Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik
yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kankerdapat menyerang berbagai
jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organrepoduksi wanita yang terdiri dari
payudara, rahim, indung telur, dan vagina(Mangan, 2003). Angka kejadian dan angka
kematian akibat kanker leherrahim di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. Sementaraitu di negara berkembang masih menempati urutan teratas sebagai
penyebabkematian akibat kanker di usia reproduktif (Rasjidi, 2007).
Kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang menimbulkandampak
psikososial yang luas, terutama bagi pasien dan keluarganya.Menurut Rachmadahniar
(2005), pada tahun 2000 sekitar 80% penyakitkanker leher rahim ada di negara
berkembang, yaitu di Afrika sekitar 69.000kasus, di Amerika Latin sekitar 77.000
kasus, dan di Asia sekitar 235.000kasus. Penelitian oleh Vavuhala (Rachmadahniar,
2005) pada tahun 2004menunjukkan setiap tahunnya di dunia terdapat sekitar 500.000
kasus barukanker leher rahim dengan tingkat kematian sekitar 200.000 kasus.
Di indonesia terjadi sekitar 90 sampai 100 kasus baru kanker leher rahim per
100.000 penduduk per tahun (Depkes, 2001). Hal ini dikuatkan dengan penelitian Ayu
dan Pradjatmo (2004) yang menyimpulkan bahwa kanker leher rahim merupakan jenis
kanker ginekologis terbanyak, disusul oleh kanker ovarium.
Profil kesehatan 2010 menyebutkan bahwa indikator penyakit kankerleher rahim
adalah 19,70% per 10.000 penduduk. Berdasarkan laporanprogram yang berasal dari
Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Semarangpada tahun 2005, kasus penyakit kanker
yang ditemukan sebanyak 2.020kasus, 55% di antaranya adalah kanker leher rahim dan
90% diantaranyabukan kanker leher rahim (Dinkes, 2005).
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker leherrahim yaitu faktor
sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi,dan faktor aktifitas seksual
yang meliputi usia pertama kali melakukanhubungan seks, pasangan seks yang
berganti-ganti, paritas, kurang menjagakebersihan genital, merokok, riwayat penyakit
kelamin, trauma kronis padaserviks, serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka
lama yaitu lebih dari4 tahun (Diananda, 2007).
Menurut hasil penelitian Khasbiyah (2004) di Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang pada Bulan Agustus-September 2004 meunjukkan sebagian besar penderita
kanker leher rahim memiliki paritas >3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan

hubungan seksual yang pertama kali pada umur di bawah 20 tahun (74%) dengan satu
pasangan seksual (82%) didapatkan hasil statistik bahwa ada hubungan yang bermakna
antara paritas dan usia pertama kali melakukan hubungan seksual dengan kejadian
kanker serviks uteri. Sedangkan variabel pengguanaan alat kontrasepsi oral tidak
menunjukkan hubungan.
Berdasarkan data yang didapat dari buku registrasi kunjungan harian dibagian rekam
medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dapat diketahui bahwa jumlah pasien kanker
leher rahim selalu mengalami peningkatan dari tahunke tahun. Pada tahun 2005 jumlah
kasus kanker leher rahim sebanyak 804kasus, tahun 2006 sebanyak 1554 kasus, dan
pada tahun 2007 sebanyak 2026kasus. Menurut pencatatan riwayat obstetri kebanyakan
pasien penderitakanker leher rahim sejak Januari sampai Desember 2007 mempunyai
paritaslebih dari satu (66%), menikah muda (47%), dan penderita yangmenggunakan
kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun(31%). Hal tersebut
merupakan faktor risiko kanker leher rahim yang palingtinggi yang ada di RSUD Dr
Moewardi Surakarta apabila dibandingkandengan faktor risiko lain seperti penggunaan
kontrasepsi IUD dan riwayatpenyakit kelamin.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan tingginya jumlah wanita yangmenderita
kanker leher rahim penulis tertarik untuk meneliti lebih jauhtentang faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim,terutama dalam menganalisis adanya
hubungan antara usia, usia pertama kalimenikah, paritas, dan penggunaan kontrasepsi
oral dalam jangka lama yaitulebih dari 4 tahun dengan kejadian kanker leher rahim di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
1.2 TUJUAN
I.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam melakukan asuhan keperawatan Ca Serviks.
I.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan
meliputi:
a. Pengkajian pada klien dengan Ca Serviks
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Ca Serviks.
c. Membuat rencana keparawatan pada klien dengan Ca Serviks. Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Ca Serviks.
d. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Serviks.
e. Menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan
pada klien dengan Ca Serviks.
1.3

