Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN BIOLOGI DASAR

ACARA 3
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA

Nama

: AISYAH FATHIRIN NURIL JANNAH

NIM

: 120210101048

Kelas

:B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Semester Genap 2012 2013

LAPORAN BIOLOGI DASAR


ACARA 3

I.

Judul
Golongan Darah pada Manusia.

II.

Tujuan
Dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia.

III.

Dasar Teori
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari
jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah yang ada pada
darah sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
eritrosit, leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.
Membran sel darah merah manusia mengandung bermacam-macam
antigen golongan darah, yang juga disebut aglutinogen. Antigen yang
terpenting dan paling dikenal diantaranya adalah antigen A dan B.
Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik
terhadap

antigen

tipe-A

atau

tipe-B

yang

dapat

menyebabkan

aglutinasi(penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan


penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu
aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti B) (Guyton, 1996: 65-66).
Perbedaan antigenik warisan yang pertama kali dikenal begitu saja pada
manusia ditemukan oleh seorang ahli imunologi (ilmu kekebalan tubuh)
kebangsaan Austria bernama Karl Landsteiner (1868-1943). Ia menunjukkan
bahwa bila suspensi sel darah merah yang diperoleh dari bermacam-macam
orang dicampur dengan serum darah yang diperoleh dari orang lain, maka
akan tampak perbedaan yang tegas dalam reaksi. Pada beberapa kasus ada
penggumpalan nyata sel darah merah dan pada beberapa kasus lainnya, sel
darah merah tetap tidak terpengaruh. Penggumpalan tadi disebabkan karena
pengikatan zat antigenetik tertentu pada permukaan sel darah merah dengan
antibodi khusus (imunoglobulin) yang ada dalam serum (Harris, 1994: 401).
K. Landsteiner dalam sistem ABO yang ditemukannya, menggolongkan
darah manusia menjadi empat macam diantaranya:
1. Golongan darah A, yaitu apabila didalam sel darah merahnya
mengandung aglutinogen A, dan serum darahnya dapat membuat
aglutinin B (beta).

2. Golongan darah B, yaitu apabila didalam sel darah merahnya


mengandung aglutinogen B, dan serum darahnya dapat membuat
aglutinin A (alpa).
3. Golongan darah AB, yaitu apabila didalam sel darah merahnya
mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi anti serumnya tidak
dapat membuat aglutinin.
4. Golongan darah O, yaitu apabila didalam sel darah merahnya tidak
terdapat aglutinogen, tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin B
(beta) dan aglutinin A (alpa) (Waluyo, 2010: 172-173).
Antigen A dan B diturunkan secara dominan menurut hukum Mandel
dan individu dibagi menjadi empat golongan darah utama atas dasar ini,
seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu golongan darah A, B, AB, dan O.
Antigen ini ditemukan di banyak jaringan selain darah antara lain, kelenjar
liur, saliva, pankreas, ginjal, hati, paru-paru, testis, semen, dan cairan amnion.
Antigen A dan B sebenarnya merupakan oligosakarida kompleks yang
berbeda pada gula terminalnya. Pada sel darah merah, antigen ini kebanyakan
berupa glikosfingolipid, sedangkan di jaringan lain berupa glikoprotein.
Individu yang bergolongan darah A mempunyai satu gen yang mengode suatu
transferase yang mengkatalisis penempatan N-asetilgalaktosamin terminal
pada antigen H, sedangkan orang yang bergolongan darah B mempunyai
suatu gen yang mengode transferase dan menempatkan satu galaktosa
terminal. Orang yang bergolongan darah AB mempunyai kedua transferase.
Individu yang bergolongan darah O tidak mempunyai keduanya sehingga
antigen H tetap ada. Namun tampaknya sekarang orang-orang yang
bergolongan darah O mengalami delesi satu-basa pada gen yang
bersangkutan. Hal ini menciptakan open reading frame, dan akibatnya orang
yang bergolongan darah O menghasilkan suatu protein yang tidak memiliki
aktivitas transferase (Ganong, 2008: 556).
Sistem ABO dapat bekerja sebagai satu rangkaian alel pada satu lokus
tunggal dengan komponen khususnya terletak pada enzim glukosil transferase
yang mengendalikan penambahan komponen akhir dari karbohidrat dan gen
untuk enzim ini adalah gen ABO. Satu alel adalah suatu transferase A
sedangkan varian yang berbeda dari enzim tadi merubahnya menjadi
transferase B. Apabila enzim tadi tidak aktif atau tidak ada, maka hasilnya
adalah golongan darah O. Dengan demikian, maka terdapat tiga gen yaitu A,
O, dan B. Orang dengan dua gen O akan mempunyai golongan darah O,
sedangkan orang dengan dua gen A atau satu gen A dan satu gen O
mempunyai golongan darah A. Hal yang sama, orang dengan dua gen B atau
satu gen B dan satu gen O mempunyai golongan darah B, sedangkan orang

