Anda di halaman 1dari 9

Meskipun kemajuan luar biasa dalam penelitian medis dan perawatan selama abad 20,

penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga
alasan: (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali
penyakit menular lama (re-emerging disease), dan (3)intractable infectious disease.
Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau
penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade
terakhir. Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging disease adalah wabah
penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden
dimasa lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu
muncul hampir disetiap tahunnya,yaitu :

Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan
adaptasi

Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)

Perubahan iklim dan lingkungan

Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat


antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.

Pekembangan industri dan ekonomi

Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel
diseases)

Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

Sudah banyak microbial agent( virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi menyebabkan
wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk mengubah pola
penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti yang dirilis
dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang membagi menjadi 3
kelompok besar, yaitu :
1.
Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir
2.

Grup II : Re-emerging pathogen

3.

Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme

Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public health


surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemerging dan reemerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi
laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan
masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging
disease ini.
WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem peringatan
dini
(early
warning
system)
untuk
wabah
penyakit
menular
dan
sistemsurveillance untuk emerging dan re-emerging disease khususnya untuk wabah
penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan
intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana
penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan
masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas
kesehatan(Center for Disease Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini
seperti dalam kasus severe acute respiratory syndrome (SARS), di mana salah satu
aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu:
1.
Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap
individual dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit.
2.
Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute
respiratory ilness di dalam komunitas.
3.
Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute
respiratory ilness di lingkup rumah sakit.
4.
Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat
antrimicrobial
dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute respiratory ilness
Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :

(1) Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka
prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi
bahaya baru.
(2) Melakukan tindakan dan intervensi.
Sehingga
diharapkan
munculnya
bersifat endemik,epidemik dan pandemik dapat
merugikan akibat wabah penyakit tersebut.

kejadian
dihindari

luar
biasa
dan mengurangi

yang
dampak

Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih
dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip
penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini:
1.
Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan,
dan komunitas
2.

Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan

3.
Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu,
komunitas dan internasional
4.
Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan
yang dirancang khusus untuk kejadian pandemik.
5.
Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai
relevan.

Referensi:

WHO.http://www.who.int/csr/disease/influenza/pipguidance2009/en/index.html
WHO.http://www.aclu.org/pdfs/privacy/pemic_report.pdf
NIAID.http://www.niaid.nih.gov/topics/Flu/understandingFlu/Pages/definitions
Overview.aspx
WHO.http://www.who.int/csr/disease/influenza/pandemic/en/
NIAID.http://www.niaid.nih.gov/topics/emerging/Pages/list.aspx

