Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

Saraf Kranial
Nama-Nama Saraf Otak (Nervus Kranialis)
1. Nervus I
: Nervus Olfactorius
2. Nervus II
: Nervus Optikus
3. Nervus III
: Nervus Okulomotorius
4. Nervus IV
: Nervus Troklearis
5. Nervus V
: Nervus Trigeminus
6. Nervus VI
: Nervus Abdusen
7. Nervus VII
: Nervus Fasialis
8. Nervus VIII
: Nervus Vestibulokoklearis
9. Nervus IX
: Nervus Glosofaringeus
10. Nervus X
: Nervus Vagus
11. Nervus XI
: Nervus Aksesorius
12. Nervus

1.

XII

: Nervus

Hipoglosus

Nervus I (Nervus Olfactorius)


Fungsi: penghidu
Zat: bau-bauan yang tidak asik (ex. kopi, tembakau)
Caranya:
pasien tutup mata
salah satu lubang hidung ditutup dengan jari pemeriksa
lubang hidung yg tidak ditutup menghirup salah satu zat
tanyakan zat apa yang dihirup
lakukan hal yg sama pada lubang hidung lainnya
Penilaian
Normosmia: kemampuan menghidu normal
Hiposmia: kemampuan menghidu menurun
Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu. Biasanya pd penderita hiperemis gravidarum,
migren.
Anosmia: hilangnya penciuman
Kakosmia: mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada
Penyebab Gangguan Menghidu
Penyakit inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat
Trauma kepala : mungkin disebabkan oleh robeknya filament olfactorius

2. Nervus II (Nervus Optikus)

Pemeriksaan terdiri dari:


A. Ketajaman Penglihatan (visual acuity)
B. Lapangan Pandang (visual field)
C. Funduskopi (pemeriksaan oftalmoskopik)

Cara Melakukan Tes Nervus II


A. Ketajaman Penglihatan
o Pemeriksaan kasar: pasien diminta untuk mengenali benda yang letaknya jauh. Ex: jam dinding, Tanya
jam berapa, membaca buku/Koran
o Pemeriksaan yg teliti: dgn menggunakan gambar snellen (optic snellen) seperti kalau mau pakai kaca
mata. Penderita disuruh membaca gambar snellen pada jarak 6 meter. Tentukan baris ke berapa
sampai penderita tidak mampu lagi membacanya.
B. Lapangan Pandang
Caranya (metode konfrontasi Donder):
o Penderita duduk/berdiri berha-dapan dengan pemeriksa
o Penderita & pemeriksa masing-masing menutup salah satu mata yang berhadapan (ex. penderita
tutup mata kiri, sedangkan pemeriksa tutup mata kanan, atau sebaliknya).

o Mata penderita & pemeriksa yang tidak tertutup harus saling ber-tatapan (menghadap ke depan), jgn
melirik
o Pemeriksa lalu menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa & penderita.
Gerakan dilakukan dari luar ke dalam.
Gangguan lapangan pandang
- Lapangan pandang menyempit
- Hemianopsia
C. Funduskopi (Pemeriksaan Oftalmoskopik)
o Menilai keadaan N.II, terutama papil nya. Papil adalah tempat serabut N.II memasuki mata
o Penilaian terhadap papil:
- Papil normal: bentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan
retina jelas, pembuluh darah muncul di tengah, bercabang ke atas & bawah
- Papil atrofi primer: warna papil pucat, batas tegas, pembuluh darah berkurang.
- Sembab papil: disebabkan oleh radang aktif / bendungan,disertai perburukan visus yang hebat. Pada
sembab papil perlu ditentukan besarnya penonjolan, dinyatakan dalam dioptri.

