PENDAHULUAN
84
85
86
untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis (7,5%)
(Depkes, 2008). Menurut JNC 7 (2003), hipertensi adalah tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg pada seseorang
yang tidak sedang makan obat antihipertensi (Yogiontoro, 2006). Hipertensi
sering disebut the silent killer karena penderita hipertensi mengalami kejadian
tanpa gejala (Asymtomatic) selama beberapa tahun dan kemudian mengalami
stroke, gagal jantung yang fatal atau penyakit degeneratif lainnya (Krummel,
2004).
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang
terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup, terutama dalam pola
makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat
kasar, dan rendah lemak bergeser ke pola makan baru yang rendah
karbohidrat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu
makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh
makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan
teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu, perbaikan
ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu.
Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya
penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan
dan obesitas yang berdampak pada timbulnya penyakit degeneratif
(Almatsier, 2001).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar
972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi menderita hipertensi, dan angka ini
87
makanan
yang
banyak
88
Hipertensi
di
Posyandu
Lansia
Kelurahan
Payaroba
89
Utara
90
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
91
Seorang ahli lain (Becker 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku
kesehatan :
a. Perilaku hidup sehat
b. Perilaku sakit (illness behavior)
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
92
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
93
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya,
dapat
merencanakan,
dapat
meringkas,
dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoajmodjo,
2003).
2. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
94
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
95
1. Menerima (receiving)
2. Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek)
3. Menanggapi (responding)
Menganggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
4. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang
lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang
lain
dan
bahkan
mengajak
atau
mempengaruhi
atau
96
97
98
bukan sebagai sumber daya sedangkan lansia dipandang dari segi sosial
kelompok lansia merupakan suatu kelompok tersendiri.
Menurut WHO (2002) membagi lansia menjadi 4 kelompok:
1) Usia pertengahan (middle Age 45-59 years), 2) Lansia (elderly 60- 74
years), 3) Lansia tua old (75- 90 years), dan 4) Lansia sangat tua (very
old 90 years or over 90 years). Ada beberapa negara menetapkan usia
kronologis yang berbeda bagi lansia. Di Indonesia sendiri orang dianggap
lansia ketika sudah pensiun dari pekerjaannya kurang lebih usia 55 tahun.
Di USA lansia ialah orang yang berusia 77 tahun lebih. Bagi orang
Jepang kesuksesan justru dimulai usia 60 tahun ke atas dan WHO (2010)
menetapkan usia 60 tahun sebagai titik awal seseorang memasuki masa
lansia.
Dari pengertian di atas lansia ialah sekelompok orang yang telah
berusia sekitar 45-60 tahun ke atas dan mengalami penurunan fungsi
biologis, sosial serta ekonomi (Saputri, 2009). Lansia mengalami
penurunan struktur dan fungsi sel yang berujung pada kematian. Lansia
dianggap sebagai beban yang tidak bermanfaat (Tamher dan Noorkasiani,
2009).
99
yang dialami. Tekanan darah ialah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi
saat jantung beristirahat. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik tehadap tekanan diastolik dengan nilai dewasa normalnya
berkisar 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 mmHg (Swartz dan Mark, 2003).
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran
darah secara rutin. Tekanan darah harus selalu diperiksa dalam setiap
kunjungan. Tekanan darah harus diperiksa baik saat pasien dalam posisi
terlentang, atau berdiri. Kantung udara yang terdapat dalam manset alat
pengukur tekanan darah harus setidaknya menutup dua per tiga lingkar
lengan pasien yang bersangkutan. Palpasi pada tekanan manset pengukur
di mana denyut arteri radial menghilang merupakan salah satu cara untuk
memeriksa kembali ketepatan dari auskultasi tekanan darah sistolik (Jain,
2011).
