Anda di halaman 1dari 11

KATETER

Disusun Oleh:
Ricka Hardi
030.09.203

Pembimbing:
Dr. Achmad Rizki H.P, Sp.U

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD Kota Karawang


Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Pemasangan kateter urin merupakan tindakan memasukkan selang plastik atau karet ke
dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi
dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Kateter memungkinkan mengalirnya urin yang
berkelanjutan pada pasien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien

yang

mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji pengeluaran urin per jam pada
klien yang status hemodinamiknya tidak stabil.
Kateterisasi uretra dapat dilakukan untuk tujuan diagnostik atau terapeutik. Terapi kateter
dapat digunakan untuk dekompresi kandung kemih pada pasien dengan retensi urin akut atau
kronis sebagai akibat dari kondisi seperti obstruksi infravesicular saluran kemih atau neurogenik
bladder. Untuk diagnostik, kateterisasi uretra dapat dilakukan untuk mendapatkan sampel urin
untuk pengujian mikrobiologis, untuk mengukur output urin pada pasien sakit kritis atau selama
prosedur bedah, atau untuk mengukur volume urin sisa setelah berkemih.
Retensi urin pada wanita paling mungkin terjadi pada periode post partum atau setelah
pembedahan pelvis. Menurut Stanton, retensio urin adalah ketidak-mampuan berkemih selama
24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, dimana keadaan tidak dapat mengeluarkan urin
ini lebih dari 25-50 % kapasitas kandung kemih. Jadi dengan beberapa indikasi, kateter dapat
digunakan sebagai tindakan untuk diagnosis dan terapi sesuai dengan kondisi pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI DAN TIPE KATETERISASI

Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh
manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih.
Terdapat beberapa kateter yang digunakan, sebagai berikut.1
1.

Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara.


Kateter urin yang berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis
ini mempunyai bermacam-macam ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar
diameternya. Pemasangan melalui uretra.1

2.

Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap.


Kateter yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama,
dapat digunakan untuk waktu lebih lama ( 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau
plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat
mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam
kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang
lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih dan dapat disambung
dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua
cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas, sementara cabang ketiga berfungsi
untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi yang steril dapat masuk ke
kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi. Pemasangan kateter

3.

jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik.1


Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy.
Kateter paling baru yang dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya.
Perak mengandung antimikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai
terapi antimikroba belum sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas
dan belum jelas keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan

4.

oleh dokter urologi dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor.1
Kateter kondom
Kateter yang paling sering digunakan untuk laki-laki usia tua dengan dementia. Tidak
terdapat selang yang dimasukkan ke dalam penis, melainkan digunakan sejenis kondom
yang digunakan untuk menutupi penis. Terdapat selang yang menghubungkan kondom
tersebut ke urine bag. Kondom tersebut harus diganti setiap hari2
JENIS KATETER
1. One-way catheter1
Kateter hanya memiliki satu saluran untuk drainase, tidak memiliki balon dan
tersedia dalam versi coated dan versi uncoated. Kateter ini sering disebut sebagai kateter
straight. Jenis kateter tidak dimaksudkan untuk tetap berada di kandung kemih untuk
jangka waktu yang panjang tapi digunakan untuk:
a.
kateterisasi intermiten dan koleksi perwakilan urin kandung kemih
b.
Menangani striktur uretra
c.
Pemasukkan obat (Luer-lock)
d.
Investigasi urodynamic dan lainnya
e.
Kateterisasi suprapubik tanpa balon

Gambar 1. One-way catheter


2. Two-way catheter
Pada tahun 1853, Jean Francois Reybard mengembangkan kateter pertama dengan
balon untuk mengamankan tempatnya di dalam kandung kemih. Satu saluran digunakan
untuk urin dan satu untuk balon.1

Gambar 2. Two-way catheter dengan balon yang terisi dan tidak


Pada tahun 1932 Dr Frederick Foley didesain ulang kateter ini dan kateter Foley
saat ini yang paling sering digunakan untuk penanganan adanya disfungsi urinarisasi.
3. Three-way catheter1
Kateter ini merupakan jenis kateter dengan saluran ketiga untuk memfasilitasi
irigasi berkala untuk vesica urinaria. Kateter ini terutama digunakan setelah operasi
urologi atau dalam kasus perdarahan dari kandung kemih atau prostat tumor dan kandung
kemih mungkin perlu irigasi terus-menerus atau intermiten irigasi untuk membersihkan
bekuan darah atau debris.

Gambar 3. Three-way catheter dengan saluran irigasi


4. Kateter suprapubik
Kateter suprapubik adalah sebuah alternatif untuk kateter uretra dan dimasukkan
ke dalam kandung kemih secara invasif, sering di bawah anestesi lokal. Di beberapa
negara prosedur ini dilakukan oleh dokter dan di negara-negara lain dengan spesialis
perawat klinis. Kateter suprapubik dapat dibagi dalam berbagai jenis:
a.
b.
c.

