Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia.
Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih
telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka
kematian.
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan
irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini
mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan
aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup
pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001).
Menurut Annual Data Report United States Renal Data System yang dirilis pada
tahun 2000, memperkirakan prevalensi gagal ginjal kronis mengalami peningkatan
hampir dua kali lipat dalam kurun waktu tahun 1998-2008. Hal tersebut juga terjadi di
Indonesia yaitu diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 8 % tiap tahun. Data
yang diterima dari RSU dr. Soetomo Jakarta pada tahun 2004-2006, diperkirakan tiap
tahun ada 2.000 pasien baru dengan kasus gagal ginjal. Dari data tersebut didapat
bahwa sekitar 60-70 % dari pasien tersebut berobat dalam kondisi sudah masuk tahap
gagal ginjal terminal sehingga pasien harus bergantung pada mesin cuci darah
(hemodialisa) seumur hidup (Winata, 2007).
Prevalensi penyakit ginjal kronik atau disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD)
meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 1999 hingga2004, terdapat 16,8 %
dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalamiPenyakit Ginjal Kronik.
Persentase ini meningkat bila dibandingkan data 6 tahunsebelumnya, yaitu 14,5%
(CDC, 2007).
A. Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, yang pada
umumnya berahir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible,
pada satu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialysis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu klinis laboratorium yang
terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal
kronik (IPD FKUI, 2007).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau
penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi
mempertahankan lingkungan internalnya dari perkembangan gagal ginjal yang
progresif, irreversibel dan lambat yang berlangsung dalam jangka waktu lama
dan menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik
uremik) dimana hal tersebut berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan
dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit (Hudson, 2008).
MenurutThe Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)
of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009Gagal ginjal
kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal
kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan massa
ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan hilangnya nephrons ke arah suatu
kemunduran nilai dari GFR.
Dari berbagai pengertian di atas dapat simpulkan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kerusakan pada ginjal yang terus berlangsung dan tidak dapat
diperbaiki,
dimana
kemampuan
tubuh
gagal
untuk
mempertahankan
1. Anatomi
Bentuk ginjal menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap kemedial. Pada
sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat sruktur - struktur pembulu darah, sistem
limfatik, sistem syaraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Ginjal terletak di rongga abdomen ,retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna
vertebralis yang dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang peritoneum.
Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke- 11 dan ginjal kanan setingi iga ke- 12 dan batas
bawah ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis ke-3. Setiap ginjal memiliki panjang 1125cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm.ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan. Berat
ginjal pada pria dewasa150-170 gram dan pada wanita dewasa 115-155 gram dengan
bentuk seperti kacang, sisi dalamnya menghadap ke vertebra thorakalis, sisi luarnya
cembung dan di atas setiap ginjal terdapat kelenjar suprarenal.
Struktur ginjal, setiap ginjal dilengkapi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang dapat
membungkusnya ,dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat
struktur ginjal, warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks di sebelah luar,dan
bagian medulla di sebelahdalam. Bagian medulla ini tersusun atas lima belas sampai
enam belas massa berbentuk piramid,yang disebut piramid ginjal. Puncakpuncaknya
langsung mengarah ke helium dan berakhir di kalies.kalies ini menghubungkan ke
pelvis ginjal.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
-
kontortus dital.
Medulla, yang terdiri dari 9-14 pyramid. Di dalamnya terdiri dari
Pada bagian korteks dan medulla mengandung sekitar 1 juta nefron. Nefron adalah
satuan structural dan fungsional terkecil pada ginjal
Gambar 3.Anatomi
nefron
Nefron,Struktur halus ginjal terdiri aatas banyak nefron yang merupakan satuan
satuan fungsional ginjal,diperkirakan ada 1000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap
nefron mulai berkas sebagai kapiler (badan maphigi atau glumelurus) yang serta
tertanam dalam ujung atas yang lebar pada urineferus atau nefron. Dari sisni tubulus
berjalan sebagian berkelok kelok dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula
proximal tubula itu berkelok kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubula distal,
yang bersambung dengan tubula penampung yang berjalan melintasi kortek atau
medulla, untuk berakhir dipuncak salah satu piramidis.
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar
cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan
plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak
difiltrasi. Kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan
dieksresi. Setiap proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus
diatur menurut kebutuhan tubuh (Guyton, 2007).