Penyebab Gangguan Nervus II:


o Neuritis optika
o Neuritis retrobulbar
o Papilitis
o Neuropati optic iskemik (ex. pada hiper-tensi dan arthritis)
o Neuropati karena tekanan (ex. tumor, anerisma, gangguan hormonal tiroid)
o Neuropati optic o/ infiltrasi (ex. karsinoma)
o Defisiensi/intoksikasi (ex. def. vitamin B12, B1, intoksikasi etambutol, kloramfenikol)
3. Nervus III (Nervus Okulomotorius), Nervus IV (Nervus Troklearis), Nervus VI (Nervus
Abdusen)
a. Fungsi N.III, IV, dan VI saling berkaitan dan diperiksa bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan
otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Srabut N.III mengatur otot pupil
b. Otot bola mata yg dipersarafi N. III, IV, VI:
o N.III : menginervasi m. rektus internus (medialis), m. rektus superior, m. rektus inferior, m. levator
palpebrae; serabut visero-motoriknya mengurus m. sfingter pupile (yaitu mengurus kontraksi pupil)
dan m. siliare (mengatur lensa mata)
o N.IV : menginervasi m. oblikus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkanke
bawah dan nasal.
o N.VI : menginervasi m. rektus eksternus (lateralis). Kerja otot ini menyebabkan lirik matakea rah
temporal.

Bagan Gerak Bola Mata


c. Cara Pemeriksaan
1) Ptosis
o Ptosis adlh kelopak mata terjatuh, mata tertutup, tdk dapat dibuka, akibat kelumpuhan N.III (otot m.
levator palpebrae)
o Untuk menilai tenaga m. levator pal-pebrae pasien diminta pejamkan mata, kemudian disuruh
membuka matanya. Waktu pasien membuka mata, pemeriksa menahan gerakan ini dengan jalan
memegang (menekan enteng) pada kelopak mata. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan
mengangkat kelopak mata.

2)

Pupil
o Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan. Bila sama : isokor ; bila tidak sama : anisokor
o Perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya (normal) atau tidak.
o Miosis : pupil mengecil, dipersarafi oleh serabut parasimpatis dari N.III. Dapat dijumpai pada waktu
tidur, tingkat tertentu dari koma, iritasi N.III, dan kelumpuhan saraf simpatis (sindrom Horner).
o Midriasis : pupil melebar, dipersarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal). Dijumpai pada kelumpuhan
N.III, misalx oleh desakan tumor atau hematom, pd fraktur dasar tulang tengkorak.
3) Refleks Pupil (Reaksi Cahaya Pupil)
o Terdiri atas:
1. Refleks Cahaya Langsung (RCL)
2. Refleks Cahaya Tak Langsung (RCTL)
o Caranya:
- Pasien disuruh melihat benda yang jauh.
- Mata disenter (diberi cahaya) dan lihat apa ada reaksi pupil. Pada keadaannormal, pupil akan
mengecil : RCL (+); bila pupil mata yang TIDAK disinari ikut juga mengecil : RCTL (+).
- Apabila RCL (-) dan RCTL (+) : kerusakan pada N.II
- Apabila RCL (-) dan RCTL (-) : kelumpuhan N.III.
4) Refleks Akomodasi
o Penderita diminta melihat jauh, kemudian diminta melihat dekat.
o Mis. jari pemeriksa atau benda (ex. pulpen) yang ditempatkan di dekat matanya.
o Refleks Akomodasi (+) bila pupil mengecil : NORMAL
o Refleks Akomodasi (-) bila terdapat kelumpuhan N.III.
5) Kedudukan (Posisi) Bola Mata
o Eksoftalmus: mata menonjol
Eksoftalmus bilateral dijumpai pada tirotoksikosis.
o Enoftalmus: bola mata seolah-olah masuk ke dalam
Enoftalmus bisa dijumpai pd Sindrom Horner (yang disebabkan oleh kerusa-kan serabut simpatis leher)
o Strabismus: posisi bola mata tidak simetris akibat adanya kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari
otot mata.
Disebut juga juling/jereng.
- Strabismus konvergen: lirikan ke medial disebabkan oleh ke-lumpuhan m. rectus eksternus yang
dipersarafi N.VI
- Strabismus divergen: lirikan ke lateral disebabkan oleh kelum-puhan m. rectus internus yang
dipersarafi N. III.
6) Gerakan Bola Mata
o Penderita disuruh mengikuti jari pe-meriksa yang digerakkan kea rah lateral, medial-atas, bawah, dan
kea rah yang miring.
o Perhatikan apakah mata pasien bias mengikutinya dan perhatikan bagai-mana gerakan bola mata.
o Pada pemeriksaan gerakan bola mata juga diperhatikan adanya diplopia (melihat kembar). Diplopia
dijumpai pada kelumpuhan otot penggerak bola mata.
o Perhatikan pula adanya nistagmus. Nistagmus adalah gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan
ritmik. Caranya: penderita disuruh terus melirik ke satu arah (ex. ke kanan/kiri/ atas/bawah) selama 56 detik. Jika ada nistagmus, akan terlihat dalam jangka waktu tersebut.
4. Nervus V (Nervus Trigeminus)
a. Bagian Motorik
o Mengurus otot-otot u/ mengunyah, yaitu m. masseter, m. temporalis; m. pterigoid medialis (bfx u/
menutup mulut); m. pterigoid lateralis (bfx u/ menggerakkan rahang bawah ke samping)
o Cara pemeriksaan
- Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. masseter dan m. temporalisnya.
- Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan diperhatikan apakah ada deviasi dari rahang bawah,
lalu mulut ditutup rapat (untuk menilai m. pterigoid medialis)
- Pasien diminta untuk menggerakkan rahang bawahnya kiri dan kanan (untuk menilai m. pterigoideus
lateralis)
- Bila terdapat parese di sebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri. Begitu
pula sebaliknya.
b. Bagian Sensorik
1. Mengurus sensibilitas wajah melalui 3 cabang:

