I. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
II. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan kondisi ketika individu pernah atau
berisiko melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain ataupun lingkungan
(Carpenito, 2009).
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998 dalam
Fitria, 2009).
Keadaan dimana klien mengalami perilaku yang membahayakan klien sendiri,
lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 1998 dalam
Fitria 2009).
b. Tanda dan gejala
Fisik : mata melotot. Wajah memerah, tubuh kaku
Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus
Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk dan agresif
Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya
Intelektual : dominan, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan mengeluarkan
kata-kata bersifat sarkasme
Spiritual : merasa berkuasa, merasa diri benar, ragu-ragu
Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
Perhatian : bolos, melarikan diri, melakukan penyimpangan seksual
c. Faktor yang mempengaruhi
Faktor Prediposisi
- Teori Biologik (Pengaruh neurofisiologi, pengaruh biokimia, pengaruh
genetic dan gangguan otak)
- Teori Psikologik (teori psikoanalitik, teori pembelajaran)
- Teori sosiokultural
Faktor presipitasi
- Internal : menurunnya percaya diri, hilang control, rasa takut sakit
- Eksternal : penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis
Perilaku Kekerasan
(Fitria, 2009)
Tujuan Khusus
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
1. Pasien dapat
mengidentifika
si
penyebab
perilaku
kekerasan
2. Pasien dapat
mengidentifika
si tanda-tanda
perilaku
kekerasan
Tidak
membahayaka
n orang lain
atau merusak
barang
Mengurangi
perilaku acting
out
Mengalami
penuruna
agitasi
Mengalami
penurunan rasa
takut
atau
cemas
dan
bermusuhan
Memperlihatka
n kemampuan
untuk melatih
pengendalian
internal
terhadap
perilakunya
Mengindetifika
sikan
cara
untuk
mengatasi
ketegangan
dan perasaan
agresif dengan
cara yang tidak
destruktif
Mengungkapk
an
perasaan
cemas, takut,
marah
atau
bermusuhan
secara verbal
dengan
cara
yang
tidak
destruktif
3. Pasien dapat
menyebutkan
jenis perilaku
kekerasan
yang pernah
dilakukannya
4. Pasien dapat
menyebutkan
akibat
dari
perilaku
kekerasan
yang
dilakukannya
5. Pasien dapat
menyebutkan
cara
mencegah/men
gontrol
perilaku
kekerasannya
6. Pasien dapat
mencegah/men
gontrol
perilaku
kekerasannya
secara fisik,
spiritual,
sosial, dan
dengan terapi
Pengendalian
amarah
Referensi
Carpenito, Lynda. (2009). Nursing care plans and documentation : nursing diagnoses and
collaborative problems. 5th Ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip dasar aplikasi penulisan : Laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
SP 1 dan 2 Halusinasi
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien Ny. N berusia 30 tahun saat ini dirawat di RS karena mengalami halusinasi. Klien
mengeluhkan mendengar suara-suara dari keluarganya yang sudah meninggal. Dalam
suara tersebut, Ny. N merasa mendengar kerabatnya memanggil dan meminta doa. Setelah
dirawat selama 2 minggu, klien tampak sedikit tenang.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperwatan
Membantu klien mengenali halusinasi dan melatih klien menghardik halusinasi.
B. Strategi Komunikasi
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
Fase Orientasi
Salam Terapeutik: Assalamualaikum. Selamat pagi, Ibu. Pagi ini saya yang akan
bertugas untuk merawat Bapak. Masih ingat dengan saya? Nama saya Ajeng. Ibu bisa
panggil saya Suster Ajeng.
Bagaimana kabar Ibu hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak? Apa keluhan ibu
saat ini?
Kontrak: Baiklah bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini ibu dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit
Fase Kerja
Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?
Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara? Berapa kali sehari ibu alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?
Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?
Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suarasuara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?
ibu, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi
saya tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulangulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu, bagus!
Coba lagi! Ya bagus ibu sudah bisa
Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah peragaan latihan tadi? Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa
Ibu?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya
Baiklah, sampai jumpa. Assalamualaikum
SP 2 : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap
dengan orang lain
Orientasi:
Assalammualaikum Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suarasuaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Ibu mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
Ibu. Contohnya begini; tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak Ibu katakan: Kak, ayo ngobrol
dengan Ibu. Ibu sedang dengar suara-suara. Begitu ibu. Coba ibu lakukan seperti saya
tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya ibu!
Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang ibu
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau ibu
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian ibu. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur
serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana
kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya.
Assalamualaikum