Anda di halaman 1dari 73

PERENCANAAN

Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat


strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lainpengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolantak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana
informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan
bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana
tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap
anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat
untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang
harus dilakukan.
Mengemukakan empat tujuan perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk
memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non manajerial.
Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai,
dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin
akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi
kurang efesien.
Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang
manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan
perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun
rencana untuk menghadapinya.
Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja
yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan
mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga
dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan
inefesiensi dalam perusahaan.

Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang
digunakan

dalam

fungsi

selanjutnya,

yaitu

proses

pengontrolan

dan

pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses


membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana,
manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.
Selain keempat hal tersebut, sebagian besar studi[1] menunjukan adanya
hubungan antara perencanaan dengan kinerja perusahaan.

Sasaran
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen
membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang
dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang
dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat
di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan
publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan
dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan
stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benarbenar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari
tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk
mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional.
Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum,
yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang
lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak
buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya
karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama
terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali,
atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkatkan
kinerja," "naikkan profit," atau "kembangkan perusahaan," sehingga bawahan

kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi


maksud sasaran itu (lihat gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO.
Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh
manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan
bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan
begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan
meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama,
negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan
banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis
yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja
memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga
kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar
formalitas

belaka,

pada

akhirnya

yang

menentukan

sasaran

hanyalah

manajemen puncak sendiri.

Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema
untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya,
jadwa, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan
cakupan,

jangka

waktu,

kekhususan,

dan

frekuensi

penggunaannya.

Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan


rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di
seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang
mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya
didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka
pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara
rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time
frame.

Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan


rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan
guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh
karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%." Manajer tidak memberi tahu apa
yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat
fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik
adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit
15%," ia juga memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas
pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu
single use atau standing. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk
dilaksanakan satu kali saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di
China atau "mencapai penjualan 1.000.000 unit pada tahun 2006." Sedangkan
standing plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut
berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan, kebijakan, dan
lain-lain.Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat
di dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak
dikenal

masyarakat

yaitu

fungsi

perencanaan

(planning),

fungsi

pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi


pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis
diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk
mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing
fungsi manajemen - POLC :

1. Fungsi Perencanaan / Planning

Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan


perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada
sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki
perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan perusahaan.
3.Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4.Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Unsur pengambilan keputusan merupakan

unsur

penting

dalam

perencanaan, yaitu proses mengembangkan dan memilih langkah langkah yang


akan diambil untuk menghadapi masalah masalah dalam organisasi atau perusahaan.
Pimpinan harus mengambil keputusan tentang ramalan ramalan suatuasi yang akan
terjadi di masa datang. Misal keadaan ekonomi, langkah langkah apa yang akan
dilakukan oleh pesaing dan sebagainya. Mereka harus memutuskan sasaran yang akan
dicapai,

menganalisis

sumber

daya

yang

dimiliki

organisasi,

bagaimana

mengaplikasikannya dalam rangka mencapai sasaran tersebut. Dalam hal ini diperlukan
sikap fleksibilitas di dalam menghadapi perubahan.

Langkah langkah dalam Perencanaan


Secara garis besar terdapat empat langkah dasar perencanaan yang dapat
dipakai
untuk semua kegiatan perencanaan pada semua jenjang organisasi. Langkah
tersebut
adalah :
1. Menetapkan sasaran

Kegiatan perencanaan dimulai dengan memutuskan apa yang ingin dicapai


organisasi. Tanpa sasaran yang jelas, sumber daya yang dimiliki organisasi
akan menyebar terlalu luas. Dengan menetapkan prioritas dan merinci sasaran
secara jelas, organisasi dapat mengarahkan sumber agar lebih efektif.
2. Merumuskan posisi organisasi pada saat ini
Jika sasaran telah ditetapkan , pimpinan harus mengetahui dimana saat ini
organisasi berada dan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan
tersebut , sumber daya apa yang dimiliki pada saat ini. Rencana baru dapat
disusun jika organisasi telah mengetahui posisinya pada saat ini. Untuk ini di
dalam organisasi harus terdapat suasana keterbukaan agar informasi mengalir
dengan lancar terutama data keuangan dan statistik.
3. Mengidentifikasi faktor faktor pendukung dan penghambat menuju sasaran
Selanjutnya perlu diketahui faktor faktor, baik internal maupun eksternal, yang
diperkirakan dapat membantu dan menghambat organisasi mencapai sasaran
yang terlah ditetapkan. Diakui jauh lebih mudah mengetahui apa yang akan
terjadi pada saat ini , dibandingkan dengan meramalkan persoalan atau
peluang yang akan terjadi di masa datang. Betapun sulitnya melihat ke depan
adalah unsur utama yang paling sulit dalam perencanaan
4. Menyusun langkah langkah untuk mencapai sasaran
Langkah terakhir dalam kegiatan perencanaan adalah mengembangkan
berbagai kemungkinan alternatif atau langkah yang diambil untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan, mengevaluasi alternatif alternatif ini, dan
memilih mana yang dianggap paling baik, cocok dan memuaskan.

Hubungan perencanaan dan fungsi manajemen lain


1. Pengorganisasian dan penyusunan personalia
Pengorganisasian adalah proses pengaturan kerja bersama sumber daya,
keuangan

dan tenaga kerja untuk mencapai efektifitas. Misal penyusunan

personalia organisasi tidak akan dapat tersusun secara efektif tanpa


perencanaan personalia.
2. Pengarahan
Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor,
kekuatan-kekuatan, sumber daya dan hubungan yang diperlukan untuk

mengarahkan dan memotivasi karyawan. Fungsi pengarahan meliputi


penerapan unsur-unsur tersebut menjadi pengaruh.
3. Pengawasan
Pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap
rencana, jadi pengawasan dapat menjadi bagian dari rencana baru.
Pengawasan membandingkan informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi
selama pelaksanaan suatu rencana dengan anggaran, program dan
sebagainya

yang

dikehendaki

dan

diramalkan

selama

tahap-tahap

perencanaan.
Jenis Perencanaan
Dalam setiap organisasi rencana disusun secara hierarki sejalan dengan
struktur
organisasinya.Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda: sebagai
sasaran yang harus dicapai oleh jenjang dibawahnya dan merupakan langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh jenjang
diatasnya. Ada dua jenis rencana , yaitu : (1) rencana strategik,yang disusun
untuk mencapai
tujuan umum organisasi, yaitu melaksanakan misi organisasi, (2) rencana
operasional ,
yang merupakan rincian tentang bagaimana rencana strategik dilaksanakan.
Rencana Operasional
Rencana Operasional terdiri atas bentuk , yaitu : (1) rencana sekali pakai
(single use plan) yakni rencana yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu
dan dibubarkan segera setelah tujuan ini tercapai; (2) rencana permanen
(standing plans) , yakni pendekatan pendekatan yang sudah di standarisasi
untuk menghadapi situasi berulang dan dapat diramalkan sebelumnya.
Rencana Sekali pakai
PERENCANAAN STRATEGIK.
Sering juga disebut Perencanaan Jangkah Panjang (longe range planning)
adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut tujuan jangka panjang
organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan , serta strategi yang harus dijalankan
untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk melaksanakan strategi tersebut harus pula
disusun program kerja yang terinci , mencakup kegiatan yang harus dilakukan , kapan
harus dimulai , kapan harus selesai , dan siapa yang harus bertanggung jawab, serta
sumber daya manusia yang diperlukan. Singkatnya perencanaan strategik adalah

proses perencanaan jangka panjang yang sudah diformalkan , yang digunakan untuk
merumuskan tujuan organisasi serta cara menghadapinya.

Konsep Strategi
Ada beberapa konsep strategi , pertama, strategi adalah program umum
untuk mencapai sasaran organisasi dan melaksanakan misinya. Kedua, strategi
adalah pedoman umum organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan
sepanjang waktu. Karakteristik Perencanaan Strategik.
Ada lima ciri pokok perencanaan strategik , yaitu :
1.Perencanaan strategik memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan,
seperti,apakah jenis usaha yang kita masuki dan seharusnya kita masuki ?
2. Perencanaan strategik merupakan kerangka dasar yang dapat dipakai
sebagai pedoman untuk penyusunan rencana yang lebih rinci dan pengambilan
keputusan harian. Jika seorang manajer harus mengambil keputusan
semacam itu, ia dapat mengajukan pertanyaan dari alternatif yang ada ,
manakah yang paling konsisten dengan strategi kita ?
3.Perencanaan strategik memiliki kurun waktu yang lebih panjang daripada jenis
perencanaan lain
4. Perencanaan strategik membantu organisasi untuk mengarahkan sumber
dayanya pada kegiatan yang mempunyai prioritas tinggi
5. Perencanaan strategik merupakan kegiatan tingkat atas, artinya ,pucuk
pimpinan harus terlibat secara aktif. Karena hanya pucuk pimpinan yang
memiliki pandangan yang dibutuhkan untuk mempertimbangkan semua aspek
organisasi dan karena commitment dari pucuk pimpinan sangat diperlukan
untuk menumbuhkan dan mendukung commitment dari bawah.
Keuntungan dan kerugian perencanaan
Keuntungan perencanaan

Dengan perencanaan tujuan jelas, objektif dan rasional

Semua aktivitas terarah, teratur, ekonomis dan bermanfaat

Meningkatkan pendaya gunaan semua fasilitas yang dimiliki

Menggambarkan keseluruhan perusahaan/organisasi

Memperkecil resiko yang dihadapi perusahaan

Memberikan landasan untuk pengendalian

Merangsang prestasi kerja

Memberikan gambaran mengenai seluruh pekerjaan dengan jelas dan


lengkap

Kerugian perencanaan

Perencanaan akan membatasi tindakan dan inisiatif

Menyebabkan terlambatnya tindakan yang perlu diambil dalam keadaan


darurat

Informasi yang dibutuhkan untuk meramalkan masa depan belum tentu


tepat

Biaya yang diperlukan untuk perencanaan cukup besar, bahkan


melampaui hasil yang akan dicapai

Mempunyai

penghalang-penghalang psikologis karena orang lebih

memperhatikan masa sekarang dari pada masa yang akan datang

Kesimpulan

Membuat perencanaan merupakan hal yang penting dalam suatu


organisasi

Semua pihak harus terlibat dalam melaksanaka perencanaan

Dengan perencanaan setengah dari pekerjaan sudah terlaksana

PENGENDALIAN PERSEDIAAN
(INVENTORY CONTROL)
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional
suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena
kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva
lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan disisi lain. Pengaturan
persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing,
dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan
diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang
rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan
yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Berkaitan dengan kondisi diatas, maka perlu ada pengaturan terhadap
jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan
proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama
dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai
persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam
spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat
terjamin (tidak terganggu).
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip
ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik
persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan
membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan
timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi
karena

perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya yang

tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan


pendapatan atas dana yang tertanam dalam persediaan), sewa gudang, biaya
administrasi pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya
pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan/kehilangan,

Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya


akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti :
mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses
produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan. Jika tidak memiliki
persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu : 1). Konsumen
menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak). Hal ini akan
mengakibatkan

tertundanya

kesempatan

memperoleh

keuntungan.

2).

Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika kebutuhan


mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan
memperoleh keuntungan selama persediaan tidak ada. 3). Yang terparah jika
pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan pesaing,
artinya kita kehilangan konsumen.
Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak
penempatan pesanan sampai tersedianya bahan/barang di gudang. Biaya-biaya
tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan
penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan
bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.
TUJUAN PERSEDIAAN
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)
2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
3. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.

Pengertian dan Jenis-jenis Persediaan


Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumberdayasumberdaya organisasi) yang disimpan

yang akan dipergunakan untuk

memenuhi tujuan tertentu, misalnya : untuk proses produksi

atau perakitan,

untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun persediaan
hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat
dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.

Berdasarkan kepada fungsinya persediaan dikelompokkan menjadi 3 jenis,


yaitu : Lot-size inventory, fluctuation stock, dan anticipation stock.
Lot-size-inventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yang
lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada sat itu. Cara ini dilakukan dengan
tujuan : memperoleh potongan harga (quantity discout) karena pembelian dalam
jumlah yang besar, dan memperoleh biaya pengang-kutan per unit yang rendah.
Fluctuation

stock,

merupakan

persediaan

yang

diadakan

untuk

menghadapi permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, serta untuk


mengatasi berbagai kondisi tidak terduga seperti : terjadi kesalahan dalam
peramalan penjualan, kesalahan waktu produksi, kesalahan pengiriman.
Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan seperti mengantisipasi pengaruh
musim, dimana pada saat permintaan tinggi perrusahaan tidak mampu
menghasilkan sebanyak jumlah yang dibutuhkan. Disamping itu juga persediaan
ini ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan sulitnya memperoleh bahan
sehingga tidak menggangu operasi perusahaan.
Sedangkan berdasarkan kepada bentuk fisiknya pesediaan dapat
dikelompokkan ke dalam menjadi 5 jenis persediaan,yaitu persediaan : bahan
baku (raw material), komponen rakitan (parts/components), bahan pembantu
(supplies), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi (finished
goods).
Bahan baku adalah barang-barang berwujud (seperti : kayu, tanah liat,
besi ) yang akan digunakan dalam proses produksi. Barang tersebut bisa
diperoleh dari sumber alam, dibeli dari para pemasok, atau dibuat sendiri untuk
dipergunakan dalam proses selanjutnya. Komponen adalah bagian produk yang
diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung akan dirakit.
Bahan pembantu adalah barang atau bahan yang dipergunakan di dalam
proses produksi, akan tetaapi tidak merupakan bagian daari produk akhir.
Barang dalam proses atau barang setengah jadi, adalah seluruh
barang/bahan yang telah mengalami pengolahan (merupakan hasil dari suatu

proses) akan tetapi masih harus mengalami pengolahan lebih lanjut untuk siap
menjadi produk jadi. Barang jadi adalah seluruh barang yang telah mengalami
pengolahan dan telah siap di jual kepada konsumen.

JENIS PERSEDIAAN
1.

Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar


(independent demand inventory)

2.

Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh


tuntutan proses produksi dan bukan pada keinginan pasar (dependent
demand inventory).

ALIRAN MATERIAL

Vendor
Customer
Pemasok

Bahan dalam
proses
Bahan
mentah

Barang dalam
proses

Barang
jadi

(Pelanggan)
Barang dalam
Proses

Fungsi Persediaan.
1. Menghilangkan/mengurangi risiko keterlambatan pengiriman bahan
2. Menyesuaikan dengan jadwal produksi
3. Menghilangkan/mengurangi resiko kenaikan harga
4. Menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman
5. Mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan.
6. Mendapatkan keuntungan dari quantity discount
7. Komitmen terhadap pelanggan.

Fungsi dari adanya persediaan: (Essentials of inventory management by Max


Mller, 2003, Amacom, page )
1. Prediktabilitas.
Artinya, dalam perencanaan produksi maka diperlukan adanya persediaan
bahan awal, material. Sehingga persediaan dapat memprediksi apa yang
anda butuhkan dari apa yang anda proses.
2. Menghadapi fluktuasi dari permintaan
Karena permintaan tidak dapat diprediksi, namun kepuasan pelanggan
harus dipertahankan dengan manajemen persediaan yang baik.
(menghindari stok out)
3. Menghidari dari perubahan suplai yang tidak dapat diprediksi.
Misalnya, ketidak tersediaan barang di pasaran, atau kelalaian supplier
dalam pengiriman barang.
4. Melindungi dari kenaikan harga
Pembelian dalam jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dapat
menghindari dampak dari inflasi. Dengan mengkontrak harga pembelian
diawal dengan supplier, kemudian supplier mengirimkan barang pesanan
secara periodic
5. Mendapatkan Quantity discount (potongan harga karena pembelian dalam
jumlah banyak)
6. Menurunkan biaya pemesanan
Jika pembelian dilakukan bersamaan dalam jumlah besar, sehingga
pemesanan dilakukan lebih jarang biaya pemesanan turun. Tetapi perlu
diingat carrying cost, naik.

HAL-HAL YANG DIPERTIMBANGKAN


1. Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
-

Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)

Biaya pengiriman pemesanan

Biaya transportasi

Biaya penerimaan (Receiving cost)

Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up


cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan
dan peralatan.

c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)


-

Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang


apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).

Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of


storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.

d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence,


deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

Analisis ABC
Seringkali suatu organisasi/perusahaan dihadapkan kepada masalah
penyimpanan dan pemeliharaan persediaan yang berbeda-beda, baik itu bahan
baku, komponen, maupun barang jadi. Dalam kondisi seperti ini manajemen
harus memberikan prioritas pengendalian yang ketat kepada jenis persediaan
yang nilainya tinggi, sedangkan terhadap persediaan yang nilainya rendah
pengendalian dapat dilakukan dengan agak longgar, sebab terlalu ketat
pengendalian terhadap jenis ini bisa jadi biaya pengendalian menjadi lebih tinggi
dari nilai persediaannya.
Agar pengendalian

efisien,

maka

persediaan

tersebut

harus

diklasifikasikan terlebih dahulu. Klasifikasi biasanya dibagi menjadi tiga, yang


biasa disebut klasifikasi ABC. Konsep ini diperkenalkan HF. Dickie pada tahun
1950 an.Klasifikasi didasarkan kepada nilai persediaan. Dengan diketahuinya
klasifikasi ini, maka pengendalian akan dilakukan lebih intensif kepada item

tertentu yang merupakan item yang terpenting dari seluruh item yang ada
dibandingkan dengan item lainnya.
Nilai dalam klasifikasi ABC adalah

volume bahan yang dibutuhkan

selama suatu periode dikalikan dengan harganya, dengan perkataan lain nilai di
sini adalah nilai investasi (volume rupiah

tahunan). Item yang memiliki nilai

investasi yang lebih tinggi dari item lain dianggap item yang lebih penting,
sehingga akan mendapat perhatian yang lebih serius dalam pengendaliannya.
Item persediaan yang termasuk klasifikasi A adalah item yang memiliki
jumlah fisik yang relatif sedikit (sekitar 20 persen) akan tetapi memiliki nilai
rupiah tahunan yang tinggi (mencapai sekitar 70 persen) dari seluruh investasi
persediaan. Kelompok ini harus mendapat perhatian yang serius karena
berdampak biaya tinggi dalam persediaan.
Klasifikasi B, adalah kelompok persediaan yang memiliki volume fisik
sekitar 30 persen item dan sekitar 20 persen dari nilai investai tahunan.
Terhadap kelompok persediaan ini pengendalian dilakukan secara moderat.
Klasifikasi C, adalah barang-barang yang secara fisik mencapai sekitar 50
persen item dan sekitar 10 persen nilai investasi tahunan. Terhadap kelompok
persediaan ini hanya diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, dan
pemeriksaan hanya perlu dilakukan sekali-kali. Nilai-nilai persentasi di atas
bukan merupakan nilai yang mutlak, akan tetapi sangat tergantung kepada
kebijakan perusahaan, dan begitu juga klasifikasinya tidak mutlak harus tiga
klasifikasi.

Contoh :
Item
volume

Harga/unit

volume

Persentase

Kelas
(unit)
G-103

1,000

A
G-204

500

(nilai uang)
$ 90.00

(nilai uang)

$ 90,000

38.8%

154.00

77,000

33.2%

17.00

26,350

11,3%

A
G-109
B

1,550

G-524

350

42.86

15,001

6,4%

B
G-702

1,000

12.50

12,500

5,4%

G-693

600

14.17

8,502

3,7%

C
G-906

2,000

.60

C
G-507

100

8,50

850

.4%

C
G-592

1,200

.42

504

.2%

C
G-345

250

.60

150

.1%

1,200

.5%

Upaya Pengendalian Persediaan


Dalam upaya Pengendalian Persediaan (inventory control) dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan sistem Penyediaan Persediaan
b. Menetapkan jumlah persediaan
c. Menetapkan administrasi persediaan

A. Menetapkan Sistem Penyediaan Persediaan

Secara umum sistem penyediaan persediaan akan mengikuti pola


sebagai berikut :

POLA UMUM

ROP

SS
0

lt

t
Keterangan :
Q
= Quantity, menunjukkan kuantitas persediaan
t
= time, menunjukkan waktu
LT

= Lead time (waktu tenggang), yaitu jarak waktu antara saat

pemesanan dilakukan sampai dengan datangnya pesanan.

SS

= Safety Stock (persediaan pengaman), biasa disebut persediaan


penyangga (buffer stock) atauu persediaan besi (iron stock), yaitu
persediaan

yang

dicadangkan

menunggu barang datang.

untuk

kebutuhan

selama

ROP = Reorder Point adalah titik dimana harus dilakukan pemesanan ulang. Besarnya ROP dihitung dengan menambahkan
persediaan

jumlah

pengaman dengan jumlah pemakaian selama lead

time (pemakaian rata-rata per hari x lead time), secara matematis


ditulis :
ROP = SS + LT x d

POLA IDEAL

0
Ciri-ciri :
1. Pembeelian dapat dilakukan setiap saat dalam jumlah yang dikehendaki
2. Persediaan dapat diadakan sekaligus
3. Penggunaan persediaan tidak berfluktuasi
Contoh : penjual makanan
FIXED ORDER SIZE

I
max
Q

ROP

SS
0

Ciri-ciri :
1. Pemesanan/pembelian selalu dilakukan apabila jumlah persediaan
telah mencapai re order point
2. Jumlah pembelian selalu sebanyak Economic Order Quantity atau
Economic Lot Size
3. Jarak waktu antara dua pemesanan tidak sama.
Contoh : pompa bensin.
FIXED ORDER INTERVAL

Q
I
mak

t
Ciri-ciri :
1. Jumlah yang dipesan/dibeli setiap kali tidak selalu sama
2. waktu pembelian telah ditentukan jadwalnya, sehingga jumlah yang
dipesan harus dihitung terlebih dahulu.
3. Jarak waktu antara dua pesanan sama.
Contoh : Toko kelontong.

B. Menetapkan Jumlah Persediaan :


Dari pola persediaan di atas dapat terlihat bahwa perusahaan perlu selalu
menghitung berapa kebutuhan perusahaan, berapa jumlah yang harus tersedia,
dan berapa jumlah yang harus dibeli. Dalam menentukan hal-hal tersebut tidak
terlepas dari berapa jumlah yang diperlukan konsumen. Dengan demikian maka
kegiatan ini harus didasarkan kepada peramalan yang akurat mengenai berapa
permintaan konsumen dalam suatu periode. Peramalan tersebut dapat dilakukan
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (lihat bab Peramalan).

