Anda di halaman 1dari 24

BAB I

KONSEP PENYAKIT
1.1Konsep Penyakit
1.1.1

Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luas fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Brunner & Suddarth,( 2002)
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang. Fraktur diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur mengubah
posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf, dan pembuluh darah)
juga mengalami kerusakan. Carpenito, (1999).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Dongoes, (2000)
1.1.2

Anatomi Fisiologi

Ada 206 buah tulang dalam tubuh manusia yang dibagi dalam 4 kategori yaitu:
tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Bentuk dan konstruksinya ditentukan
oleh fungsi dan gaya tulang yang bekerja pada tulangnya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan defosit mineral, sel-selnya terdiri
atas 3 yaitu osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi
dasar (glikosaminogalikan dan proteoglikan) matrik merupakan kerangka dalam
garam mineral noranorganik. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matrik tulang). Osteoklast
adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resopsi
dan remodeling tulang.

Gambar 1 Anatomi tulang panjang


Tulang diselimuti pada bagian luar oleh membran fibrus padat yang dinamakan
perisoteum yang memberi nutrisi ketulang dan memungkinkannya tumbuh, pembuluh
darah dan limgfatik. Ondosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi
rongga sum-sum tulang arteria nutrisia (Arteri Tunggal).
Perkembangan tulang dimulai sebelum kelahiran. Osifikasi adalah proses dimana
matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral ditimbun diserabut kologen dalam
suatu lingkungan olektronegatif, yang memberi kekuatan terhadap tekanan pada
tulang. Ada dua model dasar osifikasi yaitu intramembran dan endokondral.
Penulangan intramembran dimana tulang tumbuh didalam membran, sedangkan
endokardinal yaitu tulang terbentuk yang lebih dahulu model tulang rawan yang
serupa seperti tulang rawan kemudian mengalami dan diganti oleh tulang.
Pemeliharaan tulang, dimana tulang merupakan jarignan yang dinamis dalam keadaan

peralihan yang konstan. Faktor pengatur penting yang menentukan keseimbangan


antara pembentukan dan resorbsi tulang antara lain stress tulang. Vitamin yang
berfungsi meningkatkan jumlah calsium dalam darah dengan meningkatkan
penimbunan calsium dalam tulang. Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan
tulang bila terjadi penurunan pasokan darah maka terjadi penurunan dan tulang
mengalami osteoporosis atau nekrosis.
Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang, yakni :
a. Inflamasi
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan
pembentukan hematon. Pada tempat tulang yang patah yang kemudian akan diinvasi
oleh makrofag (sel darah putih besar)
b. Proliferasi sel
Dalam waktu sekitar lima hari, hematon akan mengalami organisme, terbentuk
barang-barang fibirin yang akan membentuk jaringan untuk revaskularasi dan invasi
fibroglast dan osteoblast yang akan menghasilkan kologen dan proteoglikan sebaga
matrik kologen pada patahan tulang. Dari peristeum tampak pertumbuhan melingkar
yang dirangsang oleh gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus
sedangkan tulang yang tumbuh akan menunjukkan potensial elektronegatif.
c. Pembentukan kalus
Pembentukan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dalam
jaringan fibrus. Tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang
dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung ber hubungan dengan
jumlah kerusakan dan pergeseran tulang sehingga memerlukan waktu kurang lebih 34 minggu agar fragmen tulang bergabung dalam tulang rawan.
d. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga
minggu melalui proses penulangan endokondral. Mineral tersu-menerus ditimbun
3

sampai tulang benar-benar bersatu dan keras.


e. Remodeling
Tahap akhir perbaikan patahan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisme tulang baru kesusunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung
beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4) Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
5) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
1.1.3

Etiologi.

a. Trauma (80%) oleh kecelakaan.


b. Degenerasi.
c. Patologis.
1.1.4

Manifestasi klinik
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
4

e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal
1.1.5

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi atau luasnya fraktur.


b. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma.
e. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagualasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfuse
multiple atau cedera hati.
1.1.6

Penatalaksanaan Medis
a. Recognisi.
Riwayat kecelakaan/riwayat kejadian fraktur harus diketahui dengan pasti

untuk menentukan diagnosa dan tindakan.


b. Reduksi atau Reposisi.
Merupakan upaya memanipulasi fragmen tulang agar dapat kembali seperti
semula dengan cara: fiksasi, misal: GIPS dan TRAKSI.
5

