KONSEP PENYAKIT
1.1Konsep Penyakit
1.1.1
Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luas fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Brunner & Suddarth,( 2002)
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang. Fraktur diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur mengubah
posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf, dan pembuluh darah)
juga mengalami kerusakan. Carpenito, (1999).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Dongoes, (2000)
1.1.2
Anatomi Fisiologi
Ada 206 buah tulang dalam tubuh manusia yang dibagi dalam 4 kategori yaitu:
tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Bentuk dan konstruksinya ditentukan
oleh fungsi dan gaya tulang yang bekerja pada tulangnya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan defosit mineral, sel-selnya terdiri
atas 3 yaitu osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi
dasar (glikosaminogalikan dan proteoglikan) matrik merupakan kerangka dalam
garam mineral noranorganik. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matrik tulang). Osteoklast
adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resopsi
dan remodeling tulang.
Etiologi.
Manifestasi klinik
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
4
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal
1.1.5
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan Medis
a. Recognisi.
Riwayat kecelakaan/riwayat kejadian fraktur harus diketahui dengan pasti
Gips untuk fiksasi eksternal, Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek
reduksi dan mobilisasi, berat traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
c. Retensi, memelihata reduksi sampai sembuh.
d. Rehabilitasi, pencapaian kembali fungsi normal.
1.1.7
Komplikasi
membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat. (2) Peningkatan
isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misal: iskemia, cedera remuk, penyuntikan bahan penghancur/toksik
jaringan).
Kompartemen lengam bawah atau tungkai paling sering terkena. Kehilangan
fungsi permanen dapat terjadi bila keadaan ini berlansung lebih 6 sampai 8 jam dan
terjadi iskemia dan nekrosis mioneural (otot dan saraf).
1.1.7.2
Komplikasi lambat.
a. Penyatuan lambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan lambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan
normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin
berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.
Pada akhirnya fraktur menyembuh.
b. Nekrosis avaskuler tulang.
Nekrosis avaskular tulang terjadi bila tualng kehilangan asupan darah dan
mati, dampak terjadi setelah fraktur (khususnya pada kolum femoralis), dislokasi,
terapi kortikosteroid dosis tinggi berkepanjangan. Penyakit ginjal kronik, anemia sel
sabit dan penyakit lain.
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna.
Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang terjadi, namun
pada kebanyakan pasien alat tersebut tiddak diangkat sampai timbulnya gejala, nyeri
dan penurunan fungsi merupakan indikator utama telah terjadinya masalah, masalah
tersebut meliputi kegagalan mekanisme (pasangan dan stabilitas yang tak memadai),
7
kegagalan material (alat yang cacat dan rusak); berkaratnya alat menyebabkan
inflamasi lokal, respons alergi terhadap campuran logam yang digunakan dan alat
remodeling osteoporotik disekitar alat fiksasi (stres yang dibutuhkan untuk
memperkuat tulang direndam oleh alat tersebut, mengakibatkan oesteoporosis
disuse). Bila alat diangkat, tulang perlu dilindungi dan fraktur kembali sehubungan
dengan osteoporosis, sstruktur tulang yang terganggu dan trauma, remodeling tulang
akan mengembalikan kekuatan struktural tulang.
1.1.8 Patoflow
Trauma langsung
patologis
kondisi
FRAKTUR
nyeri
Diskontinuitas tulang
Kerusakan
integritas
deformitas
kulit
perdarahan
pelepasan histamin
melepaskan
katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang
memobilisai asam
lemak
Gg mobilitas
fisik
bergab dg trombosit
emboli
gg.perfusi
jar
Pengkajian
1) Pengkajian primer
9
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2) Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
10
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
1.2.2
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. terputusnya kontinuitas jaringan saraf dan
meningkatnya tekanan lokal yang ditandai klien mengeluh
dan tampak
meringis.
b. Resiko tinggi infeksi b.d. menurunnya daya tahan tubuh yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat, tungkai odema, luka terbuka yang disertai pus,
leukositosis.
1.2.3
Intervensi Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. terputusnya kontinuitas jaringan saraf dan
meningkatnya tekanan lokal yang ditandai klien mengeluh
dan tampak
meringis.