Model Economic Order Quantity


Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS)
merupakan suatu metode manajemen persediaan paling terkenal dan paling tua.
Diperkenalkan oleh FW. Harris sejak tahun 1914. Model ini dapat dipergunakan
baik untuk persediaan yang dibeli maupun yang dibuat sendiri, dan banyak
digunakan sampai saat ini karena penggunaannya relatif mudah.

Model ini

mampu untuk menjawab pertanyaan tentang kapan pemesanan/pembelian harus


dilakukan dan berapa banyak jumlah yang harus dipesan agar biaya total
(penjumlahan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan) menjadi
minimum.
Dalam gambar berikut ini dapat dilihat tingkat pemesanan optimal terjadi
pada saat biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan.

Biaya
Biaya Total
Biaya penyimpanan
Biaya
Minimum
Biaya pemesanan
Kuantitas
0

Jumlah pemesanan optimal

Dari gambar ini, dapat disimpulkan bahwa:


-

Biaya carrying cost, akan terus meningkat seiring naiknya jumlah

barang yg dipesan ( order Quantity, Q)


Ordering Cost, akan terus menurun seiring naiknya jumlah barang yg

dipesan
Biaya total ( carrying cost + ordering cost) akan membentuk kurva
parabola. Dimana biaya terendah terjadi ditengah, yang disebut
Optimal Order, atau Jumlah optimal pemesanan sehingga total biaya
seminimal mungkin. Disarankan memesan barang pada titik Optimal
Order (Qopt) dengan menggunakan Economic Order Quantity Models.

Agar model ini dapat dipergunakan, diperlukan pemenuhan terhadap


asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Permintaan terhadap bahan/barang independen
2. Tingkat persediaan diketahui dan bersifat konstan.
3. Lead time diketahui dan bersifat konstan.
4. Tidak terdapat quantity discount.
5. Harga per unit konstan sepanjang periode analisis.
6. Biaya penyimpanan per unit konstan.
7. Biaya pemesanan per pesanan konstan.
8. Barang yang dipesan/disimpan hanya satu jenis.
9. Tidak ada pesanan yang ditunda.

Besarnya biaya persediaan total dihitung dengan persamaan sebagai


berikut :
D
s

TC =

Q
S +

H
2

Sedangkan untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis


digunakan formulasi sebagai berikut :

2 DS
Q = EOQ =
H
Keterangan :

D = kebutuhan per tahun


S = biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = biaya penyimpanan per tahun per unit
Q = jumlah pesanan setiap pemesanan
TC = total biaya

Frekuensi pemesanan adalah jumlah permintaan per tahun dibagi dengan


jumlah pemesanan yang paling ekonomis, secara matematis ditulis :

D
F = --Q

KALI PER TAHUN

Jangka waktu antar setiap pesanan adalah jumlah hari kerja dalam satu tahun
dibagi dengan frekuensi pemesanan, atau ditulis :

Jumlah hari kerja per tahun


T=
Frekuensi pemesanan
Model dengan Pemesanan Tertunda (Back order).
Dalam kondisi tertentu mungkin permintaan pelanggan tidak dipenuhi
sekaligus, atau ada pesanan yang pemenuhannya ditunda yang disebabkan
tidak tersedianya persediaan (stock out). Hal ini sudah barang tentu akan
berakibat terhadap besarnya biaya, yaitu akan menyebabkan timbulnya biaya
kekurangan

persediaan. Dengan demikian maka biaya total persediaan

merupakan penjumlahan dari biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya


kekurangan persediaan. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Q
k

K
t

K-k

Keterangan : Q = tingkat persediaan


K = jumlah setiap pesanan
k = on hand inventory
K-k = back order, yaitu jumlah pesanan yang belum bisa
dipenuhi.

Biaya persediaan total per tahun (TC), kuantitas paling ekonomis (EOQ), dan
surplus persediaan (I) dihitung dengan formulasi :

I2

(Q I)2

TC = H ----- + S --- + B ---------2Q

2Q

H + B
2 DS
EOQ =

I =

2 DS
H

H + B

Model Quantity Discount


Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan
(supplier) memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang
membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi harga per unit ditentukan semakin
murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli.
Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off
antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak
jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi di
lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat.
Asumsi dalam Quantity Discount Model
1. Permintaan Bebas (Independent Demand)
2. Tingkat permintaan konstan (Demand rate is constant).
3.

Lead time tetap dan diketahui (Lead time is constant and know)

4. Harga per unit tergantung kepada kuantitas (Unit cost depent on quantity)
5. Biaya

penyimpanan proporgsional dengan rata-rata tingkat persediaan

(Carrying cost depends linearly on the average level of inventory)


6. Biaya pemesana per pesanan tetap (Ordering/setup cost per order is fixed)
7. Hanya satu item yang dikendalikan (The item is a single product)
Dalam rangka mencari biaya terendah dengan menggunakan model ini
dimasukan biaya pembelian untuk mencari biaya total, secara matematis ditulis :

D
QH
TC = --- S + ----- + PD
Q

Kalau terdapat beberapa potongan harga, maka untuk menentukan jumlah


pemesanan yang akan meminimaliasi biaya persediaan total tahunan, perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Hitung nilai EOQ untuk potongan harga tertinggi (harga terendah). Apabila
jumlah ini fisibel, artinya jumlah yang akan dibeli mencapau jumlah yang
dipersyaratkan dalam potongan harga, maka jumlah tersebut merupakan
jumlah pembelian/pesanan yang optimal. Jika tidak lanjutkan ke tahap 2.
2. Hitung biaya total untuk kuantitas pada harga terendah tersebut.
3. Hitung EOQ pada harga terendah kedua. Jika jumlah ini fisibel hitung biaya
totalnya, dan bandingkan dengan biaya total pada kuantitas sebelumnya
(langkah 2). Kuantitas optimal adalah kuantitas yang memiliki biaya terendah.
4. Jika langkah ketiga masih tidak fisibel, ulangi langkah-langkah di atas sampai
diperoleh EOQ fisibel atau perhitungan tidak bisa dilanjutkan.

C. Administrasi Persediaan
Administrasi persediaan menyangkut administrasi gudang dan cara-cara
penyimpanan persediaan. Supaya penerimaan dan pengeluaran persediaan
dapat diawasi, perlu diadakan sistem administrasi pemesanan, penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran persediaan di gudang. Pada umumnya
administrasi persediaan secara sederhana dapat diatur melalui antara lain :
1. Surat permintaan Pembelian.
2. Surat Penerimaan
3.Administrasi di dalam gudang

Metode Penilaian Persediaan


Agar persediaan yang dijual atau yang tersisa nilainya dapat
diketahui, maka perlu dilakukan penilaian terhadap persediaan tersebut.
Penilaian terhadap persediaan ini sangat penting dilakukan, sebab persediaan

posnya setara dengan uang tunai. Banyak metode yang biasa digunakan dalam
menilai persediaan,antara lain : First in first out (FIFO), Last in first out (LIFO),
Weighted Average Method.
Sesuai dengan namanya first in first out (FIFO), metode ini
mengasumsikan bahwa bahan/barang yang pertama dibeli akan pertama
dikeluarkan (digunakan atau dijual). Jadi persediaan akhir akan dinilai
berdasarkan harga bahan/barang yang terakhir diterima.
Kebalikan dari FIFO, metode Last in first out (LIFO) mengasumsikan
bahwa bahan/barang yang terakhir masuk pertama dikeluarkan, jadi persediaan
akhir akan dinilai berdasarkan harga bahan/barang yang pertama dibeli/diterima
Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method) menentukan
nilai persediaan berdasarkan pada harga rata-rata bahan/barang yang dibeli
pada satu periode. Harga rata-rata dihitung dengan cara membagi total nilai
persediaan (rupiah) dalan satu periode dengan total persediaan (unit) periode
yang bersangkutan.

HARGA POKOK PERSEDIAAN


Dasar utama yang digunakan dalam akunatansi persediaan adalah haraga
pokok (cost0 yang dirumuskan sebagai harga yang dibayar atau yang
dipertimbangkan untuk memperoleh suatu aktiva. Dalam hubungannya dengan
persediaan, harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran
langsung atau tiak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan
dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual. Perumusan harga pokok
seperti diatas sulit dijalankan dalam praktek sehingga biasanya terjadi
penyimpangan penyimpangan dimana harga pokok terdiri dari harga faktur
ditambah biaya angkut, sedang biaya-biaya yang lain diperlakukan sebagai biaya
waktu (periode cost) yang dibebankan pada perode yang bersangkutan.

Biaya biaya yang terkait dalam persediaan dapat berupa: (Managing Drug
Supply, WHO, 2nd edition,page 229, Kumarian Press)
1. Carrying cost/ Inventory holding cost. Biaya ini dapat berupa

Opportunity cost. Biaya uang yang diinvestasikan dalam


pembiayaan stok barang yang seharusnya dapat digunakan untuk

tujuan lain
Biaya penyimpanan (storage cost) : Biaya yg diperlukan untuk
menyimpan stok barang termasuk: biaya gudang, gaji karyawan

gudang, pajak, bangunan dll.


Biaya kerusakan. Makin tinggi jumlah persediaan, risiko kerusakan

juga bertambah
Biaya karena kadaluarsa (expiry cost)
Cost of Obsolence. Biaya yang muncul seiring berjalannya waktu,
muncul nya produk2 baru, menyebabkan stok menjadi ketinggalan

jaman.
Wastage Cost ; biaya yg timbul karena kecurian, kehilangan.

2. Purchasing cost / Biaya Pembelian


Biaya pembelian muncul setiap kali pemesanan barang dilakukan. Perlu
diperhitungkan biaya dalam pemesanan seperti: biaya fax, telpon, kertas,
gaji karyawan.
3. Shortage Cost / biaya yang timbul karena kekurangan stok
Biaya ini dapat berupa:
- Biaya karena harus melakukan emergency purchase ( pembelian
-

mendadak, tidak terencana dimana harga nya lebih mahal)


Kehilangan pendapatan jika pelanggan pergi, karena ketidakberadaan

stok barang
Kehilangan nama baik suatu usaha, dan hilangnya kepercayaan
pelanggan

METODE PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN


Untuk dapat menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan
akhir dapat digunakan bebagai cara yaitu :
1. identifikasi khusus
2. masuk pertama keluar pertama (MPKP/FIFO)
3. rata-rata tertimbang
4. masuk terakhir keluar pertama (MKTKP/LIFO)

5. persediaan besi/minimum
6. biaya standar
7. biaya rata-rata sederhana
8. harga beli terakhir
9. metode nilai penjualan relative
10. metode biaya variable.

METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN


A. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
B. METODA SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS
REVIEW SYSTEM)
C. METODA SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW
SYSTEM)
D. METODA HYBRID
E. METODA ABC

METODA EOQ
ASUMSI:
1. Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
2. Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time)
harus tetap.
3. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
4. Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu
yang bersamaan dan tetap dalam bentuk paket.
5. Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun
pembelian dalam jumlah volume yang besar.

6. Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah
persediaan.
7. Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan
dan tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.
8. Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk
lain.

