DEFINISI
Pengertian Gout dari beberapa ahli, diantaranya:
a) Artritis pirai ( Gout ) adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan
b)
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout adalah:
a. Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga
b. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin
lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh
c. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang juga
dapat menghambat pembuangan urin melalui ginjal.
d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal.
Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak . minum air sebanyak 2 liter atau
lebih tiap harinya membantu pembuangan urat, dan meminimalkan pengendapan urat dalam
saluran kemih.
e. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama diuretika ( furosemid
f.
dan hidroklorotiazida )
Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri dan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus gout antara lain:
a.
Pemeriksaan Radiologi
1)
a)
ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi
terutama di sekitar sendi ibu jari kaki.
b)
c)
b.
Pemeriksaan laboratorium
b)
3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung tabung berpenutup merah. Diusahakan supaya
elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan (hati, ginjal, otak, jantung), remis,
nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 8,0 mg/dL, Perempuan Dewasa : 2,8 6,8 mg/dL
e)
peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout, alkoholisme, leukimia,
limfoma, diabetes mellitus (berat), gagal jantung kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat : asam
askorbat, diuretic, tiazid, levodopa, furosemid, fenotiazin, 6-merkaptopurin, teofilin, salisilat.
2) Asam Urat (Urine 24 jam)
a)
b)
sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan pengawet dan didinginkan.
c)
d)
e)
f)
Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia, sindrom Fanconi, terapi sinar
X, penyakit demam, hepattis virus, pengaruh obat: kortikosteroid, agens sitotoksik (pengobatan
kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi).
g)
Kadar pH urine diperiksa jika terdapet hiperuremia. Batu urat terjadi pada pH urine rendah
(asam).
c.
1)
Tes makroskopik
a)
Bekuan
Viskositas
Tes mucin
Tes mikroskopik
a)
Jumlah leukosit
Kristal-kristal
Tes kimia
1)
Tes glukosa
Normal : perbedaan antara glukosa serum dan cairan sendi adalah kurang dari 10mg%
Pada kelompok inflammatorik : Arthritis gout : perbedaan rata-rata 12 mg%
Faktor rematoid : perbedaan 6 mg%
2)
Laktat Dehidrogenase
Tes mikrobiologi
Patogenesis
Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum,
meninggi ataupun menurun. Pada kadar urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan.
Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar urat serum dapat mempresipitasi
serangan Gout akut. Pemakaian alkohol berat pada pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi
konsentrasi urat serum.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan Kristal monosodium urat dari depositnya
dalam tofi ( crystals shedding ). Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia
asimptomatik Kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya
tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout seperti juga pseudogout, dapat
timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian didapat 21% pasien gout dengan asam urat
normal. Terdapat peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul seranga gout akut.
Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki
dan tangan, dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU diendapkan pada kedua tempat tersebut.
Predileksi untuk pengendapan Kristal MSU pada metatarsofalangeal- 1 (MTP-1) berhubungan juga
dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
Penelitian Simkin didapatkan kecepatan difusi molekul urat pada ruang sinovia kedalam plasma
hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi urat cairan sendi seperti MTP-1
menjadi seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari selanjutnya bila cairan sendi
direabsorbsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan kadar urat local. Fenomena ini dapat
menerangkan terjadinya awitan (onset) gout akut pada malam hari pada sendi yang bersangkutan.
Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitromelalui pembentukan dari protonated solid
phases. Walaupun kelarutan sodium urat bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini
meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada
sendi dengan gout, gagal untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan pH secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan Kristal MSU sendi.
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama pada gout akut.
Reaksi inni merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan
jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah:
a. Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab;
b. Mencegah perluasan agen penyebab kejaringan yang lebih luas.
Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu Kristal
monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini
diduga oleh peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator peradangan
akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular. ( Edward
Stefanus, 2010 )
Patofisiologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut
berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
a) Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9
mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon,
dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam
protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.
b) Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN
dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c) Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala
disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d) Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara
permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan
pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
e)
Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan ( Khaidir Muhaj, 2010 )
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam
yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran
magnesium, ammonium, fosfat).
4. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
5. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
6. Batu ginjal ( kencing batu ) serta gagal ginjal ( Emir Afif, 2010 )
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi lain misalnya
pada ginjal. Pengobatan arthritis gout akan bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obatan, antara lain:
a.