Foley balon kateter; mirip dengan yang digunakan untuk uretra kateterisasi.
Kateter tanpa balon; membutuhkan jahitan untuk mengamankan di tempat.
Foley balon kateter dengan ujung terbuka.1

Gambar 4. Kateter suprapubik dengan balon

Gambar 5. Kateter suprapubik tanpa balon

Gambar 6. Kateter folley dengan ujung terbuka.


UKURAN KATETER

Ukuran diameter kateter diukur dalam Charrire (Ch atau CH) juga dikenal
sebagai Gauge Perancis (F, Fr atau FG) dan menunjukkan diameter eksternal. 1 mm = 3
Ch dan ukuran berkisar dari Ch 6 sampai 30.1
Di indonesia, pemakaian kateter menggunakan satuan Fr terutama untuk Folley
kateter. Fr merupakan satuan untuk menentukan diameter kateter yang akan digunakan.
Fr (gauge France) menunjukkan diameter dalam satuan mm, dimana 1 Fr = 1/3 mm atau
3 Fr= 1 mm. Diameter yang digunakan indonesia berkisar 5Fr, 6fr, 8fr 10fr, 12fr, 14fr,
16fr, 18fr, 20fr, 22fr, 24fr, 26fr. Semakin tinggi nomor kateter, maka semakin besar
diameter kateter. Oleh karena 1 Fr = 1/3 mm maka jika ukuran kateter adalah 24 Fr maka
ukuran diameter sebenarnya adalah 8 mm.
1. Kateterisasi anak3
Untuk kateterisasi anak, ukuran yang bisa dipakai adalah 5, 6, 8, 10Fr. atau lebih

kecil tergantung pada ukuran dari uretra dan usia anak.


Jarang kateter straight, biasanya mereka intermiten dan digunakan untuk
mendapatkan sampel urin steril untuk rule-out infeksi.

2. Kateterisasi pria3
Pada pria, biasa digunakan kateter dengan ukuran 18Fr.
Pada laki-laki akan sangat membantu untuk menggunakan Urojet (jarum suntik

dengan lidokain jelly) untuk meminimalkan ketidaknyamanan dengan kateterisasi


Pria dengan hematuria gross membutuhkan Three-way folley catheter dengan

diameter terbesar yang dapat dengan aman dimasukkan. (22Fr atau 24Fr)
Kateter harus melekat pada paha atas bagian dalam dengan pelekat untuk
meminimalkan ketidaknyamanan dan mencegah kateter ditarik keluar masuk.

3. Kateterisasi Perempuan:3
Kateter pada wanita dapat digunakan sesuai dengan umur pasien yaitu 12fr.,

14Fr.or 16Fr
Posisi adalah penting untuk memvisualisasikan uretra pada wanita.
Jika pasien dengan hematuria gross gunakan Three-way catheter yang lebih besar

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER


Sebelum memulai pemasangan kateter, diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu:
Foley kateter (ukuran tertentu sesuai dengan yg dibutuhkan)
Kantong urin
Providon iodine
Gel lubrica
Lidokain 1%
Spuit 10cc
Aquadest (hidrosteril)
Sarung angan steril
Kassa steril
Pilih ukuran kateter terkecil yang mampu menyediakan drainase urin yang memadai,
umumnya:1

Ukuran 12-14 Fr bagi perempuan untuk urine yang clear


Ukuran 14-16 Fr untuk pria untuk urine yang clear
Ukuran 16-18 Fr untuk pasien dengan debris atau lendir dalam urin mereka
Ukuran lebih dari 18 Fr untuk pasien dengan hematuria, kecuali ditentukan lain oleh
dokter

Ukuran 22 Fr untuk irigasi terus menerus kandung kemih (CBI), kecuali ditentukan
lain oleh dokter

PROSEDUR KATETERISASI
1. Perempuan3,5
a. Tempatkan pasien dalam posisi terlentang dengan lutut tertekuk dan dipisahkan dan
kaki datar di tempat tidur, sekitar 60 cm. Jika posisi ini tidak nyaman, anjurkan
pasien baik untuk melenturkan hanya satu lutut dan menjaga kaki lainnya datar di
tempat tidur, atau kakinya terpisah sejauh mungkin. Sebuah posisi lateral dapat juga
digunakan untuk pasien tua atau cacat.
b. Dengan jari jempol, tengah dan telunjuk tangan non-dominan, memisahkan labia
majora dan labia minora. Tarik sedikit ke atas untuk menemukan meatus urethra.
Pertahankan posisi ini untuk menghindari kontaminasi selama prosedur.
c. Dengan tangan dominan Anda, membersihkan meatus urethra, menggunakan
d.
e.
f.
g.