Bunyi-bunyi Korotkof didengarkan dengan mempergunakan sisi bel
stetoskop yang ditekan ringan diatas arteri brachial. Tekanan saat pertama
bunyi diatas terdengar merupakan tekanan darah sistolik. Bunyi-bunyi
tersebut mungkin akan semakin tersamar sebelum hilang dan tidak
terdengar lagi, dan tekanan yang tertera dalam alat pengukur saat
timbulnya kesamaan bunyi harus diperhatikan sebagai titik diantara
tekanan sistolik dan diastolik (Swartz dan Mark, 2003).
100
101
Prahipertensi
120 139
80 89
Hipertensi derajat 1
140 159
90 99
Hipertensi derajat 2
160
100
102
Lewa, Abdul Farid, Dewa dan Bening Rahayu (2010) menjelaskan, faktor
penyebab yang mempengaruhi hipertensi pada lansia yang dapat atau tidak
dapat dikontrol antara lain:
1) Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
a) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada laki-laki sama dengan perempuan.
Namun perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
103
104
c) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga
itu
mempunyai
resiko
menderita
hipertensi.
Hal
ini
105
106
peningkatan
volume
intravaskuler
dan
curah
jantung.
107
perifer
yang
tinggi,
pengisian
diastolik
abnormal
dan
berkurangnya
output
jantung,
intravaskuler,
menyebabkan
aliran
darah
peningkatan
ke
ginjal
volume
terhambat,
108
kematian
menyebabkan
nomor
penyumbatan
satu.
Komplikasi
pembuluh
darah
yang
yang
ditimbulkan
mengakibatkan
kerusakan jaringan, gagal ginjal, jantung koroner dan angka kematian yang
109
No
1
2
3
4
5
110
Kelompok
risiko 1
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
Kelompok
risiko 2
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
Kelompok
risiko 3
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
111
BAB III
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Malahayati Bandar Lampung
2013
112
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah deskriptif
dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat, dan bukan dimaksudkan semua objek diamati tepat pada saat yang
sama melainkan setiap objek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat wawancara
pada responden dengan memakai kuesioner.
113
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah semua
Lansia di Kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat yaitu sebanyak
200 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian
ini adalah adalah semua anggota Posyandu Lansia di Kelurahan
Payaroba Kecamatan Binjai Barat yaitu sebanyak 40 orang.
3.3.3 Cara Pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
metode Random Sampling. Metode Random Sampling adalah
pengambilan sampel secara acak pada populasi.
Pengetahuan
Sikap
Hipertensi
perilaku
114
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah bagaimana sampel itu tahu dalam memahami
hipertensi, mencegah dan mengatasi hipertensi.
2. Sikap
Sikap adalah kemampuan masyarakat usia diatas 55 tahun untuk
menganalisa dan memahami pentingnya pencegahan hipertensi
secara dini.
3. Perilaku
Perilaku adalah kemampuan masyarakat usia diatas 55 tahun untuk
melakukan tindakan pencegahan darah tinggi dengan mengatur pola
makan, olahraga, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol,
istirahat cukup serta rajin kontrol hipertensi.
3.5.2 Variabel Tergantung (Dependent Variabel)
1. Hipertensi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90 mmHg.
115
Kategori
Baik
Sedang
Buruk
116
Sedang
Kurang
II. Bagian ini berisikan pertanyaan tertutup tentang sikap lansia terhadap
penyakit hipertensi. Apabila jawaban responden setuju diberi nilai (1), jika
jawaban tidak setuju diberi nilai (0).
Penilaian sikap responden berdasarkan sistem skor :
1. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
2. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
3. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
4. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
5. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
6. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
7. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
8. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
9. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
10. Setuju (1)
Tidak setuju (0)
Total skor adalah 10, sehingga dapat dibuat suatu skala ordinal yaitu :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Malahayati Bandar Lampung
2013
117
1.
2.
3.
Baik
Sedang
Kurang
III. Bagian ini berisikan pertanyaan tertutup mengenai tindakan lansia di terhadap
penyakit Hipertensi. Terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan dari 1 sampai 10.
Apabila jawaban responden benar diberi nilai (1) dan jawaban salah diberi
nilai (0).