Kolkisin
1) Indikasi : penyakit gout (spesifik)
2) Mekanisme kerja : Menghambat migrasi granulosit ke tempat radang menyebabkan mediator
berkurang dan selanjutnya mengurangi peradangan. Kolkisin juga menghambat pelepasan
glikoprotein dari leukosit yang merupakan penyebab terjadinya nyeri dan radang sendi pada
gout.
3) Dosis : 0,5 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan diikuti 0,5 0,6 mg tiap
2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah
dan diare. Dapat diberikan dosis maksimum sampai 7 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg
dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 1,0 mg sehari.
4) Pemberian IV : 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12 24 jam dan tidak melebihi 4 mg
dengan satu regimen pengobatan. Indikasi pemberian secara intravena :terjadi komplikasi
saluran cerna, serangan akut pada pasca operatif, bila pemberian oral pasca akut tidak
menunjukkan perubahan positif.
5) Efek samping : muntah, mual, diare dan pengobatan harus dihentikan bila efek samping ini
terjadi walaupun belum mencapai efek terapi. Bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan
peradangan dan nekrosis kulit dan jaringan lemak. Pada keracunan kolkisin yang berat terjadi
koagulasi intravascular diseminata.
b.
1)
Indometasin
a)
b)
Mekanisme kerja : efektif dalam pengobatan penyakit arthritis reumatid dan sejenisnya karena
memiliki efek anti-inflamasi dan analgesik-antipiretik yang sebanding dengan aspirin.
Indometasin dapat menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear (PMN). Absorpsi
indometasi cukup baik dengan pemberian oral dengan 92 99% terikat pada protein plasma.
Metabolismenya terjadi di hati dan diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit lewat urin
dan hempedu. Waktu parah plasma kira-kira 2 4 jam.
c)
d)
Kontra indikasi : anak, wanita hamil, pasien gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung
e)
Efek samping : amat toksik sehingga dapat menyebabkan nyeri abdomen, diare, pendarahan
lambung, pancreatitis, sakit kepala yang hebat disertai pusing, depresi, rasa bingung, halusinasi,
psikosis, agranulositosis, anemia aplastik, trombositopena, hiperkalemia, alergi
2)
Fenilbutazon
a)
Dosis : bergantung pada beratnya serangan. Pada serangan berat : 3 x 200 mg selama 24 jam
pertama, kemudian dosis dikurangi menjadi 500 mg sehari pada hari kedua, 400 mg pada hari
ketiga, selanjutnya 100 mg sehari sampai sembuh.Pemberian secara suntikan adalah 600 mg
dosis tunggal. Pemberian secara ini biasanya untuk penderita dioperasi.
3)
Kortikosteroid
a)
Indikasi : penderita dengan arthritis gout yang recurrent, bila tidak ada perbaikan dengan obatobat lain, dan pada penderita intoleran terhadap obat lain.
b)
Dosis : 0,5 mg pada pemberian intramuscular. Pada kasus resisten, dosis dinaikkan antara 0,75
1,0 mg dan kemudian diturunkkan secara bertahap samapi 0,1 mg. Efek obat jelas tampak dalam
3 hari pengobatan.
Allopurinol
a)
b)
Mekanisme kerja : menghambat xantin oksidase agar hipoxantin tidak dikonversi menjadi
xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Mengalami biotransformasi oleh enzim xantin
oksidase menjadi aloxantin yang mempunyai masa paruh yang lebih panjang.
c)
Efek allopurinol dilawan oleh salisilat, berkurang pada insufficient ginjal, dan tidak
menyebabkan batu ginjal.
d)
Dosis :
Probenesid
a)
b)
Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada
penyakit gout, tidak efektif untuk mengatasi serangan akut. Probenasid tidak efektif bila laju
filtrasi glomerulus.
c)
d)
Kontra indikasi : adanya riwayat batu ginjal, penderita dengan jumlah urin yang berkurang,
hipersensitivitas terhadap probenesid.
e)
Efek samping : gangguan saluran cerna yang lebih ringan, nyeri kepala, reaksi alergi.
3)
Sulfipirazon
a)
Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada penyakit pirai
kronik, berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat. Kurang efektif untuk menurunkan
asam urat dan tidak efektif untuk mengatasi serangan pirai akut, meningkatkan frekuensi
serangan pada fase akut.
b)
Dosis : 2 x 100 200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400 800 mg kemudian dikurangi sampai
d)
Efek samping : gangguan cerna yang berat, anemia, leukopenia, agranulositosis (Emir Afif,
2010)