dengan satu gen A dan satu gen B mempunyai golongan darah AB.
Hubungannya dapat dilukiskan dengan tabel berikut.
Konstitusi

Golongan

Antibodi dalam

Sel bereaksi

genetik
darah
serum
dengan
(Genotip)
(fenotip)
OO
O
Anti-A, anti-B
Tidak satupun
AA
A
Anti-B
Anti-A
AO
BB
B
Anti-A
Anti-B
BO
AB
AB
Tidak satupun
Anti-A, anti-B
(Roberts, 1995: 142-143).
Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mandel, yaitu A dan B
bersifat dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B, dapat
diwarisi satu antigen B dari ayah dan dari ibu atau satu antigen dari salah satu
orang tua dan satu O dari orang tua lainnya. Jadi, seorang individu dengan
fenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO (heterozigot).
Bila golongan darah orang tua diketahui, dapat dibuat kemungkinan
genotip pada anak-anaknya. Jika kedua orang tuanya bergolongan darah B,
mereka dapat memiliki anak bergenotip BB (antigen B dari orang tua), BO
(antigen B dari salah satu orang tua, O dari orang tua lainnya yang
heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang tuanya, yang keduanya
heterozigot). Bila golongan darah seorang ibu dan anaknya diketahui,
penentuan golongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang bukan
ayahnya, meskipun tidak dapat membuktikan bahwa orang tersebut adalah
ayahnya. Manfaat prediksi ini semakin besar bila penggolongan darah
kelompok orang bersangkutan ini juga mencakup identifikasi antigen lain
selain aglutinogen ABO. Dengan penggunaan sidik jari DNA, angka eksklusi
untuk paternitas hingga meningkat mendekati 100% (Ganong, 2008: 557).
Selain sistem antigen ABO dalam sel darah merah manusia, terdapat
sistem seperti Rh, MNS, Lutheran, Kell, Kidd, dan banyak lainnya. Ada lebih
dari 500 miliar kemungkinan fenotip golongan darah yang dikenal, dan
karena masih ada antigen yang belum ditemukan, muncul perhitungan bahwa
jumlah fenotip yang sebenarnya berada dalam kisaran triliunan (Ganong,
2008: 558).
Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain.
Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut dengan donor. Orang
yang menerima darah disebut resipien. Secara umum golongan darah O

adalah yang paling sering dijumpai di dunia. Sedangkan golongan darah AB


adalah yang paling sulit dijumpai.
Orang dengan golongan darah O tidak dapat menjadi donor universal
karena antibodi anti A dan anti B dalam plasma kadang-kadang sangat kuat
sehingga dapt mengaglutinasi sel non-O dan selain itu juga golongan darah O
mengandung antigen yang langka yang akan menyebabkan masalah bila
dimasukkan ke dalam orang non-O (Gibson,2002: 17).
Reaksi transfusi homolitik yang berbahaya terjadi bila darah
ditransfusikan kepada seseorang dengan golongan darah yang tidak sesuai,
yaitu seseorang yang mempunyai aglutinin terhadap sel darah merah yang
ditransfusikan. Plasma yang ditransfusikan biasanya encer di dalam tubuh
resipien sehingga jarang menyebabkan aglutinasi meskipun titer aglutinin
terhadap sel darah resipien tinggi. Namun, jika plasma resipien mengandung
aglutinin terhadap sel darah merah donor, sel-sel tersebut akan beraglutinasi
dan lisis. Hemoglobin bebas dilepaskan ke dalam plasma. Keparahan reaksi

transfusi yang timbul dapat bervariasi dari peningkatan ringan kadar bilirubin
igunakan untuk menarik garis tengah lurus pada sisi panjang yang membagi sisi gelas obyek menjadi
plasma yang asimtomatik hingga ikterus berat dan kerusakan tubbulus ginjal
(yang disebabkan oleh produk yang dilepaskan dari sel yang mengalami
hemolisis), dengan anuria dan kematian (Ganong, 2008: 556-557).
Tangan dicuci sampai bersih

IV.