Ukuran
Lot = Q
Ratarata
PersediaPersediaan

an = Q/2
Waktu

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:


D: Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S: Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C: Biaya per unit dalam rupiah per unit
i: Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai
persediaan per tahun.
Q: Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC: Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.
Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC
= S (D/Q)
Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
CC
= ic (Q/2)
Maka, total biaya persediaan:
TC
= S (D/Q) + ic (Q/2)

Biaya
Tahunan

TC=biaya total
Biaya

Pengelolaan
Biaya
Minimum

iCQ/2
Biaya

pemesanan
SxD/Q
EOQ
Terjadi keseimbangan antara carrying cost dan ordering cost, maka Q dihitung
dari:

= (2SD)/ic

1. Metode Pencatatan Persediaan Barang


1). Metode Fisik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang
masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan
(stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang
masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini
mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembeliaan
barang dicatat dalam rekening pembeliaan. Karena tidak ada catatan mutasi

persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui
sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan
akhir sudah dihitung.
2). Metode Buku (Perpetual)
Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri
yang merupakan buku pembantu persediaan.
Dibandingkan dengan metode fisik maka metode buku merupakan cara yang
lebih baik untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan
penyusunan neraca dan laporan rugi-laba, juga dapat digunakan untuk
mengawasi barang-barang dalam gudang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
A. Anggaran
Penganggaran

adalah

proses

penyusunan

anggaran

yang

dimulai

pembuatan panitia, pengumpulan data dan pengklasifikasian data, pengajuan


rencana kerja fisik dan keuangan tiap-tiap seksi, bagian, divisi, penyusunan
secara menyeluruh, merevisi, dan mengajukan kepada pimpinan puncak dan
disetujui dan dilaksanakan. Anggaran adalah rencana kerja yang dituangkan
dalam angka-angka keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Ada beberapa pengertian tentang anggaran antara lain:
a. Anggaran dapat berupa anggaran fisik dan anggaran keuangan. Anggaran
lazim disebut rencana kerja yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk
angka-angka keuangan, lazim disebut anggaran formal
b. Anggaran ialah suatu perencanaan laba strategis jngka panjang, suatu
perencanaan taktis laba jangka pendek, suatu sistem akuntansi berdasarkan
tanggung

jawab,

suatu

penggunaan

prinsip

pengecualian

yang

berkesinambungan, sebagai alat untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu


organisasi.
c. Anggaran ialah rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup
berbagai

kegiatan

operasional

yang

saling

berkaitan

dan

saling

mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan
sasran suatu organisasi. Pada umumnya disusun secara tertulis
B. Harga (Price)
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran
pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion /

produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari
produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan
karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan
diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang
maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan
menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan
yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
2. Tujuan Penetapan Harga
a. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan
mendulang untung yang optimal.
b. Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk
biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk
bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku,
biaya transportasi, dan lain sebagainya.
c. Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam
pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan
mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
d. Menguasai Pangsa Pasar
Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat
mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di
pasaran.
e. Mempertahankan status quo
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya

pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa


pasar yang ada.
3. Strategi Penetapan Harga

Dalam menetapkan suatu harga perlu dilakukan strategi untuk mencapai


tujuan. Stratei yang dapat dilakukan dalam penetapan suatu harga, antara lain:

A. Memilih Sasaran Harga


Langkah pertama adalah memilih sasaran harga, seperti misalnya
bertahan hidup, maksimalisasi keuntungan jangka pendek, volume penjualan,
permintaan pasar, unggul dalam pangsa pasar, persaingan, prestise atau
status quo. Perusahaan bertujuan bertahan hidup akan berusaha dengan
menurunkan harga. Laba tidak begitu dipentingkan, selama harga dapat
menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap. Sasaran ini hanya untuk
jangka pendek dan diharapkan dalam jangka panjang perusahaan
Laba
sekarang
maksimum
dilakukan
perusahaan

dengan

memperkirakan permintaan dan biaya yang dihubungkan dengan alternatif


harga dan memilih harga yang menghasilkan laba sekarang maksimum, arus
kas atau return on investment (ROI). Strategi ini dilakukan dengan
mengasumsikan bahwa permintaan dan fungsi biaya dapat diketahui, tetapi
pada kenyataannya sulit diperkirakan. Strategi ini mengabaikan kinerja jangka
panjang, mengabaikan efek dari variabel bauran pemasaran, reaksi pesaing
dan kendala hukum pada harga.
Sasaran berorientasi pada volume penjualan dilakukan perusahaan
dengan mengatur harga sedemikian rupa untuk meningkatkan volume
penjualan. Perusahaan mengasumsikan bahwa volume penjualan yang lebih
tinggi akan menghasilkan biaya per unit lebih rendah dan laba jangka panjang
lebih tinggi serta berasumsi bahwa pasar peka terhadap harga.
Sasaran unggul dalam pangsa pasar dilakukan dengan meningkatkan
atau memelihara pangsa pasar tanpa mempertimbangkan fluktuasi penjualan

dalam industri. Sasaran unggul dalam pangsa pasar sering digunakan


perusahaan untuk produk yang mencapai tahap dewasa dalam siklus hidup
produk.
Sasaran permintaan pasar adalah penetapan harga yang dihubungkan
dengan harapan pelanggan dan situasi pembelian yang khusus. Sasaran ini
sering dikenal dengan beri harga dengan apa yang pasar kehendaki.
Sasaran persaingan merancang harga untuk menandingi

atau

mengalahkan harga pesaing. Tujuannya untuk memelihara persepsi nilai yang


baik relatif terhadap pesaing. Tempo Scan menetapkan harga Bodrex
sedemikian rupa agar dapat berkompetisi dengan pesaing.
Sasaran prestis dilakukan dengan merancang harga yang konsisten
dengan sebuah produk yang mempunyai status yang tinggi atau prestis.
Harga ini dirancang dengan sedikit memperhatikan struktur biaya perusahaan
atau pesaing.
Sasaran status quo merupakan sasaran yang menetapkan harga untuk
memelihara harga yang ada dalam usaha memepertahankan posisi relatif
terhadap pesaing.

B. Menentukan Permintaan

Langkah kedua, perusahaan menentukan permintaan yang

akan

memperlihatkan jumlah produk yang akan dibeli di pasar dalam periode


tertentu, pada berbagai tingkat harga. Makin inelastis

permintaan, makin

mampu perusahaan menaik-turunkan harganya. Menentukan permintaan


dimulai dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga.
Menurut Nagle faktor yang membuat pembeli kurang peka tehadap harga
antara lain produk bersifat khusus, pembeli kurang sadar tehadap produk
pengganti, pembeli tidak mudah membandingkan dengan kualitas produk
pengganti, yang dibelanjakan kecil dibanding pendapatan totalnya, yang
dibelanjakan kecil dibanding biaya total produk akhirnya, sebagian biaya
ditanggung pihak lain, produk digunakan bersama dengan aktiva yang dibeli

sebelumnya, produk dianggap memiliki kualitas, prestis atau eksklusif dan


pembeli tidak dapat menyimpan produk tersebut.
Setelah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga,
perusahaan berusaha mengukur kurva permintaan dengan berbagai metode.
Metode pertama melibatkan analisis statistik atas data harga masa lalu, jumlah
terjual dan faktor lain untuk menentukan hubungannya. Metode kedua adalah
melakukan eksperimen harga dengan mengubah harga berbagai produk yang
dijual di toko diskon dan mengamati hasilnya. Metode ketiga adalah meminta
pembeli untuk menyatakan berapa banyak unit yang akan mereka beli pada
berbagai harga yang diusulkan.
Selanjutnya perusahaan perlu untuk mengetahui elastisitas permintaan
terhadap perubahan harga. Jika permintaan hampir tidak berubah dengan
adanya perubahan kecil terhadap harga, maka permintaan itu disebut inelastis,
tetapi jika permintaan itu berubah banyak maka permintaan itu disebut elastis.
Permintaan kurang elastis bila terdapat hanya sedikit atau bahkan tidak ada
barang pengganti atau pesaing, pembeli tidak segera menyadari harga tinggi
tersebut, pembeli lambat dalam mengubah kebiasaan membelinya dan mencari
harga yang lebih rendah, dan pembeli berpikir bahwa harga yang lebih tinggi itu
pantas karena peningkatan kualitas, inflasi secara normal dan lain sebagainya.
Pertimbangan penurunan harga dilakukan jika permintaan tersebut elastis.

C. Memperkirakan Biaya

Langkah ketiga ialah perusahaan memperkirakan perilaku biaya pada


berbagai tingkat produksi dan perilaku biaya dalam kurva pengalamannya.
Biaya perusahaa ada dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap (overhead) adalah biaya yang tidak bervariasi dengan produksi atau
penjualan, misalnya gaji karyawan. Biaya variabel merupakan biaya yang
bervariasi langsung dengan tingkat produksi, misalnya biaya bahan untuk
produksi. Biaya total merupakan biaya tetap dan biaya variabel untuk tingkat

produksi. Sedangkan biaya rata-rata adalah biaya per unit untuk tingkat
produksi atau total biaya dibagi produksi.
Perusahaan harus mengetahui bagaimana biaya bervariasi dengan
berbagai tingkat produksi agar dapat menetapkan harga yang tepat.
Perusahaan Jepang sering menggunakan metode yang disebut penetapan
biaya sasaran (target costing) yaitu biaya ditentukan dari hasil riset pasar
untuk menentukan fungsi-fungsi yang diinginkan dari produk, kemudian
menentukan harga jual produk tersebut sesuai dengan daya tariknya dan
harga pesaingnya. Selanjutnya mengurangi margin laba dari harga ini,
sehingga diperoleh biaya sasaran yang harus dicapai dan menelitia biaya
setiap unsur, misalnya desain, rekayasa, produksi, penjualan dan lainnya
serta memecahkan dalam unsur yang lebih kecil, merekayasa ulang
komponen, menghilangkan beberapa fungsi, menurunkan biaya pemasok
agar proyeksi biaya akhir sesuai dengan kisaran biaya sasaran.

D. Menganalisis Biaya, Harga dan Penawaran Pesaing

Perusahaan

dapat menggunakan analisis biaya, permintaan pasar,

biaya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi pesaing sebagai dasar
penetapan harga. Perusahaan juga perlu untuk membandingkan biayanya
dengan biaya pesaing, apakah biaya produksinya lebih rendah atau lebih
tinggi dan juga harga dan kualitas penawaran pesaing. Dengan mengetahui
biaya, harga dan kualitas pesaing, perusahaan dapat menggunakan sebagai
titik orientasi untuk menetapkan harga.
Perusahaan harus menetapkan harga dekat dengan harga pesaing, jika
pesaing itu merupakan pesaing utama. Jika kualitas kualitas penawaran lebih
tinggi dari pesaing, maka perusahaan dapat menetapkan harga lebih tinggi
dari harga pesaing, tetapi jika kualitas penawaran lebih rendah dari pesaing,
maka perusahaan hendaknya menetapkan harga lebih rendah dari pesaing.
Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan pesaing mengubah harganya
sebagai tanggapan terhadap harga yang ditetapkan perusahaan.

E. Memilih Metode Penetapan Harga

Kelima, perusahaan memilih salah satu dari berbagai metode harga


yaitu: markup pricing,

target-return pricing, competitive pricing, demand

pricing, preceived value pricing dan value pricing.