Skor pengetahuan:
1. A(1)
B(0)
2. A(0)
B(1)
3. A(1)
B(0)
4. A(1)
B(0)
5. A(0)
B(1)
6. A(0)
B(1)
7. A(1)
B(1)
8. A(0)
B(1)
9. A(1)
B(0)
10. A(0)
B(0)
C(0)
C(0)
C(0)
C(0)
Total skor adalah 10, sehingga dapat dibuat suatu skala ordinal yaitu :
Baik
Sedang
Kurang
118
H.A.H Hasan
Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh
Diskusi dengan pembimbing
Seminar atau presentasi laporan
Menyerahkan laporan penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
119
Tabel 4.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan
Payaroba Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Tahun 2012
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki - laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
4.467
4.358
8.825
Persentase (%)
51
49
100
Sumber : Buku Statistik Tahunan Kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat Kota
Binjai Tahun
Tabel 4.2
Distribusi Jumlah Penduduk Per Lingkungan Di Kelurahan
Payaroba Kecamatan Binjai Barat Tahun 2012
No
Lingkungan
Lingkungan I
Jumlah penduduk
F (Jiwa)
%
835
11
120
2
3
4
5
6
7
8
Lingkungan II
Lingkungan III
Lingkungan IV
Lingkungan V
Lingkungan VI
Lingkungan VII
Lingkungan VIII
Jumlah
836
740
1.034
1.061
840
986
1.390
7.722
11
9
13
14
11
13
18
100
Keterangan tabel :
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa :
1. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Lingkungan VIII, yaitu
1.390 jiwa
2. Jumlah penduduk terkecil terdapat pada Lingkungan III, yaitu 740
jiwa
Tabel 4.3
Distribusi Sarana Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas
H.A.H. Hasan Kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat
No
1
2
3
4
Pendidikan
TK/PG
SD
SLTP
SLTA/SMK
Jumlah
Jumlah
4
17
2
1
22
Keterangan tabel :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang
paling banyak adalah SD sebanyak 17 sekolah dan sekolah yang paling
sedikit adalah SLTA/SMK yaitu sebanyak 1 sekolah.
121
Usia Responden
Tabel 4.4 dan Diagram 1
Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Payaroba
Berdasarkan Umur Tahun 2013
No
1
2
3
Kategori Usia
56 - 59 tahun
60 74 tahun
75 tahun
Total
Jumlah
F (Jiwa)
24
16
0
40
%
60
40
0
100
122
a.
Jenis Kelamin
123
Jenis Kelamin
1
2
Jumlah
F (Jiwa)
Laki-laki
12
30
Perempuan
28
70
Total
97
100
124
Tingkat Pendidikan
F (Jiwa)
SD/Sederajat
11
27.5
SLTP/Sederajat
15
SMA/Sederajat
18
45
Perguruan tinggi
12.5
40
100
Jumlah
125
c. Pekerjaan
Tabel 4.7 dan Diagram 4
Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Payaroba
Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2013
No
Pekerjaan
Jumlah
F (Jiwa)
%
126
1
2
3
4
5
Wiraswasta
Pensiunan PNS
IRT
Petani
PNS
Total
7
5
25
1
2
40
17.5
12.5
62.5
2.5
5
100
127
Benar N (%)
35 (87,5%)
8 (20%)
Salah N (%)
5 (12,5%)
32 (80%)
31 (77,5%)
9 (22,5%)
38 (95%)
2 (5%)
128
5
6
7
8
9
10
untuk
menurunkan hipertensi
Pencegahan hipertensi
26 (65%)
14 (35%)
30 (75%)
10 (25%)
28 (70%)
15 (37,5%)
12 (30%)
25 (62,5%)
14 (35%)
26 (65%)
22 (55%)
18 (45%)
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Baik
23
57,5
Sedang
14
35
Kurang
7,5
40
100
Total
129
130
responden tahu, seperti dalam hal sebagian besar responden mengaku pernah
mendengar atau mengetahui penyakit hipertensi dan pencegahannya, kejadian
hipertensi berhubungan dengan usia dan dapat diturunkan, pola makan penyebab
hipertensi, merokok dapat menyebabkan hipertensi serta mengetahui gejala dari
hipertensi.