Metode Penelitian

Alat dan Bahan


Segumpal kapas diambil dengan menggunakan pinset
1. Alat
a. Lanset/jarum steril
b. Jarum pentul
c. Spidol Kapas dicelupkan ke dalam alkohol
d. Gelas obyek
e. Kertas putih
2. Bahan
Kapas digosokkan pada ujung jari manis tangan
a. Serum A dan B
b. Alkohol 70%
c. Kapas
Alkohol dibiarkan mengering
d. Darah segar manusia

Cara Kerja

Jari manis ditusuk dengan menggunakan lanset yang telah disterilkan

Setetes darah ditempatkan pada bagian A dan B gelas obyek

Bekas tusukan ditutup dengan kapas yang telah dicelupkan

ke dalam alkohol

Serum anti A diteteskan pada bagian A gelas obyek, aduk sampai merata dengan menggunakan

Serum anti B diteteskan pada bagian B gelas obyek, aduk sampai


merata dengan menggunakan tusuk gigi

Kedua bagian A dan B pada gelas obyek dibandingkan,


Jika dibagian A menggumpal, maka darah begolongan A
Jika dibagian B menggumpal, maka darah begolongan B
Jika dibagian A dan B menggumpal, maka darah begolongan AB
Jika tidak terjadi penggumpalan, maka darah begolongan O

(ditetesi dengan serum A)(ditetesi dengan


serum B)

V.

Hasil Pengamatan
Kel
1.
2.
3.
4.
5.
6.

VI.

Nama Probandus
Yuli Nur Azizah
Tiofani Indraswari Agus
M. Dodik Kurniawan
Irma Khoirul Ummah
Cici Fitri Lestari
Soleh Chudin

Pembahasan

Gol Darah
B
B
O
A
O
A

Praktikum kali ini membahas tentang golongan darah pada manusia,


sistem yang digunakan adalah sistem ABO. Sistem ABO ini sendiri,
merupakan sistem penggolongan darah yang menggolongkan darah manusia
menjadi empat macam yaitu:
1. Golongan darah A, apabila didalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen A dan serum darahnya dapat membuat aglutinin B (beta).
2. Golongan darah B, apabila didalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen B dan serum darahnya dapat membuat aglutinin A (alpa).
3. Golongan darah AB, apabila didalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi anti serumnya tidak dapat
membuat aglutinin.
4. Golongan darah O, apabila didalam sel darah merahnya tidak terdapat
aglutinogen, tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin B (beta) dan
aglutinin A (alpa).
Penggolongan darah ini dilakukan dengan melihat ada tidaknya
gumpalan darah ketika darah diberi atau ditetesi serum anti-A dan anti-B,
seperti:
Jika darah menggumpal ketika ditetesi serum anti-A, maka darah tersebut

bergolongan darah A.
Jika darah menggumpal ketika ditetesi serum anti-B, maka darah tersebut

bergolongan darah B.
Jika darah menggumpal ketika ditetesi serum anti-A dan anti-B, maka

darah tersebut bergolongan darah AB.


Jika darah tidak menggumpal ketika ditetesi serum anti-A maupun anti-B,
maka darah tersebut bergolongan darah O.
Penggumpalan atau aglutinasi ini terjadi karena adanya antibodi kuat

