Anda di halaman 1dari 100

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat
sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohadrjo
Sarwono, 2008: 89).
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang
menandai awal periode antepartum (Varney, H, 2008: 492) .
2. Tanda Gejala
Kehamilan di bagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama(0 sampai
12 minggu), triwulan kedua(13 sampai 28 minggu), dan tri wulan ketiga (29
sampai sampai 42 minggu). Untuk dapat menegakan kehamilan di tetapkan
dengan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan :
a

Tanda-tanda tidak pasti kehamilan


1

Amenore

Morning sickness: nausea pada kehamilan bulan-bulan pertama


disertai emisis karena meningkatnya level HCG dan Estrogen
dalam darah.

Mengidam

Mamae jadi tegang dan membesar

Sejak 3-4 minggu kehamilan payudara tegang dan membesar


karena estrogen dan progesteron merangsang duktus dan alveoli
mamae.

Sering kencing frekuensi BAK meningkat antara kehamilan 8-14


minggu karena meningkatnya volume darah, aliran darah keginjal
dan filtrasi gomerolus dan meningkatnya produksi urine dan
tekanan uterus membesar.

Wanita hamil merasakan gerakan janin. Pada multi sejak kehamilan


16 minggu dan pada primigravida sejak 18-20 minggu.

Perubahan Suhu Basal

Sesudah ovulasi suhu meningkat 37,2 - 37,80C.


(Bagian

Obstetri

Fisiologi

fakultas

kedokteran

Universitas

Padjadjaran Bandung, edisi 1983)


b

Tanda-tanda Kemungkinan Kehamilan


1

Hiperpigmentasi pada kulit

Terjadi pada kehamilan > 12 minggu pada pipi, hidung, dahi yang
disebut Closma Gravidrum. Linea alba digaris tengah abdomen
makin hitam.

Pembesaran Uterus dan Perut

Pada Organ Pelvik


a

Tanda hegar: pada kehamilan 6-12 minggu, ismus uteri


mengadakan hipertropi dan melunak.

Tanda chadwilcks: sejak kehamilan 8 minggu warna merah


kebiru-biruan pada membran mukosa serviks, vagina dan vulva.

Tanda goldes: melunaknya serviks seperti konsentrasi bibir

Tanda diskocek: uterus membesar kesalah satu arah menonjol

Tanda

broxston

hicks:

bila

uterus

dirangsang

mudah

berkontraksi
f
5

Teraba balotement

HCG: urine pada pagi hari wanita bangun tidur.


(Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung, Edisi 1983)

Tanda-Tanda Pasti Kehamilan


1) DJJ terdengar
2) Teraba bagian janin
3) USG
4) Rontgen (Bagian Obstetri Fisiologi fakultas kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung, edisi 1983)

Diagnosis Banding Kehamilan


Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan

sehingga perlu dilakukan diagnosis banding di antaranya:


1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan
hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak
menunjukkan kehamilan.

10

2) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak
disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata. Perdarahan banyak saat
menstruasi.
3) Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertain tanda hamil dan
menstruasi terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut dapat melampaui
usia kehamilan. Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negative.
4) Hematomera. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan.
Perut terasa nyeri setiap bulan. Terjadi tumpukan darah dalam rahim. Tanda
dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif, karena
hymen in perforate.
5) Kandung kemih penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran
perut akan menghilang. (Manuaba, 2010 :106-109).
3. Perubahan Anatomi Dan Fisiologis Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2010: 175), perubahan anatomi

dan fisiologi

pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera sejak fertilisasi dan
terus berlanjut selama kehamilan meliputi :
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, dan amnion) sampai persalinan.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot , sementara
produksi miosit yang baru sangat terbatas.pada awal kehamilan penebalan uterus
distimulasi terutama oleh hormon esterogen dan sedikit oleh progesteron. Sejak

11

trimester pertama uterus akan mengalami kontraksi yang tidak teratur dan
umumnya tidak disertai nyeri.
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya
edema pada seluruh serviks. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa,
komposisinya berupa jaringan matriks ekstraseluler terutama mengandung
kolagen. Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen mejadi kurang
kuat terbungkus.hal ini terjadi akibat penurunan jumlah kolagen. Pada saat
kehamilan mendekati aterm , terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen.
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga di tunda.hanya satu korpus luteum hanya satu di temukan di ovarium.
Folikel ini akan berfungsi sebagai penghasil hormon progesteron dalam jumlah
yang relatif minimal.
4) Vagina
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot di perinium dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
berwarna keungu-unguan yang dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini
meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi
dari otot- otot polos. Dinding vagina banyak mengalami perubahan yang
merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan

12

meningkatkan ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi otot


polos.perubahan ini menyebabkan memanjangnya dinding vagina.
b. Kulit
Pada kulit perut akan mengalami perubahan warna kemerahan ,kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini
dikenal dengan striae gravidarum. Pada multipara selain striae akan ditemukan
garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan akan ditemukan garis di pertengahan perutnya yang akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut linea nigra.
c. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lebih lunak. Setelah bulan kedua payudaranya akan bertambah ukurannya dan
vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudaranya akan lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama cairan yang bernama kolostrom akan
keluar pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
d. metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Peningktan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal
yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolalitas . Selama kehamilan
ibu akan menyimpan 30 gr kalsium yang sebagian besar akan digunakan untuk
pertumbuhan janin.
e. Sistem kardiovaskuler
Pada minggu ke lima cardiac output akan meningkat dan perubahan ini
terjadi untuk mengurangi resestensi vaskular sistemik. Selain itu juga terjadi

13

peningkatan denyut jantung. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus


akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang. Penekanan ini akan menghambat darah balik vena ke jantung. Volume
darah akan meningkat secara progresif mulai dari minggu ke 6-8 kehamilan dan
mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34. Volume plasma akan meningkat kirakira 40-45%.hal ini di pengaruhi oleh aksi progesteron dan esterogen.
f. Sistem endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar. Hormon
prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya
konsentrasi plasma akan menurun.kelenjar tiroid akan membesar hingga 15,0 ml
pada saat persalinan akibat dari peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada
kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon- hormon androstenidon,
testoteron, aldosteron, kortisol akan meningkat (Prawirohardjo,2010).
g. Ginjal
Terjadi perubahan pada ginjal selama kehamilan. Ukuran ginjal sedikit
bertambah besar selama kehamilan. Bailey dan Rollenston (1971), misalnya
menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa nifas awal dibanding
ketika diukur bulan kemudian. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma
ginjal (RPF) meningkat pada awal kehamilan, GFR sebanyak 50 % pada awal
trimester kedua, dan RPF tidak cukup banyak. Kalakrein, protease jaringan yang
disintesis dalam sel tubulus distal ginjal meningkat pada beberapa kondisi yang
berhubungan dengan meningkatnya perfusi glomerular pada individu yang tidak
hamil.

14

Selama kehamilan konsentrasi kreatinin dan ureum plasma normalnya


menurun akibat meningkatnya filtrasi glomerulus. Sewaktu - waktu, konsentrasi
urea dapat menjadi sedemikian rendah sehingga mengesankan cendrung
mengakumulasi air dalam bentuk edema dependen, dapat terjadi pada malam hari,
saat berbaring, mereka memobilisasi cairan ini dan mengekskresikan lewat ginjal.
Dalam kehamilan reabsorbsi ditubulus tidak terjadi perubahan sehingga lebih
banyak dikeluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik. Proteinuria
normalnya tidak terjadi selama kehamilan, kecuali kadang-kadang dalam jumlah
yang sangat kecil pada waktu atau segera setelah persalinan yang berat
(Wiknjosastro,2006).
Proteinuria dalam keadaan normal, molekul protein yang besar tidak
melewati filtrasi glomerulus, sehingga keberadaannya dalam urin menunjukkan
adanya suatu proses glumerulopati. Beberapa molekul protein yang lebih kecil dan
biasanya lolos dari filtrasi glomerulus tapi kemudian diresopsi, ditemukan pula
dalam urin. (Cunningham, 1995)
4. Perubahan Psikologis
a Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester I
1

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang


mengandung, dan ini merupakan tugas psikologis yang paling penting pada
trimester I.

Sebagian wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.

15

Hampir 80%, wanita kecewa, menolak, gelisah, depresi, dan murung terutama
terjadi pada wanita yang belum menikah atau yang tidak merencanakan
kehamilan.

Kebingungan secara normal akan berakhir setelah wanita mampu menerima


kehamilannya. Perasaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester I.

Perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh adanya rasa mual dan muntah, rasa
lelah, perubahan selera makan, emosional mungkin mencerminkan konflik dan
depresi dan pada waktu yang bersamaan akan teringat akan kehamilannya.

Penambahan berat badan merupakan bagian dari masalah psikologis dimana


seorang wanita ingin menyembunyikan layaknya seperti remaja yang belum
menikah.

Perubahan keinginan hubungan seksual menurun (libido menurun), hal ini


dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi, dan kekhawatiran.(Varney, 2004).
b

Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester II

Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan yang baik,


yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas

dari segala

ketidaknyamanan yang normal yang dialami pada trimester I. Trimester kedua


juga merupakan fase dimana ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak
mengalami kemunduran.Trimester II ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu pra
quickening dan pasca quickening.
Quickening mendatangkan sejumlah perubahan seperti penerimaan
kehamilan, meningkatnya hubungan sosial dengan wanita hamil lainnya, dan
keterkaitan serta ketertarikannya terhadap peran baru.

16

Kebanyakan wanita akan merasa lebih erotis selama trimester II, kurang
lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual
mereka dibanding pada trimester I, hal ini banyak dipengaruhi oleh karena
hilangnya rasa kebingungan dan keraguan yang terjadi pada trimester I. (Varney,
2004)
1

c Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III


Triemeter III sering disebut sebagai periode penantian, yang mana pada trimester
ketiga ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia
menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya, dan ada perasaan yang tidak

menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat waktu.


Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan

sebagai orang tua, dan ini dapat menimbulkan perasaan khawatir.


Pada trimester III dapat timbul perasaan kekhawatiran terhadap bayinya, khawatir
bayinya mengalami ketidak normalan (kecacatan). Akan tetapi kesibukan dalam

mempersiapkan kelahiran bayinya dapat mengurangi kekhawatirannya.


Hasrat seksual tidak seperti pada trimester kedua hal ini dipengaruhi oleh
perubahan bentuk perut yang semakin membesar dan adanya perasaan khawatir
terjadi sesuatu terhadap bayinya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat
menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan
memerlukan dukungan dari pasangannya yang sangat besar. (Varney, 2004)
5. Kebutuhan Kesehatan Ibu
Berikut ini nasehat yang diberikan pada ibu hamil:
a. Gizi ibu hamil
Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15 % dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu

17

dan janin. Makanan dikonsumsi ibu hamil 40 % digunakan untuk pertumbuhan


janin dan sisanya (60 %) digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal
kenaikan berat badan ibu hamil 11-13 kg.
Tabel 1
Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kalori dan Zat
Tidak Hamil
Makanan
Kalori
2000
Protein
55 g
Kalsium (Ca)
0,5 g
Zat besi (Fe)
12 g
Vitamin A
5000 IU
Vitamin D
400 IU
Tiamin
0,8 mg
Riboflavin
1,2 mg
Niasin
13 mg
Vitamin C
60 mg
Praworohardjo (2010: 91)

Hamil

Menyusui

2300
65 g
1g
17 g
6000 IU
600 IU
1 mg
1,3 mg
15 mg
92 g

3000
80 g
1g
17 g
7000 IU
800 IU
1,2 mg
1,5 mg
18 mg
91 g

b. Obat Obatan
Pemberian obat obatan saat hamil harus memperhatikan apakah obat
tersebut berpengaruh atau tidak terhadap tumbuh kembang janin. Perlu
diperhatikan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap
janin, oleh karena itu harus dipertimbangkan pemakaina obat-obatan tersebut.
c. Pekerjaan
Pekerjaan rutin dapat dilakukan tetapi harus sesuai dengan kemampuan
dan dengan semakin tua kehamilan pekerjaan semakin dibatasi dan dikurangi.
Jangan terlalu lama dan melelahkan, Duduk lama atau statis vena (vena stagnasi)
menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak.
d. Pakaian

18

1) Pakaian harus longgar, bersih, tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut dan
terbuat dari katun sehingga mempunyai kemampuan menyerap terutama pakaian
dalam.
2) Pakailah bra yang menyokong payudara.
3) Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi
4) Pakaian dalam yang selalu bersih.
e. Istirahat
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi
tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak
disukainya. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam
waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan
tidur yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan
tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan
kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam + sekitar 8
jam/ istirahat/ tidur siang 1 jam.
f. Perawatan payudara
Payudara dipersiapkan untuk proses laktasi. Dengan pemakain bra yang
longgar maka perkembangan payudara tidak terhalangi kebersihan payudara juga
harus diperhatikan terutama kebersihan puting susu jika puting susu tenggelam
atau datar maka ibu harus berusaha mengeluarkan puting susu dengan cara
menariknya keluar.
g. Personal hygiene
Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.
Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor
banyak mengandung kuman-kuman. Perawatan gigi perlu dalam kehamilan
karena hanya gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna, Mandi
bermanfaat

merangsang

sirkulasi, menyegarkan,

menghilangkan kotoran.