Gips untuk fiksasi eksternal, Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek
reduksi dan mobilisasi, berat traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
c. Retensi, memelihata reduksi sampai sembuh.
d. Rehabilitasi, pencapaian kembali fungsi normal.
1.1.7

Komplikasi

1.1.7.1 Komplikasi awal.


a. Syok.
Syok hipovolemik atau tarumatik akibat perdarahan (baik kehilangan darah
eksternal maupun yang tak kelihatan). Dan kehilangan cairan ekstrasel kejaringan
yang rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vetebra. Karena
tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah
dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,, khususnya pada fraktur femur dan
pelvis.
b. Sindrom emboli lemak.
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multipel atau cedera remuk,
dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda (20 sampai 30 tahun).
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang
dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan
terjadinya globula lemak dalam aliran darah.
Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang
kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal, dan
organ lainnya. Awitan gejalanya sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam sampai
satu minggu setelah cedera, namun paling sering terjadi dalam 24 jam sampai 72 jam.
c. Sindroma kompartemen.
6

Sindroma kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan


dalam otot berkurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini dapat
disebabkan karena: (1) Penurunan

ukuran kompatemen otot karena fasia yang

membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat. (2) Peningkatan
isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misal: iskemia, cedera remuk, penyuntikan bahan penghancur/toksik
jaringan).
Kompartemen lengam bawah atau tungkai paling sering terkena. Kehilangan
fungsi permanen dapat terjadi bila keadaan ini berlansung lebih 6 sampai 8 jam dan
terjadi iskemia dan nekrosis mioneural (otot dan saraf).
1.1.7.2

Komplikasi lambat.
a. Penyatuan lambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan lambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan

normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin
berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.
Pada akhirnya fraktur menyembuh.
b. Nekrosis avaskuler tulang.
Nekrosis avaskular tulang terjadi bila tualng kehilangan asupan darah dan
mati, dampak terjadi setelah fraktur (khususnya pada kolum femoralis), dislokasi,
terapi kortikosteroid dosis tinggi berkepanjangan. Penyakit ginjal kronik, anemia sel
sabit dan penyakit lain.
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna.
Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang terjadi, namun
pada kebanyakan pasien alat tersebut tiddak diangkat sampai timbulnya gejala, nyeri
dan penurunan fungsi merupakan indikator utama telah terjadinya masalah, masalah
tersebut meliputi kegagalan mekanisme (pasangan dan stabilitas yang tak memadai),
7

kegagalan material (alat yang cacat dan rusak); berkaratnya alat menyebabkan
inflamasi lokal, respons alergi terhadap campuran logam yang digunakan dan alat
remodeling osteoporotik disekitar alat fiksasi (stres yang dibutuhkan untuk
memperkuat tulang direndam oleh alat tersebut, mengakibatkan oesteoporosis
disuse). Bila alat diangkat, tulang perlu dilindungi dan fraktur kembali sehubungan
dengan osteoporosis, sstruktur tulang yang terganggu dan trauma, remodeling tulang
akan mengembalikan kekuatan struktural tulang.

1.1.8 Patoflow
Trauma langsung
patologis

trauma tidak langsung

kondisi

FRAKTUR
nyeri

Diskontinuitas tulang

pergeseran frakmen tulang

Perub jaringan sekitar

kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot


kapiler
putus vena/arteri

Kerusakan
integritas

tek. Ssm tlg > tinggi dr

peningk tek kapiler

reaksi stres klien

deformitas

kulit

perdarahan

pelepasan histamin

melepaskan

katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang

memobilisai asam

lemak
Gg mobilitas
fisik

kehilangan volume cairan


edema
Shock
hipivolemik

bergab dg trombosit
emboli

penekn pem. drh


menyumbat pemb drh
penurunan perfusi jar

gg.perfusi
jar

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1

Pengkajian

1) Pengkajian primer
9

Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk

Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

2) Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
10

d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
1.2.2

Diagnosa Keperawatan, Intervensi, dan Rasional

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. terputusnya kontinuitas jaringan saraf dan
meningkatnya tekanan lokal yang ditandai klien mengeluh

dan tampak

meringis.
b. Resiko tinggi infeksi b.d. menurunnya daya tahan tubuh yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat, tungkai odema, luka terbuka yang disertai pus,
leukositosis.
1.2.3

Intervensi Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. terputusnya kontinuitas jaringan saraf dan
meningkatnya tekanan lokal yang ditandai klien mengeluh

dan tampak

meringis.
Intervensi

Rasional

Mandiri.
Mempertahankan

imobilisasi

bagian Menghilangkan nyeri dan mencegah

yang sakit dengan tirah baring, gips, kesalahan


pembebat traksi.

posisi

jaringan yang cedera.