(aglutinin) dalam serum darah yang secara spesifik bereaksi dengan antigen
tipe A dan tipe B dalam sel. Pada golongan darah A, serum darah mampu
membuat aglutinin B (beta) yang kemudian bereaksi dengan aglutinogen A
yang terdapat dalam darah sehingga terjadi proses aglutinasi (penggumpalan)
pada sampel yang ditetesi serum anti-A. Pada golongan darah B, serum darah
mampu membuat aglutinin A (alpa) yang kemudian bereaksi dengan
aglutinogen B yang terdapat dalam darah sehingga terjadi proses aglutinasi
(penggumpalan) pada sampel yang ditetesi serum anti-B. Pada golongan
darah AB, serum darah tidak mampu membuat aglutinin A (alpa) maupun
aglutinin B (beta), namun darahnya memiliki aglutinogen A dan B sehingga
terjadi proses aglutinasi (penggumpalan) pada kedua sampel, baik yang
ditetesi serum anti-A maupun yang ditetesi serum anti-B. Pada golongan
darah O, serum darah mampu membuat aglutinin, baik A maupun B, namun
dalam darah tidak terdapat aglutinogen A dan B sehingga tidak terjadi proses

aglutinasi (penggumpalan) pada kedua sampel, baik yang ditetesi serum antiA maupun yang ditetesi serum anti-B.
Pada praktikum ini, terdapat 6 probandus yang diambil darahnya untuk
dijadikan sampel dalam penentuan golongan darah dengan sistem ABO.
Probandus pertama yaitu Yuli Nur Azizah, dari pengamatan yang dilakukan
didapatkan hasil bahwa probandus pertama memiliki darah bergolongan B.
Hal ini terlihat dari adanya penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah
yang ditetesi serum anti-B, sedangkan pada sampel darah yang ditetesi
dengan

serum

anti-A tidak

terjadi

penggumpalan

(aglutinasi).

Ini

membuktikan bahwa dalam darah probandus terdapat aglutinogen B dan


serum darahnya mampu membuat aglutinin A, sehingga darahnya dapat
dikatakan bergolongan darah B.
Probandus Kedua yaitu Tiofani Indraswari Agus, dari pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa probandus kedua juga memiliki darah
bergolongan B. Hal ini terlihat dari adanya penggumpalan (aglutinasi) pada
sampel darah yang ditetesi serum anti-B, sedangkan pada sampel darah yang
ditetesi dengan serum anti-A tidak terjadi penggumpalan (aglutinasi). Ini
membuktikan bahwa dalam darah probandus terdapat aglutinogen B dan
serum darahnya mampu membuat aglutinin A, sehingga darahnya dapat
dikatakan bergolongan darah B.
Probandus ketiga yaitu M. Dodik Kurniawan, dari pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa probandus ketiga memiliki darah
bergolongan O. Hal ini terlihat dari tidak adanya penggumpalan (aglutinasi)
baik pada sampel darah yang ditetesi serum anti-A maupun serum anti-B. Ini
membuktikan bahwa dalam darah probandus tidak terdapat aglutinogen A
maupun B, namun serum darahnya mampu membuat aglutinin A dan
aglutinin B, sehingga darahnya dapat dikatakan bergolongan darah O.
Probandus keempat yaitu Irma Khoirul Ummah, dari pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa probandus keempat memiliki darah
bergolongan A. Hal ini terlihat dari adanya penggumpalan (aglutinasi) pada
sampel darah yang ditetesi serum anti-A, sedangkan pada sampel darah yang
ditetesi dengan serum anti-B tidak terjadi penggumpalan (aglutinasi). Ini
membuktikan bahwa dalam darah probandus terdapat aglutinogen A dan
serum darahnya mampu membuat aglutinin B, sehingga darahnya dapat
dikatakan bergolongan darah A.
Probandus kelima yaitu Cici Fitri Lestari, dari pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa probandus kelima ini memiliki darah
golongan darah yang sama dengan probandus ketiga yaitu bergolongan darah
O. Hal ini terlihat dari tidak adanya penggumpalan (aglutinasi) baik pada