Bagian bagian nefron :
Glomerulus. . Glomerulus merupakan suatu jaringan kapiler berbentuk bola
yangberasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent,
Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang
melewatinya.
Kapsul Bowman. Berbentuk seperti mangkuk. Lapisan parietalnya terdiri dari
epitelgepeng dengan nucleus-nukleus yang mencolok yang menonjol ke dalam ruang
kapiler.Epitel dalam atau epitel Visceral dibentuk oleh sel-sel bercabang yang disebut
podosit. Tiap sel terdiri dari sekumpulan bahan di pusat yang mengandung sebuah
nucleus dan beberapa tonjolan atau cabang-cabang yang memancar, yang pada
gilirannya menumbuhkan tonjolantonjolan lebih kecil yang dilenal sebagai tonjolantonjolan kaki atau pedikel. Kapsul Bowman ini melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
Tubulus Proksimal. Terdiri dari suatu bagian yang terpilin dalam labirin kortikal
dansuatu anggota naik yang lurus dalam pancaran meduler dan piramida. Tubulus
proksimal ini tersusun dari suatu tubula dengan epitel torak rendah yang mempunyai
suatu batas sikat pada permukaan bebasnya dan alur-alur dasar dalam posisi
subnuklear.Suatu sifat mencolok dari sel-sel tubula proksimal adalah bagian dasarnya
terbagi dalam kompartemenkompartemen oleh lipatan-lipatan yang menonjol.
Kompartemen-kompartemen ini mengandung sejumlah besar mitokondrium yang
memanjang dari poliribosom. Sel-sel tubula proksimal terikat menjadi satu oleh
kompleks sambungan. Tubulus proksimal ini berfungsi mengadakan reabsorbsi bahanbahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahanbahan ke dalam cairan tubuli.
Lengkung Henle. Lengkung Henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U.
Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke
medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah
dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen
tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal. Lengkung henle
berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahanbahan ke
dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan
dilusi urin.
Tubulus Distal.Tubula berpilin dengan permukaan bebas yang polos. Sel-sel ini
kurang eosinofil (atau lebih basofil) dari pada yang terdapat dalam tubula proksimal.
Pembuluh ini berperan dalam pengaturan konsentrasi ion K+ dan NaCl dari cairan
tubuh dengan cara sejumlah ion K+ disekresi ke dalam filtrate dan sejumlah NaCl
direabsorbsi dari filtrat. Pembuluh distal juga berperan menjaga pH cairan tubuh
dengan cara mensekresikan H dan mereabsorbsi ion bikarbonat (HCO3-).
Tubulus Pengumpul. Sel-sel tubula pengumpul mempunyai batas-batas yang jelas,
nucleus berbentuk bola kira-kira pada tingkat sama didalam sel, dan sitoplasma yang
relative granuler. Pembuluh ini bersifat permeable terhadap air tetapi tidak untuk
garam.
Pembuluh darah, Selain tubulus urineferus,struktur ginjal mempunyai pembulu
darah. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis keginjal cabangcabangnya beranting banyak,didalam ginjal dan menjadi arteriola (artriola afferents),
dan masing- masing membentuk simpul dari kapiler- kapiler didalam, salah satu badan
Malpighi, inilah glumelurus. Pembuluh eferen kemudian tampil sebagai arterial
aferen(arteriola afferents) yang bercabang- cabang membentuk jaringan kapiler
sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler - kapiler ini kemudian bergabung lagi
membentuk vena renalis,yang membawa darah dari ginjal kevena kava inferior.
ekresi natrium.
Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam
rentang normal.
Mempertahankan
derajat
keasaman/pH
plasma
sekitar
7,4
dengan
fetus, bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat
dipakai daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa.
Penyebab utama gagal ginjal kronik di Amerika Serikat (1995-1999)
Penyebab
Insidens
44%
Diabetes Melitus
- Tipe I (7%)
- Tipe II (37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar
Glomerulonefritis
Nefriti Interstisial
Kista dan penyakit bawaan lain
Penyakit sistemik ( ex : SLE dan vaskulitis)
Neoplasma
Tidak diketahui
Penyakit lain
27%
10%
4%
3%
2%
2%
4%
4%
Insidens
46,39%
18,65%)
12,85%
8,46%
13,65%
D. Faktor Resiko
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus
atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan
individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
ginjal dalam keluarga (National Kidney Foundation, 2009).
E. Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein(yangnormalnya
diekresikan
kedalam
urin)
tertimbun
dalam
darah.terjadiuremia
dan
natrium
,Ginjal
juga
tidak
mampu
untuk
fungsi
ginjal
kronis
berkaitan
dengan
gangguan
yang
Deskripsi
Kerusakan masih normal
Ringan
Sedang
GFR (mL/menit/1.73 m)
>90 dengan factor resiko
>90
60-89
30-59
4
5
Berat
Gagal ginjal terminal
15-29
<15
G. Penegakkan Diagnosa
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran berikut:
a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)
b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi
c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
d. Menentukan strategi terapi rasional
e. Meramalkan prognosis
Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan
pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan
fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus.
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang
berhubungan dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK,
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal
ginjal (LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk
kelainan laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan
banyak organ dan tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat
penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan
penyakit termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal.
a) Pemeriksaan Faal Ginjal
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup
memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).
b) Etiologi Gagal Ginjal Kronik (CKD)
Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan
imunodiagnosis.
c) Pemeriksaan Laboratorium untuk Perjalanan Penyakit
I. Penatalaksanaan
Rencana tatalaksana CKD dibagi atas derajatnya, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Terapi farmakologis
secara
signifikan
dalam
hal
kematian
secara
keseluruhan,
Seleksi awal dari obat tertentu harus berdasarkan biaya, potensi efek samping,
dan keinginan pasien. Kedua kelas obat telah dipelajari secara ekstensif.
Namun, volume yang lebih tinggi dari bukti dan lebih landmark penelitian
telah dilakukan dengan ACEI dibandingkan dengan ARB. Oleh karena itu, para
ahli umumnya merekomendasikan dimulai dengan ACEI. Namun, ACEI
memiliki tingkat yang lebih tinggi dari batuk dan dapat menyebabkan
peningkatan yang sedikit lebih besar dari kalium dan kadar kreatinin serum
dibandingkan dengan ARB.
Dengan penurunan fungsi ginjal, mulai dosis untuk kedua ACEI dan ARB lebih
rendah. Dosis titrasi harus dilakukan perlahan-lahan sesuai kebutuhan untuk
mengontrol tekanan darah atau albuminuria. Mulai ACEI atau ARB. Seperti
dibahas di atas, ketika memulai ACEI atau ARB, pemantauan tekanan darah,
kalium, dan kadar kreatinin serum penting. Kalium dan / atau serum kreatinin
diperkirakan meningkat ketika memulai atau mengubah dosis dari ACEI atau
ARB. Mendapatkan kalium dan kreatinin serum tingkat sebelum memulai atau
mengubah dosis. (Jika sudah diukur dalam dua minggu sebelumnya,
pengukuran yang dapat digunakan.) Satu sampai dua minggu setelah inisiasi
atau dosis perubahan, periksa kalium dan kadar kreatinin serum.
Banyak dokter akan mentolerir tingkat kalium hingga 5,5 mEq / L dan
peningkatan kreatinin serum hingga 30% dari baseline dalam tiga bulan
pertama dengan pengawasan yang ketat. Obat mungkin perlu dikurangi atau
dihentikan jika tingkat kalium tetap tinggi di> 5.5mEq / L atau jika kreatinin
serum terus meningkat atau tidak membaik. Secara umum, terapi ganda dengan
ACEI dan ARB tidak dianjurkan. Studi sampai saat ini belum menunjukkan
manfaat klinis yang signifikan terhadap mortalitas keseluruhan untuk terapi
ganda lebih monoterapi. Meskipun beberapa efek anti-proteinuric aditif terjadi
ketika dua agen Raas digunakan, studi ONTARGET menunjukkan bahwa
terapi
ganda
meningkatkan
risiko
memburuknya
fungsi
ginjal
dan
Terapi ganda dengan ACEI dan ARB harus dipertimbangkan hanya untuk
pasien dengan albuminuria berat (> 1 g / hari). Sebuah nefrologi berkonsultasi
harus diperoleh pada saat ini untuk membantu memulai dan memantau terapi
Raas
ganda.
DAFTAR PUSTAKA