UREUM
1. UREUM
Ureum adalah salah satu produk dari pemecahan protein dalam tubuh yang disintesis di
hati dan 95% dibuang oleh ginjal dan sisanya 5% dalam feses. Secara normal kadar ureum
dalam darah adalah 7 25 mg dalam 100 mililiter darah. Kadar ureum dalam serum
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Metode penetapan adalah dengan
mengukur nitrogen; di Amerika Serikat hasil penetapan disebut sebagai nitrogen ureum
dalam darah (Blood Urea Nitrogen, BUN). Dalam serum normal konsentrasi BUN adalah 825 mg/dl. Nitrogen menyusun 28/60 bagian dari berat ureum, karena itu konsentrasi ureum
dapat dihitung dari BUN dengan menggunakan faktor perkalian. Penetapan ureum tidak
banyak diganggu oleh artefak. Pada pria mempunyai kadar rata-rata ureum yang sedikit lebih
tinggi dari wanita karena tubuh pria memiliki lean body mass yang lebih besar. Nilai BUN
mungkin agak meningkat kalau seseorang secara berkepanjangan makan pangan yang
mengandung banyak protein, tetapi pangan yang baru saja disantap tidak berpengaruh kepada
nilai ureum pada saat manapun. Jarang sekali ada kondisi yang menyebabkan kadar BUN
dibawah normal. Membesarnya volume plasma yang paling sering menjadi sebab. Kerusakan
hati harus berat sekali sebelum terjadi BUN karena sintesis melemah. Konsentrasi BUN juga
dapat digunakan sebagai petunjuk LFG. (Sylvia dan Price,1995). Atom atom urea berasal dari
NH2, CO2 dan nitrogen amida aspartat. Biosintesis urea berlangsung
dalam empat
tahap:transaminasi, deaminasi oksidatif glutamat, transpor amonia, dan reaksi siklus urea.
1. Pemindahan Gugus -Amino Dikatalis oleh Transaminase
Gugus -amino dari ke 20 asam L-amino yang biasa dijumpai pada protein, pada
akhirnya dipindahkan pada tahap tertentu dalam degradatif oksidatif molekul tersebut. Jika
2
tidak dipergunakan kembali untuk sintesis asam amino yang baru atau produk nitrogen
lainnya, gugus amino ini dikumpulkan dan lambat laun diubah menjadi satu produk akhir
yang dapat dikeluarkan. Pada manusia dan kebanyakan vertebrata daratan, bentuk ini adalah
urea. Pembebasan gugus -amino dari kebanyakan asam L-amino dikatalisa oleh enzim yang
disebut transaminase atau aminotransferase.
Pada reaksi ini, yang kita kenal juga sebagai transaminasi, gugus -amino
dipindahkan secara enzimatik ke atom karbon pada -ketoglutarat, sehingga dihasilkan
asam -keto, sebagai analog dengan asam amino yang bersangkutan. Reaksi ini juga
menyebabkan aminasi ketoglutarat, membentuk L-glutamat.
Asam L--amino + -ketoglutarat asam -keto + L-glutamat
Perhatikan bahwa kita tidak menjumpai deaminasi total, atau hilangnya gugus amino
di dalam reaksi ini, karena -ketoglutarat teraminasi pada saat asam -amino mengalami
deaminasi. Tujuan keseluruhan reaksi transaminasi adalah mengumpulkan gugus amino dari
berbagai asam amino dalam bentuk hanya satu asam amino, yakni L-glutamat. Jadi
katabolisme gugus asam amino menyatu menjadi produk tunggal.
Kebanyakan transaminase bersifat spesifik bagi -ketoglutarat sebagai molekul
penerima gugus amino di dalam reaksi ini seperti dituliskan di atas. Namun demikian, enzim
tersebut tidak terlalu spesifik bagi substratnya yang lain, yaitu asam L-amino
yang memberikan gugus aminonya. Beberapa transaminase yang paling penting, yang
dinamakan sesuai dengan molekul pemberi aminonya, ditunjukkan oleh persamaan di bawah
ini:
L-Alanin + ketoglutarat piruvat + L- glutamate
(alanintransaminase)
L-Aspartat + ketoglutarat oksaloasetat + L-glutamat
(aspartattansaminase)
Gugus karbonil dari piridoksal fosfat yang terikat oleh enzim bergabung dengan
gugus -amino dari asam amino yang datang, membentuk senyawa antara yang berikatan
kovalen, yaitu sejenis senyawa yang disebut basa Schiff. Suatu perpindahan ikatan ganda
C=N terjadi setelah itu, dan kerangka karbon asam amino yang terikat kovalen pada gugus
prostetik dalam bentuk pirikdosamin fosfat. Molekul ini sekarang membentuk basa Schiff
dengan -ketoglutarat yang datang, yang segera menerima gugus asam amino, pada
hakekatnya melalui kebalikan reaksi yang membentuknya.