11

tulang/tegangan

Tinggikan dan dukung ekstremitas yang Meningkatkan


terkena.

aliran

balik

vena,

menurunkan edema, dan menurunkan


nyeri.

Hindari penggunaan sprei/bantal plastik


dibawah ekstremitas dalam gips.

Dapat meningkatkan ketidak nyamanan


karena

peningkatan

produksi

panas

dalam gips yang kering.

Dorong pasien untuk mendiskusikan


masalah sehubungan dengan cedera.

Membantu
ansietas,

untuk
pasien

kebutuhan

menghilangkan
dapat

untuk

merasakan

menghilangkan

pengalaman kecelakaan.
Memungkinkan pasien untuk siap secara

Jelaskan prosedur sebelum memulai

normal

untuk

aktivitas

juga

berpartisipasi dalam mengontrol tingkat


ketidak nyamanan.
Berikan

obat

sebelum

perawatan

aktivitas.

Meningkatkan

relaksasi

otot

dan

menurunkan

nyeri

meningkatkan partisipasi.

Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi: narkotika
dan analgesik non narkotika: NSAID

Diberikan

untuk

dan/attau spasme otot.

injeksi.
Berikan/awasi analgesik yang dikontrol Pemberian ADP mempertahankan kadar
pasien (ADP) bila indikasi

analgesik
12

darah

adekuat,

mencegah

fluktusi dalam menghilangkan nyeri


sehubungan

dengan

tegangan

otot/spasme.

Resiko tinggi infeksi b.d. menurunnya daya tahan tubuh yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat, tungkai odema, luka terbuka yang disertai pus,
leukositosis.
Intervensi

Rasional

Mandiri
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau Pen atau kawat harus dimasukan melalui
robekan kontinuitas.

kulit yang terinfeksi, kemerahan,atau


abrasi

(dapat

menimbulkan

infeksi

tulang).

Berikan perawatan pen/kawat steril sesui


protokol dan latihan mencuci tangan.

Instruksikan

pasien

untuk

Dapat mencegah kontaminasi silang dan


kemungkinan infeksi.

tidak

menyebutkan insersi.

Meminimalkan

kesempatan

untuk

kontaminasi.
Gips yang lambat, padat meningkatkan

Tutupi pada akhir gips peritoneal dengan pertumbahan bakteri.


plastik.

13

Tanda perkiraan infeksi gas gangren.


Observasi luka untuk pembentukan bula,
krepitasi,

perubahan

kecoklatan,

warna

bau drainase

yang

kulit
tak
Kekakuan otot, spame tonik otot rahang,

enak/asam.
Kaji tonus otot. Refleks tendon dalam
dan kemampuan untuk bicara.

dan disfagia menunjukan terrjadinya


tetanus.

Dapat

mengidentifikasikan

terjadinya

osteomilitis.
Selidiki nyeri yang tiba-tiba/keterbatasan
gerakkan dengan edema lokal/eritema
ekstremitas cedera.
Adanya

memerlukan

Lakukan prosedur isolasi.

purulen

kewaspadaan

akan

luka/linen

untuk mencegah kontaminasi silang.

Kolaborasi.
Awasi

drainase

Anemia dapat terjadi pada osteomielitis,

pemeriksaan

laboratorium, leukositosis biasanya ada dengan proses

contoh:

infeksi.

a. Hitung darah lengkap.

Peningkatan pada osteomielitis.

b. LED

Mengidentifikasi organisme infeeksi.

c. Kultus

dan

sensititas
14

luka/serum/tulang.
d. Skan radioisotop.

Titik panas menunjukan peningkatan


area

vaskularisasi,

menunjukan

osteomilitis.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
a.

Antibiotika IV/topikal.

Antibiotika

spektrum

luas

dapat

digunakan secara profilaktik atau dapat


ditujukan pada mikroorganisme khusus.

b.

Tetanus toksoid.

Diberikan

secara

profilaksi

karena

kemungkin adanya tetanus pada luka


tebuka.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
I.