- Cabang (ramus) oftalmik : mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus
paranasalis dan sebagian mukosa hidung
- Cabang (ramus) maksilaris : mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum
durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.
- Cabang (ramus) mandibularis : mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah,
mukosa pipi, 2/3 bag. Depan lidah, sebagian dari telinga (eksternal), meatus, dan selaput otak.
2. Cara Pemeriksaan:
- Bagian sensorik N.V diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri, dan suhu pada daerah yang
dipersarafinya (wajah). Cara melakukannya akan dibahas pada BAB SISTEM SENSORIK.
- Waktu memeriksa sensibilitas N.V juga periksa refleks kornea yang akan dibahas padaBAB SISTEM
REFLEKS.

Daerah Sensibilitas N.V, cabang I, II, III


(I)
(II)
(III)

Ramus Oftalmik
Ramus Maksilaris
Ramus Mandibularis

5. Nervus VII (Nervus Fasialis)


Saraf otak N.VII mengandung 4 macam serabut:
Serabut somato-motorik : mempersarafi otot-otot wajah kecuali m. levator palpebrae (N.III), otot
platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
b. Serabut visero-motorik (parasimpatis) : datang dari nucleus salivatorius superior. Serabut saraf ini
mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula
submaksilar serta sublingual dan lakrimalis.
c. Serabut visero-sensorik : menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian depan lidah (bersamasama dengan N.V cab. Ramus mandibularis; sedangkan 1/3 bagian posterior oleh N.IX).
d. Serabut somato-sensorik : rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan raba) dari sebagian daerah
kulit dan mukosa yang disarafi oleh N.V.

Secara anatomis, bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantar sensasi dan serabut
parasimpatis, yaitu:
a. Motorik: inervasi otot wajah
b. Sensasi: sensasi eksteroseptif dari gendang telinga, sensasi pengecapan 2/3 bagian anterior lidah
c. Parasimpatis: kelenjar ludah dan air mata

Pemeriksaan
a. Fungsi Motorik (sering dilakukan di klinik)
o Suruh penderita mengangkat alis dan kerutkan dahi.
- Pada kelumpuhan jenis supranuklir sesisi, penderita dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi
- Pada kelumpuhan jenis perifer tampak adanya asimetri
o Suruh penderita pejamkan mata
- Lumpuh berat : tidak dapat pejamkan mata
- Lumpuh ringan : tenaga pejaman kurang kuat
- Hal ini dapat dinilai dengan jalan mengangkat kelopak mata dengan tangan pemeriksa, sedangkan
pasien disuruh memejamkan mata
o Suruh penderita menyeringai, senyum, menunjukkan gigi geligi, memonyong-kan bibir,
menggembungkan pipi
o Gejala Chovstek

a.

