Anda di halaman 1dari 5

TORSIO TESTIS

Definisi
Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya oklusi dan
strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis serta bisa mengakibatkan infark.
Torsi testis ini merupakan kasus gawat darurat di bidang urologi dan membutuhkan diagnosis dan
intervensi yang cepat untuk menjaga klengsungan hidup dari testis serta memerlukan tindakan bedah
yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset
nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.
Torsio testis bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dewasa muda (usia 1030 tahun) dan lebih jarang terjadi pada neonatus. Puncak insiden terjadi pada usia 13-15 tahun.
Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena testis yang membesar
sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering mengalami torsi dibandingkan dengan testis
kanan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. Pada
kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus, 70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi
postnatal.

Etiologi
Perubahan suhu secara mendadak (saat berenang)
Ketakutan
Latihan yang berlebihan
Batuk
Celana yang terlalu ketat
Defekasi
Trauma yang mengenai skrotum
Patofisiologi
Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu torsio intravagina dan ekstravagina.
Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari
tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididymis dan
investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi
testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan
deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi
torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.
Torsio ekstravagina terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical sebagai akibat dari
fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga
menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada
kondisi undesensus testis
Pathogenesis
Otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen untuk
mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan system penyanggah testis menyebabkan
testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan.
Terpeluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis

mengalami hipoksia, edema testis,dan iskemia. Akhirnya testis dapat mengalami nekrosis.
Torsio testis lebih sering terjadi pada anak. Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika
vaginalis tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat terpuntir di dalam
tunika vaginalis. Akibatnya terjadi gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena sampai
iskemia yang menyebabkan gangrene.
Manifestasi klinis dan Diagnosis
Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh nyeri yang sangat hebat dengan onset tiba-tiba dan pembengkakan testis.
Nyerinya bisa menyebar ke lipat paha dan perut bagian bawah, sehingga sering dikelirukan dengan
appendicitis kecuali jika dilakukan pemeriksaan fisik pada genetalia secara teliti.
Akut skrotum : nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan
pada testis.
pyrexia sangat jarang ditemukan kecuali kalau kemunculannya lambat dan testic mengalami nekrosis.
Nyeri disertai dengan mual dan muntah
Pada bayi gejalanya tidak khas yaitu gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui.
Pemeriksaan fisis
Testis membengkak
Pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus
spermatikus.
Skrotum biasanya membengkak dan berwarna merah atau biru.
Testis yang sakit bisa juga terlihat lebih tinggi dan melintang pada skrotum dibandingkan dengan
testis pada sisi yang normal. Pembengkakan itu juga sangat sakit bila disentuh.
Tingkat usia sering dipakai sebagai kriteria untuk membedakan torsi dengan epididimitis, karena torsi
biasanya terjadi pada massa pubertas sedangkan epididimitis sering terjadi pada usia sexual aktif yaitu
biasanya lebih dari 20 tahun.
Pada pemeriksaan fisik Sangat susah untuk membedakan testis dari epididimis karna telah terjadi
pembengkakan. Karena alasan ini, keadaan ini sering mengalami salah diagnosis dengan epididimitis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit
Pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi
Stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis. Semuanya bertujuan menilai adanya
aliran darah ke testis. Pada torsio testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis.
Diagnosis torsi testis dibuat berdasarkan kecurigaan klinis yang diperoleh dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik termasuk dengan eksplorasi skrotum. Akan tetapi jika masih meragukan, color
Doppler ultrasound atau nuclear testicular scan bisa digunakan untuk membantu dalam menegakan
diagnosis.
Pada kasus torsi testis, pemeriksaan Doppler ultrasound tidak ditemukan adanya aliran darah, dan pada
pemeriksaan scan radionuclide terjadi radionuclide tracer uptake yang rendah. Sedangkan pada kasus
epididymo-orchitis, Doppler ultrasound akan memperlihatkan peningkatan aliran darah, dan
radionuclide akan memperlihatkan peningkatan aktivitas radionuclide.
Jika ditemukan riwayat serangan nyeri skrotum dengan onset yang tiba-tiba dan intermiten pada anak
laki-laki, diagnosis torsi intermiten dapat dipertimbangkan.