Penetapan harga markup (markup pricing) merupakan metode dengan
menambahkan markup standar pada biaya produksi. Penetapan harga
markup populer karena menetapkan biaya dan mengaitkan dengan harga
lebih mudah, harga menjadi serupa jika industri menetapkan harga dengan
metode ini dan merupakan penetapan harga yang lebih adil. Namun demikian
metode ini tidak akan menghasilkan penetapan harga yang optimal, karena
mengabaikan permintaan.

F. Memilih Harga Akhir

Langkah terakhir

dalam prosedur penetapan harga jual adalah

menentukan harga akhir, yang harus mencerminkan cara-cara psikologis


yang

paling

efektif, harus

reaksi-reaksi yang mungkin

timbul

dari

distributor, dialer, tenaga penjualan perusahaan, pesaing, pedagang dan


pemerintah.
Perusahaan harus mempertimbangkan psikologi harga, disamping faktor
lainnya, terutama faktor ekonomi. Faktor ego sangat efektif digunakan untuk
menetapkan harga, misalnya untuk harga mobil mewah dan parfum mahal
yang menggambarkan citra dari produk tersebut. Angka-angka psikologis
sering digunakan dalam menetapkan harga dalam iklan. Perusahaan lebih
memilih
selisih

harga Rp. 999.000,- daripada Rp. 1.000.000,-. Padahal hanya


Rp. 1.000,- atau lebih memilih Rp. 299.000,- daripada Rp.300.000,-.

Perusahaan harus mempunyai kebijakan yang konsisten dalam menentukan

harga. Perusahaan penerbangan mengenakan biaya bila tiket yang mendapat


potongan tidak dipakai pada tanggal dan jam yang telah ditentukan. Bank
memberikan penalti bagi yang tidak tepat waktu membayar angsuran.
Demikian pula hotel memberikan tambahan biaya jika melebihi jam checkout.
Perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan dan resiko bersama
dengan distributor, penyalur dan wiraniaga terhadap reaksi dari pembeli yang
tidak puas serta harus mempertimbangkan reaksi pihak lain atas harga yang
ditentukan, antara lain reaksi dari distributor, penyalur, wiraniaga dan bahkan
pesaing.

G. Menyesuaikan Harga

Perusahaan sering menerapkan strategi modifikasi terhadap harga


dasarnya. Modifikasi pertama adalah harga per wilayah geografis, yang
muncul karena masalah bagaimana menetapkan harga bagi pelanggan yang
letaknya jauh dari perusahaan penjual. Alternatif-alternatif yang ada pada
modifikasi geografis ini, mencakup harga FOB, harga seragam harga per
wilayah, harga bertitik patokan, dan harga termasuk angkutan.
Modifikasi kedua adalah potongan harga dan imbalan khusus
mencakup potongan tunai, potongan jumlah, potongan fungsional, potongan
musiman dan apa yang disebut dengan imbalan khusus (allowances).
Potongan tunai merupakan pengurangan harga apabila membayar secara
tunai atau membayar tagihannya sebelum jatuh tempo. Potongan jumlah
merupakan pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah
besar. Potongan fungsional merupakan potongan yang diberikan kepada
anggota saluran perdagangan yang melakukan fungsi tertentu, misalnya
fungsi penjualan, penyimpanan dan melakukan pencatatan. Potongan
musiman adalah pengurangan harga untuk pembeli yang membeli tidak pada
musimnya. Sedangkan imbalan khusus adalah pengurangan harga dari daftar
harga, yang terdiri dari potongan tukar tambah dan potongan promosi.
Potongan tukar tambah merupakan pengurangan harga dengan menyerahkan

barang lama ketika membeli barang baru, Modifikasi ketiga berupa harga
promosi yang meliputi harga "tumbal", harga kejadian khusus, rabat tunai,
pembiayaan berbunga rendah, bentuk pembayaran lebih lama, garansi dan
kontrak jasa serta potongan psikologis.
Modifikasi keempat adalah harga diskriminatif, yaitu penetapan harga
yang berbeda bagi pelanggan yang bermacam-macam bentuk produk yang
berbeda, tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda.
Modifikasi kelima berupa menetapkan harga pada pembaruan produk
asli yang dilindungi oleh hak paten untuk "market skimming" atau untuk
penerobosan pasar; penetapan harga jual terhadap produk tiruan dengan
mengambil salah satu dari sembilan strategi harga mutu.
Modifikasi terakhir terjadi pada bauran produk yang mencakup
penetapan harga lini produk, produk oposional dan produk yang saling
menarik, serta produk sampingan.
Bila perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memprakarsai
suatu perubahan harga, maka ia sebaiknya dengan hati-hati

mem-

perhitungkan reaksi pelanggan dan pesaing. Reaksi pelanggan sangat


dipengaruhi oleh penafsiran pelanggan atas perubahan harga itu sendiri.
Sedangkan reaksi pesaing mengalir dari seperangkat kebijakan pesaing
tentang bagaimana semestinya bereaksi atau dari tanggapan spontan pada
setiap situasi. Selain itu perusahaan yang memprakarsai perubahan harga
hendaknya juga mengantisipasikan kemungkinan reaksi dari pembekalan,
pedagang perantara dan pemerintah.
Perubahan yang menghadapi tindakan perubahan harga jual yang
dilakukan oleh pesaing harus mencoba memahami niat pesaing serta kira-kira
arah perubahan harga tadi. Apabila kecepatan reaksi diperlukan, maka
perusahaan sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu segala strategi yang
berbeda-beda bagi segala kemungkinan tindakan pesaing yang berbeda-beda
pula.

4. Cara / Teknik / Metode Penetapan Harga Produk

a. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach)


Penetapan harga berdasarkan permintaan adalah penetapan harga yang
dihubungkan dengan harapan pelanggan dan situasi pembelian yang
khusus. Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan
harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang
mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga
terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
Sasarannya untuk menentukan seberapa besar harapan pembeli untuk
membayar produk berdasarkan kontribusinya terhadap kebutuhan atau
keinginannya
b. Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan
produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan
markup pricing dan break even analysis.
c. Pendekatan Pasar (market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara
menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga
seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain.

ARUS KAS
1.

DEFINISI ARUS KAS

Arus kas merupakan arus masuk dan keluar dari suatu perusahaan. Arus kas
disajikan dalam suatu laporan arus kas. Arus Kas adalah arus masuk dan arus
keluar kas atau setara kas (cash equivalent) atau investasi yang sifatnya sangat
likuid,berjangka pendek dan yang cepat dapat di jadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan (Ikatan
Akuntan Indonesia 2004 : 22). Arus Kas adalah arus kas masuk operasi dengan
pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa
mendatang (Brigham dan Houston 2001 : 47).
Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Arus Kas adalah arus
kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas dalam periode tertentu yang
berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan
2.

LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas atau cash flow statement atau statement of cash flows adalah
bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu
periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas)
perusahaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_arus_kas)
Belkaoui, (2000:129), menyatakan laporan arus kas sebagai komponen penyusun
laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang juga dapat menjadi
perhatian investor. Laporan arus kas ditujukan untuk melaporkan penerimaan dan
pengeluaran kas selama satu periode yang berasal dari aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan. Dalam

Trueblood Report, tujuan laporan keuangan No.3

disebutkan bahwa dasar kepentingan investor dan kreditor dalam laporan keuangan
adalah aliran kas perusahaan tanpa menyebutkan income bersih. Kepentingan
investor dan kreditor atas informasi aliran kas meliputi jumlah, waktu, dan tingkat
ketidakpastiannya.
Sedangka menurut Bowen et al. (1986), menyatakan bahwa manfaat dari laporan
arus kas adalah untuk memprediksi kegagalan, menaksir risiko, memprediksi

pemberian pinjaman, penilaian perusahaan, dan memberikan informasi tambahan


pada pasar modal. T.A. Lee, B.E.Hick, dan R.H. Ashton dalam Harahap (2001:242)
menyatakan bahwa informasi yang disajikan cash flow accounting lebih bermanfaat
dalam menilai atau menganalisis keputusan, baik tentang investasi saham maupun
untuk tujuan peramalan arus kas lainnya.
Berdasarkan penjabaran mengenai konsep laporan arus kas adalah salah satu dari
laporan keuangan dasar. Laporan ini berguna bagi manajer dalam mengevaluasi
operasi masa lalu dan dalam merencanakan aktivitas investasi serta pendanaan di
masa depan. Laporan ini juga berguna bagi para investor, kreditor, dan pihak-pihak
lainnya dalam menilai potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan ini juga
menyediakan dasar untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utangnya
yang jatuh tempo.

Pengelompokan dalam laporan arus kas


a. Kegiatan Operasi Perusahaan (Operating)
Kegiatan ini biasanya mencakup kegiatan produksi, pengriman barang,
pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas
dari transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan laba.
Contoh arus kas masuk dari kegiatan operasi adalah sebagai berikut :
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa termasuk penerimaan
dan piutang akibat penjualan, baik jangka panjang atau jangka pendek.
b) Penerimaan dari bunga pinjaman atas penerimaan dari surat berharga
lainnya seperti bunga atau deviden.
c) Semua penerimaan yang bukan berasal dari sebagian yang sudah
dikaskan dalam kelompok investasi pembiayaan. Seperti jumlah uang
yang diterima dari tuntutan di pengadilan, klaim asuransi, kecuali yang
berhubungan

dengan

kegiatan

investasi

dan

pembiayaan

seperti

kerusakan gedung, pengembalian dana dari supplier.


Contoh arus kas keluar dari kegiatan oparesi adalah sebagai berikut :
a) Pembayaran kas untuk membeli bahan yang akan digunakan untuk
produksi atau untuk dijual, termasuk pembayaran utang jangka pendek
atau jangka panjang kepada supplier barang tadi.

b) Bayar kas pada supplier lain dan pegawai untuk kegiatan selainproduksi
barang dan jasa.
c) Pembayaran kas kepada pemerintah untuk pajak, kewajiban lainnya,
denda dan lain-lain.
d) Pembayaran kepada pemberi pinjaman dan kreditur lainnya berupa
bunga.
e) Seluruh pembayaran kas yang tidak berasal dari transaksi investasi atau
pembiayaan seperti pembayaran tuntutan dari pengadilan, pengembalian
dana kepada langganan dan sumbangan.
b. Arus kas dari kegiatan pembiayaan atau pendanaan (financing)
Kegiatan yang termasuk pembiayaan atau pendanaan adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan
pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan
sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari
sumber dana tersebut, meminjam dan membayar utang kembali atau
melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar utang tertentu.
Contoh arus kas masuk dari kegiatan pembiayaan atau pendanaan :
a) Penerimaan dan pengeluaran surat berharga dalam bentuk equity
b) Penerimaan dan pengeluaran obligasi, hipotek, wesel dan pinjaman
jangka pendek lainnya.
Contoh arus kas keluar dari kegiatan pembiayaan atau pendanaan adalah
sebagai berikut:
a) Pembayaran dividen dan pembayaran bunga kepada pemilik akibat
adanya surat berharga saham (equity) tadi.
b) Pembayaran kembali utang yang di pinjam.
c) Pembagian utang kepada kreditor termasuk utang yang sudah di
perpanjang.
c. Arus kas dari kegiatan investasi
Kegiatan yang termasuk dalam arus kas adalah kegiatan investasi adalah
perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas
antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat berharga atau
modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam
proses produksi.
Contoh arus kas dari kegiatan investasi:

