Anda di halaman 1dari 7

Contoh LP askep(Thypoid)

Pendahuluan
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran pencernaan.
Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan
pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (FKUI, 1985).
Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 14 hari.
Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya
lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut.
1. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu praktek keperawatan merupakan tindakan yang mandiri melalui kerja sama tenaga
kesehatan lainnya dalam bentuk kerja sama dengan pasien /keluarga sesuai lingkup peran dan
fungsi seorang perawat. Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan juga memiliki tanggung
jawab untuk ikut serta dalam penanganan kasus yang dialami klien, salah satu diantara yang
menjadi bahan studi penulis yaitu peran perawat dalam upaya penanganan Thypus
Abdominalis

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Thypus Abdominalis
preventif, kuratif dan rehabilitatif guna menekan jumlah penderita penyakit Tgypus
Abdominalis, dan meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu, mendorong penulis untuk
memilih penyakit Thypus Abdominalis

Tujuan Khusus
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian keperawatan pada pasien dengan
Thypus Abdominalis
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan diagnosa keperawatan pasien
dengan Thypus Abdominalis
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam menyusun rencana keperawatan dengan Thypus
Abdominalis
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan implementasi terhadap pasien
dengan Thypus Abdominalis
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem pernapasan Thypus Abdominalis
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem pernapasan Thypus Abdominalis

BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP TYPUS

1. DEFINISI (PENGERTIAN)
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran pencernaan.
Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan
pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (FKUI, 1985).
Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 14 hari.
Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya
lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut.
2. ETIOLOGI
Penyabab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmonella
paratyphiiB. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3
macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat
zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 41C (optimum
37C) dan pH pertumbuhan 6 8.
3. E.

PATOFISIOLOGI

Infeksi masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, infeksi terjadi pada
saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh limfe masuk ke dalam peredaran
darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfa sehingga membesar dan disertai nyeri.
Basil masuk kembali ke dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama
kedalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa
usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika kondisi tubuh dijaga
tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman
typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur sembuh.\

SKEMA POTOFISIOLAGIS TYPHUS ABDOMINALIS

4. D. TANDA DAN GEJALA


Masa inkubasi rata-rata 2 minggu gejalanya: cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa
tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu
pertama. Demam terjadi terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2
dan 3 demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-angsur.

Gangguan gastrointestinal, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor-berselaput putih dan
pinggirnya hiperemis, perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan, bradikardi relatif,
kenaikan denyut nadi tidak sesuai dengan kenaikan suhu badan (Junadi, 1982).
5. PENATALAKSANAAN
Typus
1. Pengobatan
a. Kloramfenikol
b. Kotrimoksasol
c. Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi dengan Ampisilin
100 mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
2. Perawatan
a. Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus
tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
b. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
3. Diet
a. Pada mulanya klien diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi,
lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman kepada klien.
6. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa penyakit typhus abdominalis perlu dilakukan pemeriksaan yaitu
pemeriksaan laboratorium:
1. Darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia
limfositosis relatif dan
ameosinofila pada permulaan sakit
mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan
hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan penyakit dengan cepat.
2. Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer lebih dari 1/80, 1/ 160, dst,
semakin kecil titrasi menunjukkan semaki berat penyakitnya.
3. Darah untuk kultur (biakan empedu)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, pusing, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan
berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Data Fokus
Mata : konjungtiva anemis

Mulut : lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan), nafas bau tidak sedap,
bibir kering dan pecah-pecah.
Hidung : kadang terjadi epistaksis
Abdomen: perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan.
Sirkulasi: bradikardi, gangguan kesadaran
Kulit : bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstremitas.
d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
SGOT SGPT meningkat, leukopenia, leuukositosis relatif pada fase akut; mungkin terdapat
anemia dan trombositopenia.
Uji serologis asidal (titer O, H)
Biakan kuman (darah, feses, urin, empedu)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d proses inflamasi
Tujuan:

Suhu tubuh klien kembali normal

Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan

Intervensi:

Identifikasi penyebab atau faktor yang dapat menimbulkan hipertermi

Observasi cairan masuk dan keluar, hitung keseimbangan cairan

Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak ada kontraindikasi

Beri kompres air hangat

Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan saat suhu tubuh naik

Kolaborasi: pemberian antipiretik, pemberian antibiotik, pemeriksaan


penunjang=hasil laboratorium.

Evaluasi:

Suhu tubuh klien kembali normal

Frekuensi pernafasan kembali normal

Kulit klien tidak teraba panas

Klien dapat beraktivitas

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan:

Asupan nutrisi klien tercukupi

Peningkatan nafsu makan klien

Intervensi:

Kaji pola makan klien

Observasi mual dan muntah

Identifikasi faktor pencetus mual, muntah, dan nyeri abdomen

Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien

Sajikaan makanan dalam kedaan hangat dan menarik

Beri posisi semi fowler saat makan

Bantu klien untuk makan, catat masukan makanan.

Evaluasi:

Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah

Nafsu makan meningkat

c. Nyeri akut b.d agen cidera biologis


Tujuan:

Nyeri klien berkurang

Klien merasa nyaman

Intervensi:

Kaji karakteristik nyeri dan skala nyeri

Kaji faktor yang dapat menurunkan/menaikkan nyeri

Ajarkan dan bantu klien melakukan relaksasi dan distraksi

Beri posisi yang nyaman

Ciptakan lingkungan yang tenang

Evaluasi

Klien mengatakan nyeri abdomen berkurang

Klien mengatakan sudah merasa nyaman.

Anda mungkin juga menyukai