ACARA 3
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
Nama
NIM
: 120210101048
Kelas
:B
I.
Judul
Golongan Darah pada Manusia.
II.
Tujuan
Dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia.
III.
Dasar Teori
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari
jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah yang ada pada
darah sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
eritrosit, leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.
Membran sel darah merah manusia mengandung bermacam-macam
antigen golongan darah, yang juga disebut aglutinogen. Antigen yang
terpenting dan paling dikenal diantaranya adalah antigen A dan B.
Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik
terhadap
antigen
tipe-A
atau
tipe-B
yang
dapat
menyebabkan
dengan satu gen A dan satu gen B mempunyai golongan darah AB.
Hubungannya dapat dilukiskan dengan tabel berikut.
Konstitusi
Golongan
Antibodi dalam
Sel bereaksi
genetik
darah
serum
dengan
(Genotip)
(fenotip)
OO
O
Anti-A, anti-B
Tidak satupun
AA
A
Anti-B
Anti-A
AO
BB
B
Anti-A
Anti-B
BO
AB
AB
Tidak satupun
Anti-A, anti-B
(Roberts, 1995: 142-143).
Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mandel, yaitu A dan B
bersifat dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B, dapat
diwarisi satu antigen B dari ayah dan dari ibu atau satu antigen dari salah satu
orang tua dan satu O dari orang tua lainnya. Jadi, seorang individu dengan
fenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO (heterozigot).
Bila golongan darah orang tua diketahui, dapat dibuat kemungkinan
genotip pada anak-anaknya. Jika kedua orang tuanya bergolongan darah B,
mereka dapat memiliki anak bergenotip BB (antigen B dari orang tua), BO
(antigen B dari salah satu orang tua, O dari orang tua lainnya yang
heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang tuanya, yang keduanya
heterozigot). Bila golongan darah seorang ibu dan anaknya diketahui,
penentuan golongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang bukan
ayahnya, meskipun tidak dapat membuktikan bahwa orang tersebut adalah
ayahnya. Manfaat prediksi ini semakin besar bila penggolongan darah
kelompok orang bersangkutan ini juga mencakup identifikasi antigen lain
selain aglutinogen ABO. Dengan penggunaan sidik jari DNA, angka eksklusi
untuk paternitas hingga meningkat mendekati 100% (Ganong, 2008: 557).
Selain sistem antigen ABO dalam sel darah merah manusia, terdapat
sistem seperti Rh, MNS, Lutheran, Kell, Kidd, dan banyak lainnya. Ada lebih
dari 500 miliar kemungkinan fenotip golongan darah yang dikenal, dan
karena masih ada antigen yang belum ditemukan, muncul perhitungan bahwa
jumlah fenotip yang sebenarnya berada dalam kisaran triliunan (Ganong,
2008: 558).
Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain.
Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut dengan donor. Orang
yang menerima darah disebut resipien. Secara umum golongan darah O
transfusi yang timbul dapat bervariasi dari peningkatan ringan kadar bilirubin
igunakan untuk menarik garis tengah lurus pada sisi panjang yang membagi sisi gelas obyek menjadi
plasma yang asimtomatik hingga ikterus berat dan kerusakan tubbulus ginjal
(yang disebabkan oleh produk yang dilepaskan dari sel yang mengalami
hemolisis), dengan anuria dan kematian (Ganong, 2008: 556-557).
Tangan dicuci sampai bersih
IV.
Metode Penelitian
Cara Kerja
ke dalam alkohol
Serum anti A diteteskan pada bagian A gelas obyek, aduk sampai merata dengan menggunakan
V.
Hasil Pengamatan
Kel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
VI.
Nama Probandus
Yuli Nur Azizah
Tiofani Indraswari Agus
M. Dodik Kurniawan
Irma Khoirul Ummah
Cici Fitri Lestari
Soleh Chudin
Pembahasan
Gol Darah
B
B
O
A
O
A
bergolongan darah A.
Jika darah menggumpal ketika ditetesi serum anti-B, maka darah tersebut
bergolongan darah B.
Jika darah menggumpal ketika ditetesi serum anti-A dan anti-B, maka
(aglutinin) dalam serum darah yang secara spesifik bereaksi dengan antigen
tipe A dan tipe B dalam sel. Pada golongan darah A, serum darah mampu
membuat aglutinin B (beta) yang kemudian bereaksi dengan aglutinogen A
yang terdapat dalam darah sehingga terjadi proses aglutinasi (penggumpalan)
pada sampel yang ditetesi serum anti-A. Pada golongan darah B, serum darah
mampu membuat aglutinin A (alpa) yang kemudian bereaksi dengan
aglutinogen B yang terdapat dalam darah sehingga terjadi proses aglutinasi
(penggumpalan) pada sampel yang ditetesi serum anti-B. Pada golongan
darah AB, serum darah tidak mampu membuat aglutinin A (alpa) maupun
aglutinin B (beta), namun darahnya memiliki aglutinogen A dan B sehingga
terjadi proses aglutinasi (penggumpalan) pada kedua sampel, baik yang
ditetesi serum anti-A maupun yang ditetesi serum anti-B. Pada golongan
darah O, serum darah mampu membuat aglutinin, baik A maupun B, namun
dalam darah tidak terdapat aglutinogen A dan B sehingga tidak terjadi proses
aglutinasi (penggumpalan) pada kedua sampel, baik yang ditetesi serum antiA maupun yang ditetesi serum anti-B.