a) Penerimaan pinjaman luar baik yang baru maupun yang sudah lama.
b) Penjualan saham baik, saham sendiri maupun saham dalam bentuk
investasi
c) Penerimaan dari penjualan aktiva tetap dan aktiva produktif dan tidak
berwujud lainnya.
Contoh arus kas keluar dari kegiatan baru :
a) Pembayaran utang perusahaan dan pembelian kembali surat utang
perusahaan.
b) Pembelian saham perusahaan lain atau perusahaan sendiri
c) Perolehan aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya.
d. Isi dalam bentuk laporan arus kas
Ada 2 bentuk dalam penyajian laporan arus kas yaitu sebagai berikut :
1. Direct method
Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan
kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan
operasi secara lengkap (gross) dan baru dilanjutkan dengan kegiatan
investasi dan pembiayaan. Keunggulan utama dari metode langsung ini
adalah bahwa metode ini melaporkan sumber dan penggunaan kas dalam
laporan arus kas. Kelemahan utamanya adalah bahwa data yang
dibutuhkan seringkali tidak mudah di dapat dan biaya pengumpulannya
umumnya mahal.
2. Indirect method
Dalam metode ini

net

income

disesuaikan

(reconcicle)

dengan

menghilangkan:
a) Pengaruh transaksi yang masih belum di realisasi (defferal) dari arus
kas masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah
persediaan defferal income, arus kas masuk dan keluar dari transaksi
yang accured seperti piutang dan utang.
b) Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan
pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas seperti : penyusutan,
amortisasi, laba rugi dari penjualan aktiva tetap dan dari operasi yang
dihentikan (yang berkaitan dengan kegiatan investasi), laba rugi
pembatalan utang (transaksi pembagian)
Keunggulan dalam metode ini adalah memusatkan pada perbedaan antara
laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Dalam hal ini, metode

tersebut menunjukan hubungan antara laporan laba rugi, neraca dan laporan
arus kas. Karena datanya dapat tersedia dengan segera, maka metode ini
lebih murah dibandingkan dengan metode langsung.
3.

TUJUAN LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini (Hongren
dkk 1989 : 845) :
a. Untuk memperkirakan arus kas masa datang.
Dalam banyak kasus, sumber dan penggunaan kas perusahaan tidaklah
berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penerimaan
dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang.
b. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen.
Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan, sehingga
memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk
mengevaluasi keputusan manajer.
c. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada
pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.
d. Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk mengetahui apakah
perusahaan bisa melakukan pembayaranpembayaran ini.
e. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas
f.

perusahaan.
Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba
bersih yang cukup tetapi kas yang rendah menyebabkan diperlukannya

informasi arus kas.


Tujuan Laporan Arus Kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas (Dyckman, dkk 2001 : 550).
Informasi arus kas membantu pemakai untuk menilai :
a. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas.
b. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban.

c. Penyebab terjadinya perbedaan antara laba dan arus kas terkait.


d. Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan (pendanaan)

yang

menggunakan kas dan yang tidak (non kas) terhadap posisi keuangan
perusahaan
4.
KATEGORI ARUS KAS
Semua arus kas masuk dan arus kas keluar diklasifikasikan ke dalam salah satu
dari tiga kategori : Operasi, Investasi, Pendanaan. Pengklasifikasian arus kas ini
penting dilakukan untuk mengevaluasi arus kas yang telah terjadi dan
memprediksi arus kas masa depan.
a. Arus Kas Operasi (Operating Cash Flow).

Arus kas operasi dikaitkan dengan kegiatan memproduksi dan menyerahkan


barang, menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang diperhitungkan
dalam penentuan laba. Arus kas Operasi adalah semua arus yang tidak
didefinisikan sebagai kegiatan investasi atau pendanaan. Arus kas operasi
mencakup berikut ini:
- Keterkaitannya dengan laba merupakan alasan untuk mengklasifikasikan
arus tersebut sebagai arus kas operasi.
- Arus kas dari transaksi lainnya yang pada awalnya mungkin merupakan
arus investasi atau pendanaan, diklasifikasikan sebagai arus operasi jika
berhubungan dengan kegiatan usaha yang utama.
b. Arus Kas Investasi (Investing Cash Flow)

Arus kas investasi dikaitkan dengan investasi dalam dan pelepasan


(disposisi) aktiva pabrik serta sekuritas hutang dan ekuitas tertentu,
memberikan dan menagih pinjaman, serta kegiatan strategis lainnya.
Kategori

ini

penting

untuk

mengidentifikasi

rencana

pertumbuhan

perusahaan. Kategori ini mencakup hal-hal berikut :


- Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar investasi adalah arus
kas masuk/arus keluar bersih dari kegiatan investasi.

- Perbedaan mendasar antara arus kas keluar operasi dan investasi terletak
pada periode manfaat yang di antisipasi.
- Keuntungan dan kerugian dari operasi yang dihentikan serta transaksi
yang menimbulkan pos-pos luar biasa seringkali dikaitkan dngan arus kas
investasi.
c. Arus Kas Pendanaan (Financing Cash Flow).
Arus kas pembiayaan dikaitkan dengan perolehan sumber daya dari pemilik
dan pemberian pengembalian atas investasi mereka, peminjaman uang, dan
pembayaran kembali pokok pinjaman. Selisih antara arus kas masuk dan
arus kas keluar pendanaan merupakan arus kas masuk (keluar) bersih dari
kegiatan pendanaan
5.

PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS

Ada beberapa pendekatan untuk menyusun laporan arus kas yang digunakan
dalam praktek, yang masing-masing bertujuan mengidentifikasi melalui analisis
transaksi hal-hal berikut ini :
a. Arus kas operasi, investasi, dan pendanaan.
b. Transaksi investasi dan pendanaan non kas yang signifikan.
c. Pos-pos yang merekonsiliasi laba dan arus kas operasi bersih.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 yang dapat dipergunakan
perusahaan terdapat dua metode untuk menyajikan laoran arus kas, yaitu :
1. Metode Langsung
Metode langsung menggolongkan berbagai kategori utama dari kegiatan
operasi. Metode langsung lebih mudah untuk dimengerti, dan memberikan
informasi yang lebih banyak untuk mengambil keputusan.
2. Metode Tidak Langsung
Penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode ini diawali
dengan laba bersih dan menyesuaikan laba bersih tersebut sehingga
diperoleh arus kas dari aktivitas operasi.
Kedua metode tersebut mendatangkan jumlah sub-total yang sama untuk
kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan dan arus kas bersih

selama periode tertentu. Metode tersebut berbeda hanya dalam cara


menunjukkan arus kas dari kegiatan operasi.
Penyusunan anggaran kas, menurut Riyanto (1978 : 90), dapat dilakukan
dengan beberapa tahap sebagai berikut :
a. Menyusun

estimasi

penerimaan

dan

pengeluaran

menurut

rencana

operasional perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi


operasi (operating transactions). Pada tahap ini dapat diketahui adanya
defisit (kekurangan) kas atau surplus (kelebihan) kas.
b. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank
atau sumber-sumber lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas.
Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu
pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi
finansiil (financial transaction).
c. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran
setelah adanya transaksi finansiil. Anggaran kas yang final ini merupakan
gabungan

dari

transaksi

operasional

dan

transaksi

finansiil

yang

menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan

BAB V
INVESTASI

5.1 Pengertian
Investasi

merupakan

Tindakan

atau

pilihan

bagi

seseorang

yang

mengalokasikan sejumlah uang untuk mengharapkan return yang lebih tinggi


dimasa yang akan datang.
Menurut Frank J. Fabozzi manajemen investasi adalah proses pengelolaan
uang.
Smith dan Skousen mengatakan , investing activies : transaction and event the
purchase and sale of scurities (excluding cash equivalent), and, building,
equipment. And other asset not generally held for sale, and the making, and
collecting of loans. They are not classified as operating activies, since the relate
only indirectly to the central, ongoing operations ofentity.
Adapun menurut Abdul Halim investasi pada hakekatnya

merupakan

penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan dimasa mendatang.
Menurut Pernyataan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 13 tahun 2004, investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan
untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil
investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai
investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti
manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

5.2 Tujuan Investasi


Untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam keputusan maka diperlukan
ketegasan akan tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya dalam bidang
investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai:
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.

2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan


(profit actual)
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa
5.3 Jenis-jenis Investasi
Dalam aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal dua jenis yaitu;
1. Real investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset
berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.

2.

Financial investment
Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Adapun tipe-tipe investasi yang dapat dipilih diantaranya:
1. Direct Investment
Direct investment (investasi langsung) adalah tipe investasi dengan
membeli

secara

langsung

suatu

aktiva

keuangan

dari

suatu

perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui perantara atau dengan


cara lainnya.
Investasi langsung ada beberapa macam diantaranya:
a.

Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan

Tabungan

Deposito

Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan

b.

Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income security)


-

T-bond

Federal agency security

Municipal bond

Corporate bond

Convertible bond

Saham-saham (equity securities)


-

Saham preferen (preffered stock)

Saham biasa (common stock)

Investasi langsung di pasar turunan


-

Opsi
o Waran (warrant)
o Opsi cut (put option)
o Opsi cal (call option)

Future contract

2. Indirect investment
Indirect investment (investasi tidak langsung) adalah investasi yang
tidak terlibat secara langsung atau pembelian aktiva keuangan yang
cukup hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi
saja. Contohnya membeli saham dan obligasi yang dijual dipasar

modal dan itu juga biasanya dilakukan melalui perusahaan investasi


atau adanya perantara (agent).

5.4 Proses investasi


Secara umum proses manajemen investasi meliputi :
a) Menetapkan Sasaran Investasi
Dalam penentuan sasaran berinvestasi ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang),
berapa target return yang mau dicapai.
b) Membuat Kebijakan Investasi
Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing- masing
apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko,
berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor
dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar
modal.
c) Pemilihan strategi portofolio dan asset
Setelah mengetahui hal-hal pada point 1 dan 2 di atas maka kita dapat
membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal.
d) Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Tahap ini adalah menjadi tahap reevaluasi bagi perusahaan untuk
melihat kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah
tindakan yang telah dilakukan selama ini telah betul-betul maksimal
atau belum.
5.5 Keuntungan dan Kerugian Investasi

Keuntungan Investasi
1.

Capital Gain
Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terjadi akibat
aktivitas perdagangan dipasar sekunder.

2.

Dividen
Merupakan keuntungan yang diberikan diperusahaan penerbit saham atas
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Biasanya Dividen dibagikan
setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan sekali
setahun melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dividen yang diberikan perusahaan, dapat berupa:
a.

Tunai, dimana pemegang saham mendapatkan uang tunai


sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.

b.

Saham, dimana pemegang saham mendapatkan jumlah


saham tambahan.

Kerugian Investasi
1.

Capital loss
Merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi dimana nilai
saham yang dijual dibawah atau lebih rendah dari harga belinya.

2.

Risiko Likuiditas
Yaitu suatu kondisi dimana perusahaan yang saham dimilikinya
dinyatakan bangkrut atau perusahaan tersebut dilikuidasi. Biasanya hak
klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh
kewajiban perusahan dapat dilunasi. Risiko ini merupakan risiko terberat
dari seorang pemegang saham.

5.6 Contoh Infestasi Beserta Keuntungan Dan Kekurangannya.

Tabungan adalah menyimpan uang di bank untuk dipergunakan


dikemudian jika diperlukan.