larutan pivodine iodine


Tempatkan kateter bag yang berisi kateter antara paha pasien.
Angkat kateter dengan tangan dominan Anda.
Masukkan ujung kateter dilumasi dengan gel ke dalam meatus urethra
masukkan kateter sekitar 5-5,75 cm, sampai kencing mulai mengalir kemudian

majukan kateter lebih lanjut 1-2 cm.


h. Masukkan air kedalam kateter menggunakan jarum suntik. Disarankan untuk
mengembang balon 5cc dengan 7-10cc aquades, dan untuk mengembang balon
30cc dengan 30-35cc aquades.
i. balon yang tidak cukup mengembang dapat menyebabkan kesulitan drainase dan
kebocoran.
j. Perlahan tarik kembali kateter sampai balon tertahan di bladder neck

Gambar 7. Pemasangan kateter pada wanita


2. Laki-laki3,4,6
a. Baringkan pasien dengan posisi supine dan nyaman
b. Preputium (jika ada) disibakkan sepenuhnya dan sekalian dengan glans dan
meatus yang dibuka, dibersihkan dengan seksama dengan larutan antiseptik.
c. Lakukan drapping dngan kain steril disekitar penis
d. Masukan gel, lidokain 1%, dan sedikit providon iodine ke dalam spuit kemudian
campurkan
e. Semprotkan kedalam urethra dan ditahan agar tetap berada didalam urethra
selama 5 menit dengan menggunakan penjepit penis yang steril atau dengan jari
f. Kateter dipegang dengan tangan yang mengenakan sarung tangan atau didorong
masuk dengan teknik tanpa sentuhan, baik dengan menggunakan selubung

polyethylen sebelah dalam yang membungkus kateter maupun dengan


pertolongan sepasang forceps
g. Penis sebaiknya sedikit ditarik dengan tangan yang lain guna meluruskan lipatanlipatan selaput lendir.
h. Kapanpun hendaknya jangan melakukan pemaksaan
i. Dorong masuk kateter hingga ke pangkal
j. Balon pada kateter dikembangkan dengan cara mengisinya dengan air steril
menggunakan spuit dalam jumlah yang tepat melalui cabang kateter yang telah
disediakan
k. Sambungkan dengan kantong urin yang telah disiapkan
l. Ingatlah untuk mengembalikan preputium ke muka pada akhir tindakan guna
mencegah terjadinya paraphimosis
m. Amankan kateter ke paha. Hindari ketegangan pada kateter.

Gambar 8. Pemasangan kateter pada pria


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER
Pada wanita maupun pria, terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi untuk
pemasangan kateter. Pemasangan kateter juga memiliki dua jalan yaitu melalui urethra dan
suprapubik.1,2
Indikasi umum untuk pemasangan kateter, baik yang intermitten, jangka pendek dan
jangka panjang.
a. Kateterisasi intermiten3
Untuk pengambilan sampel urin
Menangani ketidaknyamanan pada distensi vesica urinaria
Dekompresi vesica urinaria
Mengukur urin residual
Penanganan pasien dengan spinal cord injury, degenerasi neuromuskular atau
incompetent bladder
b. Kateterisasi tetap jangka pendek3
Pengawasan output urin pada pasien post-operasi dan pasien kritis
Prosedur operasi yang melibatkan operasi abdomen atau pelvis untuk penanganan

versica urinaria, uretra dan struktur sekitarnya


Obstruksi saluran kemih (contoh pembesaran prostat), retensi urin akut
Pencegahan obstruksi uretra dari gumpalan darah dengan irigasi vesica urinaria
kontinu atau intermitten

Pemberian obat secara berkala pada vesica urinaria

c. Kateterisasi tetap jangka panjang3


Refractory bladder outlet obstruction dan neurogenic bladder dengan retensi urin
Retens urin yang kronik
Untuk membantu penyembuhkan ulkus perineal dimana urin dapat memperburuk
penyembuhan
Selain indikasi, pemasangan kateter uretra juga memiliki kontraindikasi, yaitu
prostatitis akut dan kecurigaan adanya trauma urethra.1
Pemasangan kateter melalui suprapubik juga memiliki indikasi dan kontraindikasi
tertentu, yaitu sebagai berikut.
a. Indikasi kateterisasi suprapubik
Retensi urin akut atau kronik dengan pengeluaran urin yang tidak adekuat dengan

kateter urerthra
Lebih disarankan pada pasien dengan kebutuhan khusus seperti pengguna kursi roda,