MANFAAT

1. Manfaat Bagi Institusi


a. Sebagai penambah sumber sumber mengenai Ca Serviks di sarana Perpustakaan
b. Sebagai sarana prasarana bagi Institusi
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
a) Sebagai pengetahuan bagi mahasiswa mengenai Ca Serviks
b) Sebagai pedoman untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ca Serviks
c) Sebagai sumber sumber bagi mahasiswa untuk pembuatan KTI maupun Makalah
mengenai Ca Serviks

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI KANKER SERVIKS
Kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim (uterus) dan liang seggama atau vagina (Notodiharjo, 2002). Kanker leher

rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker
leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal
dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim.
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbahan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal sekitarnya.
Kanker serviks adalah tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan
permukaan (epitel) dari serviks uteri dimana sel-sel tersebut mengalami penggandaan.
Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan di mana sel;sel neoplastik
terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan prakanker lain yang tidak sampai
melibatkan seluruh lapisan epital serviks disebut displasia.(Mitayani, 2009)
2.2 MANIFESTASI KLINIK
a. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru
terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
b. seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker Biasanya
menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium
lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan
yang keluar berbau.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus
(HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat terindentifikasi yang 40 di
antaranya dapat ditularkan lewat hubungan, sedangkan tipe yang lain bersifat virus
resiko tinggi. Baik tipe resiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi
yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual adalah tipe 16, 18, 31, 33, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan
mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan
bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua
tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim. Seseorang
yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki kemungkinan terkena kanker leher
rahim sebesar 5% (Rasjidi, 2007).

2.4 PATOFISIOLOGI
Acquired:
Kimia, radiasi, virus
HPV, kontrasepsi
oral

Sel normal

Kerusakan
DNA

Mutasi yang diturunkan Gen


yang mmepengaruhi repair
DNA.
Gen yang mempengaruhi
apoptosis

Mutasi pada
genom dari sel
somatis

Aktivasi dari pertumbuhan


gen penyebab kanker
(oncogen)

Gangguan pada gen yang


mengatur apoptosis

Inaktivitas gen yang


menekan timbulnya kanker.

Ekspansi clonal

Ekspresi dari gangguan


produk gen dan kehilangan
pengatur

Sel kanker mutasi


secara progresif

Heterogenitas

Neoplasma ganas
(Ca Serviks)

Kelemahan jaringan /
dinding menjadi rapuh

Peningkatan kadar
leukosit/kerusakan
nesiseptor/penekanan
pada dinding serviks

Gangguan peran
sebagai istri dan
gangguan

Pendarahan pasif
Nyeri
Gangguan perfusi
2.5jaringan
FAKTOR RESIKO dan PREDISPOSISI

Gangguan gambaran
diri

Gejala tidak nyata

Adanya berbagai
macam tindakan untuk
menegakkan diagnosa

Kecemasan

konsep diri
Beberapa faktor resiko dan faktor predisposisiGangguan
yang menonjol,
antara lain:
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan

seksual semakin besar berisiko kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks ini.
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
e. Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan

kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya


kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum di sirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus kanker serviks.
2.6 KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL KANKER SERVIKS
1) Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di
daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan cadangan
endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat petumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membran basalis dan invasi stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membran basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahn derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anteior serviks dan meluas ketiga jurusan forniks posterior atau anterior,
jurusan parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
f. Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
g. Pertumbuhan endoflik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke froniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
h. Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.

2) Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
b. Stadium permulaan
Seringan tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
2.7 PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan menurut (Mitayani,2009) :
a. Rontgen
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan spesifik seperti biopsi punch dan kolposkopi. Apabila ditemukan
lesi prekusor seperti lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL) dan
tinggi (HGSIL)
d. Pengangkatan non-bedah konservatif
e. Krioterapi(pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser efektif
f. Konisasi (pengakuan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks).
2) Penatalaksanaan secara medis :
a.
Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium
dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang
b.

jaringan kanker, serviks, dan uterus.


Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi
radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan
menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di

c.

serviks.
Kemoterapi
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan
mestatase extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang
sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan

d.

colon exenterasi.
Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan
hidup lebih tinggi

dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan

kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan


teori dari pembubuhan sel sinergis efek terapeutik dari dua modalitas terapi
digunakan bersama lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut
digunakan tidak bersama.