Saat ini Ebola tengah menjadi topik yang hangat, dan menjadi sebuah ancaman bagi
dunia. Hampir semua mediabaik elektronik dan cetakmemuat berita mewabahnya
virus ini. Sejak mewabahnya Ebola pada Maret 2014, WHObadan kesehatan dunia
telah mencatat tidak kurang dari 8.914 orang telah terinfeksi virus ini, dan telah
menelan korban sebanyak 4.447 orang yang meninggal, termasuk di dalamnya 200
tenaga medis, di empat negara kawasan Afrika Barat. WHO juga memprediksikan akan
muncul 10.000 kasus baru yang terinfeksi Ebola sampai pada awal tahun depan, yang
tentu dengan korban tewas jauh lebih banyak lagi, bila penyakit ini tidak segera
ditangani dengan baik dan serius.
Mewabahnya virus ini sejak awal tahun 2014, bukanlah yang pertama kali sejak virus ini
diidentikasi. Namun, epidemi di kawasan Afrika Barat kali ini diyakini yang terparah dan
berada pada titik yang paling mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan kasus-kasus
epidemi sebelumnya. Epidemi virus Ebola yang menjangkiti sebagian besar Afrika Barat
seperti Guinea, Sierra Lione, Liberia, Pantai Gading, dan kemungkinan juga di Nigeria,
diyakini pertama kali ditularkan dari gigitan kelelawar pada seorang balita berusia dua
tahun. Hal ini dikemukakan oleh 17 ahli penyakit tropis dari Eropa dan Afrika dalam
sebuah riset internasional setelah melalui penyelidikan selama tiga pekan, dan mereka
juga berhasil menangkap kelelawar yang diduga menyebarkan Ebola pertama kali. Di
samping itu, para peneliti juga mengambil populasi lain yang ada di sekitar Desa
Meliandoua, Propinsi Gueckedou, Guinea, sebuah daerah terpencil yang berbatasan
demgan Sierra Leone dan Liberia, tempat epidemi Ebola berawal pada Desembar
2013. Para ahli Epidemologi menyakini balita itu digigit kelelawar, dan akhirnya yang
membuat balita tersebut meninggal pada 6 Desember 2013 yang lalu, menularkan virus
itu pada ibunya, yang meninggal tujuh hari kemudian. Kakak perempuan dari balita
tersebut berusia tiga tahun juga terinfeksi Ebola, dan meninggal menjelang akhir tahun
lalu. Virus ini menyebar dengan cepat dan jauh, termasuk menjangkiti orang-orang
yang datang ke pemakaman ibu dan anak itu. Hal ini diperparah lagi dengan sebagian
besar juga ditularkan lewat hewan mati yang terinfeksi Ebola namun tetap dijual oleh
para pemburu.
Hal lain yang menjadi penyebab sulitnya virus Ebola dihilangkan dari kawasan Afrika,
dikarenakan pola pikir masyarakat setempat yang masih tradisional, yang juga masih
memercayai sihir dan dukun. Ebola bagi sebagian masyarakat di kawasan ini, dianggap
sebagai penyakit kutukan. Hal ini membuat kerja para medis sedikit terhambat untuk
mencegah laju penyebaran virus ini. Banyak para petugas medis yang diserang oleh
penduduk setempat. Ruang karantina untuk para penderita Ebola turut dirusak.
Pengobatan modern bagi sebagian besar penduduk kawasan Afrika adalah sesuatu hal
yang tabu. Bahkan, ada yang menyebut bahwa tim medis hanya akan membunuh dan,
malah menyebarkan virus yang mematikan itu.
Ebola kini bukan hanya menjadi persoalan bagi masyarakat di kawasan Afrika Barat
saja, namun sudah menjadi masalah internasional. Pada tanggal 9 Agustus 2014, WHO
mengumumkan darurat internasional untuk Ebola. Perawat Teresa Romero, salah
seorang warga Negara Spanyol yang menjadi suspek Ebola pertama di Eropa. Romero
terinfeksi Ebola ketika menjadi tim pencari dua misonaris Spanyol di Liberia yang

terinfeksi Ebola. Dengan adanya salah seorang warganya yang positif terinfseksi virus
mematikan itu, membuat pemerintah Spanyol membentuk sebuah Komite Darurat
Ebola, yang bertugas untuk menangani Ebola untuk mencegah penyebaran yang lebih
meluas dan terjadinya epidemi di negara tersebut.
Nina Phan, seorang perawat di Rumah Sakit Texas Health Presbyterian, menjadi orang
pertama yang terinfeksi Ebola di Amerika, setelah dia merawat Thomas Eric Duncan,
seorang turis Liberia yang terinfeksi Ebola. Nina Pham dinyatakan positif terjangkiti
virus ini, dua hari setelah kematian Duncan. Amber Vinson, juga seorang perawat yang
ikut terlibat menangani Duncan, dinyatakan positif terinfeksi Ebola pada Rabu, 15
Oktober 2014. Amber adalah orang yang kedua yang dinyatakan positif terinfeksi Ebola
di AS. Dengan adanya kasus ini, pemerintah Amerika meningkatkan pengamanan di
setiap bandara di negara tersebut. Pemeriksaan yang ketat dilakukan pada setiap
penumpang yang memasuki negara tersebut, terutama yang berasal dari negara
epidemi. Inggris juga melakukan hal sama dengan tujuan untuk mencegah Ebola
masuk ke negara tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh ini, pemerintah
hanya baru sebatas mengeluarkan himbauan untuk tidak melakukan perjalanan ke
negara-negara menjadi epidemi virus ini. Mengingat pergerakan dinamis yang
dilakukan masyarakat negeri ini, dan juga banyaknya turis-turis yang datang, sudah
sepatutnya pemerintah melakukan pengawasan yang ketat pada setiap bandara,
seperti apa yang telah dilakukan oleh beberapa negara Eropa dan Amerika, sebagai
langkah awal pencegahan dini terhadap penyebaran virus yang belum ada vaksin atau
obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Namun, seperti yang sudah-sudah, dan
juga dapat diduga, pemerintah baru akan bertindak bila telah ada jatuh korban.
*APA EBOLA ITU dan BAGAIMANA PENYEBARANNYA?*
Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, family dari Filoviridge. Virus Ebola (EVD)
atau yang biasa dikenal dengan demam berdarah Ebola (EHF), adalah penyakit yang
menginfeksi manusia disebabkan oleh Virus Ebola. Virus yang mematikan ini pertama
kali ditemukan pada tahun 1976 dalam dua wabah simultan yang terjadi di Kota Nzara,
Sudan, dan di Desa Yambuku, Republik Demokratik Kongo. Kata Ebola diambil dari
nama sebuah sungai yang mengalir dekat Desa Yambuku, yaitu Sungai Ebola. Sejak
pertama kali ditemukan hingga kini, virus ini telah berkembang menjadi lima varian
spesies: Zaire, Sudan, Tai Forest, Bundibugyo dan Reston. Dari kelima varian spesies
itu, diyakini yang paling berbahaya adalah spesies Zaire, sebab spesies ini
menimbulkan 90% korban meninggal, yang artinya bahwa 9 dari 10 orang yang
terinfeksi Virus Ebola berakhir pada kematian.
Pada awal mulanya virus ini diyakini menulari manusia lewat daging gorila yang dijual
dan disantap oleh masyarakat di Afrika. Namun, beberapa ilmuwan meragukan teori itu.
Para ilmuwan itu lebih meyakini kelelawar buah sebagai penyebab utama melalui
beberapa penelitian yang dilakukan oleh Emerging Infectious Diseases. Di Afrika,
kelelawar buah, terutama spesies dari genus Hypsignathus Monstrosus, Epomops
Franqueti dan Torquata Myonycteris, dianggap mungkin host alami untuk virus Ebola.
Akibatnya, distribusi goegrafis dari virus Ebola menjadi tumpah tindih dengan berbagai