dan dengan masalah alat kelamin


Prostatitis akut
Obstruksi, striktur atau anatomik urethra yang abnormal
Trauma pelvis
Adanya komplikasi dari penggunaan kateterisasi urethra yang lama
Operasi abdominal atau urethra yang kompleks
Pasien dengan inkontinensia fekal yang mengkontaminasi kateter urethra

b. Kontraindikasi kateterisasi suprapubik


Adanya karsinoma vesica urinaria atau dicurigai adanya karsinoma
Kateterisasi suprapubik dikontraindikasikan untuk pasien yang tidak teraba vesica

urinaria nya atau tidak tampak pada pemeriksaan USG


Adanya operasi pada daerah bawah abdominal sebelumnya
Koagulopati
Asites

c. Keuntungan kateterisasi suprapubik


Kurangnya risiko trauma urethra, nekrosis dan catheter-induced urethritis
Menguranig risiko konraminasi kateter yang umumnya ditemukan pada usus
Jauh lebih nyaman, khususnya pasien yang menggunakan kursi roda
Lebih mudah diakses untuk membersihkan dan mengganti kateter
Membantu dalam hubungan seksual pasien
d. Keterbatasan kateterisasi suprapubik
Insersi adan tindakan invasif dengan risiko adanya cedera visceral dan perdarahan
Pasien masih ada kemungkinan mengeluarkan urin melalui urethra
Tindakan ini mungkin membutuhkan tenaga ahli
Pasien dengan katup jantung buatan mungkin membutuhkan terapi antibiotik
Pasien dengan terapi antikoagulan perlu pemeriksaan darah
KOMPLIKASI

Alergi atau sensitivitas terhadap lateks


Lateks merupakan karet alami yang bersifat alami tapi memiliki beberapa
kelemahan. Karena adanya kemungkinan ketidaknyamanan oleh permukaan yang

tidak licin, dan kemungkinan adanya reaksi alergi. Seseorang dapat memiliki
reaksi yang berbeda terhadap latex bahkan dapat menyebabkan urethritis atau

anafilaksis dari reaksi alergi tersebut.1


Vesicolithiasis
Pasien dengan kateter yang menetap dapat terjadi batu pada vesica urinaria. Pada
pasien dapat terjadi batu yang disebabkan oleh bantuan dari bakter yang paling
sering Proteus (P. Mirabilis). Dimana dihasilkan enzim urease, sehingga terjadi
pemisahan antara ammonia dan karbondioksida. Hasil tersebut meningkatkan
tingkat basa sehingga cocok untuk pembentuka kristal contoh dtruvit (magnesium

ammonium phosphate) dan calcium phospate.


Hematuri
Hematuri dapat terjadi setelah pemasangan kateter dan biasanya bersifat self
limiting. Selama dilakukannya kateterisasi uretral, trauma prostatik dapat menjadi
penyebab utama terjadinya hematuri ini. Jika hematuri tidak berhenti, lakukan

irigasi dengan 3-way catheter.


Cedera uretra
Cedera uretra yang terjadi selama dilakukannya kateterisasi uretra dapat terjadi
baik pada daerah prostat atau bladder neck. Dapat terjadi strikur uretra bila

pemasangan dilakukan dengan tidak benar. Trauma tersebut


Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah penyebab infeksi nasokomial paling umum terjadi,
terutama jika terpasang kateter pada urethra, dan mencapai 40% terjadi dirumah
sakit dengan durasi pemakaian kateter yang berisiko. Infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan kateter didefinikan sebagai bakteriuria atau funguria dengan
jumlah sel lebih dari 103 CGU/mL. Hal ini terjadi karena adanya koloni yang
terbentuk dari bakteri dari hari ke hari selama terpasangnya kateter. Insidens
bakteriuria diperkirakan sekiatr 3% sampai 10% lebih tigggi setiap hari setelah
pemasangan kateter.

DAFTAR PUSTAKA
1. Geng V, dkk. Catheterisation, Indwelling catheters in adults, Urethral and Suprapubic.
European Association of Urology. 2012
2. Zieve
A,
dkk.
Urinary

catheters.

Available

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm.
Januari 2015
3. Rebeo
L.

Urinary

Catheterization.

Accessed
Available

from
on

28
from

http://meds.queensu.ca/central/assets/modules/ts-urinary-catheterization/index.html.
Accessed on 28 Januari 2015
4. Thomsen TW, Setnik GS. Male Urethral Catheterization. N Engl J Med
2006;354:e22.
5. Shlamovitz GZ.

Urethral

Catheterization

in

Women.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/article/80735-overview. Accessed on 28 Januari 2015


6. Shlamovitz GZ. Urethral Catheterization in Men. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/80716-overview#a01. Accessed on 28 januari
2015

Anda mungkin juga menyukai