Perawatan rambut harus dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu. Wanita yang hamil

19

jangan melakukan irrigasi vagina kecuali dengan nasihat dokter karena irrigasi
dalam kehamilan dapat menimbulkan emboli udara.
h. Koitus
Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila
terdapat keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi,
pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang
persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa
terjadi bila kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang
karena, sperma mengandung prostaglandin.
i. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar,
untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan
menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas
usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit).
Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya
gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk meningkatkan
gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan buah-buahan). Sembelit dapat
menambah gangguan wasir menjadi lebih besar dan berdarah.
j. Senam Hamil
Secara umum, tujuan utama persiapan fisik dari senam hamil sebagai
berikut:
1) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi hati untuk
dapat menahan berat badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak dan
lain-lain.
2) Melatih dan mengusai teknik pernafasan yang berperan penting dalam kehamilan
dan proses persalinan. Dengan demikian proses relaksasi dapat berlangsung lebih
cepat dan kebutuhan oksigen terpenuhi.

20

3) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot


dasar panggul dan lain-lain.
4) Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.
5) Memperoleh relaksasi a dengan latihan kontraksi dan relaksasi.
6) Mendukung ketenangan fisik.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan senam
hamil sebagai berikut:
1) Kehamilan normal yang dimulai pada umur kehamilan 5 bulan (22 minggu)
2) Diutamakan kehamilan pertama atau pada kehamilan berikutnya yang
menjalani kesakitan persalinan / melahirkan anak prematur pada persalinan
sebelumnya.
3) Latihan harus secara teratur dalam suasana yang tenang.
4) Berpakaian cukup longgar.
5) Menggunakan kasur/ matras (Gerakan senam hamil, gambarnya terlampir)
k. Imunisasi
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan adanya akibat
yang membahayakan Janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya
imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonator um. Imunisasi TT
harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal
1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8
bulan.
Tabel 2
Tabel Imunisasi
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5

Interval (Selang waktu


minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
6 minggu setelah TT2
1 minggu setelah TT3
1 minggu setelah TT4

Lama
Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun /
seumur hidup

%
Perlindungan
80
95
99
99

21

l. Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan dan
keyakinan dalam keberhasilan dalam menyusui. Persiapan psikologis ibu untuk
menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap yang
positif harus sudah terjadi pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya.
Banyak ibu yang memiliki masalah. Oleh karenanya bidan harus dapat membuat
ibu tertarik dan simpati.
Langkah-langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara
kejiwaan untuk menyusui yaitu :
1) Setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ibu akan sukses dalam menyusui
2)
3)
4)
5)

bayinya.
Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula.
Memecahkan masalah yang timbul dalam menyusui.
Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan.
Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya.

Persiapan dalam menghadapi persalinan:


1) Tempat persalinan.
2) Memilih tenaga kesehatan terlatih.
3) Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut.
4) Bagaimana transportasi ke tempat persalinan.
5) Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara.
6) Mengumpulkan biaya tersebut.
7) Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada (Praworohardjo,
2010: 91)
6. Tanda-Tanda Bahaya dalam Kehamilan
a. Perdarahan vagina
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada
masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau
spotting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini karena terjadinya

22

implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin


pertanda dari serviks yang rapuh (erosi), mungkin normal atau disebabkan oleh
infeksi.
Perdarahan vagina yang terjadi pada wanita hamil dapat dibedakan
menjadi 2 bagian:
a) Pada awal kehamilan: abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
terganggu.
b) Pada akhir kehamilan: solusio plasenta dan plasenta previa.

b. Sakit Kepala yang Hebat, Menetap dan Tidak Hilang


Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan yang biasa disebabkan oleh
pengaruh hormone dan keletihan.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah satu
gejala preeklampsi. Preeklampsi biasanya juga disertai dengan penglihatan tibatiba hilang/kabur, bengkak/oedema pada kaki dan muka serta nyeri pada
epigastrium.

c. Nyeri Abdomen yang Hebat


Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan dengan
persalinan normal. Merupakan nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat bisa berarti appendicitis, abortus, penyakit radang panggul, persalinan
preterm, gastritis dan infeksi kandung kemih.

23

Nyeri abdomen bagian bawah dapat bersifat:


a) Nyeri kuat, terus-menerus dalam 3 bulan pertama. Mungkin bisa disebabkan oleh
kehamilan diluar kandungan yaitu didalam tuba fallopi (saluran sel telur) yang
dikenal dengan kehamilan ektopik terganggu. Tanda dan gejala kehamilan ektopik
terganggu ini adalah:
1) Terlambat datang bulan.
2) Nyeri perut bagian bawah disatu sisi.
3) Perdarahan yang sedikit dari liang vagina.
4) Pusing, TD menurun, dan nadi meningkat.
5) Abdomen ibu terasa tegang.
b) Nyeri kuat yang berdenyut-denyut (seperti kram) pada 6 bulan pertama kehamilan
bisa berarti abrtus/ keguguran.
c) Nyeri kuat, terus-menerus di akhir kehamilan. Bisa berarti terjadi robekan
plasenta dari dinding rahim. Ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa ibu.
d) Nyeri yang berdenyut-denyut disekitar bulan ke-7 atau 8 bisa berarti akan
mengalami persalinan yang lebih cepat.

d. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa


Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu selama 12 jam yaitu sebanyak 10
kali.

24

e. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini)


Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang
khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini
yang disertai kelainan letak akan mempersulit persalinan yang dilakukan di
tempat dengan fasilitas belum memadai.
f. Muntah Terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum)
Terdapat muntah yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Gejala-gejala hiperemesis lainnya:
a) Nafsu makan menurun.
b) Berat badan menurun.
c) Nyeri daerah epigastrium.
d) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat.
e) Lidah kering.
f) Mata Nampak cekung.
g. Demam
Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit
seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria.
Pengaruh malaria terhadap kehamilan:
1) Memecahkan butir darah merah sehingga menimbulkan anemia.
2) Infeksi plasenta dapat menghalangi pertukaran dan menyalurkan
nutrisi ke janin.
3) Panas badan tinggi merangsang terjadi kontraksi rahim.

25

Akibat gangguan tersebut dapat terjadi keguguran, persalinan premature


Sitas, dismaturitas, kematian neonates tinggi, kala II memanjang, dan retensio
plasenta.
h. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini)
Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang
khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini
yang disertai kelainan letak akan mempersulit persalinan yang dilakukan di
tempat dengan fasilitas belum memadai.
i. Anemia
Pembagian anemia:
1) Anemia ringan : 9-10 gr%
2) Anemia sedang : 7-8 gr %
3) Anemia berat : < 7 gr%
Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematurus,
IUGR, infeksi, hiperemesis gravidarum, dan lain-lain.
Anemia ditandai dengan:
1) Bagian dalam kelopak mata, lidah, dan kuku pucat.
2) Lemah dan merasa cepat lelah.
3) Mata berkunang-kunang.
4) Napas pendek.
5) Nadi meningkat.
6) Pingsan.
j. Kejang

26

Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi.


7. Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan menurut varney meliputi :
a. Pengkajian Data Dasar
Pada tahap pertama dikumpulkan semua informasi yang akuratdan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara:
1) Anamnese dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas.Bio-psiko-sosio-spiritual, serta
pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) Permeriksaan penunjang.
b. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosisatau masalah
didasarkan interpretasi yang benar atas data- datayang telah dikumpulkan. Data
dasar tersebut kemudiandiinterpretsikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis
danmasalah yang spesifik.
c. Identifikasi diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial bardasarkan
diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah inimembutuhkan antisipasi, bila
mungkin dilakukan pencegahan. Pada langkah ini didan dituntut untuk mampu
mengantisipasimasalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial
yang akan tejadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah tidak
terjadi.
d. Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera

27

Bidan atau dokter melakukan konsultasi untuk penanganan segera bersama


anggota tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, ahli perawatan bayi
baru lahir dan lain-lain sesuai dengankondisi klien.
e. Menyusun rencana
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
menejemen untuk masalah diagnosis yang telah di identifikasi . pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari klien,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien yang mencakup pikiran
tentang hal yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah
terkait sosial,ekonomi,kultural atau psikologis.
f. Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan manyeluruh dilakukan dengan efisien
dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan. Dalam situasi
ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
bersama yang menyeluruh tersebut.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulanag aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menentukan atau
menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.pada langkah ini dilakuakan
juga evaluasi terhadap keefektipan asuhan yang sudah diberikan. ini meliputi

28

kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sebagimana


diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah.
8. Asuhan Sayang Ibu Pada Kehamilan
Menurut Pusdiknakes, 2003
a. Memandang setiap kehamilan berisiko, karena sulit memprediksi wanita
b.
c.
d.
e.
f.

mana yang akan menghadapi komplikasi


Penapisan & pengenalan dini Risti dan komplikasi kehamilan
Mempertimbangkan tindakan untuk ibu sesuai agama/tradisi/adat setempat.
Membantu Persiapan Persalinan (penolong, tempat, alat, kebutuhan lain)
Pengenalan tanda-tanda bahaya
Memberikan konseling sesuai usia kehamilannya tentang: gizi, istirahat,
pengaruh rokok/alkohol/obat pada kehamilan, ketidaknyamanan normal dalam

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

kehamilan.
Kelas ANC untuk bumil, pasangan/keluarga
Skrining untuk Siphilis & IMS lainnya
Pemberian suplemen asam folat, Fe
Pemberian imunisasi TT 2x
Melaksanakan senam hamil
Penyuluhan gizi, manfaat ASI & rawat gabung, manajemen laktasi
Asuhan berkesinambungan
Menganjurkan bumil utk menghindari kerja fisik berat
Memeriksa TD, proteinuri secara teratur
Pengukuran tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan (>24mg dengan pita

q.
r.
s.
t.
u.

ukur)
Pemeriksaan HB pada awal & usia 30 mgg
Mendeteksi kehamilan ganda >usia 28mg
Mendeteksi kelainan letak >36 mg
Menghindari posisi terlentang pada pemeriksaan kehamilan lanjut
Catatan ANC disimpan oleh bumil
9. Pengkajian
a. Anamnesis
Tabel 2
Anamnesis Pada Antenatal Care

Riwayat kehamilan
ini

Riwayat obstetri lalu

Riwayat penyakit

Riwayat sosial
ekonomi

29

Usia ibu hamil


HPHT,siklus haid
Perdarahan
pervaginam
Keputihan
Mual dan muntah
Masalah /kelainan
pada kehamilan
sekarang
Pemakaian obatobat (termasuk
jamu-jamuan)

Jumlah kehamilan
Jumlah persalinan
Jumlah persalinan
Jumlah persalinan
cukup bulan
Jumlah persalinan
premature
Jumlah anak hidup
Jumlah keguguran
Jumlah aborsi
Perdarahan pada
kehamilan,
persalinan, nifas
terdahulu
Adanya hipertensi
dalam kehamilan
terdahulu
Berat bayi< 2,5 kg
atau>4kg
Adanya masalahmasalah selama
kehamilan,
persalinan, nifas
terdahulu

Jantung
Tekanan Darah
Tinggi
Diabetes Mellitus
TBC
Pernah operasi
Alergi obat/makanan
Ginjal
Asma
Epilepsy
Penyakit hati
Pernah kecelakaan

Status perkawinan
Respon ibu dan
keluarga terhadap
kehamilan
Jumlah keluarga
dirumah yang
membantu
Siapa pembuat
keputusan dalam
keluarga
Kebiasaan makan dan
minum
Kebiasaan merokok,
menggunakan obatobat dan alcohol
Kehidupan seksual
Pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari
Pilihan tempat untuk
melahirkan
Pendidikan
Penghasilan