kelelawar buah lainnya. Kelelawar buah diyakini dapat membawa dan menyebarkan
virus tanpa terjangkit. Penularan itu terjadi ketika monyet atau manusia memakan buah
yang telah terkena air liur kelelawar; atau dapat juga disebabkan ketika monyet atau
manusia menyentuh benda-benda yang telah terkena air liur kelelawar, yang kemudian
menyentuh mata atau mulut sendiri. Namun demikian, virus Ebola juga ditemukan di
dalam tubuh hewan primatamonyet, gorilla dan simpanse.
Virus Ebola tidak menular melalui udara, tetapi melalui kontak langsung dengan cairan
penderita, seperti darah, kotoran, keringat dan muntah. Namun demikian, virus Ebola
terus bermutasi dengan cepat. Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit
Menular di Universitas Minnesota, Michael Osterholm, dalam sebuah artikelnya yang
dikutip Reuter, menyebutkan bahwa ancaman penyebaran Ebola melalui udara adalah
nyata, sebagai resiko dari hasil mutasi Ebola. Beberapa ahli virus meragukan
pandangan dan peringatan Michael Osterholm itu, walaupun mereka mengakui bahwa
virus Ebola terus mengalami mutasi.
Pemutasian virus Ebola dibuktikan dalam sebuah studi yang dipublikasikan melalui
jurnal sains pada Agustus lalu. Para peneliti menemukan 99 Genom virus Ebola dari
sampel darah 78 pasien di Sierra Leone. Para peneliti itu menyebutnya
sebagaiakumulasi cepat dan variasi genetik, atau dengan kata lain frekuensi perubahan
virus dalam jumlah besar hanya dalam beberapa pekan awal terjadinya wabah. Namun
demikian, perubahan virus Ebola tidak terasosiasi dengan perubahan biologis atau
fungsi biologisnya, yang tidak memberi kemampuan virus baru menyebar melalui udara.
Seperti HIV dan flu, virus Ebola merupakan virus yang material genetiknya terkandung
dalam asam Ribonukleat (RNA), bukan asam Deoksiribonukleat (DNA).Hal ini dikatakan
oleh Anthony Fauci dari Institut Nasional AS pada saat dengar pendapat di Senat AS.
Virus Ebola memiliki daya tahan hidup cukup lama di permukaan benda. Untuk itu,
benda yang telah terkontaminasi dengan cairan tubuh penderita, seperti sarung tangan
karet, jarum suntik atau baju khusus yang dikenakan para medis saat menangani
pasien Ebola, dapat menjadi media penularan virus ini. Semua alat-alat medis hanya
sekali pakai. Benda-benda yang telah terkontaminasi dengan cairan penderita harus
dibakar, sebagai cara untuk mencegah penularannya. Cara yang salah saat
penanganan proses pemakaman korban Ebola, dengan cara menyentuh langsung
korban, turut menjadi andil dalam penyebaran virus ini secara meluas. Orang-orang
yang bekerja di bidang kesehatandokter dan perawatberesiko tinggi tertular virus
ini, apabila tidak menggunakan pakaian khusus dan mengikuti prosedur standar yang
telah ditentukan.
*GEJALA dan AKIBATNYA*
Hal yang tersulit dari virus Ebola adalah pendeteksian awal pada orang yang terjangkiti
virus ini. Orang yang terjangkiti Ebola akan menunjukkan gejala yang mirip dengan
penyakit dan infeksi lain. Untuk itu, bila ingin melakukan diagnosis, penyakit yang
menunjukkan gejala serupa, seperti malaria, kolera, demam berdarah, types dan virusvirus lainnya harus dikecualikan terlebih dahulu. Orang yang terinfeksi Ebola akan