Data Umum
15

1. Identitas Klien
Nama

: Tuan H:

Tempat / tanggal lahir

: Wajo, 15 November 1977

Status Perkawinan

:M

Pendidikan terakhir

: SD

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Jl.D.T

Tanggal masuk RS

: 15 Oktober 2005

Umur

: 29 Thn

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku

: Bugis

Lama bekerja

: 10 Thn

Tanggal pengkajian

: 17 Oktober 2005

I. Penangguing jawab atau pengantar


Nama

: Ny H:

Umur

: 18 Thn
16

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Jl. D.T

Hubungan dengan klien

: suami

II. Riwayat Kesehatan selama ini


a. Keluhan utama

: luka diujung tungkai bawah, nyeri pada tungkai

bawah.
b. Alas an masuk RS

: ingin sembuh

c. Riwayat penyakit

Provocative

Quality

Region

: berkurang dengan imobilisasi


: nyeri berat
: pada area jaringan, kerusakan tulang

III.Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Penyakit yang pernah dialami:

Riwayat perwatan

: pernah dirawat karena kecelakaan

dengan penyakit yang sama


IV. Riwayat Kesehatn Keluarga
-

Tidak ditemukan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga


17

Tidak ada kecenderungan munculnya penyakit dalam tiap generasi

2.2 Analisa Data


No
1

Data

Etiologi

DS:

Trauma Jaringan
Klien

mengatakan

nyeri

pada ujung tungkai bawah.

perdarahan.
Terdapat luka pada tungkai
bawah.

Adanya luka,

DO:

Rangsangan
pengeluaran zat-

Klien tampak meringis.

zat bradikinin,

Tunkai bawah bengkak.

Tejadi

kerusakan

serotonin,

tulang

pada area jaringan.

Masalah

Sianosis

pada

prostaglandin
menuju thalamus
dan korteks

tungkai

bawah.

serebri.

Nyeri

18

Nyeri

DS:

Fraktur

Klien

membatasi

untuk

mengurangi

gerak
rasa

nyeri.

Imobilitas Fisik

Nyeri

DO:

Pembatsan
Tejadi

kerusakan

tulang

gerakan tubuh

pada area jaringan.

Pergerakan pasif.
Aktifitas

Klien tampak lemah.

yang

dilakukan minimal

Gangguan
mobilitas fisik

2.3 Prioritas Masalah

Nyeri

Imobilitas fisik

2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan
rangka neuromuscular.
2. Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
19

3. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan


2.5 Intervensi Keperawatan

Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan


rangka neuromuskuler

Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan


keperaawatan.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

Tinggikan ekstrimutas yang sakit

Instruksikan klien atau bantu dalam latian rentang gerak pada


ekstrimitas yang sakit dan tak sakit

Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur


ketika bergerak

Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup


keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhanAwasi teanan daraaah,
nadi dengan melakukan aktivitas

Ubah psisi secara periodik

Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang

Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan


Intervensi:
a.

Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri

20

b.

Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

c.

Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk


melakukan aktivitas hiburan

d.

Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi

e.

Jelaskan prosedur sebelum memulai

f.

Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif

g.

Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi,


latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan

h.

Observasi tanda-tanda vital

i.

Kolaborasi : pemberian analgetik

Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan


Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Intervensi:
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau
drainae
b. Monitor suhu tubuh
c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h. Kolaborasi pemberian antibiotik.

2.6 Implementasi Keperawatan

21

Implementasi
Menginstruksikan

Respon
atau Pasien mulai bisa menggerakkan kakinya

klien

membantu klien dalam latihan


rentang gerak pada ekstrimitas
yang sakit dan tak sakit.
Memberi

penyangga

ekstrimitas

yang

dandibawah

sakit

fraktur

pada Pasien merasa nyaman


diatas
ketika

bergerak
Menganjurkan imobilisasi bagian

Pasien merasa nyaman

yang sakit dengan tirah baring


Melakukan

perawatan

kulit, Pasien merasa nyaman

dengan sering pada patah tulang


yang menonjol
Mengkolaborasi

pemberian Pasien merasa nyaman

antibiotik.

2.7 Evaluasi Keperwatan

Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan


rangka neuromuskuler
22

Kriteria hasil:
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsinal
Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang

Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darahnormal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR.

Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan


Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:

Penyembuhan luka sesuai waktu

Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

23

24

Anda mungkin juga menyukai