sampel darah yang ditetesi serum anti-A maupun serum anti-B. Ini
membuktikan bahwa dalam darah probandus tidak terdapat aglutinogen A
maupun B, namun serum darahnya mampu membuat aglutinin A dan
aglutinin B, sehingga darahnya dapat dikatakan bergolongan darah O.
Probandus keenam (terakhir) yaitu Soleh chudin, dari pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa probandus terakhir ini memiliki golongan
darah yang sama dengan probandus keempat yaitu bergolongan darah A. Hal
ini terlihat dari adanya penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah yang
ditetesi serum anti-A, sedangkan pada sampel darah yang ditetesi dengan
serum anti-B tidak terjadi penggumpalan (aglutinasi). Ini membuktikan
bahwa dalam darah probandus terdapat aglutinogen A dan serum darahnya
mampu membuat aglutinin B, sehingga darahnya dapat dikatakan
bergolongan darah A.
Dari keempat golongan darah yang ada dalam sistem ABO, yaitu A, B,
O, dan AB. Darah golongan AB merupakan golongan darah yang paling
jarang dijumpai atau bisa dikatakan langka. Golongan darah ini disebut juga
sebagai resipien universal, karena serum darahnya tidak dapat membuat
aglutinin A maupun B sehingga orang yang memiliki golongan darah ini juga
dapat diberi atau ditransfusi oleh orang yang memiliki golongan darah selain
AB, baik itu A, B, mapun O tanpa menimbulkan reaksi transfusi akibat
inkompatibilitas ABO, yaitu suatu kondisi dimana darah tidak cocok sehingga
aglutinin anti-A atau anti-B tercampur dan bereaksi dengan antigen dalam sel
darah merah lainnya. Hal ini dapat menimbulkan suatu reaksi yang cukup
hebat sehingga terkadang dapat mengakibatkan kematian. Golongan darah
AB tidak dapat diberikan atau ditransfusikan kepada orang yang memiliki
golongan darah selain AB.
Golongan darah O merupakan golongan darah yang paling sering
dijumpai. Golongan darah ini disebut juga sebagai donor universal, karena
golongan darah tipe ini memiliki antigen A dan B sehingga juga dapat
diberikan atau ditranfusikan kepada orang yang memiliki golongan darah
selain O, baik itu golongan darah A, B, mapun AB tanpa menimbulkan reaksi
transfusi akibat inkompatibilitas ABO. Namun, orang yang memiliki
golongan darah ini tidak dapat diberi atau ditransfusi oleh orang yang
memiliki golongan darah selain O.
Sedangkan golongan darah A dan B merupakan golongan darah yang
tidak dapat ditransfusi oleh golongan darah lainnya dan juga tidak dapat
ditransfusikan kepada golongan darah lainnya. Jadi golongan darah A hanya
dapat ditrasfusi dan mentransfusi golongan darah A saja. Begitu pula

golongan darah B hanya dapat ditrasfusi dan mentransfusi golongan darah B


saja.

VII.

Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa penggolongan
darah pada manusia dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Golongan darah A, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen A dan serumnya dapat membuat aglutinin B (beta).
2. Golongan darah B, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen B dan serumnya dapat membuat aglutinin A (alpa).
3. Golongan darah AB, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen tetapi serum darah merahnya tidak memiliki aglutinin A
(alpa) dan aglutinin B (beta).
4. Golongan darah O, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen A dan aglutinogen B tetapi serum darah merahnya tidak dapat
membuat aglutinin baik aglutinin A (alpa) dan aglutinin B (beta).
Golongan darah O merupakan yang paling sering dijumpai dan
merupakan donor universal karena dapat ditransfusikan atau didonorkan
kepada golongan darah apapun. Golongan darah AB merupakan yang paling
jarang dijumpai dan merupakan resipien universal karena dapat ditransfusi
atau didonor oleh golongan darah apapun. Sedangkan golongan darah A dan
B hanya dapat menerima donor dan didonorkan kepada golongan darah yang
memiliki tipe sama, yaitu golongan darah A hanya pada golongan darah A
saja dan golongan darah B hanya pada golongan darah B saja.

VIII.

Daftar Pustaka
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Gibson. 2002. Biologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Guyton, Arthur C. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta: EGC
Harris, Harry. 1994. Dasar-Dasar Genetika Biokemis Manusia Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Roberts, J.A. Fraser dan Marcus E. Pembrey. 1995. Pengantar Genetika
Kedokteran. Jakarta: EGC
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember: Jember University press

Yuli Nur Azizah (B)


Yuli Nur Azizah (B)

Tiofani Indraswari A. (B)

M. Dodik Kuniawan (O)

Irma Khoirul Ummah (A)

Cici
Soleh
FitriChudin
Lestari(A)
(O)

Anda mungkin juga menyukai