- Dibangkitkan dgn jalan mengetok N.VII di bagian depan telinga


- Bila positif : kontraksi otot yang dipersarafinya
- Pada tetani gejala Chovstek (+)
b. Fungsi Pengecapan
o Suruh penderita julurkan lidah, letakkan bubuk gula/garam/kina (dilakukan secara bergantian dan
diselingi istirahat) pada 2/3 lidah bagian depan
o Penderita disuruh menyebutkan apa yang ia rasakan
o Ageusi : hilangnya rasa pengecapan (pada 2/3 lidah anterior) akibat kerusakan N.VII sebelum
percabangan korda timpani

Gangguan N. VII
- Kerusakan sesisi pada UMN N.VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik) akan
mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah bagian bawah (kurang dapat mengangkat sudut
mulut, menyeringai, perlihatkan gigi, tersenyum). Pada wajah bagian atas tidak mengalami
kelumpuhan (penderita masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan menutup mata).
- Pada lesi LMN : semua gerakan otot wajah (baik yang volunteer maupun involunter) semuanya
lumpuh.
- Pada Bells Palsy : kelumpuhan N.VII jenis perifer yang timbul secara akut, tanpa adanya kelainan
neurologik lain.
- Pada Sindrom Guillain Barre : kelumpuhan N.VII perifer yang bilateral, muka tampak simetris. Perlu
dicurigai bila pasien tidak dapat memejamkan kedua matanya.

Beberapa penyebab gangguan N.VII


o Strok (kebanyakan menyebabkan gangguan jenis sentral
o Gangguan jenis perifer:
- Paralisis idiopatis (Bells palsy)
- Tumor di sudut serebelopontin
- Otitis media
- Meningitis karsinomatosa
- Tumor parotis
- Fraktur dasar tulang tengkorak

Beberapa penyebab gangguan pengecapan (N.VII, N.IX)


- Meningitis viral
- Pasca influenza
- Merokok
- Mulut kering
- Penyakit sistemik
- Defisiensi vitamin B12 dan A
- Obat-obatan (amitriptilin, ACE- inhibitor)
6. Nervus VIII (Nervus Vestibulokoklearis)
Terdiri dari Saraf Vestibularis & Saraf Koklearis
a. Saraf Vestibularis

Berhubungan dengan:
o Batang otak : serabut dari inti vestibularis mengadakan hubungan dengan inti saraf otak III, IV, dan VI
(yg mengurus otot ekstraokuler). Sistem vestibuler memainkan peranan dalam mengurus gerak
terkonjugasi bola mata yang reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala.
o Medulla Spinalis : hubungan dengan medulla spinalis terjadi melalui traktus vestibulo-spinalis lateralis
dan medialis. Berperan mengatur tonus otot ekstensor badan dan anggota gerak terhadap gravitasi,
dan mempertahankan sikap tegak.
o Serebelum : bagian vestibuler dari serebellum (archicerebellum) berperan dalam mempertahankan
keseimbangan.
o Serebrum : hubungannya dengan korteks serebri masih belum berhasil dibuktikan.

Gangguan saraf vestibularis:


o Vertigo, terbagi atas 2 tipe
- Perifer: sekeliling berputar, nistagmus horizontal, lebih berat
- Sentral: orangnya yang seperti berputar, nistagmus vertikal, lebih ringan
o Nistagmus : gerak infolunter yang bersifat ritmik dari bola mata (gejala objektif vertigo)
o Salah tunjuk, kehilangan keseimbangan

Pemeriksaan saraf vestibularis

o
o
-

o
o
-

Cara khusus untuk menimbulkan nistagmus:


Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike
Tes kalori
Elektronistagmografi
Tes untuk menilai keseimbangan:
Tes Romberg yang dipertajam : penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yg lain
(tandem); tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan mata
lalu ditutup untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada orang normal mampu berdiri dalam sikap
Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
Tes melangkah di tempat (strepping test) : penderita disuruh jalan di tempat dengan mata tertutup,
sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Tes ini dapat mendeteksi gangguan
sistem vestibular. Hasil tes dianggap abnormal bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 m
dari tempatnya semula, atau badan berputar lebih 30.
Salah tunjuk : penderita disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa dengan menggunakan telunjuknya.
Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk, demikian juga dengan gangguan serebellar.
Penyebab gangguan sistem vestibular:
Gangguan jenis perifer
Neuritis vestibular
Vertigo posisional benigna
Mabuk kendaraan
Trauma
Obat-obatan (ex. streptomisin)
Labirintis
Penyakit meniere
Tumor di fossa posterior
Gangguan jenis sentral
Strok atau iskemia batang otak
Migren basilar
Trauma
Perdarahan atau lesi di serebellum
Lesi lobus temporalis
Neoplasma

b. Saraf Koklearis

Gangguan Saraf Koklearis


o Gangguan ada saraf koklearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus, atau hiperakusis. Ada 2 macam
ketulian, yaitu:
1. Tuli perseptif atau tuli saraf
- Dapat disebabkan oleh lesi di:
a. reseptor di telinga dalam
b.nervus koklearis
c. inti serta serabut pendengaran di batang otak
d.korteks auditif
- Pada tuli saraf, konduksi udara dan konduksi tulang sama - sama berkurang, sehingga perbandingan
hantarannya biasanya tidak berubah (Tes Rinne (+)). Akan tetapi, Tes Swabach memendek dan Tes
Weber didapatkan lateralisasi ke arah yang sehat.
- Terdapat kehilangan pendengaran, terutama untuk nada yang tinggi dan huruf mati yg tajam, seperti
s & t
2. Tuli Konduktif (Tuli Obstruktif, Tuli Transmisi)
- Disebabkan oleh gangguan telinga luar dan telinga tengah
- Dapat pula disebabkan oleh sum-batan liang telinga luar, missalnya oleh serumen, air, darah, dll.
- Gangguan di nasofaring yg menga-kibatkan obstruksi pada tuba Eustachii dapat menyebabkan tuli
konduktif.
- Gangguan terutama pada konduksi udara, sedang konduksi tulang tidak berubah, malah dapat
bertambah, karenanya Tes Rinne (-). Disamping itu Tes Swabach memendek dan pada Tes
Weber didapatkan lateralisasi ke sisi yang tuli.
- Terdapat gangguan pendengaran, terutama pada nada yang rendah.

o Tinitus : bunyi berdenging di telinga yang disebabkan oleh eksitasi atau iritasi alat pendengaran,
sarafnya, inti serta pusat yang lebih tinggi. Obat-oabatan seperti kina, salisilat, dan streptomisin dapat
menyebabkan tinnitus.

Pemeriksaan Saraf Koklearis


1. Tes Swabach
- Pada tes ini, pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yg normal).
- Garpu tala dibunyikan lalu ditempatkan di dekat telinga penderita.
- Setelah penderita tak medengar bunyi lagi, garpu tala tersebut diletakkan di dekat telinga pemeriksa.
- Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa : swabach memendek (untuk konduksi udara).
- Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita.
- Bila penderita sudah tidak mendengar bunyi lagi, maka garpu tala di-tempatkan pada tulang mastoid
pemeriksa.
- Bila pemeriksa masih mendengar bunyinya swabach memendek (untuk konduksi tulang).
2. Tes Rinne
- Pada pemeriksaan ini dibandingkan konduksi tulang dgn konduksi udara.
- Pada telinga normal, konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.
- Pada pemeriksaan, biasanya digunakan garpu tala frekuensi 128, 256 a/ 512 Hz.
- Garpu tala dibunyikan pada pangkalnya ditekan pada pada tulang mastoid penderita.
- Bila penderita sudah tidak mendengar lagi, garpu tala didekatkan pada telinga penderita. Jika masih
terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang RINNE (+)
- Bila tidak terdengar lagi bunyinya segera setelah garpu tala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat
telinga RINNE (-)
3. Tes Weber
- Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita tepat di tengah.
- Penderita disuruh mendengarkan bunyinya dan menentukan pada telinga mana bunyi lebih keras
terdengar.
- Pada orang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan.
- Pada tuli saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat.
- Pada tuli konduktif, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yg tuli.
- TES WEBER BERLATERALISASI ke kiri (atau ke kanan), bil bunyi lebih keras terdengar di telinga kiri
(atau kanan)
- Tuli Perseptif (Tuli Saraf) : pendengaran berkurang, Rinne (+), weber lateralisasi ke telinga yang sehat
- Tuli Konduktif : pendengaran berkurang, Rinne (-), weber lateralisasi ke telinga yang tuli.
7. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus), Nervus X (Nervus Vagus)