Namun demikian, dari beberapa responden masih belum memahami
tentang faktor resiko hipertensi, akibat dari hipertensi dan olahraga yang baik
untuk menurunkan tekanan darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Muhammad Rinaldi tahun
2013 yang menyatakan bahwa gambaran tingkat pengetahuan lansia terhadap
hipertensi terbanyak berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 60%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai pengetahuan baik tentang
hipertensi. Namun, masih ada 3 responden yang berpengetahuan buruk,
kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara
lain : rendahnya tingkat pendidikan maupun kurangnya keaktifan responden
dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan petugas kesehatan
setempat.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) peningkatan
pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel
perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas
cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.
131
seharusnya
stress
dapat
Benar N (%)
Salah N (%)
37 (92,5%)
3 (7,5%)
36 (90%)
4 (10%)
36 (90%)
9 (22,5%)
27 (67,5%)
2 (5%)
36 (90%)
14 (35%)
27 (67,5%)
10 (25%)
36 (90%)
12 (30%)
3 (7,5%)
37 (92,5%)
4 (10%)
36 (90%)
23 (57,5%)
17 (42,5%)
132
No
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Baik
23
57,5
Sedang
13
32,5
Kurang
10
40
100
Total
Dari tabel dan diagram diatas didapatkan bahwa tingkatan sikap responden
tentang hipertensi terbanyak berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 23 orang
(57,5 %). Kategori sedang sebanyak 13 orang (32,5%) dan kategori kurang
sebanyak 4 orang (10%).
133
tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat sikap responden
terbanyak berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 57,5%. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Muhammad Rinaldi tahun 2013 yang menyatakan bahwa
gambaran tingkat sikap lansia terhadap hipertensi terbanyak berada dalam
kategori baik yaitu sebanyak 60%. Bila dilihat dari tingkat sikap responden yang
sebagian besar berada pada kategori baik maka hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan
oleh
Notoatmodjo
(2003).
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
134
disimpulkan jika pengetahuannya baik, maka akan memiliki sikap yang baik.
Sama halnya dalam penelitian ini, didapati tingkat pengetahuan yang berada
dalam kategori terbanyak adalah baik dan didapati juga sikap yang berada dalam
kategori terbanyak adalah kategori baik (57,5%).
jika
yang
Benar N (%)
30 (75%)
Salah N (%)
10 (25%)
9 (22,5%)
31 (77,5%)
28 (70%)
12 (30%)
1 (2,5%)
30 (75%)
39 (97,5%)
10 (25%)
35 (87,5%)
5 (12,5%)
40 (100%)
3 (7,5%)
8 (20%)
12 (30%)
0 (0%)
37 (92,5%)
32 (80%)
28 (70%)
135
No
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Baik
20
Sedang
30
75
Kurang
40
100
Total
136
137
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
138
139
teratur,
berhenti
merokok,
istirahat
cukup
dan
tidak
140
teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga
menurunkan tekanan darah. Latihan aerobic sedang selama 30-45 menit
5 hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.
5.2 Saran
1. Untuk Puskesmas H.A.H. Hasan
a. Membuat Program Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), dimana Posbindu
adalah suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran sarta masyarakat
melalui
upaya
promotif
dan
preventif
untuk
mendeteksi
dan
pembatasan
penggunaan
garam
dapur, makanan
yang
141
ikan air tawar yang rendah garam (misalnya ikan lele), kacangkacangan seperti tempe, tahu serta peningkatan konsumsi sayuran
(contohnya sayur bening, bayem, timun) dan buah-buahan (contohnya
pepaya, pisang).
5) Menganjurkan kepada lansia untuk mengontrol tekanan darahnya
secara teratur minimal tiga sampai 12 bulan sekali bagi yang sudah
berada
pada
ambang
pre
hipertensi.
Sekaligus
untuk
142
2. Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan menambah variabel-variabel lain yang
kemungkinan berhubungan dengan kejadian hipertensi yang tidak ada
dalam penelitian ini atau melakukan penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih besar.
143
144