Anda di halaman 1dari 53

https://ml.scribd.

com/doc/243407907/Waduk-Pluit-BAB-I
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

ANALISIS KUALITAS AIR BADAN AIR (ABA) DAS KAMBENG


DAN DAS KEDUNGLARANGAN KABUPATEN PASURUAN
(BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PASURUAN)

Disusun Oleh :
Muhammad Arif Taufiq 0910920049
Megawati Sistin Agustita 0910923050

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
ANALISIS KUALITAS AIR BADAN AIR (ABA)
DAS KAMBENG DAN DAS KEDUNGLARANGAN
KABUPATEN PASURUAN
(BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PASURUAN)
Oleh :
Muhammad Arif Taufiq0910920049
Megawati Sistin Agustita

0910923050

Diperiksa dan disetujui oleh :


Dosen Pembimbing

Pembimbing Lapang

Yuniar Ponco Prananto, M.Sc

Sri Rahmaniah, ST

NIP. 19810620 200501 1 002

NIP. 19721121 199803 2 004


Mengetahui,

Ketua Jurusan Kimia


Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya

Dr. Sasangka Prasetyawan, MS


NIP. 19630404 198701 1 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan rahmat
hidayahnya kepada kami sehingga proses penyempurnaan Laporan Praktek Kerja
Lapang ini dapat terselesaikan. Laporan Praktek Kerja Lapang ini disusun untuk
melengkapi persyaratan mengikuti mata kuliah pilihan Praktek Kerja Lapang sebanyak
2 sks sebagai tugas akhir setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Laboratorium
Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan selama satu bulan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Dr. Sasangka Prasetyawan, MS , selaku Ketua Jurusan Kimia Universitas Brawijaya.
2. Yuniar Ponco Prananto S.Si.,M.Sc. , selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
Laporan Praktek Kerja Lapang ini.
3. Sri Rahmaniah, ST , selaku pembimbing lapang di Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Pasuruan atas nasehat, saran dan ilmu yang diberikan.
4. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang
ini.
Disadari sepenuhnya bahwa penyususnan Laporan Praktek Kerja Lapang ini
masih jauh dari kesempurnaan, kami sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif
dari semua pihak.

Malang, April 2012

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan...............................................................................................2
1.3 Metode Pelaksanaan..................................................................................................3
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan.................................................................................4
Bab II Tinjauan Umum Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
2.1 Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan
2.2 Laboratorium Lingkungan
2.3 Parameter Uji Kualitas Air
Bab III Analisis Kualitas ABA Sungai Kambeng dan Sungai Kedunglarangan
3.1 Tinjauan Pustaka
3.2 Metoda Analisa
3.2.1 Alat dan bahan
3.2.2 Cara Kerja
3.2.2.1 Analisa secara fisik
3.2.2.2 Analisa DO (Dissolved Oxygen)
3.2.2.3 Analisa COD
3.2.2.4 Analisa TSS
3.2.2.5 Analisa TDS
3.2.2.6 Analisa Minyak Lemak
3.3 Perhitungan
3.4 Pembahasan
3.4.1 Data Hasil Analisis
3.4.1.1 DAS Kambeng
3.4.1.2 DAS Kedunglarangan
3.4.2 Analisa Hasil
3.4.2.1 Analisa COD
3.4.2.2 Analisa TSS
3.4.2.3 Analisa TDS
3.4.2.4 Analisa Minyak Lemak
3.4.2.5 Analisa DO
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran Gambar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang pesat menuntut mahasiswa sebagai agent of change (agen pengubah)
untuk selalu siap dalam menghadapinya. Bukan hanya berbekal teori dibangku kuliah
semata, tetapi juga menuntut aplikasinya dalam dunia kerja secara nyata. Ilmu