Pendahuluan
- N.IX dan X diperiksa bersamaan, karena kedua saraf ini berhubungan erat satu sama lain, sehingga
gangguan fungsinya jarang tersendiri, kecuali pada bagian yang perifer sekali.
- Pembentukan suara (fonasi) dilakukan oleh pita suara, yang dipersarafi oleh N. laringeus
rekurens (cabang dari N.X).
- Pengucapan (artikulasi) kata-kata diurus oleh otot-otot mulut (masseter, pterigoideus lateralis,
orbikularis oris), otot lidah, otot laring dan faring. Jadi, artikulasi merupakan kerja sama antara saraf
otak V, VII, IX, X dan XII. Kelumpuhan nervus-nervus tersebut dapat mengakibatkan disartria

Gangguan N.IX dan X


- Disartria (cadel, pelo) : gangguan pengucapan akibat kelumpuhan N.V, VII, IX, X
- Disfagia (salah telan) : akibat kelumpuhan N.IX, X
- Disfonia (suara serak) : akibat kerusakan N. Laringeus rekurens (cabang N.X)
- Afonia : suara tidak ada sama sekali

Pemeriksaan N.IX, X
- Fungsi Motorik
o Perhatikan kualitas suara pasien. Apakah suara normal/disfonia/afonia.
o Minta pasien menyebutkan: AAAAAA.. pembentukan suara dilakukan oleh pita suara yang
dipersarafi cabang N.X (N. Laringeus Rekurens), apabila lumpuh disfonia
o Artikulasi yang kurang baik (cadel) akibat adanya kelumpuahan N.V, VII, IX, X disartria.
o Pada kelumpuhan N.IX, X, palatum molle tidak sanggup menutup jalan ke hidung waktu bicara : suara
hidung (bindeng/ sengau)
o Kelumpuhan N.IX, X : disfagia (salah telan/ keselek)

o Sekukan (hiccup, singultus) : kontraksi diafragma yang menyebabkan udara diinspirasi dengan kuat,
dan bersamaan dengan itu, terdapat pula spasme faing dan berhentinya inspirasi karena menutupnya
glottis.
o Pengecapan : tesnya sulit dilakukan karena N.IX mempersarafi 1/3 bagian posterior lidah (sedangkan
2/3 anterior lidah dipersarafi oleh N.V dan N.VII)
- Fungsi Autonom
N.X merupakan inhibitor dari jantung; paralysis menyebabkan takikardi, iritasi menyebabkan bradikardi.
Oleh karena itu, pada pemeriksaan N.X perlu diperiksa frekuensi nadi.

Beberapa Penyebab Gangguan N.IX dan X


- Anerisma a. vertebralis
- Strok bilateral (hemiparese dupleks)
- Idiopatis
- Hal yang menyebabkan gangguan pada m. Laringeus rekurens: anerisma aorta, tumor di
mediastinum, tumor di bronkus

o
o

8. Nervus XI (Nervus Aksesorius)


Pendahuluan
Saraf otak ini hanya terdiri dari serabut motorik (somatomotorik).
Saraf XI menginervasi otot sternokleidomastoi-deus dan otot trapezius.
Otot sternokleidomastoideus menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala.
Otot trapezius menarik kepala ke sisi yang sama. Ia juga mengangkat, menarik dan memutar scapula,
serta membantu mengangkat lengan dari posisi horizontal ke atas.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Otot Sternokleidomastoideus
Pasien disuruh menggerakkan bagian badan (persendian) yang digerakkan oleh otot yang ingin kita
periksa, dan kita tahan gerakan ini
Untuk mengukur tenaga otot sternokleido-mastoideus dapat dilakukan dengan hal berikut: kita suruh
pasien menoleh misalnya ke kanan. Gerakan ini kita tahan dengan tangan kita yang ditempatkan di
dagu. Bandingkan kekuatan otot kiri dan kanan.