Sumber: Sarwono Prawirohardjo,2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 91-92.
b. Pemeriksaan
Tabel 3
Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan
Pemeriksaan Dalam
Luar
Kunjungan pertama :
Pada
setiap Pada kunjungan pertama:
kunjungan :
Tekanan darah
Pemeriksaan vulva/perinium
Mengukur
untuk:
Suhu badan
tinggi
fundus

Varises
Nadi
uteri

Kondiloma
Pernafasan

Palpasi
untuk

Edema
Berat badan
menentukana

Hemoroid
Tinggi badan
letak janin

Kelainan lain
Muka: Edema, pucat
(atau lebih 28

Mulut&gigi
:
minggu)
Pemeriksaan
dengan
kebersihan,karies,tonsil, paru Auskultasi
speculum untuk menilaii:
Tiroid/gondok
detak jantung Serviks

Tulang belakang/punggung:
janin
Tanda-tanda infeksi

Skoliosis
Cairan dari ostium uteri
Payudara : puting susu,
tumor
Pemeriksaan untuk menilai:
Abdomen: bekas operasi
Serviks
Ekstremitas: Edema, varises,
Fisik Umum

Laboratorium
Kunjungan
pertama:
Darah :
Hemoglobin
Glukosa
VDRL
Urin :
Warna,bau,
kejernihan
Protein
Glukosa
Nitrit/LEA

30

rflek patella
Costovertebral
angle
tenderness (CVAT)
Kulit: kebersihan/penyakit
kulit

Uterus
Adneksa
Bartholini
Skena
Uretra
Bila usia kehamilan <12
minggu

Kunjungan berikut :
Tekanan darah
Berat badan
Edema
Masalah dari kunjungan
pertama

Sumber: Sarwono Prawirohardjo,2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 92-93.
c. Diagnosa
Tabel 4
Diagnosa Kehamilan
Kategori

Gambaran

Kehamilan normal.

Kehamilan dengan masalah


khusus.

Kehamilan dengan masalah


kesehatan
yang
membutuhkan rujukan untuk
konsultasi
dan
atau
kerjasama penanganannya.
Kehamilan dengan kondisi
kegawatdaruratan yang
membutuhkan rujukan
segera.

Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsi,


pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih,
penyakit kelamin dan kondisi lain-lain yang dapat
memburuk selama kehamilan.

Seperti perdarahan, eklamsi, ketuban pecah dini, atau


kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan
bayi.

Ibu sehat, tidak riwayat obstetri buruk ukuran uterus


sama/sesuai usia kehamilan pemeriksaan fisik dan
laboratorium normal.
Seperti masalah keluarga atau psikososial, kekerasan
dalam rumah tangga dan kebutuhan finansial.

Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 94.
d. Pelaksanaan
Tabel 5
Pelaksanaan Pemeriksaan Antenatal Care

31
Kategori
Kehamilan Normal

Gambaran
1.
2.

3.
4.
5.

Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenal awal.


Lihat bagian penilaian.
Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya.
a. Tekanan darah di bawah 140/90.
b. Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan.
c. Edema hanya pada ekstermitas.
d. Tinggi fundus cm atau menggunakan jari-jari tangan dapat
disamakan dengan usia kehamilan.
e. Detak jantung janin 120 sampai 160 detak per menit.
f. Gerakan janin dan setelah 18-20 minggu hingga melahirkan.
Memberikan zat besi.
Memberikan imunisasi TT.
Memberikan konseling.
a. Gizi: peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari,
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,
minum cukup cairan (menu seimbang).
b. Latihan : normal tidak berlebihan,istirahat jika lelah.
c. Perubahan fisiologis : tambah berat badan,perubahan pada
payudara, tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan
pertama, rasa panas, atau farises, hubungan suami istri,boleh
dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom)
d. Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan
lanjutan kehamilan.
e. Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia
mendapati tanda-tanda bahaya berikut:
1) Perdarahan per vaginam.
2) Sakit kepala lebih dari biasanya.
3) Gangguan penglihatan.
4) Pembengkakan pada wajah/tangan
5) Nyeri abdomen (epigastrik)
6) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
f. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan
aman di rumah (untuk tingkat desa) :
1) Sabun dan air.
2) Handuk dan selimut bersih untuk bayi.
3) Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan.
4) Mendiskusikan praktek-praktek tradisional, posisi
melahirkan, dan harapan-harapan.
5) Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan selama
persalinan di rumah.
6) Mengidentifikasi siapa yang dapan membantu bidan selama
persalinan di rumah.
g. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan di
keringkan.
h. Petunjuk dini: untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan
keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat
ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk:
1) Mengindentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup
dana untuk menutup biaya-biaya perawatan kegawatdaruratan.
2) Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang
mempunyai puting susu rata atau masuk kedalam. Ibu
diajarkan cara mengeluarkan puting susu yaitu: tekan puting
susu dengan menggunakan kedua ibu jari, dilakukan 2 kali
sehari selama 5 menit.

32
Kategori
Kehamilan
dengan
khusus

Gambaran

normal
kebutuhan

1.
2.

Memberikan seluruh layanan/asuhan antenatal.


Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan masalahmasalahnya.

Ibu
hamil
dengan
masalah
kesehatan/
komplikasi
yang
membutuhkan
Rujukan untuk
konsultasi atau kerja
sama penanganan.

1.

Merujuk ke dokter untuk konsultasi, monolong ibu menentukan pilihan


yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter obgin dsb.)
Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan.
Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
dengan hasil dan rujukan.
Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
Memberikan layanan/asuhan antenatal.
Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu meahirkan di rumah:
a. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga
tentang rencana kelahiran (terutama suami dan ibu atau ibu
mertua).
b. Persiapan transportasi untuk ke tempat persalinan dengan aman,
terutama pada malam hari atau selama musim hujan.
c. Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di tempat
persalinan yang aman.
d. Persiapan asuhan anak jika dibutuhkan selama persalinan.

Kegawatdaruratan

1.

2.
3.
4.
5.
6.

Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat dimana tersedia pelayanan


kegawatdaruratan obstertik yang sesuai.
2. Sambil menunggu trasportasi,
a. Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu berikan
pengobatan.
b. Mulai memberi cairan infus (iv)
3. Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya.
4. Membawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain.
Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu hamil dan surat
rujukan.

Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 94-97.
B. Persalinan Dan Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus Ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(JNPK-KR, 2008: 39).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan dimana
janin dan ketuban turun kedalam jalan lahir dan didorong keluar jalan lahir
(Prawirohardjo, 2010: 296).

33

Persalinan adalah Hasil akhir dari koordinasi antara kontraksi miometrium


dan dilatasi serviks, dipengaruhi faktor-faktor endokrin yang terjadi pada serviks
dan miometrium selama kehamilan akhir dan persalinan, perubahan-perubahan ini
merupakan syarat mutlak suksesnya induksi persalinan. Pengetahuan tentang
transisi dari pemeliharaan kehamilan (uterus tenang) ke saat mulainya proses
persalinan (kontraksi uterus kuat) terus menemukan konsep yang terlibat dalam
fisiologi persalinan normal (Prawirohardjo, 2010: 297).
Persalinan ialah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, di susul dengan pengeluaran placenta dan
selaput janin. (Obstetri fisiologi UNPAD Hal: 221)
2. Tanda dan Gejala Persalinan Normal
Menurut Prawirohardjo (2005: 181) gejala/ tanda persalinan meliputi
yaitu:
a. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki bulannya/ mingguan/ harinya yang disebut kala pendahuluan
(preparotory stage of labor). Memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atau
panggul terutama pada primigravida pada multi begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polaisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus, kadang-kadang disebut False labor pains.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).

34

b. Tanda-Tanda Inpartu
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan perbukaan telah ada seperti telah
dikemukakan terdahulu, faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah:
a) Kekuatan mendorong keluar (power)
(1) His (kontraksi uterus)
(2) Kontraksi otot-otot dinding perut
(3) Kontraksi diafragma
(4) Dan ligmentous actiou terutama lig rotundum
b) Faktor janin
c) Faktor jalan lahir
Pada waktu partu akan terjadi perubahan-perubahan pada
uterus, serviks, vagina dan dasar panggul.
3. Fisiologi Persalinan Normal
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium
yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos
uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoodinasi, diselingi
dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan,
serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi
yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan
kelahiran, sampai saat ni mash belum jelas benar.
Secara umum persalinan adalah serangkain kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan yaitu 37-42 minggu lahir spontan, tanpa

35

komplikasi baik pada janin maupun janin, disusul pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).
Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam tidak
lebih dari 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2010 : 297).
4. Tuanya kehamilan Menurut FK UNPAD (2010: 222)
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan < 500 gr.
b. Partus Imaturus
Pengeluaran buah kehamilan pada umur kehamilan 22-28 minggu atau
bayi dengan berat badan 500-999 gr.
c. Partus Prematurus
Pengeluaran buah kehamilan pada usia kehamilan 28-37 minggu atau bayi
dengan berat badan 1000-2499 gr.
d. Partus Maturus atau Partus Aterm
Pengeluaran buah kehamilan pada usia kehamilan 37-42 minggu atau berat
badan bayi > 2500 gr.
e. Partus Post Maturus atau Partus Serotinus
Pengeluaran buah kehamilan > 42 minggu.

5. Cara persalinan
a.

Bila persalinan berlangsung dan kekuatan itu sendiri dan melalui jalan
lahir disebut Persalinan Spontan.

36

b.

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi


dengan forcepi, atau dilakukan SC maka disebut Persalinan Buatan.

c.

Bila persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung


setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin disebut
Persalinan Anjuran (Prawirohardjo (2010: 100).
6. Penyebab Persalinan Normal
Menurut Prawirohardjo (2010: 299) apa yang menyebabkan terjadinya
persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang
kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi. Teori-teori yang menyebabkan
terjadinya persalinan yaitu:
a. Teori Penurunan Hormon
Satu dapai dua minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila kadar progesteron.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrgen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi.

c. Teori Distensi Rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otototot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenter.
d. Teori Iritasi Mekanik

37

Dibelakang serviks terletak ganlion servikale (fleksus frankenhauses) bila


ganglion ini digeser dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontruksi uterus.
e. Induksi Partus (Induction of Labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria
Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanan servikalis dengan tujuan
merangsang plensus fraknehauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
7. Lima benang merah
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling
terkait asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat
pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah
tersebut adalah (APN,YNPK-KR:2008):
a. Keputusan klinik
1) Langkah dalam membuat keputusan klinik antara lain:
Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
2) Menginterprestasikan data dan mengidentifikasi masalah.
3) Membuat

diagnosis

atau

menentukan

masalah

yang

terjadi/dihadapi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengatasi masalah.