Pengukuran aktivitas transminase alanin dan aspartat di alam serum darah merupakan
prosedur diagnostic yang penting di dalam ilmu kedokteran, yang digunakan untuk
menentukan gawatnya serangan jantung dan untuk memantau penyembuhan penyakit ini.
Pengukuran ini juga dipergunakan untuk mendetaksi pengaruh racun beberapa kimiawi
industri.
2.
masing-masing mengandung satu rantai polipeptida yang terdiri dari 500 residu. Enzim
tersebut diaktifkan dengan kuat oleh modulator positif ADP, tetapi dihambat oleh GTP, yang
merupakan produk reaksi suksinil-KoA sintetase di dalam siklus asam sitrat. Bilamana sel
hati memerlukan bahan bakar bagi siklus asam sitrat untuk membentuk ATP, aktivitas
glutamate dehidrogenase meningkat, menyebabkan -ketoglutarat tersedia bagi siklus asam
sitrat dan membebaskan NH3 untuk dikeluarkan di dalam tubuh. Sebaliknya, bilamana GTP
terakumulasi di dalam mitokondria sebagai akibat aktivitas yang tinggi pada siklus asam
sitrat, deaminasi oksidatif glutamate menjadi terhambat.
Ammonia dapat dihemat dan digunakan kembali di dalam sintesis asam amino. Dalam
hal ini, glutamate dehidrogenase bekerja dalam arah kebalikannya, mereduksi ammonia dan
-ketoglutarat untuk memebentuk glutamate. Namun demikian, reaksi ini dijalankan oleh
reaksi yang berkaitan dengan NADP, dan bukannya hanya kebalikan dari reaksi yang
berkaitan dengan NAD, yang sederhana, seperti dituliskan di atas.
NADPH + NH4+ + -ketoglutarat2- NADP+ + glutamate- + H2O
Penggunaan kedua koenzim yang berbeda oleh glutamate dehidrogenase untuk
membebaskan dan menarik NH3 memungkinkan regulasi yang tidakter gantung pada
deaminasi glutamate dan aminasi -ketoglutarat, walaupun keduanya dikatalisa oleh enzim
yang sama.
Intoksikasi amonia dapat mengancam nyawa, amonia yang diserap di hasilkan oleh
bakteri usus dan diserap ke dalam darah vena porta dan amonia yang dihasilkan oleh jaringan
cepat disingkirkan dari sirkulasi oleh hati dan diubah menjadi urea. Hal ini sangat penting
karna amonia bersifat toksik bagi susunan saraf pusat, seandainya dalam darah porta meminta
(mem-bypass) hati, kadar amonia sistemik dapat meningkat hal ini terjadi pada gangguan
fungsi hati yang parah atau terjadinya hubungan kolateral antara vena porta dan vena sistemik
pada sirosis. Gejala intoksikasi amonia mencakup tremor, penglihatan kabur koma bahkan
kematian. Amonia dapat bersifat toksik bagi otak karena zat ini bereaksi dengan aketoglutarat untuk membentuk glutamat, kadar a-ketoglutarat yang menurun menggangu
fungsi asam trikarbiksilat di neuron.
dengan pembentukan kembali molekul ornitin. Semua organisme yang mampu melakukan
biosintesis arginin dapat mengkatalisis reaksi-reaksi ini sampai ke titik arginin, tetapi hanya
hewan ureotelik yang dilengkapi sejumlah besar enzim arginase, yang mengkatalisis
hidrolisis tidak dapat kembali menjadi arginin, membentuk urea dan ornitrin. Ornitrin yang
diregenerasi ini lalu siap untuk memulai putaran selanjutnya siklus urea ini.
Urea, yang merupakan produk siklus ini, merupakan senyawa netral, tidak beracun
dan larut di dalam air. Molekul ini diangkut melalui darah menuju ginjal dan dikeluarkan ke
dalam urin.
4.
bebas, oleh deasimenasi oksidatif glutamate di dalam mitokondria sel hati. Reaksi ini
dikatalisis oleh glutamate dehidrogenase, yang memerlukan NAD+.
Glutamat- + NAD+ + H2O -ketoglutarat2- + NH4+ + NADH + H+
a.