pengetahuan yang diperoleh mahasiswa dibangku perkuliahan akan terasa kurang


bermanfaat bila tidak disertai dengan suatu pengalaman aplikatif yang dapat
memberikan wacana serta gambaran bagi mahasiswa tentang dunia kerja serta
penerapan ilmu dan teknologi dalam bidang yang telah ditekuninya.Di Indonesia
program Praktek Kerja Lapang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka
memperoleh kesesuaian dan kesepadanan (Link and Match) antara perguruan tinggi
sebagai penghasil tenaga kerja dengan dunia industri sebagai pemakai tenaga
kerja.Praktek Kerja Lapang merupakan mata kuliah pilihan di Jurusan Kimia
Universitas Brawijaya Malang yang berbobot 2 SKS.Sistem Praktek Kerja Lapang
membantu sekali transfer pengetahuan sekaligus penerapan pengetahuan secara nyata
bagi mahasiswa dari pihak institusi pendidikan. Keuntungan dari pihak industri pada
sistem Praktek Kerja Lapang adalah industri mendapatkan tenaga kerja yang siap dan
terbiasa dengan kerja secara nyata. Sedangkan, keuntungan bagi mahasiswa adalah
memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmunya serta memperoleh
pengalaman kerja pada perusahaan atau instansi yang dipilih sebagai tempat Praktek
Kerja Lapang. Mengingat pentingnya kegiatan Praktek Kerja Lapang, jika tidak
dilaksanakan akan dapat menimbulkan kesenjangan antara dunia industri dan institusi
pendidikan. Sebagai salah satu elemen dunia usaha di Indonesia berkewajiban
membantu program pemerintah.
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu pengetahuan
alam yang mempelajari struktur dan sifat dari suatu zat atau materi, serta perubahanperubahan yang dialami materi dengan energi yang menyertai perubahan materi
tersebut. Kimia sendiri dibedakan berdasarkan spesifikasinya.Namun, pada
kenyataannya selama ini, disiplin ilmu yang diberikan hanya sebatas teori dan belum
terwujud dalam aplikasi nyatanya. Maka dari itu, untuk menyeimbangkan
kemampuan antara teori dan aplikasi diperlukan suatu Praktek Kerja Lapang, yang
nantinya akan dilaksanakan di Badan Lingkungan Hidup yang berada di Kabupaten
Pasuruan yang merupakan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah yang
bertugas mengendalikan dampak lingkungan di wilayah Kabupaten Pasuruan.
Diharapkan dari Praktek Kerja Lapang tersebut dapat diperoleh pengalaman dan
pengetahuan mengenai dunia kerja nyata yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari
yaitu bidang Kimia pada umumnya, serta dapat menjadi bekal dalam menghadapi

persaingan tenaga kerja di dunia industri atau instansi yang berkaitan. Sehingga pada
akhirnya nanti lulusan yang ada siap terjun ke dunia kerja.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk :
a.

Mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga praktis yang

b.

kreatif, terampil dan jujur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya.


Mengembangkan mental dan budaya kerja di Industri atau
Instansi yang bersangkutan.

c.

Dapat menerapkan bidang keilmuan yang didapat di


bangku kuliah kedalam dunia kerja secara nyata.

d.

Memenuhi salahsatu mata kuliah pilihan di jurusan Kimia


Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang.

e.

Melakukan observasi dan praktek lapang sehingga dapat


berpikir kritis dan berwawasan luas mengenai aplikasi di lapangan.

f.

Memperoleh pengalaman kerja sebelum terjun langsung


dalam dunia kerja baik Industri maupun Instansi Pemerintahan.

g.

Menganalisa kualitas Air Badan Air (ABA) DAS


Kambeng dan DAS Kedunglarangan Kabupaten Pasuruan.

1.2.2

Kegunaan

1.2.2.1 Bagi Mahasiswa


a. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.
b. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan terkait dunia kerja
sebelum terjun langsung dalam dunia kerja baik di Industri maupun Instansi
Pemerintahan.
c. Melatih mahasiswa untuk bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat IPTEK
dan Industri atau Instansi terkait, sekaligus berlatih menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan kerja.
d. Memperdalam dan meningkatkkan kualitas, keterampilan dan kreativitas.
e. Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi situasi dan kondisi
lingkungan kerja.

f. Mengukur kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan bekerja dalam


suatu Industri atau Instansi Pemerintahan.
g. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai generasi terdidik
untuk terjun dalam masyarakat terutama di lingkungan kerja.

a.

1.2.2.2 Bagi Perguruan Tinggi khususnya Jurusan Kimia


Mencetak tenaga kerja yang terampil dan jujur dalam menjalankan tugas.

b.

Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum


yang telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang terampil di
bidangnya.

c.

Sebagai sarana pengenalan Instansi pendidikan, performance dan lingkup


IPTEK bidang kimia di Jurusan Kimia Universitas Brawijaya Malang, pada
Badan Usaha Perusahaan atau Instansi yang membutuhkan lulusan, atau
tenaga kerja yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi.

1.2.2.3

Bagi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan


a.

Sebagai sarana untuk menjembatani hubungan kerjasama antara


Instansi yang bersangkutan dengan Perguruan Tinggi di masa yang akan
datang, khususnya mengenai rekruitmen tenaga kerja.

b.

Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di


Perguruan Tinggi.

c.

Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan dan teknologi


sistem proses analisis, penelitian dan pengembangan ilmu kimia yang sedang
diterapkan

d.

Sebagai sarana untuk Sumber Daya Manusia yang terampil dan


potensial.

1.3 Metode Pelaksanaan


Survey Lapangan
Dengan mengetahui lokasi, kondisi dan situasi lingkungan Instansi yang
bersangkutan (pengenalan Instansi atau orientasi).
Praktek Kerja Lapangan
Mengikuti kegiatan yang ada di Instansi sesuai bidang kajian kimia.Waktu
pelaksanaan kurang lebih satu bulan atau sesuai dengan ketentuan dan
kebijaksanaan Instansi yang bersangkutan.

Studi Literatur
Untuk memperkuat penggunaan teori dalam kaitan aplikasi di lapangan.
Untuk pelaksanaan tahapan-tahapan diatas disesuaikan dengan kondisi
Instansi yang bersangkutan.
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
1.4.1 Waktu Praktek Kerja Lapang
Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada tanggal 24
Januari 24 Februari 2012. Ketentuan jam kerja bagi mahasiswa peserta
Praktek Kerja Lapang disesuaikan dengan jam kerja Instansi yang
bersangkutan.
1.4.2

Lokasi Praktek Kerja Lapang


Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
Jalan Pattimura No 223 Pasuruan 67126
Telp (0343) 425279

BAB II
TINJAUAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN PASURUAN
2.1 Profil Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
Visi : Terwujudnya peningkatan kualitas SDA dan lingkungan hidup di Kabupaten
Pasuruan
Misi : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Alam ( SDA ) dan lingkungan hidup
melalui pengawasan, pengendalian, rehabilitasi dan peningkatan peran serta
masyarakat
2.1.1Kondisi Umum Badan Lingkungan Hidup (BLH) Masa Kini

Urusan Bidang Lingkungan Hidup di Kab. Pasuruan pada saat ini, dengan
adanya pertumbuhan pembangunan fisik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi dan menimbulkan permasalahan lingkungan serta ketidakseimbangan
Sumber Daya Alam dan pengelolaan Lingkungan Hidupnya. Yang berakibat pada :
1. Penurunan kualitas lingkungan hidup dalam berbagai aspek diantaranya :
Pencemaran Lingkungan ( Air, Udara, dan Tanah ) yang ditimbulkan oleh
kegiatan industri dan usaha lainnya
2. Pola Pembangunan yang kurang berorientasi ekologis dan berkelanjutan, karena
adanya kurang kedisiplinan diberbagai pihak sebagai pelaksana pembangunan
3. Lemahnya Institusi Penegakan Hukum Lingkungan disebabkan masih kurangnya
tenaga dan payung hukum yang dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
opearsionalnya
4. Berkurangnya penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang
diakibatkan oleh belum optimalnya pengelolaan lingkungan hidup serta
keterbatasan pembiayaannya
5. Permasalahan sampah yang semakin melimpah (tidak terkendali), disebabkan
oleh kurangnya tenaga dan fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai
6. Kerusakan Hutan mangrove yang disebabkan oleh ulah sebagian masyarakat
yang belum mengerti fungsi dan manfaat Hutan mangrove serta yang diakibatkan
dari kerusakan alam
2.1.2 Tugas dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang Lingkungan Hidup.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :
1. Pengendalian dampak lingkungan dalam arti pencegahan dan penanggulangan
pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Pengawasan terhadap potensi sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan


3. Pelaksanaan pelestarian dan pemulihan kualitas lingkungan
4. Penerapan dan pengawasan pelaksanaan RKL dan RPL serta pengendalian teknis
pelaksanaan AMDAL
5. Penerapan dan pengembangan fungsi informasi lingkungan
6. Penyuluhan dan peningkatan peran serta masyarakat
7. Pelaksanaan