Pemeriksaan N.XI (otot sternokleidomastoideus)


Pasien disuruh menolehkan kepala dan pemeriksa menahannya untuk menilai tenaganya
- Pemeriksaan Otot Trapezius
o Tenaga otot diperiksa sebagai berikut: tempatkan tangan kita di atas bahu penderita. Kemudian
penderita disuruh mengangkat bahunya, dan kita tahan. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan
ototnya.
o Untuk memeriksa kedua otot trapezius, pasien disuruh mengekstensikan kepalanya, dan gerakan ini
kita tahan. Jika terdapat kelumpuhan otot trapezius satu sisi, , kepala tidak dapat ditarik ke sisi
tersebut, bahu tidak dapat diangkat dan lengan tidak dapat dielevasi ke atas dari posisi horizontal.

Pemeriksaan N.XI (otot trapezius)


Pasien disuruh mengangkat bahu dan kita tahan, untuk menilai tenaganya

Gangguan pada N XI dan Penyebabnya


- Gangguan N XI dapat terjadi karena lesi supra-nuklir, nuklir atau infranuklir.
- Lesi supranuklir (sentral,upper motor neuron) dapat terjadi karena kerusakan di korteks, atau traktus
piramidalis (di kapsula interna dan batang otak), misalnya oleh gangguan peredaran darah (strok).
- Lesi nuklir (perifer) didapatkan pada siringobulbi, dan ALS (amiotrofik lateral sclerosis). Pada lesi
nuklir ini, selain parese, juga didapatkan atrofi dan fasikulasi pada otot.
- Lesi infranulkir (perifer, lower motor neuron) dapat terjadi karena kerusakan di ekstrameduler (di
dalam tengkorak, di foramen jugulare, dan di leher. Hal ini menyebabkan paralysis dengan atrofi
9. Nervus XII (Nervus Hipoglosus)

Pendahuluan
- Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik dan otot intrinsic
lidah.
- Fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakkan lidah, dan otot intrinsik mengubah-ubah bentuk lidah
- Inti saraf ini menerima serabut dari korteks traktus piramidalis dari satu sisi, yaitu sisikontralateral.
Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah di otak (strok)

Pemeriksaan
- Inspeksi: suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak
- Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah simetris atau mencong
- Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh
- Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan. Terdapat
disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu juga didapatkan kesukaran bernapas,
karena lidah dapat terjatuh ke belakang, sehingga menghalangi jalan napas.
- Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala jurusan dan
perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh menekankan lidahnya pada pipinya. Kita
nilai daya tekannya ini dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese
lidah bagian kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat.

N.XII kiri lumpuh

Gangguan Pada N.XII Dan Penyebabnya

- Lesi N.XII dapat bersifat supranuklir, misalnya pada lesi di korteks atau kapsula interna, yang dapat
disebabkan oleh misalnya pada strok. Dalam hal ini didaptkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya
atrofi dan fasikulasi.
- Pada lesi nuklir, didapatkan atrofi dan fasikulasi. Hal ini dapat disebabkan oleh siringobulbi, ALS,
radang, gangguan peredaran darah dan neoplasma
- Pada lesi infranuklir didapatkan atrofi. Hal ini disebabkan oleh proses di luar medulla oblongata, tetapi
masih di dalam tengkorak, misalnya trauma, fraktur dasar tulang tengkorak, meningitis, dll
Catatan:
Untuk pembahasan Bab V sampai Bab VIII, silahkan lanjutkan pada "Pemeriksaan Klinis Neurologi
3", "Pemeriksaan Klinis Neurologi 4", dan "Pemeriksaan Klinis Neurologi 5"

1.
2.
3.
4.
5.

Referensi
Bahan Kuliah Sistem Neuropsikiatry, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 2004.
Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007.
Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007.
Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2008.
Protap SMF Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 2000.

Anda mungkin juga menyukai