menunjukkan gejala flu, demam tinggi, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, yang
kemudian dikuti dengan mual, muntah, diare dan ruam. Pada fase yang lebih lanjut,
virus ini dapat menimbulkan gangguan funsi ginjal, hati dan pendarahanpendarahan
internal dan eksternal. Pendararah dapat terjadi pada kulit, mata, hidung dan mulut.
Masa inkubasi Ebola terhitung sangat cepat, antara 2-21 hari sejak terinfeksi. Untuk itu,
penanganan terhadap suspek Ebola harus dilakukan dengan sesegera mungkin. Bila
tidak ditangani dengan cepat dan tepat, tingkat kematian pada pasien Ebola adalah
90%. Andaipun mendapat perawatan medis yang optimal, jika terlambat didiagnosa,
tingkat mortalitas masih cukup tinggi, sekitar 60%.
Mengapa Ebola begitu berbahaya? Saat virus Ebola menginfeksi tubuh manusia,
dengan segera virus tersebut masuk ke dalam sel tubuh dan menggandakan diri, yang
membuat sel tubuh pecah dan mengeluarkan virus-virus baru yang akan menginfeksi
sel tubuh lainnya dan mengacaukan system tubuh secara keseluruhan. Virus Ebola
juga memproduksi protein yang disebut ebolavirus glycoprotein, yang langsung
menempel pada sel dalam pembuluh darah. Protein ebolavirus glycoprotein akan
menipiskan lapisan pembuluh, yang memicu kebocoran darah dalam tubuh.
Virus Ebola juga menurunkan kemampuan tubuh dalam mengkoagulasi darah yang
menyebabkan pendarahan internal. Di samping itu, virus Ebola juga melemahkan
system kekebalan tubuh, seperti yang dilakukan virus HIV yang menyebabkan AIDS.
Bedanya, virus Ebola akan memengaruhi sel darah putih dan membuat sel tersebut
tidak bisa memperingatkan tubuh akan bahaya kesehatan yang mengancam, terutama
dari hati, ginjal, empedu dan otak. Ketika sel darah putih dilemahkan virus Ebola, tubuh
akan memproduksi molekul yang disebut sitokin. Dalam kondisi tubuh yang sehat,
keberadaan sitokin akan merangsang otak untuk melepaskan sel penangkal penyakit.
Namun, dalam kasus virus Ebola, sitokin dilepaskan terlalu berlebihan, sehingga
menyebabkan gejala seperti flu. Ini merupakan gejala awal Ebola.
Secara umum, tahap pertama Ebola memang dimulai dengan gejala mirip flu. Namun,
jika Ebola tidak segera ditangani, dari gejala mirip flu, virus akan terus melemahkan
pertahanan tubuh dan membuat pasien mengalami dehidrasi parah dari muntah, diare,
dan tekanan darah yang rendah. Pendarahan hanya akan muncul pada tahap terakhir
serangan virus Ebola, yang pada akhirnya membuat pasien Ebola akan meninggal
karena shock dan kegagalan fungsi multi organ. Orang yang terinfeksi dapat bertahan
terhadap serangan virus Ebola, apabila orang tersebut memiliki imunitas yang sehat.
Jika system kekebalan tubuh berada dalam kondisi optimal, semua infeksi virus bisa
dimentahkan. Selain itu, kecepatan diagnosa juga sangat menentukan. Semakin cepat
penanganan medis diberikan setelah terinfeksi, semakin tinggi angka kelangsungan
hidup pasien.
Untuk memastikan seseorang terjangkiti Ebola, harus dilakukan diagnosis dengan
menguji darah untuk antibodi virus, RNA virus, atau virus itu sendiri. Ketika seseorang
terinfeksi Ebola, hal yang bisa dilakukan dokter adalah terus mencoba untuk
mempertahankan tekanan darah pasien tetap normal dengan memberikan cairan