inventarisasi,

sistematisasi,

perencanaan

dan

pengendalian

kebersihan dan pertamanan


8. Pelaksanaan urusan kesekretariatan
2.2 Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten
Pasuruan merupakan satu-satunya Laboratorium yang dimiliki Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Pasuruan yang digunakan untuk pengujian sampel limbah cair dari
Industri maupun dari Air Badan Air (ABA). Instrumentasi dan perlengkapan untuk
pengujian sampel limbah cair yang dimiliki Laboratorium Lingkungan Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan cukup lengkap dan sudah
terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional)
Berbagai macam perlengkapan yang terdapat di Laboratorium Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan antara lain terdapat lemari
asam yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang sangat
korosif,karsinogenik dan pengoksidasi yang kuat. Penangas air dan oven yang
digunakan untuk proses penguapan. Alat-alat kimia yang digunakan dalam pengujian
antara lain bola hisap, pipet ukur (5ml, 10ml dan 20 ml), pipet volume (1 ml, 5 ml,
10 ml dan 25 ml), buret, statif, pipet tetes, gelas kimia, gelas ukur, corong gelas,
corong

pisah,

kertas

lakmus,

kertas

indikator

universal,

pengaduk

gelas,erlenmeyer,kertas saring whatman, labu takar (50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml
dan 1000 ml). Instrumentasi yang dimiliki antara lain DO meter, PH meter,
turbidimeter, COD reaktor, UV-Vis, dan pompa vakum.
2.3 Parameter Uji Kualitas Air Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan

2.3.1 Biochemical oxygen Demand ( BOD )


Biochemical Oxygen Demand ( BOD ) mengidentifikasi jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat diperairan, sehingga
BOD

banyak digunakan sebagai parameter untuk mengindikasikan beban

pencemaran organik dibadan air. Penguraian bahan organik adalah proses aerobik
yang dilakukan oleh bakteri pengurai., sehingga nilai BOD yang tinggi akan
mengurangi kandungan oksigen yang terlarut diperairan. Penurunan kandungan
oksigen dapat mengganggu kehidupan biota air dan dapat menyebabkan kematian
ikan secara mendadak.
2.3.2 Dissolved oxygen ( DO )
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/udara. Parameter oksigen terlarut menunjukan
jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen dalam air dibutuhkan oleh biota
sungai seperti ikan, kerang, keong, dan larva serangga untuk bernafas. Oksigen juga
dibutuhkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam air untuk menguraikan bahan
organik yang mencemari perairan. Oksigen dalam air dihasilkan oleh aerasi dari
udara atau gerakan arus air, dan juga dihasilakan oleh alga atau tumbuhan air yang
melakukan fotosintesis didalam air sungai. Semakin banyak jumlah DO (Dissolved
Oxygen ) maka kualitas air semakin baik.
2.3.3 Suhu air
Suhu air mempengaruhi kehidupan biota yang hidup disungai. Besarnya suhu
air dipengaruhi oleh suhu udara, kedalaman air. Waktu pengukuran juga
mempengaruhi besarnya suhu air disuatu badan air. Pengukuran suhu air pada pagi
atau malam hari akan menunjukan nilai yang lebih rendah daripada suhu air pada
siang hari. Suhu air sangat dipengaruhi oleh sushu udara dan suhu udara pada pagi
atau malam hari biasanya lebih dingin daripada suhu udara di siang hari.
2.3.4 Derajat keasaman
Derajat keasaman ( pH ) menunjukan sifat asam atau badan dari suatu larutan.
Larutan yang netral memiliki ph 7, larutan asam memiliki pH > 7, dan larutan basa
memiliki pH < 7. Besarnya ph air mempengaruhi kelarutan dan bentuk senyawa
kimia dalam badan air. Perubahan pH air juga akan mempengaruhi kehidupan biota
peraiaran, karena dapat mempengaruhi metabolisme sel.
2.3.4 Total Dissolved Solid ( TDS )
Total Dissolved Solid ( TDS ) adalah semua bahan dalam contoh uji air yang
lolos melalui saringan membran yang berpori dan dipanaskan pada suhu tertentu.
TDS menunjukan jumlah padatan yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam

satuan part per milion ( ppm )batau per thousand ( ppt ). TDS tidak dapat
menunjukan secara pasti ion apa yang terlarut didalam air, tetapi hanya menunjukan
banyaknya jumlah ion terlarut dalam air yang dapat mempengaruhi kesadahan air dan
meningkatkan salinitas ( kadar garam ).
4.1.6 Kekeruhan
Sedimentasi meningkatkan jumlah partikel padatan yang tersuspensi dalam air
dan menyebabkan air menjadi keruh. Padatan tersuspensi akan menurunkan penetrasi
cahaya matahari kedalam air, sehingga dapat menggangu aktivitas ikan dan dapat
menurunkan daya tahan biota sungai untuk bertahan hidup. Partikel padatan
tersuspensi akan menyerap energi panas dari sinar matahari sehingga akan
meningkatkan suhu air sungai yang dapat menimbulkan gangguan pada biota sungai.
2.3.5 Total Suspended Solid (TSS)
TTS merupakan adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1m) yang tertahan
pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan
pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau
erosi yang terbawa ke dalam badan air.Masuknya padatan tersuspensi ke dalam
perairan dapat menimbulkan kekeruhan air.Hal ini menyebabkan menurunnya laju
fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang pada
gilirannya