Pada praktikum ini, terdapat 6 probandus yang diambil darahnya untuk
dijadikan sampel dalam penentuan golongan darah dengan sistem ABO.
Probandus pertama yaitu Yuli Nur Azizah, dari pengamatan yang dilakukan
didapatkan hasil bahwa probandus pertama memiliki darah bergolongan B.
Hal ini terlihat dari adanya penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah
yang ditetesi serum anti-B, sedangkan pada sampel darah yang ditetesi
dengan
serum
anti-A tidak
terjadi
penggumpalan
(aglutinasi).
Ini
sampel darah yang ditetesi serum anti-A maupun serum anti-B. Ini
membuktikan bahwa dalam darah probandus tidak terdapat aglutinogen A
maupun B, namun serum darahnya mampu membuat aglutinin A dan
aglutinin B, sehingga darahnya dapat dikatakan bergolongan darah O.
Probandus keenam (terakhir) yaitu Soleh chudin, dari pengamatan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa probandus terakhir ini memiliki golongan
darah yang sama dengan probandus keempat yaitu bergolongan darah A. Hal
ini terlihat dari adanya penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah yang
ditetesi serum anti-A, sedangkan pada sampel darah yang ditetesi dengan
serum anti-B tidak terjadi penggumpalan (aglutinasi). Ini membuktikan
bahwa dalam darah probandus terdapat aglutinogen A dan serum darahnya
mampu membuat aglutinin B, sehingga darahnya dapat dikatakan
bergolongan darah A.
Dari keempat golongan darah yang ada dalam sistem ABO, yaitu A, B,
O, dan AB. Darah golongan AB merupakan golongan darah yang paling
jarang dijumpai atau bisa dikatakan langka. Golongan darah ini disebut juga
sebagai resipien universal, karena serum darahnya tidak dapat membuat
aglutinin A maupun B sehingga orang yang memiliki golongan darah ini juga
dapat diberi atau ditransfusi oleh orang yang memiliki golongan darah selain
AB, baik itu A, B, mapun O tanpa menimbulkan reaksi transfusi akibat
inkompatibilitas ABO, yaitu suatu kondisi dimana darah tidak cocok sehingga
aglutinin anti-A atau anti-B tercampur dan bereaksi dengan antigen dalam sel
darah merah lainnya. Hal ini dapat menimbulkan suatu reaksi yang cukup
hebat sehingga terkadang dapat mengakibatkan kematian. Golongan darah
AB tidak dapat diberikan atau ditransfusikan kepada orang yang memiliki
golongan darah selain AB.
Golongan darah O merupakan golongan darah yang paling sering
dijumpai. Golongan darah ini disebut juga sebagai donor universal, karena
golongan darah tipe ini memiliki antigen A dan B sehingga juga dapat
diberikan atau ditranfusikan kepada orang yang memiliki golongan darah
selain O, baik itu golongan darah A, B, mapun AB tanpa menimbulkan reaksi
transfusi akibat inkompatibilitas ABO. Namun, orang yang memiliki
golongan darah ini tidak dapat diberi atau ditransfusi oleh orang yang
memiliki golongan darah selain O.
Sedangkan golongan darah A dan B merupakan golongan darah yang
tidak dapat ditransfusi oleh golongan darah lainnya dan juga tidak dapat
ditransfusikan kepada golongan darah lainnya. Jadi golongan darah A hanya
dapat ditrasfusi dan mentransfusi golongan darah A saja. Begitu pula
VII.
Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa penggolongan
darah pada manusia dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Golongan darah A, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen A dan serumnya dapat membuat aglutinin B (beta).
2. Golongan darah B, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen B dan serumnya dapat membuat aglutinin A (alpa).
3. Golongan darah AB, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen tetapi serum darah merahnya tidak memiliki aglutinin A
(alpa) dan aglutinin B (beta).
4. Golongan darah O, yaitu terjadi apabila sel darah merah memiliki
aglutinogen A dan aglutinogen B tetapi serum darah merahnya tidak dapat
membuat aglutinin baik aglutinin A (alpa) dan aglutinin B (beta).
Golongan darah O merupakan yang paling sering dijumpai dan
merupakan donor universal karena dapat ditransfusikan atau didonorkan
kepada golongan darah apapun. Golongan darah AB merupakan yang paling
jarang dijumpai dan merupakan resipien universal karena dapat ditransfusi
atau didonor oleh golongan darah apapun. Sedangkan golongan darah A dan
B hanya dapat menerima donor dan didonorkan kepada golongan darah yang
memiliki tipe sama, yaitu golongan darah A hanya pada golongan darah A
saja dan golongan darah B hanya pada golongan darah B saja.
VIII.
Daftar Pustaka
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Gibson. 2002. Biologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Guyton, Arthur C. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta: EGC
Harris, Harry. 1994. Dasar-Dasar Genetika Biokemis Manusia Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Roberts, J.A. Fraser dan Marcus E. Pembrey. 1995. Pengantar Genetika
Kedokteran. Jakarta: EGC
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember: Jember University press
Cici
Soleh
FitriChudin
Lestari(A)
(O)