38

5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi


masalah.
6) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
7) memant au dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi
b. Asuhan sayang ibu dan bayi
1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya
2)

Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum


memulai asuhan tersebut

3)

Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya

4)

Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut


atau khawatir

5)

Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu

6)

Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati


ibu beserta anggota keluarganya

7)

Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarga


yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya

8)

Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai


cara-cara

bagaimana

mereka

dapat

memperhatikan

dan

mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya


9)

Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan


infeksi yang baik

10)

Hargai privasi pasien

39

11)

Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama


persalinan dan kelahiran bayi

12)

Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan


sepanjang ia menginginkannya

13)

Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang


tidak merugikan kesehatan ibu

14)

Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan


seperti episiotomi, pencukuran dan klisma

15)

Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin

16)

Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam


pertama setelah bayi lahir

17)

Siapkan rencana rujukan (bila perlu)

18)

Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik


dan bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.
Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi. (JNPK-KR, 2008:14)

c. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang di
berikan kepada ibu dan bayi baru lahir serta harus di laksanakan secara rutin pada
saat menolong persalinan dan kelahiran. Saat memberikan asuhan dasar selama
kunjungan antenatal atau post partum, dan saat menatalaksana penyulit.
1) Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan
a. Meminimalkan infeksi yang di sebabkan oleh mikroorganisme

40

b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa


seperti hepatitis, HIV/AIDS
2) Tindakan tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan
a) Cuci tangan
b) Memakai sarung tangan
c) Memakai perlengkapan pelindung (celemek/ baju penutup,
kacamata, sepatu tertutup )
d) Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
e) Memproses alat bekas pakai
f) Menangani peralatan tajam dengan aman
g) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan
sampah secara benar.
d. Pendokumentasian
Pendokumentasian adalah bagian penting dari proses membuat keputusan
klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus
memperhatikan asuhan yang di berikan selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Catat semua asuhan yang telah di berikan kepada ibu dan bayi, jika asuhan
yang telah di berikan tidak di catat maka maka dapat di anggap bahwa tidak prnah
di lakukan asuhan yang di maksud. Pencatatan adalah bagian penting dari proses
membuat keputusan klinis karena memungkinkan penolong persalinan untuk
terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis
data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu

41

diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayi nya.
(Prawirohardjo, 2010: 340).
e. Rujukan
Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan
rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap di harapkan mampu
menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu
menjalani persalinan normal, sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami
masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan. Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas
rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir. (Prawirohardjo, 2010 :341)
Singkatan BAKSOKU dapat di gunakan dalam mempersiapkan rujukan
rujukan:
1) B : (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan bayi di dampingi oleh penolong
persalinan saat di bawa ke fasilitas kesehatan rujukan
2) A : (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan ke
tempat rujukan, perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin di perlukan
dalam perjalanan
3) K : (Keluarga) Beritahu ibu dan keluarga mengenai ibu dan janin, suami atau
keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi ke tempat rujukan
4) S : (Surat) Berikan surat ke tempat rujukan, surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan bayi
5) O : (Obat) Bawa obat-obatan esensial pada mungkin di perlukan selama
perjalanan

42

6) K : (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang paling mungkin untuk merujuk


dalam kondisi yang cukup nyaman
7) U : (Uang) Ingatkan Pada Keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang
cukup
8. Faktor Penting Dalam Persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui
jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal Ronggarongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar,
sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua
spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100),
ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari
bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa
(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran
sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka
melintang 10-10,5 cm. Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat
menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul
sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam
panggul. Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk
dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah
meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan
mudah ruptur. Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh
serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat

43

atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka),
serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks
(terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala
dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada
vagina.
b. Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi
adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar
kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi adalah
pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi. His
yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama
bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsurangsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur
jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan. His yang
normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim,
kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim,
kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak
kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen
bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient. Tenaga
meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam
persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong

44

bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot
dasar panggul. Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu
baik. Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia
uteri dan hypertonic/tetania uteri.
c. Passanger
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger
utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin
mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan
ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus,
kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
d. Psyce (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab
lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancer.
Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
e. Penolong (Tenaga Kesehatan)
Meliputi pengalamannya dalam memimpin persalinan, kesabaran dan
pengertiannya dalam menghadapi pasien terutama terhadap primpara. (Mochtar,
2002).
9. Mekanisme Persalinan Normal

45

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan


dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.
Yaitu:
a. Engangement
Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,
dan pada multigravida terjadi pada awal persalinan. Engangement adalah
peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang/oblik didalam jalan lahir dan sedikit fleksi (Varney,2008: 754).
b. Penurunan kepala
Penurunan merupakan hasil dari kekuatan, termasuk kontraksi,(yang
memperkuat tulang punggung janin, menyebabkan fundus langsung nempel pada
bongkong ) dan pada kala II dorongan yang dapat dilakukan ibu karena kontraksi
otot-otot abdomennya(Varney Volume 2, 2008: 754)
c. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala
janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada kepala
janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipitofrontalis 12cm berubah
menjadi suboksipitobregmatika 9 cm. posisi dagu bergeser kearah dada janin.
d. Rotasi dalam
Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah
janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Gerakan ini
adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu
bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi ini terjadi setelah kepala

46

melewati hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada
pemeriksaan dalam ubun- ubun kecil mengarah ke jam 12.
e. Ekstensi
Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara
ekstensi agar dapat melaluinya. Pada saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi,
yaitu:
1) Gaya dorong dari fundus uteri kearah belakang
2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan.
Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan terjadilah
ekstensi. Maka berangsurangsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi,
mata, hidung, mulut, dan dagu. Pada saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi
berada di atas anus ibu.
f. Rotasi luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh
faktor-faktor panggul,sama seperti pada rotasi dalam.
g. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul
lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan
kelahiran bahu depan, bahu belakang, badan seluruhnya.

10. Langkah Pertolongan Persalinan dan Manajemen Kebidanan Pada


Ibu Bersalin

47

Berlangsungnya proses persalinan normal dibagi menjadi 4 kala, yaitu:


a. Kala I (Kala Pembukaan)
Berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pada fase aktif Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 13 jam,
sedangkan multigravida sekitar 7 jam dengan perhitungan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. (Saifuddin, 2002).
1) Kala I ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Fase laten
Dimana pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
berlangsung dalam 78 jam.
b) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu fase akselerasi
berlangsung selama 2 jam (pembukaan terjadi 4 cm), fase dilatasi maksimal
selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, fase deselerasi
berlangsung lambat dalam waktu 2 jam (pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap).
Fase-fase tersebut diatas dijumpai pada primigravida pada multigravida pun
demikian, tetapi fase laten, fase aktif dan deselerasi terjadi lebih pendek.
(Prawirohardjo, 2006)
2) Asuhan Kala I Persalinan
a) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, dan
keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu.
b) Mengatur aktifitas dan posisi yang nyaman bagi ibu.

48

c) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara ibu diminta
untuk menarik nafas panjang, kemudian dilepaskan dengan meniup
sewaktu ada his.
d) Menjaga privasi ibu antara lain dengan menggunakan penutup atau tirai
dan tidak menghadirkan orang lain tanpa pengetahuan ibu dan seizin ibu.
e) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh
ibu, prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan.
f) Menjaga kebersihan diri dengan membolehkan ibu untuk mandi dan
menganjurkan ibu untuk membasuh kemaluannya seusai buang air besar
atau kecil.
g) Mengatasi rasa panas ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak
keringat. Bidan dapat mengatasinya dengan meggunakan kipas angin/AC.
h) Masase dengan melakukan pijatan pada punggung dan mengusap perut
dengan lembut.
i) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi.
j)

Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dengan menyarankan ibu


untuk berkemih sesering mungkin.

k) Memberikan support pada ibu dan keluarga. (Saifuddin,2006)


b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. pada kala ini
his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 23 menit sekali, kepala
janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan karena

49

tekanan pada rektum, ibu merasa seperti ingin BAB, dengan tanda anus terbuka,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan
his mengedan yang terpimpin dan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan
janin, kala II pada primi: 2 jam pada multi: 1 jam. (sumarah, 2008)
Asuhan Kala II
1) Memberikan dukungan pada ibu dalam menghadapi persalinan.
2) Memberikan ibu makanan dan minuman jika tidak ada his.
3) Mendampingi ibu dengan keluarga atau suami saat melahirkan.
4) Memantau DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
mengalami bradikardi (nadi 12x/menit). Selama mengedan yang lama akan
terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin.
5) Memimpin persalinan jika sudah ada tanda-tanda Kala II.
6) Memakai sarung tangan saat kepala bayi terlihat
7) Menjaga kebersihan ibu jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan
kain bersih.
8) Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his.
9) Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan
biarkan kepala bayi memutar.
10) Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah
persalinan dengan cara tepat.
11) Segera setelah lahir, periksa keadaaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segara
keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering,
selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat.

50

12) Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong
diantara dua klem dengan gunting steril.
13) Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui. (JNPK,2008)
c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah uterus yang membundar dan keras,
uterus terdorong keatas, tali pusat bertambah panjang, ada semburan darah.
Setelah plasenta lahir harus diperiksa untuk melihat apakah ada bagian plasenta
yang tertinggal di dalam uterus, dan biasanya eksplorasi kavum secara manual.
(Prawirohardjo, 2006)
Manajemen aktif Kala III:
Penatalaksanaan aktif Kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Adapun penatalaksanaan
kala III meliputi:
1) Pemberian oksitosin dengan segera (2 menit setelah bayi lahir).
2) Pengendalian tarikan pada tali pusat.
3) Pemijatan uterus segera setelah pada tali pusat.
Asuhan Kala III
1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta 2 menit setelah kelahiran bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg IM.

51

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), PTT dilakukan hanya


kalau uterus berkontraksi.
3) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pengeluaran
darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
4) Jika menggunakan manajemen aktif Kala III dan plasenta belum lahir dalam
15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua.
5) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh.
6) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
d. Kala IV (Kala Pengawasan atau Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sedikit terjadi pada 2 jam pertama. Hal-hal yang diobservasi
adalah tingkat kesadaran pasien. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah,
nadi, suhu dan pernapasan, kontraksi uterus dan perdarahan yang terjadi.
Darah yang keluar harus ditukar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada
persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada
serviks dan perineum. Perdarahan masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400500 cc. Bila perdarahan lebih maka harus dicari penyebabnya. (Manuaba,
2002). Sebelum meninggalkan wanita pospartum petugas harus memantau ibu
setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan (Saifuddin, 2002).
WHO/UNICEF/IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan pemberian 2
dosis vitamin A 200.000 IU dalam selang waktu 24 jam pada ibu pasca bersalin
untuk memperbaiki kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet

52

puting susu. Selain itu suplementasi vitamin A akan meningkatkan daya tahan
tubuh ibu terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan (JNPKKR 2008)
Asuhan Kala IV
1) Evaluasi fungsi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang
antara pusat dan fundus uteri.
2) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
3) Periksa perenium perdarahan aktif (misalnya, apakah dari laserasi atau
episiotomi). Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu:
a) Laserasi derajat 1: Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura
posterior, dan kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada
perdarahan dan aposisi luka baik.
b) Laserasi derajat 2: Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, dan otot perineum. Diperlukan penjahitan.
c) Laserasi derajat 3: Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani.
d) Laserasi derajat 4: Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani, dan dinding
depan rektum. Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi
laserasi perineum derajat 3 atau 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.
(APN,2007)
4) Evaluasi kondisi secara umum
5) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan.

53

Pertolongan persalinan menggunakan metode Asuhan Persalinan Normal


58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN :2008) :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam
wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
5) Menggunakasn sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dan gerakan vulva ke
perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5
%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan clorin 0,5 %.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit).
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta

54

12) Ibu untuk meneran saat ada His apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia meneran nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kapala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.

55

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25) Menilai penilaian selintas:
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan.
b) Apakah bayi bergerak aktif.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem.

56

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
34) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat..
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah seejajar,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

57

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan.
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

58

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.


53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58) Melengkapi partograf.

11. Partograf
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau
keadaan ibu dan janin tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau
dengan komplikasi (Saifuddin, 2006 ) Partograf adalah alat bantu yang di gunakan
selama fase aktif persalinan. Partograf di pakai untuk memantau kemajuan
persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan. (Prawirohardjo, 2010: 315 )
Tujuan dari partograf menurut Saifuddin, (2006 ) adalah :
a. Meningkatkan mutu dan keteraturan pemantauan janin dan ibu selama persalinan
b. Untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

59

c. Untuk mengetahui lebih awal adanya persalinan abnormal dan mencegah


terjadinya persalinan lama yang dapat menurunkan resiko perdarahan post partum
dan sepsis, mencegah persalinan macet, robekan rahim dan infeksi bayi baru lahir
d. Membantu mengambil keputusan lebih awal, kapan seorang ibu harus dirujuk,
dipercepat dan diakhiri persalinannya. Partograf di mulai pada pembukaan 4 cm
(fase aktif). Partograf sebaiknya di buat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi
1) Menurut JNPK-KR, 2007 partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam
fase aktif kala I persalian sebagai elemen penting asuhan persaliann
2) selama persalianan dan kelahiran di semua tempat
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada
ibu selama persalinan dan kelahiran. Petugas harus mencatat kondisi ibu dan
bayi sebagai berikut :
a) Denyut jantung janin, di periksa setiap jam
b) Air

ketuban,

catat

air

ketuban

setiap

: Selaput utuh

: Selaput pecah

: Air ketuban bercampur mekonium

: Tidak ada cairan ketuban atau kering

pemeriksaan

c) Perubahan kepala janin (Molding atau Molase )


(1) O: Sutura terpisah
(2) 1: Sutura (pertemuan dan tulang tengkorak )Bersesuaian
(3) 2: Sutura tumpang tindih tetapi dapat di perbaiki
(4) 3: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

vagina

60

d) Pembukaan mulut rahim (serviks) di nilai setiap 4 jam dan di berikan


tanda silang.
e) Penurunan: mengacu pada bagian kepala (di bagi 5 bagian) yang teraba
pada pemeriksaan abdomen/luar di atas simfisis pubic. Catat dengan
lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi O/5 sinsiput (S)
atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis
f) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah di jalani sesudah pasien
di terima
g) Jam ; catat jam sesungguhnya
h) Kontraksi : catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap kontraksi dalam
hitungan detik
(1) Kurang dari 20 detik ; kontraksi lemah
(2) Antara 20 40 detik : kontraksi sedang
(3) Lebih dari 40 detik : kontraksi kuat
e. Oksitosin: jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit
f. Catat semua obat yang di berikan
g. Nadi catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
h. Tekanan darah cacatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
i. Suhu badan catatlah setiap 2 jam
j. Protein

aseton

dan

volume

urine

catatlah

setiap

jam.

Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan

61

harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari
rujukan. (Saifuddin, 2002)

12. KALA I
a. Pengkajian
Tabel 6
Pengkajian
LIHAT

1.
2.
3.

Tanda-tanda perdarahan, mekonium atau bagian organ yang lain


Tanda bekas operasi SC yang lalu
Ibu yang warna kulitnya kuning atau kepucatan

TANYA

1.
2.

Kapan tanggal perkiraan persalinan


Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan atau belum

PERIKSA

1.
2.

Tanda-tanda penting untuk hipertensi


Detak jantung janin atau brakicardi

Sumber:

Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 106

b. Diagnosis
Tabel 7
Diagnosis
Kategori

Keterangan

Sudah dalam persalinan


(inpartu)

Ada tanda-tanda persalinan :


Pembukaan serviks > 3 cm
His adekuat (teratur, minimal 2 X dalam 10 menit selama 40 detik)
Lendir darah dari vagina

Kemajuan
persalinan
normal
Persalinan bermasalah

Kemajuan berjalan sesuai dalam patograf

Kegawatdaruratan
persalinan

Seperti :
Eklamsi, perdarahan, gawat janin.

Sumber:

saat

Seperti : kemajuan persalinan yang tidak sesuai dengan patograf


melewati garis waspada

Sarwono Prawirohardjo, 2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 108.

c. Penanganan
Tabel 8

62

Penanganan
Tindakan

Deskripsi dan keterangan

Menghadirkan orang yang di


anggap penting oleh ibu seperti :
suami, keluarga pasien atau orang
dekat

Dukungan yang dapat diberikan :


1. Mengusap keringat
2. Menemani/ membimbing jalan-jalan (mobilisasi)
3. Memberiakan minum
4. Merubah posiis dan sebagainya
5. Memijat atau mengosok pinggang

Mengatur aktivitas dan posisi ibu

1.
2.

Membimbing ibu
sewaktu ada his

untuk

rileks

Mejaga privasi ibu

Penjelasan
persalinan

tentang

Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan


kesanggupannya
Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun ibu ingin di
tempat tidur sebaiknya tidak di anjurkan tidur dengan
posisiterlentang lurus

Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar,


kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktui ada his
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, di
anatra lain menggunakan penutup atau tirai, tidak
mengadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin
pasien

kemajuan

Menjaga kebersihan diri


Mengatasi rasa panas

Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi


dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan
hasil-hasil pemeriksaan
Membolekan ibu untuk mandi, menganjurkan ibu untuk
mebasuh kemaluannya seusai membuang air kecil
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,
dapat di atasi dengan cara:
1. Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
2. Menggunakan kipas biasa
3. Menganjurkan ibu untuk mandi

Masase

Jika ibu suka, lakukan masese pada punggung atau mengusap


perut dengan lembut

Pemberian cukup minum

Untuk memnuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi

Mempertahankan kandung kemih


tetap kosong
Sentuhan

Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

Sumber:

Disesuaikan dengan keinginan ibu , memberikan sentuhan


pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi kesendirian ibu selama proses persalinan.

Sarwono Prawirohardjo, 2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 109.

13. KALA II
a. Pengkajian

63

Sekarang ibu telah berada pada pembukaan lengkap dan siap untuk
melahirkan bayinya. Selama kala II petugas harus memantau:
1) Tenaga atau usaha untuk mengedan dan kontraksi uterus
2) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak jantung
bayi setelah kontraksi
3) Kondisi ibu
Tabel 9
Power, Passage dan Passanger
Kemajuan persalinan
TENAGA
Usaha mengedan

Kondidi ibu
PASIEN
Periksa nadi dan tekanan
darah setiap 30 menit

Palpasi kontraksi uterus:


(kontrol tiap 10 menit)
1. Frekuensi
2. Lamanya
3. Kekuatan

Respon keseluruhan pada


kala II :
1. keadaan dehidrasi
2. perubahan sikap atau
prilaku
3. tingkat tenaga 9 yang
dimiliki)

Sumbe:

Kondidi janin
PENUMPANG
Pereiksa DJJ tiap 15 menit atau
lebih sering dilakukan dengan
makin dekatnya kelahiran
Penurunan presentasi an perubahan
posisi
Warna cairan tertentu

Sarwono Prawirohardjo, 2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 111)

b. Diagnosis
Tabel 10
Diagnosis
Kategori

Keterangan

Kala dua berjalan dengan baik


Kondisi kegawatdaruratan
kala dua

Ada kemajuan pnurunan kepala bayi


pada

Kondisi kegawatdaruratan membutuhkan peubahan dalam


penatalaksanaan perubahan segera contoh kondisi tersebut
termasuk: eklamsi, kegawatdaruratan bayi, penurunan
kepala terhenti, kelelahan ibu.

Sumber: Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 111.
c. Penanganan
Tabel 11
Penanganan

64
Tindakan

Deskripsi dan keterangan

Memberikan dukunga terus


menerus pada ibu

Kehadidiran seseorang untuk :


1. mendampingi ibu agar merasa nyaman
2. menawarkan minum dan memijat ibu

Menjaga kebersihan diri

1.
2.

Mengipasi dan masese

Menambah kenyamanan bagi ibu

Memberikan
mental

Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara :


1. menjaga privasi ibu
2. penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
3. penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
keterlibatan ibu

dukungan

ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar infeksi


bila ada darah , lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan

Mengatur posisis ibu

Dalam memimpi mengedan dapat dipilih posisi


berikut :
1. jongkok
2. menungging
3. tidur miring
4. setengah duduk
5. posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri
mudah mengedan,kurangnya trauma dan perineum dan infeksi

Menjaga kandung kemih


tetap kosong

Ibu di anjurkan untuk berkemih sesrering mungkin, kandung kemih


yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala kepada rongga
panggul

Memberikan cukup minum

Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi

Memimpi mengedan

Ibu dipimpi mengedan selam his anjurkan kepada ibu untuk


mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas kemungkinan
dapat menurunkan pH pada arteri umbilikus yang dapat
menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai afgar rendah

Bernafas selama persalinan

Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir .
hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol
lahirnya kepala serta mencegah robekan

Pemantauan denyut jantung


janin

Periksa djj setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak


mengalami brakikardi (< 120 ). Selama mengedan yang lama akan
terjadi penguranagn darah dan oksigen kejanin

Melahirkan bayi

Menolong kelahiran kepala :


1. letakkan satu tangan kekepala bayi agar depleksi tidak terlalu
cepat
2. menahan perineum dengan satu tangan bila diperlukan
3. mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir
atau darah
periksa tali pusat
4. bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada dua tempat
kemudian digunting di anatar dua klem tersebut sambil
melindungi leher bayi lahirkan bahu dan anggota seluruhnya :
a. tempatkan kedua tanagn pada sisi kepala dan leher bayi
b. lakuakn tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu
depan

65
Tindakan

Deskripsi dan keterangan


c.
d.

e.

lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu


belakang
selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian
belakang bayi samping menyangga kepala dan selipkan
satu tangan lainnya kepunggung bayi untuk mengeluarkan
tubuh bayi seluruhnaya
pegang erat bayi jangan sampai jatuh

Bayi
dikeringkan
dan
dihanagtkan sampai seluruh
tubuh

Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti dengan


menggunakan handuk dan sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan
berikan bayi untuk menetek

Merangsang bayi

1.
2.

Sumber:

biasanya dengan melakukan pengerinagn cukup diberikan


rangsangan pada bayi
dilakukan dengan cra mengusap-usap pada bagian punggung
atau menepuk telapak kaki bayi

Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006.Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 112113

14. KALA III


a. Pengkajian
1) palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua : jika
ada tunggu sampai bayi kedua lahir
2) menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan setabil jika tidak
rawat bayi segera

b. Diagnosis
Tabel 12
Diagnosis

66
Kategori
Kehamilan
dengan
janin normal tunggal

Deskripsi
Persalinan sepontan melalui vagina pada bayi tunggal cukup bulan

Janin normal

1.
2.
3.
4.

Bayi dengan penyulit

Lihat bayi dengan penyulit seperti : berat badan kurang, asfiksia , afgar
rendah, cacat lahir pada kaki.

Sumber:

tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan


afgar lebih dari 7 pada menit ke 5
tanda-tanda vital setabil
berat badan > 2500 gram

Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 115-116
c. Penanganan
Tabel 13
Penanganan

Langkah-langkah inti

Deskripsi dan keterangan

Jepit dan gunting tali pusat sedini


mungkin

Dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai proses


pelepasan plasenta

Memberikan oksitosin

Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga


mempercepat pelepasan plasenta
1. oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran
bahu depan bayi jika petugas lebih dari satu dan pasti
hanya ada bayi tunggal
2. oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah
kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas dan
hanya bayi tunggal
3. oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit
jika plasenta masih belum lahir
4. jika oksitosin tidak tersedia , rangsang puting
payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah
PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah
terlepas:
1. satu tangan diletakkan pada korpus uteri diatas
simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong
korpus uteri dengan dengan gerakan dorso kranialkearah belakang dan kearah kepala ibu.
2. Tangan yang satu memegang tali pusat dekat
pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat
yang terus-menerus dalam tegangan yang sama
dengan tangan ke uterus selama kontraksi
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.
Tangan pada uterus merasakan kontraksi ,ibu dapat
juga memberitahu petugas ketika ia merasakan
kontraksi. Ketika uterus tidak sedang berkontraksi ,
tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi
bukan melakukan PTT , ulangi langkah-langakahPTT
pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. Begitu
plasenta terlepas , keluarkan dari jalan lahir dengan

Melakukan penanganan tali pusat


terkendali atau PTT

67
Langkah-langkah inti

Deskripsi dan keterangan


menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat
mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan
gerakan kebawah dan ke atas sesuai jalan lahir.
Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketuban.

Masase fundus

Sumber:

Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase


fundus agar menimbulkan kontrksi. Hal ini dapat
mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
postpartum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat swlama
10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi , mulailah
melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak
teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk
perdarahan postpartum.

Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 116117.

15. KALA IV
a. Pengkajian
Tabel 14
Pengkajian
Periksa

Deskripsi

Fundus

Rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di atau di bawah


umbilikus. Periksa fundus :
1. Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
2. Setiap 30 menit pada jam pertama setelah persalinan
3. Masase fundud jika perlu untuk menimbulkan kontraksi

Plasenta

Periksa kelengkapan untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang


tersisa dalam uterus

Selaput ketuban

Periksa kelengkapan untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang


tersisa dalam uterus

Perinium

Periksa luka robekan pada perinium dan vagina yang membutuhkan


jahitan

Memperkirakan
pengeluaran darah

Dengan memperkirakan darah yang menyerap pada kain atau dengan


menentukan berapa banyak kantong darah 500 cc dapat terisi
1. Tidak meletakkan pispot pada ibu untuk meletakkan darah
2. Tidak menyumbat vagina dengan kain untuk menyumbat darah
3. Pengeluaran darah abnormal >500 cc

Lokhea

Periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat memeriksa uterus.
Jika uetrus berkontraksi kuat, lokhea kemungkinan tidak lebih dari

68
menstruasi
Kandung kemih

Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung


kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus
berkontraksi sepenuhnya

Kondisi ibu

1.

Kondisi bayi baru lahir

2.
3.

Periksa setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil pantau ibu
lebih sering.
Apakah ibu membutuhkan minum?
Apakan ibu ingin memegang bayinya

1.
2.
3.

Apakah bayi bernafas dengan baik?