Intervensi
Rasional
Mandiri.
Mempertahankan
imobilisasi
posisi
tulang/tegangan
aliran
balik
vena,
peningkatan
produksi
panas
Membantu
ansietas,
untuk
pasien
kebutuhan
menghilangkan
dapat
untuk
merasakan
menghilangkan
pengalaman kecelakaan.
Memungkinkan pasien untuk siap secara
normal
untuk
aktivitas
juga
obat
sebelum
perawatan
aktivitas.
Meningkatkan
relaksasi
otot
dan
menurunkan
nyeri
meningkatkan partisipasi.
Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi: narkotika
dan analgesik non narkotika: NSAID
Diberikan
untuk
injeksi.
Berikan/awasi analgesik yang dikontrol Pemberian ADP mempertahankan kadar
pasien (ADP) bila indikasi
analgesik
12
darah
adekuat,
mencegah
dengan
tegangan
otot/spasme.
Resiko tinggi infeksi b.d. menurunnya daya tahan tubuh yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat, tungkai odema, luka terbuka yang disertai pus,
leukositosis.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau Pen atau kawat harus dimasukan melalui
robekan kontinuitas.
(dapat
menimbulkan
infeksi
tulang).
Instruksikan
pasien
untuk
tidak
menyebutkan insersi.
Meminimalkan
kesempatan
untuk
kontaminasi.
Gips yang lambat, padat meningkatkan
13
perubahan
kecoklatan,
warna
bau drainase
yang
kulit
tak
Kekakuan otot, spame tonik otot rahang,
enak/asam.
Kaji tonus otot. Refleks tendon dalam
dan kemampuan untuk bicara.
Dapat
mengidentifikasikan
terjadinya
osteomilitis.
Selidiki nyeri yang tiba-tiba/keterbatasan
gerakkan dengan edema lokal/eritema
ekstremitas cedera.
Adanya
memerlukan
purulen
kewaspadaan
akan
luka/linen
Kolaborasi.
Awasi
drainase
pemeriksaan
contoh:
infeksi.
b. LED
c. Kultus
dan
sensititas
14
luka/serum/tulang.
d. Skan radioisotop.
vaskularisasi,
menunjukan
osteomilitis.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
a.
Antibiotika IV/topikal.
Antibiotika
spektrum
luas
dapat
b.
Tetanus toksoid.
Diberikan
secara
profilaksi
karena
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
I.
Data Umum
15
1. Identitas Klien
Nama
: Tuan H:
Status Perkawinan
:M
Pendidikan terakhir
: SD
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl.D.T
Tanggal masuk RS
: 15 Oktober 2005
Umur
: 29 Thn
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Lama bekerja
: 10 Thn
Tanggal pengkajian
: 17 Oktober 2005
: Ny H:
Umur
: 18 Thn
16
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jl. D.T
: suami
bawah.
b. Alas an masuk RS
: ingin sembuh
c. Riwayat penyakit
Provocative
Quality
Region
Riwayat perwatan
Data
Etiologi
DS:
Trauma Jaringan
Klien
mengatakan
nyeri
perdarahan.
Terdapat luka pada tungkai
bawah.
Adanya luka,
DO:
Rangsangan
pengeluaran zat-
zat bradikinin,
Tejadi
kerusakan
serotonin,
tulang
Masalah
Sianosis
pada
prostaglandin
menuju thalamus
dan korteks
tungkai
bawah.
serebri.
Nyeri
18
Nyeri
DS:
Fraktur
Klien
membatasi
untuk
mengurangi
gerak
rasa
nyeri.
Imobilitas Fisik
Nyeri
DO:
Pembatsan
Tejadi
kerusakan
tulang
gerakan tubuh
Pergerakan pasif.
Aktifitas
yang
dilakukan minimal
Gangguan
mobilitas fisik
Nyeri
Imobilitas fisik
20
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
21
Implementasi
Menginstruksikan
Respon
atau Pasien mulai bisa menggerakkan kakinya
klien
penyangga
ekstrimitas
yang
dandibawah
sakit
fraktur
bergerak
Menganjurkan imobilisasi bagian
perawatan
antibiotik.
Kriteria hasil:
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsinal
Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darahnormal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR.
23
24