Pengobatan
Sekali diagnosis torsio testis ditegakkan, maka diperlukan tindakan pemulihan aliran darah ke testis
secepatnya. Biasanya keadaan ini memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada
kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual sehingga dapat dilakukan operasi elektif
selanjutnya. Namun, biasanya tindakan ini sulit dilakukan oleh karena sering menimbulkan nyeri akut
selama manipulasi. Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset
timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset nyeri, maka
dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non
invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau
Xylocaine 2%). Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika detorsi
manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam.
Analgesik yang adekuat, contohnya pethidine Intra muscular merupakan hal yang sangat essensial.
Perubahan iskemia yang irreversible terjadi setelah 6 jam dari torsi. Jika testis menghitam dan gagal
melakukan perbaikan setelah beberapa menit, tindakan bedah perlu dilakukan. Tindakan bedah yang
dilakukan segera dalam 4-6 jam setelah terjadinya nyeri, rata-rata testis yang bisa diselamatkan adalah
sekitar 90 %. Oleh karena itu, jika data-data untuk menegakan diagnosis berlimpah(dapat dipercaya),
Pembedahan tidak boleh ditunda.
Orchiopexy merupakan cara pmbedahan yang bisa digunakan untuk memperbaiki testis pada dinding
skrotum dengan tiga poin berbeda. Predisposisi anatomi pada torsi yang mempengaruhi kedua testis;
sehingga, Testis kontralateral juga mengalami perbaikan yang sama.
Jika testis menghitam dan gagal melakukan perbaikan setelah beberapa menit, orchidectomy perlu
dilakukan. Terdapat bukti yang menyatakan bahwa bisa terjadi kematian testis akibat reaksi imun pada
tetis normal yang kontralateral, kemudian selanjutnya bisa berpengaruh pada fungsi hormonal dan
spermatogenic pada testis yang berlawanan.
Pada kasus dengan torsi intermiten, pasien dapat dipertimbangkan untuk diberian profilaksis bilateral
orchidopexies.
Komplikasi
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam bidang
urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau
detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai
darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis Atrofi dapat terjadi
beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat
bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.
Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi:
Infark testis
Hilangnya testis
Infeksi
Infertilitas sekunder
Deformitas kosmetik
Prognosis
Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-6 jam, maka akan
memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam
terjadi torsio dan gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan
juga meningkat.Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan

kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk
dilakukan orchi dectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul torsio di kemudian
hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan timbulnya hal tersebut.
Keterlambatan intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka
kejadian atrofitestis

Torsio Testis

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir yang mengakibatkan oklusi
dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis. Torsio testis merupakan suatu
kegawat daruratan vaskuler yang murni dan memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini
tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan
infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.
Torsio testis adalah keadaan emergensi dalam bidang medik yang memerlukan tindakan pembedahan
secepatnya. Biasanya orang datang mencari pertolongan setelah lebih dari 6 jam, bahkan lebih. Hal ini
jelas akan membahayakan testis, karena testis bisa saja menjadi nekrosis karena aliran darah yang
berkurang atau tidak ada aliran sama sekali yang pada akhirnya akan menyebabkan testis menjadi atropy
dan tidak dapat diselematkan lagi.
Sering terjadi nyeri yang hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan
pada testis. Keadaan ini dikenal sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau
perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut, oleh
karena itu setiap ada keluhan sakit perut bawah pasien harus diperiksa testisnya. Gejala penting yang
sangat membantu adalah adanya nyeri testis yang hilang timbul dengan hilangnya rasa sakit secara

spontan dalam waktu singkat. Keluhan biasanya disertai mual dan muntah. Gejala-gejala salurah kemih
sangat jarang ditemukan. Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah pusing, pingsan, mual dan muntah.
Pada bayi gejalanya tidak khas, hanya rewel atau tidak mau menyusui.
Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa timbul mendadak atau
berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut derajat kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada
4%-8% pasien. Derajat nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan luasnya serta
lamanya kejadian

Pada pemeriksaan fisik, testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis sisi
kontralateral. Kadang-kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam. Penemuan fisik
pada pemeriksaan adalah edema skrotalis, eritemia, nyeri tekan, demam, hidrokel yang baru terbentuk
dan hilangnya reflek kremester dan tanda Prehn
Pembengkakan dan eritema pada scrotum berangsur-angsur muncul. Dapat pula timbul nausea dan
vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah
rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididymitis

Anda mungkin juga menyukai