Karbamoil fosfat
Karbamoil fosfat sintetase I merupakan enzim pengatur, enzim ini memerlukan Nasetilglutamat sebagai modulator positif atau perangsangnya. Karbamoil fosfat merupakan
senyawa berenergi tinggi, molekul ini dapat dipandang sebagai suatu pemberi gugus
karbamoil yang telah diaktifkan. Perhatikan bahwa gugus fosfat ujung dari dua molekul ATP
dipergunakan untuk membentuk satu molekul karbamoil fosfat.
c.
Selanjutnya
siturulin
bereaksi
dengan
asam
aspartat
membentuk
asam
2.
10
3.
4.
2. Sindrom uremik
Sindrom uremik adalah suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan
retensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi
pada sindrom uremik, yang pertama gangguan fungsi pengaturan dan eksresi, kelainan
volume cairan dan elkrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen,
serta anemia yang disebabkan penyakit defisiensi sekresi ginjal, yang kedua kelompok
gambaran klinis seperti kelainan kardiovaskular, neuromuskular, saluran cerna,
Manifestasi sindrom uremik:
a. Sistem biokimia: asidosis metabollik, azotemia, hiperkalemia, retensi natrium,
hipermagnesemia, hiperurisemia
b. Genitourinari: poliuri berlanjut oliguri lalu anuria, nokturia, proteinuria, hilangnya
libido, amenore, dan sterilitas.
c. Kardiovaskular: hipertensi, retinopati dan ensefalopati hipertensi, edema, gagal
janung kongeftif, perikarditis disritmia.
d. Pernafasan: kussmaul, dyspea, edema paru, pneumonitis
e. Hematologik: anemia, hemolisis kecenderungan perdarahan, menurunnya resistensi
terhadap infeksi ( infeksi saluran kemih, pneumonia, septikemia)
f. Kulit: pucat, pruritus, perubahan kulit dan kuku. Kuku mudah patah, tipis bergerigi
ada garis-garis merah biruberkaitan denga kehilangan protein
g. Saluran cerna: anoreksia mual, munah, nafas berbau amonia, rasa kecap logam, diare,
gastritis
h. Neuromuskular: otot mengecil dan lemah, sistem saraf pusat ( penurunan ketajaman
mental, konsentrasi memburuk, apati, letargi/gelisah, insomia, kekacauan metal,
11
koma), neuropati perifer ( konduksi saraf melambat, sindrom restless leg, parestesi,
foot drop hingga paraplegia)
i. Gangguan kalium dan rangka: hiperfosfatemia, hipokalsemia, hiperparatiroidisme
sekunder, osteodistrofi ginjal, frakttur patologik, konjungtivitis (mata merah pada
uremik)
A. Gangguan biokimia
a. Asidosis metabolik: pada orang normal ginjal harus mengeluarkan 40-60
meqion hidrogen (H+) untuk mencegah asidosis setiap harinya, pada gagal
ginjal terjadi gangguan untuk mensekresikan H+ mengakibatkan asidosis
sistemik disertai penurunan kadar bikarbonat dan ph plasma. Kadar
bikarbonat menurun karna digunakan unuk mendapatkan sekresi hidrogen.
Kemudian NH4 keluar untuk mempertahankan hidrogen dan kadar
bikarbonat. Kemuan ekskresi fosfat untuk mensekesi H+ dalam asam yang
dapat dititrasi, pada gagal ginjal fosfat tretahan dalam tubuh karna
berkurangnya masa nefron. Retensi sulfat dan penurunan jumlah HCO3 juga
ikut berperan.
Gejala anoreksia mual, muntah, sring pada pasien uremia sebagia disebabkan oleh
asidosis. Salah satu gejala asidosis adalah pernafasan kussmaul, yaitu pernafasan
cepat dan dlam karena kebutuhan untuk meningkatkan ekskresi karbon dioksida
sehingga mengurangi keparahan asidosis.
b. Ketidakseimbangan kalium
Erjadi pergeseran kalium dari dalam sel ke cairan eksra sel. Efek yang
mengancam pada hiperkalemi adalah hantaran listrik jantung bila mencapai 7-8
akan timbul disritmia dan terhentinya denyut jantung.
c. Ketidakseimbangan natrium
Pada gagal ginjal kronik ginjal kehilangan kemampuan untuk eksresi natrium.
Pada insufisiensi ginjal dini bila terjadi poliuriterjadi kehilangan natrium karena
peningkatan beban zatterlarut nefron masih utuh. Diuresis osmotik menyebabkan
kehilangan natrium secara obligat. Apabila gagal ginjal diikuti dengan oliguria
12
13
defisiensi
eritropoiten
karena
hemolitik.