khusus yang mengandung elektrolit dan obat-obatan. Bila seorang pria selamat dari
penyakit ini, pria tersebut masih bisa menularkannya lewat semen (sperma) selama dua
bulan.
*UPAYA GLOBAL MELAWAN EBOLA*
Sejak Ebola kembali merebak dan menjadi epidemi di kawasan Afrika Barat pada awal
tahun ini, berbagai upaya dilakukan untuk membendung penyebaran lebih jauh lagi.
WHO mendorong dunia internasional lebih aktif lagi untuk melakukan pencegahan itu.
Badan kesehatan dunia ini menghimbau pada dunia internasional untuk lebih banyak
lagi mengirimkan tenaga medis ke Afrika Barat. Laju penyebaran virus Ebola di
keempat negara yang menjadi daerah epidemi, tidak sebanding dengan tenaga medis
yang tersedia saat ini. Hambatan lain dalam menangani penyebaran Ebola di negaranegara epidemi, ketidakcukupan ruang karantina yang tersedia membuat semakin sulit
untuk mengatasi penularannya.
Menanggapi seruan WHO itu, Barack Obama, Selasa, 16 September 2014,
menyatakan akan mengirimkan 3.000 personel militer AS ke kawasan Afrika Barat,
dalam upaya global melawan Ebola. Prancis, melalui Presiden Francois Hollande,
mengumumkan rencana untuk membangun rumah sakit militer di kawasan hutan
terisolasi di Guinea.
Sejak Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976, para ahli di berbagai negara
seolah berpacu dengan waktu untuk menemukan obat yang mampu melawan
ganasnya virus Ebola. ZMapp, yang diproduksi oleh Mapp Biopharmaceutical di San
Diego, AS, adalah salah satu obat dari sedikit obat yang dibuat untuk melawan Ebola.
Obat ini belum pernah diujicobakan kepada manusia, namun memiliki reaksi yang
positif pada simpanse. Obat yang belum pernah diujikan pada manusia, memiliki resiko
bahaya. Namun, WHO terpaksa menyetujui menggunakan obat itu pada penderita
Ebola, mengingat tingkat terjangkitan yang tinggi.
Dokter Kent Brantly, Direktur medis untuk kelompok Pusat Pengelolaan Konsolidasi
Kasus Ebola, yang juga tergabung dalam organisasi amal Samaritan Purse, dan Nancy
Writebol, seorang pekerjaan kemanusiaan yang bekerja untuk organisasi amal Serving
In Mission (SIM), adalah dua penderita Ebola yang sembuh setelah menggunakan obat
ZMapp, dalam sebuah pengawasan perawatan yang ketat di Unit Penyakit Menular
Rumah Sakit Emory, AS. Meskipun demikian, obat ini belum dapat dikatakan ampuh
untuk melawan virus Ebola. Pendeta Miguel Pajares (Spanyol) dan dokter Abraham
Borbor (Liberia), dua pasien Ebola sebelumnya yang meninggal, meskipun telah
diberikan obat ini. Walaupun keampuhan masih diragukan, obat ZMapp tetap dikirimkan
ke negara-negara epidemi Ebola, yang membuat ketersediaan obat ini semakin
menipis. Hal ini disebabkan oleh produksi ZMapp cukup lambat. Anti bodinya harus
ditumbuhkan menggunakan daun tembakau yang dimodifikasi secara khusus.
Untuk mengisi kukurangan dan kekosongan obat ZMapp dengan obat lainnya, Jepang
menawarkan diri untuk menyediakan obat anti influenza, yaitu Favipiravir bagi penderita