Apakah bayi kering dan hangat?
Apakah bayi siap disusui/pemberian ASI memuaskan?

Sumber: Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 119.
b. Diagnosis
Tabel 15
Diagnosis
Kategori
Involusi normal

Kala IV dengan penyulit

1.
2.
3.
4.
1.
2.

Deskripsi
Tonus uterus tetap berkontraksi
Posisi fundus uteri di atau bawah umbilikus
Perdarahan-tidak berlebihan
Cairan-tidak berbau
Sub-involusi-uterus tidak keras posisi sdiatas umbilikus
Perdarahan-atonia,
laserasi,
bagian
plasenta
tertinggal/membran/yang lain.

Sumber: Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006.Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 120.

c. Penanganan
Tabel 16
Penanganan

69
Tindakan

Deskripsi dan keterangan

Ikat tali pusat

Jika petugas sendirian dan sedang melakukan manajemen aktif


kala III persalinan, maka tali pusat di klem , dan gunting dan
berikan oksitosin. Segera setelah plasenta dan selaputnya lahir,
lakukan masase fundus agar berkontraksi , baru tali pusat diikat
dan klem di lepas

Pemeriksaat tali pusat dan


masase

Periksa fundus 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30


menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah
perdarahan postpartum.

Nutrisis dan hidrasi

Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan


ibu makanan dan minuman yang disukainya.

Bersihkan ibu

Bersihkan perinium ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering

Istirahat

Biarkan ibu beristirahat-ia telah bekerja keras melahirkan


bayinya. Bantu ibu posisi yang nyaman.

Peringatkan hubungan
dan bayi
Memulai menyusui

Menolong
mandi

ibu

ibu

Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu


dan bayi , sebagai permulaan menyusui dengan bayinya.
Bayi sngat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat
untuk memberikan ASI . menyusui juga membantu uterus
berkontraksi

kekamar

Jika ibu perlu kekamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu
dibantu dan selamat karna ibu masih dalam keadaan lemah atau
pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil
setelah 3 jam postpartum

Mengajari ibu dan anggota


keluarga

Ajari ibu atau anggota keluarga tentanag:


1. Bagaimanan memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
2. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman 120-121

C. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir

70

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 mnggu
dan berat lahirnya 2500 gram sampai 4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 mnggu dan berat lahirnya 2500 gram sampai
4000 gram. (Sastrawinata, Sulaiman, 2009).
2. Asuhan Bayi Baru Lahir
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama
setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha
pernapasaan pembersihan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.
Penanganan dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan
melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada disekitar mulut dan
hidung dengan kapas dan kain kasa steril. Bayi sehat akan menangis dalam 30
detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi karena bayi sudah bernafas spontan dan
kulitnya bewarna kemerah-merahan (Syaifuddin, Abdul Bari: 2008).
3. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal.
a. Berat badan

: 2500-4000 gr

b. Panjang badan

: 48-52 cm

c. Lingkar kepala

: 33-35 cm

d. Lingkar dada

: 30-38 cm

e. Bunyi jantung

: 120-160x/mnt

f. Pernafasan dada

: 40-60 x /mnt

g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa
h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan lemas

71

j. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora,


jika laki-laki testis telah turun.
k. Reflek moro bila dikagetkan akan kelihatan seperti memeluk
l. Gerakan reflek sudah baik bila ditelapak tangan diletakkan benda bayi
akan menggenggam.
m. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.
4. Penatalaksanaan awal bayi baru lahir
a. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi saat melakukan penanganan bayi baru lahir.
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi.
2) Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
3) Pastikan bahwa semua peralatan termasuk klem, gunting dan benang
tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi/steril. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut, serta kain yang
digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
Penilaian Bayi Baru Lahir Secara APGAR
Angka 0 menandakan bayi sudah mati
1) Angka kurang dari 5 memerlukan pertolongan pertama berupa
tindakan-tindakan tertentu.
2) Angka 7-10 berarti keadaan bayi baik.
3) APGAR ditentukan setelah 1 menit dan 5 menit
Tabel 7
Penilaian Secara APGAR
Tanda
Warna

0
Biru pucat

Angka penilaian
1
Badan merah, anggota
tubuh biru

Bunyi jantung

Tidak ada

Lambat dibawah 100

Diatas 100

Refleks

Tidak ada reaksi

Menangis

Menangis kuat

2
Seluruh badan
kemerahan

72

Usaha bernapas

Tidak ada

Lambat,tidak teratur

Baik,menangis

Tonus otot

Lemah

Fleksi anggota

Pergerakan aktif

Sumber: Buku Acuan APN , 2008


Apgar merupakan singkatan dari
A=

Appeaarance =

rupa(warna kulit)

P=

pulse

nadi

G=

grimace

refleks

A=

activity

R=

respiration

=
=

keaktifan

pernapasan

b. Pencegahan Kehilangan Panas


Bayi dapat kehilangan panas melalui empat cara yaitu:
1) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Masalah tersebut dapat dicegah dengan
melakukan persiapan sebeum kelahiran dengan menutup semua pintu dan jendela
dikamar bersalin dan mematikan AC yang langsung mengarah pada bayi. Suhu
dikamar bersalin paling rendah 200 C, dan harus lebih tinggi jika bayi prematur.
Troli resusitasi dengan pemanas diatasnya dinyalakan, diletakkan di tempat yang
paling hangat dan jauh dari aliran udara. Segera setelah dilahirkan, bayi
dikeringkan kemudian di selimuti dengan handuk hangat ( Prawirohardjo, 2010 ;
368).
2) Konveksi pendinginan melalui aliran udara di sekitar tubuh bayi

73

Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 200c dan sebaiknya
tidak berangi, tidak ada pintu dan jendela yang terbuka kipas angin dan AC yang
kuat harus cukup jauh dari area resusitasi troli resusitasi harus mempunyai sisi
untuk meminimalkan konveksi ke udara di sekitar bayi.
3) Evaporasi kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah,
Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehiangan panas dengan cepat melalui
cara ini. Karena itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut sesegera mungkin setelah dilahirkan lebih baik menggunakan handuk
hangat untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif
4) Radiasi
Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat terdekat misalnya
jendela pada musim dingin.karena itu bayi harus di selimuti, termasuk kepalanya
idealnya dengan handuk hangat. Jika resusitasi aktif diperlukan, bayi sedapat
mungkin di selimuti karena bayi yang asfiksia tidak dapat menghasilkan panas
untuk dirinya sendiri dan dapat kehilangan panas secara cepat. Bayi pada saat
lahir mempunyai suhu 0,5-10 c lebih tinggi dibanding suhu ibunya.akan tetapi
sebagian besar bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35,5- 350 c dalam
waktu 15 menit karena kecerobohan perawatan diruang bersalin. Ruang bersalin
seringkali tidak cukup hangat,dengan aliran udara yang dingin di dekat bayi
(yang berasal dari AC), atau petugas tidak mengeringkan bayi dan menyelimuti
bayi dengan baik setelah melahirkan. Sebagian besar penyulit neonatus,seperti
distress pernapasan, hipoglikemi, dan gangguan pembekuan darah lebih sering
terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami hipotermia.Keadaan basah dan
telanjang pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas

74

melalui keempat cara diatas.kehilangan panas secara konduksi jarang terjadi


kecuali jika bayi diletakkan pada tempat yang dingin (JNPK-KR, 2008: 128).
c. Resusitasi Neonatus
Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada sema bayi baru lahir. Akan
tetapi, penilaian untuk menentukan apakah setiap bayi memerlukan resusitasi
neonatus harus dilakukan pada setiap neonatus oleh petugas terlatih dan kompeten
dalam resusitasi neonatus. Pada bayi sehat dengan napas spontan, tonus baik dan
ketuban jernih, tidak dilakukan resusitasi,tetapi tetap dilakukan perawatan rutin.
Bila bayi gagal bernapas spontan, hipotonus, atau air ketuban keruh bercampur
mekonium, maka harus di siapkan dan di cek sebelum persalinan. Handuk hangat
sudah disiapkan dan infant radiant warmer harus sudah dnyalakan agar dapat
langsung digunakan bila diperlukan.
Perawatan rutin yang dilakukan pada bayi yang sehat ialah meneringkan
bayi, memberi kehangatan, membersihkan jalan napas, dan mengobservasi warna
kulit bayi. Mengeringkan dengan hnduk hangat dapat dilakukan diatas perut ibu,
mengeringkan tidak perlu sampai menghilangkan verniks, karena verniks
berfungsi mencegah kehilangan panas bayi. menghangatkan bayi dapat dilakukan
dengan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibu diatas dada atau perut ibu,
kemudian selimuti dengan handuk hangat.
Penghisapan lendir dari mulut dan hidung bayi, serta stimulasi bayi dapat
mengusap telapak kaki atau punggung bayi tidak perlu dilakukan bila bayi dapat
bernapas kuat atau spontan (Prawirohardjo, 2010 ; 369).
5. Inisiasi Menyusui Dini

75

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,


mengedalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,
menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi
nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran
mekonium lebih cepat sehingga menurunkn insiden ikterus pada bayi baru lahir.
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di dapat pola
tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi lebih cepat meningkat,
bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran oksitosin, prolaktin yang secara
psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
Setelah bayi lahir bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak perlu
membersihkan vernik atau mengeringkan cairan amnion pada tangan bayi akan
membantu bayi untuk mencari puting ibu. Bayi akan mulai mennedang dan
bergerak menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukkan gejala
reflaks menghisap seperti membuka mulut dan menghisap puting. Refleks
menghisap yang pertama ini timbul 20-30 menit setelah bayi lahir dan menghilang
dengan cepat. (JNPK-KR,2008: 131).
6. Pengikatan Dan Pemotongan Tali Pusat
Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak
dilakukan secara luas diseluruh dunia,tetapi penelitian menunjukkan hal ini tidak
bermanfaat bagi ibu ataupun bayi,bahkan dapat berbahaya bagi bayi.penundaan
pengikatan tali pusat memberikan kesempatan tejadinya tranfusi fetomaternal 50
% rata-rata 21 % volume darah bayi. Variasi dari jumlah tranfusi fetomaternal
tergantung dari lamanya penundaan pemotongan dan pengikatan tali pusat dan
posisi bayi dari ibunya. Tranfusi berlangsung pling cepat dalam menit pertama,

76

yaitu 75 % dari jumlah tranfusi dan umumnya selesai dalam waktu 3 menit.
Penelitian pada bayi dengan penundaan pengikatan tali pusat sampai pulsasi tali
pusat berhenti, dan diletakkan pada perut ibunya

menunujukkan bayi-bayi

tersebut memeiliki 32 % volume darah lebih banyak dibandingkan dengan bayibayi dengan pengikatan tali pusat dini ( Prawirohardjo, 2010 ; 370).
7. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Jelly
wharton yang membentuk jaringan nekrotik dapat berkolonisasi dengan
organisme patogen, kemudian menyebar dan menyebabkan infeksi kulit dan
infeksi sistemik, Merawat tali pusat :
a. Mengikat tali pusat
1) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh
lainnya.
2) Bilas tangan dengan air matang/disinfeksi tingkat tinggi
3) Keringkan tangan tersebut dengan handuk/kain bersih dan kering.
4) Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang diinfeksi tinggi /klem plastik tali pusat.
5) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di
sekeliling puntung tali pusat dan lakukan pengikatan ke 2 dengan
simpul kunci dibagian tali pusat pada hasil yang berlawanan.
6) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan didalam larutan
klorin 0,5%.
7) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
b. Perawatan tali pusat

77

1) Jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke


puntung tali pusat, dan nasehati keluarga agar tidak memberikan
apapun pada pusar bayi.
2) Pemakaian alkohol ataupun

betadin

masih

diperkenankan

sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab.