Faktor
lain
menyebabkan anemia adalah defisiensi besi dan asam folat. Defisiensi besi
karena kehilangan darah dan absorbsi saluran cerna yang kurang. Kecenderungan
untuk mengalami perdarahan pada ureumia agaknya disebabkan oleh gangguan
kualitatif trombosit terjadi gangguan adhesi.
Pucat akibat anemia yang menetap merupakan ciri khas pasien uremia. Anemia
akan mengakibatkan kelelahan. Bila kadar Hb 8g/100 ml mengakibatkan dysneu.
Pasien uremik mengalami demam ringan sebagai respon terhadap infeksi
penyebab hipotermi oleh inhibisi pompa Na-K yang terletak di dalam membran
sel oleh sitokin uremik.
14
F. Perubahan kulit
Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia pada insufisiensi
gagal hinjal akan menyebabkan kulit pasien menjadi putih seakan-akan berlilin
dan kekuning-kuningan. Pada orang kulit coklat kulit akan berwarna coklat
kekuning-kuningan, sedangkan pada orang kulit hitam akan berwarna abu-abu
bersemu kuning terutama di daerah telapak tangan dan kaki. Kulit mungkin
kering dan bersisik sedangkan rambu menjadi rapuh dan berubah warna, kuku
mmenjadi tipis dan bergerigi memperlihatkan garis-garing terang kemerahan
yang berselang seling. Perubahan ini merupakan ciri khas kehilangan protein
kronik (garis muehrcke). Penderita anemia sering mengalami pruritus uremik.
Bila BUN sangat tinggi makan bagian-bagian kulit yang berkeringat akan timbul
kristal-kristal urea yang halus berwarna putih, dikenal sebagai kristal uremik.
G. Gejala dan tanda pada saluran cerna
Dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah dan gejala tersebut mempengaruhi
berat badan pada pernderita gagal ginja kronik. Pasien mengeluh rasa kecap
logam pada mulutnya dan nafas berbau amonia. Mulut dapatmengalami
peradangan dan ulserasi (somatitis) dan lidah dapat menjadi kering dan
berselaput, terkadang timbul parotis.
Flora normal mulut terdiri dari organisme-organisme yang dapat memecah urea
dalam saliva sehingga menyebabkan terbentuknya amonia, ininal yang
menyebabkan bau urine pada nafas. Dapat menyebabkan tukak pada mukosa
lambung dan usus besar dan kecil, dan dapat menyebabkan perdarahn yang cukup
berat.
H. Kelainan metabolisme intermedia
Ciri khas pada sindrom uremik meskipus mekanisme fisiologisnya belum
diketahui dengan jelas:
1. Protein
Diet pembatasan protein dapat mengurani gejala-gejala lemah, letih, mual,
anorekisa, mebuktikan dapat menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut,
15
alasan lain karena H+. K+, fosfat di dapat dari makanan sehingga harus
dibatasi dengan ketat agar tidak terjadi penimbunan.
Sintesis protein
abnormal dalam darah nyata dari meningkatnya atau menurunnya asam amino
tertentu, makna klinis belum diketahui.
2. Karbohidrat dan lemak
Gangguan metabolisme karbohidrat seringkali disebabkan oleh uremia. Kadar
gula darah puasa meningkat hingga 50% pasien uremia, tetapi tidak melebihi
2200mg/100ml. Penyebabnya adalah jaringan perifer yang tidak peka
terhadap insulin
Metabolisme lemak abnormal ditandai dengan kadar trigleserid serum yang
tinggi faktor-faktor peningkatan kadar trigliserida adalah peningkatan kadar
glukosa dan insulin serta penggunaan asetat pada dialisat.
I. Kelainan neuromuskular
1. Sistem saraf pusat
Gejala dini penurunan ketajaman serta kemampuan berfikir , apatis dan
kelelahan. Pasien mengeluh letih, lesu dan tak bisa menyelesaikan
pekerjaan normal. Pasien yang tidak diobati dapat mengalami kegelisahan
dan koma. Jika timbul kejang maka biasanya menyertai ensefalopati
hipertensif. Iritabilitas neuromuskular dinyatan dengann sentakan atau
kedutan involunter pada otot-otot. Kadang-kadang timbul asteriksis
( flaping tremor pada tangan) tanda keracunan serebral.