Ebola. Obat ini dikembang oleh Toyama Chemical Co, anak perusahaan Fujifilm
Holdings Corp. Takao Aoki menyebutkan virus Ebola dan influenza memiliki tipe yang
serupa dan respon yang sama. Obat Favipiravir dapat mencegah replikasi gen virus di
dalam sel yang terinfeksi untuk mencegah propagasi. Sementara, obat anti replikasi
lainnya dirancang untuk menghambat pelepasan partikel virus baru untuk mencegah
penyebaran infeksi.
Untuk mengatasi penyebaran Ebola yang demikian cepat, pemerintah Kanada turut
menyumbang 1.000 dosis vaksin yang diberi nama VSV-EBOV. Vaksin ini sama dengan
obat ZMapp, belum pernah diuji pada manusia. Vaksin ini baru dicoba pada hewan
primate dan dinilai cukup menjanjikan untuk menangkal penyebaran virus Ebola.
Setelah berhasil pulih dari penyakit Ebola, orang yang terinfeksi virus tersebut diyakini
memiliki anti bodi di dalam tubuhnya. System kekebalan tubuh dari bekas pasien Ebola
akan membantu melawan virus pada orang yang tengah terinfeksi Ebola. Hal ini
dilakukan oleh dr. Kent Brantly pada salah seorang pekerja kemanusiaan dr. Rick
Sacra. Meskipun penggunaan serum dari bekas pasien yang berhasil selamat dari satu
penyakit, bukanlah hal yang baru, WHO terus mendorong untuk menggunakan metode
itu. Tidak mengherankan bila kini di Negara tertentu, darah bekas penderita Ebola ramai
diburu orang, khususnya di pasar gelap. Hingga saat ini, dunia internasional terus
berusaha melakukan perlawanan terhadap Ebola. Pemerintah di negara-negara
epidemi, melarang penduduknya untuk keluar rumah.
http://sosbud.kompasiana.com/2014/10/16/virus-ebola-mengancam-dunia696002.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen15 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Rundown
    Rundown
    Dokumen5 halaman
    Rundown
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • RKK Spbedah Anak
    RKK Spbedah Anak
    Dokumen9 halaman
    RKK Spbedah Anak
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Clinical Pathway KAD
    Clinical Pathway KAD
    Dokumen7 halaman
    Clinical Pathway KAD
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Ujian Kasus Jiwa
    Ujian Kasus Jiwa
    Dokumen17 halaman
    Ujian Kasus Jiwa
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Snars Prognas
    Instrumen Snars Prognas
    Dokumen9 halaman
    Instrumen Snars Prognas
    Anonymous ekyDDuKTqI
    Belum ada peringkat
  • Dokter Keluarga
    Dokter Keluarga
    Dokumen11 halaman
    Dokter Keluarga
    Sausan Rasmiyyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen15 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen16 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen15 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen15 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bagus
    BAB I Bagus
    Dokumen7 halaman
    BAB I Bagus
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen16 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Susunan Acara Baiat Dokter Muslim Februari 2015
    Susunan Acara Baiat Dokter Muslim Februari 2015
    Dokumen4 halaman
    Susunan Acara Baiat Dokter Muslim Februari 2015
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • November 2014 Susunan Foto Bersama Fix
    November 2014 Susunan Foto Bersama Fix
    Dokumen1 halaman
    November 2014 Susunan Foto Bersama Fix
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Bab III Genta
    Bab III Genta
    Dokumen11 halaman
    Bab III Genta
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • BAB II Bagus Anes
    BAB II Bagus Anes
    Dokumen23 halaman
    BAB II Bagus Anes
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Susunan Acara Baiat Dokter Muslim Februari 2015
    Susunan Acara Baiat Dokter Muslim Februari 2015
    Dokumen4 halaman
    Susunan Acara Baiat Dokter Muslim Februari 2015
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Referat THT
    Referat THT
    Dokumen9 halaman
    Referat THT
    Risti Amalia
    Belum ada peringkat
  • BAB II Heru
    BAB II Heru
    Dokumen23 halaman
    BAB II Heru
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Tugas HTN
    Tugas HTN
    Dokumen15 halaman
    Tugas HTN
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Bab II Bagus
    Bab II Bagus
    Dokumen23 halaman
    Bab II Bagus
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Tiwi
    Bab Iv Tiwi
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv Tiwi
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bagus
    BAB I Bagus
    Dokumen7 halaman
    BAB I Bagus
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Bab II Bagus
    Bab II Bagus
    Dokumen22 halaman
    Bab II Bagus
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • BAB I Genta
    BAB I Genta
    Dokumen5 halaman
    BAB I Genta
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bagus
    BAB I Bagus
    Dokumen5 halaman
    BAB I Bagus
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Tiwi
    Skripsi Tiwi
    Dokumen9 halaman
    Skripsi Tiwi
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bagus
    BAB I Bagus
    Dokumen4 halaman
    BAB I Bagus
    Tifano Prasali Arian
    Belum ada peringkat