3) Beri nasehat kepada ibu/keluarga sebelum penolong meninggalkan
bayi :
a) Lipat popok dibawah puntung tali pusat
b) Jika puntung tali pusat kotor, cuci dengan lembut menggunakan
air matang, dan sabun keringkan dengan kain bersih.
c) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencapai bantuan perawatan
jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah/darah dan
segera rujuk bayi kefasilitas yang lebih memadai.
8. Rangsangan taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi
yang sehat, hal ini biasanya cukup merangsang terjadinya pernafasan spontan.
Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan, dan
menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu
pernafasan.
9. Memulai pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk
menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong, beri dukungan
dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
1) Keuntungan pemberian ASI
a) Merangsang produksi air susu ibu
b) Memperkuat reflek menghisap bayi

78

c) Memberikan kekabalan pasif segera kepada bayi mil colostrum


d) Merangsang kontraksi uterus
2) Posisi tepat untuk menyusui
a) Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi
menghadapi ke payudara ibu dengan hidung didepan puting susu ibu.
Perut bayi menghadap ke perut ibu dan harus menopang seluruh tubuh
bayi, tidak hanya dan bahunya.
b) Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting
susu.
c) Membantu bayi untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu
d)
e)
f)
g)
h)

dipayudaranya.
Dagu menyentuh payudara ibu
Mulut terbuka lebar
Mulut bayi menutupi sampai ke areola
Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar
Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang
berhenti.

10. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata


Konjungtivitis pada bayi baru lahir ering terjadi terutama pada bayi
dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual. Sebagian besar
konjungtivitis muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran. Pemberian
antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis.
Profilaksis mata yang serimg digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1 %, salep
mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin. Saat ini salep mata silver nitrat tidak
dianjurkan lagi karena dapat sering terjadi efek samping yaitu berupa iritasi dan
kerusakan mata (Prawirohardjo, 2010: 371).
11. Pemberian vitamin K1

79

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 injeksi img IM setelah 1
jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

12. Pemberian imunisasi bayi baru lahir


Imunisasi Hepatitis B bermanfaat mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama di berikan
1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.
Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada
saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1 bulan (KN). Selanjutnya OPV
diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan. Lakukan
pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali pada jadwal imunisasi berikutnya
(JNPK, 2008: 140)
13. Pemeriksaan bayi baru lahir
Pemeriksaan BBL dilakukan pada saat bayi berada di klinik (dalam 24
jam), saat kunjungan tindak lanjut, yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada
umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. Berikan pengertian kepada ibu dan
keluarga untuk tidak meninggalkan klinik sebelum umur bayi 24 jam. Asuhan
Bayi Baru Lahir dilakukan selama ibu dan bayi berada di klinik. (JNPK, 2008 :
140).
14. Asuhan Sayang pada Bayi Baru Lahir

80

Asuhan sayang pada bayi baru lahir adalah :


a. Anjurkan ibu untuk selalau mendekatkan diri dengan bayinya (rawat
gabung/rooming in) untuk menjalin hubungan batin antara bayi dan ibu
b. Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui bayinya dan pemberian ASI
yang sesuai dengan permintaan,supaya pemenuhannutrisi pada bayi baru lahir
dapat tercukupi dengan baik.
c. Anjurkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah
melahirkan pada ibu dan bayi.
d. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayinya dan mensyukuri
kelahiran bayinya.
e. Anjurkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang
mungkin terjadi pada ibu nifas dan bayi baru lahir dan anjurkan mereka untuk
mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa ke khawatiran (JNPK-KR,
2008: 15).
15. Asuhan bayi baru lahir selama berada di klinik sampai dengan umur 24
jam
D. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperto keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirahardjo, 2006: 122).
The Midwifes Rule (UKSC, 1993) menuliskan postnatal artinya suatu
periode yang tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 28 hari setelah akhir
persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang kontinue dari bidan kepada
ibu dan bayi sedang diperlukan. Sedangkan menurut Christina.S. Ibrahim

81

menyatakan bahwa masa nifas adalah masa seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali.
Masa nifas adalah post partum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous berarti
melahirkan. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan.( yetti , 2010: 1).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif mendekati masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga, berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayan keluarga berencana.(prawirahardjo Sarwono, 2006 :122)

3. Perubahan Fisiologis Dan Anatomis Puerperium


Masa Post Partum Meliputi Perubahan-Perubahan Yang Dianggap Normal
Dan Harus Terjadi Untuk Mengambalikan Fungsi-Fungsi Organ Seperti Sebelum
Hamil, Perubahan-Perubahan Itu Terdiri Atas :
a. Uterus
Involusi

uterus

meliputi

reorganisasi

dan

pengeluran

desisdua/

endometrium dan eksfiloisasi tempat perlekatan plasenta yang di tandai dengan

82

penurunan ukuran berat serta perubahan pada lokasi uterus juga di tandai dengan
warna dan jumlah lokia.
Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta dan selaput janin, bertanya
sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu
pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil,
yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pasca partum.
b. Lokia
Lokia adalah istilah utnuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina
selama peurperium, karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokia berupa
1) Lochea Rubra/Merah (Kruenta)
Lochea Rubra berwarna merah karena mengandung darah, ini adalah lokia
pertama yang mulai keluar segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua
atau tiga hari hari pertama pasca partum.lokia rubra terutama mengandung darah
dan jaringan desidua.
2) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung
dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
3) Lochea Serosa
Lochea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yng lebih pucat dari lokia
rubra, serosa, dam merah muda. Lokia ini Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke
14 postpartum.lokia serosa terutama mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan, eritrosit.

83

4) Lochea Alba/Putih
Lokia alba muali terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan hilang
sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita, lokia ini tetap
ada pada saat pemeriksaan pasca partum. Warna lokia alba putih krem dan
terutama mengandung leukosit dan sel desidua
c. Vagina Dan Perineum
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar,mungkin mengalami
beberapa derajat edema dan memar. Dan celah pada introitus. Setelah satu hinga
dua hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak
lebar dan vagina tidak lagi edema, sekarang vagina menjadi berdindind lunak,
lebih besar dari biasanya.
d. Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat mengalami
kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya
mempersiapakan untuk memnerikan nutrisi kepada bayinay. Wanita menyusi
berespon terhadap menstimulasi bayi yang di susui akan terus melepaskan hormon
dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu.
e. Perubahan Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah
Segerah setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke
tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.

84

2) Suhu
Susu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapratum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.
3) Nadi
Denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan,
dan nyeri akut atau persisten dapat memengaruhi proses ini. Apa bila denyut nadi
di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
f. Pernapasan
Fungsi pernpasan kembali normal wanita selama jam pertama pasca
partum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya
kondisi-kondisi seperti berlebihan cairan, eksaserbasi asma atau embolus paru
g. Perubahan Sistem Renal
Pelvis renalis dan ureter, yang memegang dan di latasi selama kehamilan,
kembali normal pada akhir minggu keempat pasca partum. Segera segerah setelah
pascapartum kandung kemih, edema, mengalami kongesti, dan hipotonikyang
dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap dan residu
urine yang berlebihan kecuali perawatan di berikan untuk memastikan berkemih
secara periodik.
h. Penurunan Berat Badan
Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata12 pon(4,5) pada waktu
melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta dan cairan
amnion.wanita dapat kembali penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama
minggu petma pascapartum karena kehilangan cairan.

85

i. Perubahan gastrointestinal
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada peurperium awal karena
kurangnya makanan padat selama persalianan dan karena wanita menhan
defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami
perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau
merusak jahitan jika melakukan defekasi.
j.

Dinding abdomen

Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang


selama kehamilan. Semua wanita puerpera mengalami beberapa derajat diastasis
rekti-pemisahan otot rektus abdomen. Seberapa berat diastasis bergantung pada
sejumlah faktor termasuk kondisi umum dan tonus otot wanita.
k. Perubahan hematologi
Leukositosis, dengan peningkatan hitung sel darah putih hingga 15.000
atau lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan peningkatan SDP selama dua
hari pertama pascapartum.hitung sel darah putih dapat mengalami peningkatan
lebih lanjut hungga 25.000 atau 30.000 tanpa patologis jika wanita mengalami
persalinan lama. Akan tetapi, dugaan infeksi harus di pastikan jika peningktan
SDP signifikan (Varney, 2008: 959-962).
4. Perubahan psikologis pada ibu post partum
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin di dalam varney
(2007) mengenai perubahan pada masa post partum terdapat 3 fase, yaitu :
a. Fase taking in
Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri-ciri membutuhkan tidur
yang cukup, nafsu makan meningkat berharap untuk menceritakan pengalaman

86

partusnya dan bersikap sebagai penerima menunggu apa yang disarankan dan apa
yang diberikan.
b. Fase taking hold
Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri
bertindak sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan makin kuat,
perubahan mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan.
c. Fase letting go
Periode terjadi biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi
oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada masa ini ibu
mengambil tugas atau tanggung jawab terhadap perawatan bayi sehingga ia harus
beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan dan hubungan sosial. Pada umumnya depresi post partum terjadi pada
periode ini.
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Menurut Sarwano Prawirohardjo Paling sedikit 4 kali kunjungan masa
nifas di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

dan untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.


a. Kunjungan pertama, 6-8 jam setelah persalinan yang bertujuan untuk:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan
2) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalianan akan
terjadinya antonia uteri
3) Mendeteksi penyebab lain perdarahan seger merujuk bila
perdarahan terus menerus berlanjut.
4) Memberikan konseling pada ibu dan anggota keluarga bagaimana
cara mencegah perdarahan masa nifas akibat antonia uteri..
5) Konseling tentang pemberian ASI awal.

87

a) Melakukan bounding attachment antara ibu dan bayi yang baru


dilahirkannya.
b) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
c) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ibu dan bayi yang
baru dilahirkn untuk 2 jam pertama atau sampai keadaan iu dan
bayinya stabil.
b. Kunjungan kedua, 6 hari setelah persalinan , yang bertujuan untuk:
1) Memastikan proses involusi uteri berjalan dengan normal.
2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.(Sarwano Prawirohardjo, 2006: Hal 123)
3) Memastikan ibu cukup makan ,minum, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda
adanya penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan
dengan asuhan pada bayi.
c. Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan : Sama seperti di atas (6
hari setelah persalinan.
d. Ke empat, 6-8 minggu setelah persalinan, yang bertujuan untuk:
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami
2) Memberi konseling untuk ber KB secara dini.
6. Perawatan Dalam Masa Nifas
a. Perawatan Dalam Masa nifas
1) Early Ambulation

88

Early

ambulation

adalah

kebijaksanaan

untuk

selekas

mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas


mungkin berjalan sekarang tidak angap perlu lagi menahan penderita terletang di
tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Penderita sudah di
perbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam past portum.
2) Diet
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan
yang baik mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat
mempengaruhi susunan air susu.
3) Suhu
Harus di awasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena
kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi
4) Miksi
Tiap penderita di suruh kencing 6 jam postpartum dalam 8 jam postpartum
belum dapat kencing belum melebihi 100 cc, maka di lakukan kateterisasi. Jika
penderita sesudahnya belum dapat kencing atau banyaknya kencing belum
memuaskan kateterisasi di lakukan 8 jam.
5) Defekasi
Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka di beri clysma
air sabun atau glycerine.

89

6) Puting susu
Puting susu harus di perhatikan kebersihanya dan harus segera di obati,
karena kerusakan puting susu merupakan porte dentree dan dapat menimbulkan
mastitis.
7) Datangnya haid kembali
Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haidnya datang lebih cepatdari ibu
yang menyusukan anaknya. Pada ibu golongan pertama biasanya haid datang 8
minggu setelah persalinan; pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak datang
selama ia menyusukan anaknya, tetapai kebanyakan haid lagi pada bulan ke-4.
(Obstetri fisiologi UNPAD, 1983: 322-326).
7. Asuhan Sayang Ibu
a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Nasihatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buan gair
kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemaluannya.
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah matahari
atau disetrika.
e. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
dan sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan,
serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
f. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan
g. pemberian ASI sesuai dengan permintaan.

90

h. Anjurkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah
melahirkan. Dan minum sedikitnya 3 liter air putih setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui)
i. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI
j. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi
k.

kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung


Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu
seperti:
1) Dengan tidur telentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada: tahan satu
hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali
2) Untuk memperkuat otot tonus otot vagina (latihan kegel)
3) Dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan dengan otot-otot, pantat dan pinggul

dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
l. Anjurkan ibu menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan
m. BH yang menyokong payudara
n. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
puting susu yang tidak lecet.
o. Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang
mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul
masalah atau rasa khawatir.
E. Keluarga Berencana
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan
pemakaian alat atau obat-obatan. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah

91

kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent.
Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Anggraini,
2011).
2. Rencana Kelengkapan Keluarga
Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan dapat menggunakan
metode KB yang meliputi metode sederhana (kondom, spermisida, koitus
interuptus, pantang berkala) dan metode efektif dengan hormonal (pil KB:
progesterone only pill, pil KB kombinasi, pil KB sekuensial, after morning pill;
suntikan KB: depoprovera setiap 3 bulan, Norigest setiap 10 minggu, Cyclofem
setiap bulan; susuk KB setiap lima tahun), mekanis dengan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) (Copper T, Medusa, Seven Copper), atau metode KB darurat.
3. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
a. KB Metode Sederhana
Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakkan tanpa bantuan
orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom, pantang berkala,
senggama terputus, dan spermisid. Metode sederhana akan lebih efektif bila
penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur.
1) Kondom
Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga tidak masuk
ke dalam kanalis servikalis. Di seluruh dunia, dengan makin meningkatnya
perkembangan penyakit hubungan seksual, pemakaian kondom makin meningkat.
Konsep kerja kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma kedalam vagina
sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam rahim dan seterusnya.