2. Neuropati perifer
Tanda paling dini adalah perlambatan konduksi saraf. Pasien merasakan
hal aneh Yng dapat diredakan dengan jalan-jalan atau menggerakkan kaki.
Stadium 2 adalah timbul perubahan pada sensorik ekstremitas mengalami
nyeri seperti terbakar, perasaan baal atau arestesia pada jari kaki
kemudian menjalar ke tungkai seperti kaos kaki panjanng, stadium
selanjutnya parestesi pada jari-jari tangan akhirnya saraf motorik
terserang, gangguan motorik seperti foot drop dan berkembang menjadi
16
17
yang
saling
mempengaruhi
ini
berperan
dalam
yang
menimbulkan
nyeri.
Bila
endapan
dalam
ginal
18
Penatalaksanaan
1. Gangguan elektrolit
Penurunan GFR sampai di bawah 50% nilai normal akan disertai penurunan
reabsorpsi bikarbonat yang menyebabkan asidosis sistemik, akibatnya terjadi degradasi
protein dan efluks kalsium dari tulang. Terapi ditujukan untuk mempertahankan konsentrasi
bikarbonat serum sebesar 20-22 mEq/L (20-22 mmol/L) dengan cara pemberian suplemen
sodium bikarbonat atau pengikat fosfat. Hiperkalemia dapat terjadi karena ketika penyakit
ginjal memburuk, tubulus distal yang terisisa terus menerus mensekresikan kalium.
Peningkatan aldosteron juga mendorong sekresi kalium dengan menstimulasi pertukaran
natrium-kalium di ginjal dan kolon. Hipokalemia dapat juga terjadi pada anak yang menderita
CKD, namun cenderung terjadi pada pasien yang memiliki defek tubular seperti pada
sindrom Faconi.
Tabel 5. Pengobatan hiperkalemia
Obat
Sodium
Dosis
Efek samping
11 ([0,6 x BB]x[kadar bikarbonat yang diharapkan- Dapat
Bikarbonat
menyebabkan
hipokalsemia
Aritmia
Kalsium Glukonat
(10%)
Glukosa
insulin
Dapat
Sodium polistiren
menyebabkan
sulfonat
konstipasi/diare
5-10 mg secara aerosol
Takikardia,
Agonis beta
hipertensi
pengikat fosfat.
Anemia, anemia pada CKD dapat disebabkan oleh menurunnya produksi
eritropoeitin atau kekuranagn zat besi. Data morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup dari K/DOQI menunjukan bahwa mempertahankan hematokrit pada 3336% dan hemoglobin pada 11,0-12,0 g/dl sangat penting untuk anak dengan CKD.
Dengan perbaikan anemia, terdapat perbaikan dalam perkembangan kognitif,
fungsi jantung, dan ketahanan fisik serta menurunnya mortalitas. Terapi zat besi12
oral sebaiknya dimulai pada dosis 2-3 mg/kgBB per hari berupa zat besi elemental
20
diberikan dalam dua atau tiga dosis terbagi saat perut kosong dan tidak boleh
bersamaan dengan pengikat fosfat karena zat besi berikatan dengan pengikat
fosfat. Eritropoeitin dapat diberikan1-3 kali per minggu. Dosis awal sebesar 30300 unit/kgBB per minggu, dosis rumatan ditentukan dan disesuaikan berdasarkan
nilai hemoglobin bulanan. Darbepoeitin merupakan eritropoeitin bentuk baru yang
memiliki waktu paruh lebih panjang dan dapat diberikan sekali tiap 2 minggu atau
satu bulan yang saat ini sedang diteliti penggunaannya untuk anak-anak
4. Hipertensi Target tekanan darah pada anak dengan CKD adalah di bawah persentil
90 sesuai usia dan jenis kelamin. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI)
dan angiotensin reseptor blocker (ARB) lebih efektif dalam mencegah
progresifitas kerusakan ginjal karena menurunkan tekanan intraglomerular dan
proteinuria melalui efek langsung pada sirkulasi glomerulus.
5. Hemodialisa
6. Transplantasi Ginjal Begitu mengalami ESRD, penanganan terbaik adalah
transplantasi ginjal. Transplantasi jarang dilakukan pada bayi berusia kurang dari
6 bulan dengan berat badan kurang dari 6 kg karena dugaan peningkatan risiko
kegagalan akibat infeksi, masalah teknis dan obat-obatan imunosupresan. Pada
umumnya yang dapat dilakukan transplantasi adalah yang usianya lebih dari 1
tahun dan berat badan minimal 10 kg
21
DAFTAR PUSTAKA
22