme, sembab mukosa, sekresi
bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam
paru
Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau
kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di
tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.
2. Benda Asing
Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tandatanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor,
dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas
tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh bendabenda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan oleh
berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tdk teratur bentuknya.
b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam saluran nafas
maka dibagi atas :
Pada Trakhea
Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena
diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi
bronkhus sehingga menjadi besar
Keganasan pada lidah, nasofaring,laring dll
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi
Atas dan bawah
Berdasarkan jenis sumbatan
Total
Parsial
Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan kriteria
Jackson.
1. Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi
suprasternal, tanpa sianosis.
2. Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai
retraksi supra dan infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai
gelisah.
yaitu udara dapat masuk, tetapi tdk keluar. keadaan ini menyebabkan
terjadinya
empisema
paru,
bahkan
dapat
terjadi
empisema
hipoksemia,
menandakan
fase
permulaan
terjadinya
kegagalan pernafasan.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani
Rab)
Parsial
Masih bisa nafas, RR naik, nadi
Total
Udah ga bisa nafas, sianosis
Parsial
Total
Apneu
Batuk
RR naik
Nadi naik
berbahaya
daripada
didalam
bronkhus
karena
dapat
akan
tersangkut
pada
bronkhus
kanan,
oleh
karena
o Surgical cricothyroidotomy
o Surgical tracheostomy
Sumber : Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac
Life Support
Cari gambar combitube dan LMA
PF
PP
Blood Gas Artery
PO2
SaO2
95%-97% normal
< 90% hipoksemi
pH
7,35-7,45 normal
<7,35 asidemia
>7,45 alkaemia
PaCo2
System respirasi
Saraf pusat
Sakit kepala
Kekacauan mental, agitasi
Mudah terangsang, cemas, bereringat
Mengantuk
Kardiovaskuler
mendapat O2
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan
pada jalan nafas dan dilakukanmaneuver Heimlich.
Stridor
(crowing),
sumbatan
di
plika
vokalis.
Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu.
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya!
Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat
tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan
terganjal!
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien
kemudian angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh
dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah
sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun
terangkat ke depan.
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi
bawah berada di depan barisan gigi atas
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan
dari benda padat.