2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi dari kanker serviks dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sebagai efek samping pengobatan
1. Menopouse dini : jika ovarium mengalami pembedahan, atau jika rusak
selama pengobatan dengan radioterapi, maka akan memicu menopause dini.
Kebanyakan wanita mengalamimenopause di awal usia lima puluhan.
Menopause ketika ovarium berhenti memproduksi hormon, esterogen dan
progesteron. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan obat yang merangsang
produksi esterogen dan progesteron. Perawatan ini dikenal sebagai terapi
penggantian hormon (HRT).
2. Penyempitan vagina : Radioterapi untuk mengobati kanker serviks sering
dapat menyebabkan vagina menjadi lebih sempit. Hal ini dapat membuat
hubungan seks menyakitkan atau sulit.
3. Limfedema : Jika kelenjar getah bening di panggul diangkat/dioperasi,
kadang-kadang dapat mengganggu kerja normal dari sistem limfatik.
4. Dampak emosional : Dampak emosional hidup dengan kanker serviks dapat
meningkat signifikan. Banyak orang melaporkan mengalami efek rollercoaster.
b. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut
1. Nyeri : Jika kanker menyebar ke ujung saraf, tulang atau otot sering dapat
menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa.
2. Gagal ginjal : ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang
keluar dari tubuh dalam urine melalui ureter. Dalam beberapa kasus kanker
serviks stadium lanjut, tumor / kanker dapat menekan ureter menghalangi
aliran urine keluar dari ginjal. Sehingga urine tertampung dalam ginjal dikenal
sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan
rusak.
3. Bekuan darah : Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah
lebih lengket dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat
di tempat tidur setelah operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko
mengalami penggumpalan darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya
terjadi pada ektermitas bawah.
4. Pendarahan : jika kanker menyebar ke usus, vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum, atau mungkin mengeluarkan
darah ketika buang air kecil.
5. Fistula : Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun
menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium

lanjut.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh.
Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang
antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang
2.9
1)
2)
3)
4)

antara vagina dan dubur.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko kekurangan volume cairan dengan resiko
Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan anemia

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.

a. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,
alamat, jenis kelamin dan pedidikan terakhir.
b. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang menggangu,
baru pada

stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti:

perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.


d. Riwayat penyakit sebelumnya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,
berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygine terutama
kebersihan dari saluran urogenital.
3.1.2 Data khusus
a. Pemeriksaan Penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

3.2 INTERVENSI
Diagnosa
Resiko kekurangan
volume cairan

NOC

NIC
1. Pantau TTV setiap 2-4 jam
selama 24 jam pertama. Waspadai
indikator hermoragi dan ancaman
syok: hipotensi, peningkatan nadi
dan pernapasan, pucat, diaforesis.
2. Kaji perdarahan pascaoperasi
setiap 2-4 jam dengan
memperhatikan jumlah dan
kualitas drainase pada balutan dan
bantalan perineal jika pendekatan
abdominal digunakan, atau
bantalan perineal saja jika

pendekatan vaginal digunakan.


Normalnya perdarahan
pascaoperasi mnimal. Drainase
harus gelap (serosanguinosa jika
histerektomi abdominal
dilakukan). Jika implan dipasang,
periksa terhadap perdarahan
vaginal.
3. Inspeksi abdomen terhadap bukti
perdarahan: penurunan Hb dan
Ht. Konsul dokter tentang temuan
yang bermakna. Nilai-nilai
optimal Hb 12g/dl dan Ht
37%.
4. Ajarkan pasien dan orang terdekat
tanda perdarahan dan pentingnya
memberitahu staf dengan segera
jika ini terjadi.

Nyeri berhubungan
dengan agen cidera
fisik
Gangguan eliminasi
urine berhubungan
dengan obstruksi
anatomik
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer berhubungan
dengan anemia

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan kanker peringkat pertama di Indonesia dan
peringkat kedua di dunia yang diderita oleh wanita. Di seluruh dunia setiap dua menit
atau setiap satu jam di Indonesia seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks.
Dari data diatas maka sangat penting bagi perempuan untuk mengetahui dengan baik
apa itu kanker serviks, sehingga dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Serviks adalah bagian bawah dan menyempit dari uterus atau rahim. Serviks
membentuk saluran yang berujung pada vagina, dan bagian luar tubuh. Kanker
serviks adalah kelainan yang terjadi pada sel-sel tubuh, dalam hal ini sel-sel serviks,
yang berkembang dengan cepat dan tidak terkontrol.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu
bagian rahim yangmenghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata

kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2
kali pada usia 35-39 tahun dan 60 64 tahun.
Kanker leher rahim sendiri merupakan keganasan yang dapat dicegah karena
memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama, Pemeriksaan
sitologi (sel) untuk mendeteksi dini kanker leher rahim sudah tersedia,Terapi lesi
preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif.
4.2 SARAN
Untuk pencegahan kanker serviks diharapkan untuk melakukan
deteksi dini, dan apabila timbul gejala-gejala maka segera menindak
lanjuti, agar kanker serviks dapat diatasi cepat oleh petugas kesehatan.
Selain itu diharapkan untuk membiasakan diri dengan pola hidup sehat
dan bersih dan menghindari faktor-faktor resiko pemicu kanker serviks.

Anda mungkin juga menyukai