Keuntungan : dapat diambil kapan saja dan tidak memiliki resiko

Kerugian : Uang dapat dengan mudah berkurang, karena dapat


diambil kapan saja dengan mudah serta bunga yang kecil.

Deposito adalah Menyimpan uang untuk periode tertentu, bila belum jatuh
tempo uang tidak dapat diambil sebelum waktunya
Keuntungan : Risiko sangat rendah. Bunga yang dapat diterima
lebih besar dibandingkan tabungan biasa
Kekurangan : Keuntungan atau bunga yang diterima lebih sedikit
bila dibandingkan dengan jenis investasi lain yang berhadapan
langsung dengan risiko pasar.

Reksadana adalah tempat menghimpun dana secara kolektif. Dana yang


terkumpul akan dikelola oleh Manajer Investasi yang akan diinvestasikan
pada jenis investasi lainnya. Bila mendapat keuntungan atau kerugian
akan dibagi secara rata untuk para investor.

Keuntungan : Tidak perlu memiliki banyak pengetahuan, karena


dikelola oleh Manajer Investasi. Karena diinvestasikan ke banyak
tempat, maka bila terjadi kerugian di satu tempat bisa tertolong
tempat lain yang mungkin menghasilkan keuntungan.

Kerugian : Bagi sebagian orang, karena tidak dikelola sendiri


sering tidak puas dengan hasilnya. Keuntungan lebih sedikit

dibandingkan saham dan ada biaya yang dikeluarkan untuk


pengelolanya.

Obligasi adalah surat hutang, merupakan bukti bahwa kita memberikan


hutang kepada perusahaan tertentu atau pemerintah. Pihak yang
berhutang akan memberi bunga untuk jangka waktu tertentu. Jangka
waktu pengembalian hutang lebih dari satu tahun. Obligasi yang paling
aman adalah obligasi atau surat utang dari negara.

Keuntungan : Bunga lebih besar dibandingkan deposito.

Kerugian : Jangka waktu panjang (> 1 tahun), sehingga


tidak dapat dicairkan bila diperlukan atau bila ingin berinvestasi
lain. Bila pihak yang berhutang bangkrut, berarti tidak dapat
mengembalikan hutangnya.

Saham,

memiliki

saham

berarti

Anda

memiliki

kepemilikan dalam suatu perusahaan. Uang yang kita tanamkan dijadikan


sebagai modal untuk perusahaan tersebut. Perusahaan akan memberikan
keuntungan yang diterima kepada para pemegang saham yang disebut
sebagai deviden. Bila dinilai baik atau banyak orang yang berminat untuk
membeli saham suatu perusahaan, harganya akan naik, sehingga bila
Anda menjual sahamnya akan memperoleh keuntungan. Sebaliknya, bila
perusahaan menderita kerugian, harga sahamnya dapat turun sehingga
Anda dapat menderita kerugian. Saham ini dapat dibeli pada perusahaan
sekuritas. Untuk tiap transaksi jual atau beli, Anda akan dikenakan biaya.

Keuntungan : Dapat mendatangkan keuntungan


yang sangat besar bila harga saham naik. Dengan modal sedikit,
dapat diperoleh hasil berkali-kali lipat

Kerugian : Risiko kehilangan besar pula, saat


harga saham turun.

Emas, Harga emas cenderung naik setiap tahun, itulah


sebabnya banyak orang yang membeli emas kemudian menjualnya saat
harganya naik. Bila hendak digunakan untuk investasi, emas yang dibeli
hendaknya berupa logam mulia batangan atau koin daripada emas dalam
bentuk perhiasan. Emas batangan atau koin tidak mengalami penyusutan
atau ongkos pembuatan yang biasa dikenakan apabila kita menjual dalam
bentuk perhiasan.
Keuntungan : Merupakan aset likuid atau aset yang mudah dijual.
Sulit dalam penyimpanan karena bila tidak hati-hati dapat dengan
mudah dicuri.

Properti, sama seperti emas, harga properti yaitu rumah dan


tanah cenderung akan naik. Dengan membeli properti, dan menjualnya di
kemudian hari akan mendatangkan keuntungan karena harga jualnya
sudah naik. Harga rumah akan cepat naik bila lokasinya strategis atau
dekat dengan fasilitas umum, ini dapat menjadi pertimbangan saat akan
memilih lokasi. Bila akan membeli rumah di perumahan yang belum atau
masih dibangun, pastikan pengembang dapat dipercaya dan adanya
perjanjian yang jelas, karena ada beberapa kasus, setelah kita membayar,
pembangunan rumah tidak dilanjutkan yang mengakibatkan kerugian.

Keuntungan, risiko kecil serta dapat disewakan sehingga


dapat memberi penghasilan tambahan.

Kerugian : perlu dana yang besar untuk membeli rumah


atau tanah. Properti bukan aset yang likuid karena tidak mudah
untuk menjualnya bila suatu saat membutuhkan uang.

PENGONTROLAN

I.

PENDAHULUAN
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan
pengukuran dan koreksi semua kegiatan dalam rangka memastikan bahwa
tujuan-tujuan dari rencana organisasi dapat terlaksana dengan baik. Fungsi
pengendalian adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Pengendalian
ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini
merupakan hal yang saling mengisi, karena:
Fungsi pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan
Pengendalian hanya dapat dilakukan jika ada perencanaan/rencana
Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan secara baik
Tujuan baru dapat diketahui dicapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau pengukuran dilakukan.
Tanpa tujuan dan rencana-rencana, pengendalian adalah tak
mungkin dilaksanakan, karena harus membandingkan antara rencanarencana yang dibuat dengan pelaksanaannya. Dengan demikian peranan
pengendalian sangat menentukan baik/buruknya suatu rencana.
Kasus-kasus yang seringkali terjadi dalam banyak organisasi adalah
tidak

diselesaikan

banyak

penugasan,

tidak

ditepatinya

waktu

penyelesaian, suatu anggaran yang berlebihan, dan keuntungan tahun ini


turun, serta tidak tercapainya target penjualan tenaga pemasaran
dilapangan. Berbagai kasus diatas membutuhkan pembahasan masalah
akan pentingnya pengendalian.

II.

PENGERTIAN DAN TUJUAN


Beberapa definisi pengendalian menurut para pakar adalah:

1. Menurut Earl P.Strong


Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam
suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam
rencana.
2. Menurut Harold Koontz
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.

3. Menurut G.R Terry


Pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa
yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikanperbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras
dengan standar.
4. Menurut Henry Fayol
Pengendalian terdiri dari verifikasi apakah segalanya terjadi
sesuai dengan rencana mengadopsi, instruksi yang dikeluarkan, dan
prinsip-prinsip.
Tujuan pengendalian adalah supaya proses pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan tindakan
perbaikan (corrective) jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi),
sesuai tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana.
Dengan demikian pengendalian bukan hanya untuk mencari
kesalahan-kesalahan

tetapi

berusaha

untuk

menghindari

terjadinya

penyimpangan-penyimpangan. Jadi kontrol dilakukan sejak proses dimulai,


sampai dengan pengukuran hasil yang dicapai. Dengan pengendalian

diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan


efisien. Efektivitas adalah berhasil-guna sedangkan efisien adalah berdayaguna.
H.Emerson memberikan definisi tentang efektivitas dan efisien sebagai
berikut:
Efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang

telah

ditentukan

sebelumnya.

Sedangkan

Efisien

adalah

perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil),


antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan
sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang
dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah diselesaikan dengan apa yang harus
diselesaikan.

III.

PROSES PENGENDALIAN
Pengendalian/kontrol dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menentukan standar-standar atau dasar untuk kontrol
Tahap ini dapat mencakup penetapan standar penjualan dan
produksi sampai kepada dasar presesi dan keamanan. Agar dapat
berfungsi secara efektif, standar tersebut harus dapat dirinci dalam
istilah-istilah yang mudah dipahami dan diterima oleh individu yang
bersangkutan.
Tiga bentuk standar yang umum adalah:
a. Standar-standar fisik, meliputi kuantitas barang, jumlah pelanggan
dan lain-lain
b. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan
mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor,
pendapat penjualan dan sejenisnya.

c. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi, batas waktu


suatu pekerjaan harus diselesaikan
2. Mengukur pelaksanaan kerja
Tahap ini merupakan proses yang berkesinambungan, repetitive
(berulang-ulang) yang frekuensinya bergantung pada aktivitas yang
sedang diukur.
3. Membandingkan pelaksanaan kerja dengan standard dan menentukan
deviasi-devasi bila ada
Langkah ini praktis merupakan tahap yang paling mudah. Jika
prestasi yang dicapai melebihi standar yang telah ditentukan, bererti
segala sesuatu berjalan lancar. Tindakan perbaikan barangkali tidak
diperlukan, minimal hanya perbaikan yang tidak besar.
4. Melakukan tindakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
Jika prestasi yang dicapai ternyata lebih rendah dari standar
yang ditetapkan, tindakan perbaikan diperlukan. Tindakan perbaikan
dapat melibatkan beberapa aktivitas sekaligus, meliputi cara bekerja
ataupun

perubahan

standar

prestasi

yang

telah

ditetapkan.

Pengandalian merupakan proses yang berulang-ulang dan dinamis.


Penekanan pengandalian tidak hanya untuk mengendalikan saja tetapi
untuk memonitor prestasi perusahaan atau bagian-bagian.

Bagan Proses pengendalian sebagai berikut:

Menetapkan suatu prestasi /standar

Mengukur prestasi
Tidak

Melakukan perbaikan-perbaikan atau


mengevaluasi kembali standar
prestasi dan pengukurannya.

Ya
Apakah
prestasi sesuai
dengan
Tidak
ada perubahan
standar?
IV.

JENIS-JENIS PENGENDALIAN
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis pengendalian:
1. Pengendalian Pendahuluan
Pengendalian ini di desain untuk mengendalikan penyimpangan
dari standar tertentu dan memungkinkan perbaikan dilakukan sebelum
seluruh

tahap kegiatan

tertentu

diselesaikan.

Pengendalian ini

merupakan pengendalian yang agresif. Perubahan-perubahan yang


mungkin terjadi dan membuat realisasi rencana terhambat akan selalu
diantisipasi.
2. Pengendalian Konkuren (Yes/No)
Tipe

pengendalian

ini

dilakukan

selama

kegiatan

masih

berlangsung. Tipe ini merupakan pengendalian dimana suatu kegiatan


akan terus dilanjutkan atau tidak apabila ada persetujuan atau ada
kondisi tertentu yang harus dipenuhi. Tipe pengendalian ini kurang

populer dibandingkan dengan tipe pertama. Tetapi tipe pengendalian ini


setidaknya dapat digunakan sebagai pelengkap.
3. Pengendalian Umpan Balik (Post Action Control)
Pengendalian ini mengevaluasi hasil-hasil yang telah terjadi
setelah suatu kegiatan selesai. Penyebab-penyebab penyimpangan
kemudian ditentukan, dan penemuan tindakan koreksi akan diterapkan
pada kegiatan serupa dikemudian hari, misalnya untuk penentuan
bonus dan motivasi karyawan.

V.

SIFAT DAN WAKTU PENGENDALIAN


Sifat dan waktu pengendalian/kontrol dibedakan atas:
1. Preventive Control
Pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dengan maksud
supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Hal ini bisa
dilakukan dengan melakukan beberapa cara, yaitu:
a.

Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata cara


suatu kegiatan atau dibuat tata tertib.

b.

Membuat pedoman-pedoman kerja

c.

Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pembuat kesalahan

d.

Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab

e.

Mengorganisasikan segala macam kegiatan

f.

Menentukan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan

2. Repressive Control,
Pengendalian
penyimpangan/kesalahan

yang
dalam

dilakukan

setelah

pelaksanaan

kegiatan,

terjadi
dengan

maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga sasaran

yang direncanakan dapat dicapai. Hal ini dapat dilakukan dengan caracara berikut:
a.

membandingkan antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana yang


telah ditentukan

b.

mencari penyebab terjadinya penyimpangan, kemudian mencari


jalan keluarnya

c.

memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan, termasuk kegiatan


para penanggung jawabnya

d.

melaksanakan sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat


kesalahan

e.

mencari kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan

f.

mengecek kebenaran laporan yang telah dibuat para petugas


pelaksana

3. Pengendalian yang dilakukan tengah proses penyimpangan terjadi


4. Pengendalian Berkala, ialah pengendalian yang dilakukan secara
berkala sebulan sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun sekali
5. Pengendalian

Mendadak,

ialah

pengendalian

dilakukan

secara

mendadak

VI.

CARA-CARA PENGENDALIAN
Cara-cara pengendalian dapat dibedakan atas:
1. Pengawasan Langsung,
Yaitu pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh seorang
manajer secara pribadi. Dia memeriksa pekerjaan yang sedang
dilakukan untuk mengetahui apakah hasil-hasilnya seperti yang
dikehendakinya.
Keuntungannya:

a.

akan terjadi kontak langsung antara atasan dan bawahan,


sehingga akan mempertinggi hubungan kerja antara bawahan dan
atasan

b.

akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena


merasa diperhatikan oleh atasannya

c.

akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin


bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya

Kerugiannya:
a. waktu seorang manajer banyak tersita, akibatnya waktu untuk
pekerjaan lainnya berkurang, misalnya perencanaan, pengambilan
keputusan dan lain-lain.
b. Mengurangi

inisiatif

bawahan,

karena

bawahannya

merasa

atasannya selalu mengamati mereka


c. Ongkos makin besar, karena adanya biaya perjalanan
Pengendalian langsung ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi
langsung, observasi ditempat (on the spot observation) dan laporan
ditempat (on the spor report). Manajer yang mempunyai tugas
kompleks tidak mungkin melakukan pengendalian langsung sebanyak
mungkin, maka untuk tugas pengendalian ini dilakukan dengan
pengendalian tidak langsung.

2. Pengawasan Tidak Langsung


Yaitu pengendalian jarak jauh melalui laporan yang diberikan
oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa kata-kata, angka-angka atau
statistik

yang

berisi

gambaran

atas

kemajuan

yang

dicapai.

Pengendalian tidak langsung dapat berupa laporan tertulis dan laporan


lisan.

Kelemahan pengendalian semacam ini adalah hal-hal yang


dilaporkan itu biasanya yang baik-baik saja dan yang dapat
menyenangkan

manajer.

Laporan

biasanya

kurang

dapat

mencerminkan keadaan objektif, karena ada kecenderungan Asal


Bapak Senang (ABS)
3. Pengawasan Berdasarkan Kekecualian
Yaitu pengendalian yang dikhususkan pada penyimpanganpenyimpangan yang luar biasa dari hasil standar yang diharapkan.

VII. MACAM-MACAM PENGENDALIAN


Pengendalian terdiri dari:
1. Internal Control (Pengendalian Intern)
Ialah pengendalian yang dilakukan seorang atasan terhadap
bawahannya. Cakupan dari pengendalian intern ini meliputi hal-hal
yang cukup luas dari pelaksanaan tugas, prosedur, sistem, hasil,
kehadiran dan lain-lain.
2. External Control (Pengendalian ekstern)
Ialah pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar. Pengendalian
ekstern dapat dilakukan secara formal maupun informal.

VIII. ALAT-ALAT PENGENDALIAN


Beberapa alat yang dapat dipergunakan untuk melakukan fungsi
pengendalian perusahaan adalah:
1. Budget

Budget/anggaran

adalah

suatu

ikhtisar

hasil

yang

akan

diharapkan dan pengeluaran yang disediakan untuk mencapai hasil


tersebut. Pengendalian Budget (Budgetary Control) dapat diketahui
atau diawasi, yaitu apakah hasil yang diharapkan dari penerimaan atau
pengeluaran itu sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Hal ini dapat
diketahui dengan cara membandingkannya dengan budget, karena
dalam budget telah ditetapkan jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran
serta hasil yang akan diperoleh untuk masa yang akan datang. Apabila
tidak sesuai dengan budget, baik penerimaan/pengeluaran maupun
hasil yang diperoleh, maka perusahaan itu tidak efektif karena terdapat
penyimpangan (deviasi) dan pimpinan perusahaan harus segera
mengadakan perbaikan (correction).
Budgetary control biasanya digunakan sehubungan dengan
kontrol basis yang bersifat fungsional yaitu penjualan, produksi dan
pembelian, dan tidak terhadap kontrol basis yang berisfat fakturil,
misalnya kuantitas, biaya, waktu.
Pada dasarnya tipe-tipe budget terdiri atas 2 golongan, yaitu
Constant budget dan Variable budget. Tipe-tipe budget lainnya yaitu;
a. Sales budget
b. Production budget
c. Cost production budget
d.

Step

budget,

berhubungan

dengan

production

budget

dan

menunjukkan barmacam-macam tingkat produksi


e. Purchasing budget
f.

Labor

budget/budget

personal

adalah

suatu

budget

yang

berhubungan dengan jumlah buruh yang ada dalam perusahaan,


buruh yang akan diterima dalam jangka waktu yang akan datang,
berapa yang akan dipensiunkan, berapa yang perlu mendapat
premi dan sebagainya.
g. Cash and financial budget
h. Master budget

2. Non Budget, meliputi:


a.

Personal Observation, yaitu pengawasan langsung secara pribadi


oleh pimpinan perusahaan terhadap karyawan/bawahan yang
sedang bekerja. Apabila terjadi penyimpangan, maka pimpinan
dapat segera melakukan koreksi dengan cara menegur atau
memberikan petunjuk, sehingga pada saat itu juga kegiatan
tersebut dapat segera diperbaiki.

b.

Report, adalah laporan yang dibuat oleh manajer bawahan,


misalnya manajer produksi menyusun laporan produksi (production
report), manajer penasaran membuat laporan-laporan pemasaran
(marketing reports) dan manajer keuangan membuat laporan
keuangan (financial report). Berdasarkan laporan-laporan ini dapat
diketahui dan diawasi perkembangan dan kegiatan-kegiatan yang
sudah lampau. Tetapi jika terjadi penyimpangan tidak dapat segera
diketahui sehingga perbaikan akan terlambat. Hal ini merupakan
suatu kelemahan alat pengendalian ini apabila dibandingkan
dengan personal observation, yang dapat segera melakukan
perbaikan terhadap penyimpangan yang ada.

c.

Financial statement, merupakan daftar laporan keuangan yang


biasanya terdiri dari balance sheet dan income statement (neraca
dan daftar rugi laba). Dari kedua daftar ini dapat diketahui dan
diawasi melalui analisa laporan keuangan, mengenai keadaan
permodalan perusahaan. Apakah perusahaan mempunyai sejumlah
modal, sehingga mampu dengan segera membayar seluruh
kewajiban keuangan yang segera harus dibayar?
-

Apakah perusahaan likwit/solvable?

Apakah perputaran modal sesuai dengan yang diinginkan?

Bagaimanakah

rehabilitas

perusahaan,

apakah

menguntungkan atau tidak?


d.

Statistik, merupakan proses pengumpulan data, keterangan dan


kejadian yang telah berlalu. Menganalisa data tersebut dan

menyajikannya dalam bentuk-bentuk tertentu, misalnya grafikgrafik,

kurva-kurva

sehingga

dapat

memudahkan

pimpinan

mengetahui kejadian yang telah berlalu dan dapat dengan mudah


pula

dijadikan

informasi

sebagai

bahan

dalam

mengambil

keputusan.
e.

Break Event Point, yaitu suatu titik atau keadaan ketika jumlah
penjualan tertentu tidak mendapatkan laba atau rugi. Jadi jumlah
biaya sama dengan jumlah penjualan.

f.

Internal Audit, yaitu pengendalian yang dilakukan oleh atasan


terhadap bawahan yang meliputi bidang-bidang kegiatan secara
menyeluruh yang mengangkut masalah keuangan, apakah sesuai
dengan prosedur dan praktek yang telah ditetapkan. Auditing ini
juga menyangkur pengendalian persediaan yang baik, pembayaran
barang yang dibeli, dan pemeriksaan yang cukup apakah barang
yang telah dibayar benar-benar telah diterima.

IX.

PENGAWASAN KEFARMASIAN
Tujuan pengawasan sediaan farmasi adalah :
1. Melindungi masyarakat dari sediaan farmasi yang tidak memenuhi
syarat
2. Melindungi masyarakat dari penyalahgunaan dan salah penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan
3. Mencegah persaingan tidak sehat antar perusahaan farmasi
Sediaan farmasi yang tidak memenuhi syarat mungkin banyak
terdapat pada obat tradisional, obat atau makanan baik yang terdaftar
atau tidak terdaftar. Begitu juga apakah produk sediaan farmasi yang
kebanyakan untuk konsumsi dokter praktek itu tersentuh pengawasan
mutu, karena produk pabrik ini kebijaksanaan marketingnya jarang
ditemukan di apotik yang biasa disampling petugas pengawasan.
Sediaan

farmasi

yang

disalahgunakan

mungkin

saja

psikotropik/narkotik atau bias saja zat adiktif lainnya seperti minuman


beralkohol.
Kalau dalam proses pembuatan minuman beralkohol itu harus
dilakukan dari fermentasi dan penyulingan, apakah pihak pengawas
yakin produksi yang beribu-ribu liter per hari itu hasil dari fermentasi?
Ataukah hanya dengan mencampur alkohol teknis dengan essence
saja? Jika demikian telah terjadi penyalahgunaan proses dan bahan
baku.
Salah penggunaan mungkin banyak terjadi pada pemakaian obat
keras, yang seharusnya dengan resep dokter, tetapi khusus di
Indonesia bisa diperoleh di sarana pelayanan kefarmasian apotik dan
toko obat mana saja. Seharusnya pihak pengawas bisa menutup dari
hulunya bukan dipantau di hilirnya saja. Persaingan tidak sehat antar
perusahaan famasi terjadi secara besar-besaran. Bukan rahasia lagi di
kalangan dokter dan apoteker bahwa ada pemberian komisi setiap
bulan yang totalnya entah berapa miliar dari perusahaan tertentu, dan

tentu ini diambil dari harga obat yang biaya promosinya bisa sekitar
sepuluh

kali

lipat

harga

obat

dan

hal

ini

ditanggung

oleh

pasien/konsumen. Disamping itu jika harga obat dengan nama generik


dan nama dagang terlalu jauh, bisa terjadi pemalsuan merek, dimana
bungkus luar obat generik diganti dengan obat nama dagang atau
terjadi penyelundupan obat yang semerek dari Negara tetangga.

Anda mungkin juga menyukai