92

Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom bocor atau robek, dan menarik penis
setelah lemah sehingga sebagian sperma tidak dapat masuk vagina.
Keuntungan kontrasepsi kondom adalah murah, mudah didapatkan
(gratis), tidak memerlukan pengawasan medis, berfungsi ganda, dan dipakai oleh
kalangan yang berpendidikan. Sedangkan kerugiannya adalah kenikmatan
terganggu, mungkin alergi terhadap karet atau jelinya yang mengandung
spermisid, dan sulit dipasarkan kepada masyarakat dngan pendidikan rendah.
Kondom yang dipakai bersamaan dengan pantang berkala mempunyai efektivitas
yang makin meningkat.
2) Pantang Berkala
Syarat utama metode pantang berkala adalah siklus menstruasi teratur dan
kerjasama dengan suami harus baik. Dengan siklus menstruasi yang terartur dapat
memberikan petunjuk masa subur. Metode pantang berkala dikenal 2 sistem, yaitu
menggunakan sistem kalender dan menggunakan penilaian suhu basal.
a) Pantang Berkala dengan Sistem Kalender
Metode ini memerlukan system menstruasi yang teratur sehingga dapat
memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamian dengan tidak
melakukan hubungan seks. Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan
perhitungan minggu subur sebagai berikut:
1) Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari.
2) Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi hari pertama ditambah 12
yang merupakan hari pertama minggu subur akhir minggu subur adalah hari
pertama menstruasi ditambah 19.
3) Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 14

93

b) Pantang Berkala dengan Sistem Suhu Basal


Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0,5 samapai 1
derajat Celcius pada hari ke-12 sampai ke-13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi
pada hari ke-14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu basal sehingga
siklus menstruasi yang disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik.
Pantang berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan
pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat bermanfaat.
Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%. Kelemahan system
pantang berkala adalah pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat,
hanya dapat digunakan oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus
menstruasi 20 sampai 30 hari.

c) Senggama Terputus
Konsep metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan
menjelang terjadinya ejakulasi. Kekurangan metode ini adalah mengganggu
kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30 sampai 35% karena
semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan
kemaluan, semen yang tertumpah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia, dan
dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak.
d) Spermisida
Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan
spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan 5
sampai 10 menit, hubungan seksual dapat dilakukan agar spermasid

dapat

berfungsi. Metode spermasid tetap dikembangkan oleh berbagai pabrik farmasi

94

seperti foam tablet, krem atau pasta, supositoria, dan jeli. Kekurangan
spermisida :
1) Merepotkan menjelang hubungan senggama
2) Nilai kepuasan berkurang
3) Dapat menimbulkan iritasi dan alergi
4) Kejadian hamil tinggi sekitar 30 sampai 35% karena pemasangan tidak
sempurna atau terlalu cepat melakukan senggama.
b. KB Metode Efektif
1) Kontrasepsi Hormonal
Perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

hormonal

telah

mempelajari bahwa esterogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap


kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
esterogen dapat menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH)
sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. Di
samping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran hormone luteinizing
(LH). Esterogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil kontrasepsi
mencapai uterus-endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi.
a) Kontrasepsi Hormonal Pil
Berbagai pabrik farmasi terdapat perbandingan kekuatan estrogenik (lebih
dominan estrogen) atau progesterogenik (dominan progesterone), melalui
penilaian siklus menstruasi. Keuntungan dan kerugian memakai KB pil
Keutungan :
1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin 100%.

95

2) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah :


a) Ketegangan menjelang menstruasi.
b) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur.
c) Nyeri saat menstruasi.
d) Pengobatan pasangan mandul.
3) Pengobatan penyakit endometriosis.
4) Dapat meningkatkan libido.
Kerugian :
1) Harus minum pil secara teratur.
2) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium.
3) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh akne, mual
sampai muntah).
4) Memengaruhi fungsi hati dan ginjal.
Jenis-jenis pil KB :
1) Pil kombinasi, sejak semula telah terdapat kombinasi komponen progesterone
dan esterogen.
2) Pil sekuensial, pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem
hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung esterogen, pil
ketigabelas dan seterusnya merupakan kombinasi.
3) Progesteron, pil ini hanya mengandung progesterone dan digunakan ibu
postpartum.
4) After morning pil, pil ini digunakan segera setelah hubungan seksual.
b) Kontrasepsi hormonal suntikan

96

Suntikan KB adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan


melalui suntikan hormonal.
(1) Suntikan Kombinasi
Untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja
panjang, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau akan bersenggama,
tetapi tetap revesibel.
(a) Cara kerja
(1) Menekan ovulasi
(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu
(3) Perubahan

pada

endometrium

(atrofi)

sehingga

implantasi terganggu
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

(b) Efektivitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan.
(2) Suntikan Kombinasi
Jenisnya: 28 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipionat diberikan IM Subkutan Sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Entat
dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan secara IM sebulan sekali.
(a) Yang Boleh Menggunakannya : Usia reproduksi, Telah memiliki anak atau belum,
Ingin mendapatkan kontrasepsi yang efektifitas tinggi, Mempunyai ASI pasca
persalinan > 6 bulan, Pasca persalinan dan tidak menyusui, Anemia, Nyeri haid

97

hebat, Haid teratur, Riwayat kehamilan ektopik, Sering lupa menggunakan pil
kontrasepsi.
(b) Yang Tidak Boleh Menggunakannya: Hamil / diduga hamil, Menyusui < 6 mg
post partum, Usia > 36 tahun merokok, Hepatitis, Keganasan payudara, Kelainan
pembuluh darah sebabkan migrain, Riwayat tromboemboli dan diabetes, Riwayat
sakit jantung, stroke, TD tinggi (> 180 / 110 mmHg), Pendarahan pervaginam
belum jelas sebabnya.
(c) Efektivitas
Sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama tahun
pertama penggunaan.
(d) Keuntungan Kontrasepsi
Risiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami
istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, Efeksamping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik
(e) Keuntungan Nonkontrasepsi
Mengurangi jumlah pendarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah
anemia, khasiat pencegahan pada kanker ovarium dan kanker endometrium,
mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium, mencegah kehamilan
ektopik, melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul, pada
keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause.
(f) Kerugian : Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendarahan
bercak/spotting, atau pendarahan sela sampai 10 hari,

Mual, sakit kepala, nyeri

payudara ringan, keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikkan ke dua atau
ketiga, Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Pasien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikkan, Efektivitasnya berkurang bila

98

diginakan bersamaan obat epilepsy atau obat tuberculosis, Dapat terjadi efek
samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru dan
otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati, Penambahan berat badan, Tidak
menjamin penularan terhadap penyakit menular seksual, hepatitits B virus, atau
infeksi virus HIV, Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
pemberhentian pemakaian (Kemenkes RI, 2011 : MK-36).
1

Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi ini sangat efektif, Aman, Dapat dipakaioleh semua perempuan


dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan,
cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

a) Jenis :
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (didaerah
bokong)
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler.
b) Cara Kerja :
(1) Menekan ovulasi
(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu

99

(3) Perubahan

pada

endometrium

(atrofi)

sehingga

implantasi

terganggu
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
c) Efektivitas :
Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyulitnya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
d) Keuntungan :
Sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh
pada hubungan suami-istri. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah,
tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oeleh perenpuan usia > 35 tahun sampai
primenopause, membantu mencegah primenpause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penykit jinak
payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan
krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
e) Keterbatasan:
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus haid yang memendek dan
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
2) Klien sangat bergantung dengan sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
suntikan
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4) Permasalah berat badan merupakan efek samping tersering

100

5) Tijak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,


hepatitis B virus, HIV
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada jangka panjang
8) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
f) Yang dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1) Usia reproduksi
2) Nuli para dan yang telah memiliki anak
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
4)
5)
6)
7)
8)
9)

efektivitas tinggi
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah abortus atau keguguran
Telah banyak anak tapi belum mennghendaki tubektomi
Perokok
Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan


10) Menggunakan obat untuk epilepsi atau obat tuberculosis
11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang menggandung estrogen
12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
13) Anemia defisiensi besi
14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
g) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin kelahiran)
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kenker payudara
5) Diabetes mellitus di sertai komplikasi (Kemenkes RI, 2011 : MK-43)
c) Kontrasepsi Hormonal Susuk (Norplant atau Impalnt)
Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan kiri atas.
Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang menghalangi pengeluaran
LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghalangi

101

migrasi spermatozoa, dan menyebbakan situasi endometrium tidak siap menjadi


tempat nidasi.
Keuntungan KB susuk :
1) Kontrol medis ringan
2) Dapat dilayani didaerah pedesaan
3) Penyulit medis tidak terlalu tinggi
4) Biaya murah
5) Jangka waktu panjang
Kerugian KB susuk
1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan
terjadi perdarahan yang tidak teratur
2) Berat badan bertambah
3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara
4) Liang senggama terasa kering
2) Kontrasepsi Mekanis
a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti, tetapi cara
kerjanya bersifat lokal. Sebagai bukti dapat dijumpai kehamilan dengan AKDR in
situ, AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus uteri menjadi
normal dan siap menerima konsepsi. Mekanisme kerja local AKDR sebagai
berikut:
1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi
benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit.

102

2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang


menghalangi kapasitas spermatozoa.
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan
blastokistidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan
konsepsi.
Keuntungan AKDR :
1) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.
2) Kontrol medis yang ringan.
3) Penyulit tidak terlalu berat.
4) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.
Kerugian AKDR :
1) Masih terjadi kehamilan di AKDR in situ.
2) Terdapat perdahan (spotting dan menometroragia).
3) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih
basah.
4) Dapat terjadi infeksi.
5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan
kehamilan ektopik.
6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu
hubungan seksual. (Manuaba, 2012:591-619)
F. Standar Asuhan Kebidanan
1. Pengumpulan data

103

a. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondidi klien.
b. Kriteria pengkajian.
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa; biodata,keluhan utama,
riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social
budaya).
3) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi dan pemeriksaan
penunjang).
Standar II: Perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan.
a. Pernyataan standar.
Bidan

menganalisa

data

yang

diperoleh

pada

pengkajian,

menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose dan


masalah kebidanan yang tepat.
b. Criteria perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan.
1) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
Standar III: perencanaan
a. Pernyataan standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakan.
b. Criteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi
secara komperehensif.

dan asuhan

104

2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga


3) Mempertimbangan kondisi psikologi social budaya klien/keluarga
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.
Standar IV: implementasi
a. Pernyataan standar.
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komperehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif kuratif dan rehabilitataif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Criteria Implementasi
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual-kultural.
2) Setiap tindakan asuhanharus mendapatkan persetujuan dari klien
3)
4)
5)
6)
7)
8)

dan atau keluarganya (inform consent )


Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
Melibatkan klien/paaien dalam setiap tindakan.
Menjaga privacy klien/ pasien
Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang sudah dilakukan.
Standar V: Evaluasi
a. Pernyataan Standar

105

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk


melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi pasien.
b. Criteria evaluasi.
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondis klien.
2) Hasil evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan kepada klien/
keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai

dengan

kondisi

klien/pasien.
Standar VI: Pencatatn asuhan kebidanan.
a. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat singkat dan jelas
mengenai keadaa/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan.
b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan..
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formuilir yang
2)
3)
4)
5)
6)

tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA).


Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP.
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif , tindakan segera, tindakan secara
komperehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi, follow up dan
rujukan (Depkes. 2007. Kepmenkes Nomor 938 Tahun 2007. Standar Asuhan
Kebidanan. Kemenkes. Jakarta)

106

Anda mungkin juga menyukai