menyebabkan

terganggunya

keseluruhan

rantai

makanan.Padatan

tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan


2.3.6 Minyak lemak
Minyak lemak adalah minyak mineral, minyak nabati, asam lemak, sabun, dan
material lain yang dapat tereksitasi oleh x-hexane

Bab III
Analisis Kualitas Air Badan Air Sungai Kambeng
dan Sungai Kedunglarangan

3.1 Tinjauan Pustaka


Estuarin merupakan daerah ekosistem pesisir yang produktif, tapi
lingkungannya paling mudah terganggu akibat dari kegiatan manusia, maupun proses
alamiah. Kegiatan manusia sebagai bentuk kegiatan pembangunan akan berdampak
pada ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak yang tidak
langsung akan dirasakan sebagai adanya kerusakan pada ekosistem, misalnya
pencemaran dari air buangan. Hampir semua air yang digunakan oleh manusia, baik
yang digunakan untuk konsumsi maupun Industriakan menghasilkan air buangan
yang pada gilirannya jika tidak diproses secara benar akan menimbulkan dampak
pencemaran.(Salmin, 2005)
Perairan estuarin adalah sebagai tujuan akhir dari suatu aliran sungai,
sehingga di daerah estuarin ini kondisi perairannya dinamis karena menerima beban
dari daratan dan debit air sungai. Pada daerah ini akan terjadi proses fisika dan kimia.
Bahan organik dan anorganik yang terbawa aliran sungai menjadikan estuarine
sebagai perairan yang subur. Sesuai dengan perkembangan penduduk dan
pembangunan, maka fungsi sungai akan mendapat beban limbah rumah tangga,
pertanian, perikanan, industri dan transportasi. Limbah ini tujuan akhimya ke
perairan estuarin. (Salmin, 2005)
Pada abad 20 an ilmuwan, pemerintah dan masyarakat mulai fokus
memperhatikan efek dari hasil produksi perindustrian dalam hal kesehatan organisme
kehidupan dan untuk membuat hukum yang mengatur berbagai macam bentuk
pencemaran.Faktor yang sangat penting dalam pengendalian dampak lingkungan
adalah kontribusi ilmuwan kimia untuk memahami dan mengerti mengenai penyebab
pencemaran lingkungan, sifat-sifat pencemar, dan metode yang tepat untuk
mengontrol pencemaran.Para ilmuwan kimia mempelajari senyawa-senyawa yang
beratnggunga jawab dalam pencemaran di air, tanah dan udara, sumber senyawa

pencemar, dampak pencemaran bagi kesehatan dan lingkungan, dan metode untuk
mengatasi dampak pencemaran.(Newton, 2007)
Air mempunyai sifat-sifat yang unik dan sangat penting dalam kehidupan.
Ketersediaan air di bumi ditemukan dalam lima bagian dari siklus hidrologi. Jumlah
air di bumi 97 % ditemukan di dalam samudera. Fraksi yang lainberuapa uap dalam
atmosfer (awan). Beberapa air yang berwujud padat adalah es dan salju.Terdapat
hubungan yang sangat kuat antara hidrosferdimana air ditemukan dan litosfer atau
daratan atau tanah dan aktifitas manusia yang mempengaruhi keduanya. (Manahan,
2001)
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam
air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu.Pencemaran air dapat menyebabkan
kerugian ekonomi dansosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun
atau muatan bahan organik yangberlebih. Keadaan ini akan menyebabkanoksigen
terlarut dalam air pada kondisi yangkritis, atau merusak kadar kimia air.
Rusaknyakadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air.
Besarnya

beban

pencemaran

yang

ditampung

oleh

suatuperairan,

dapat

diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagaisumber


aktifitas air buangan dari proses-proses industri dan buangan domestik yang berasal
dari penduduk. (Salmin, 2005)
Air dikatakan tercemar bilamana terjadi perubahan komposisi atau kondisi
yang diakibatkan oleh adanya kegiatan atau hasil kegiatan manusia sehingga secara
langsung maupun tidak langsung air menjadi tidak alyak atau kurang layak untuk
semua fungsi atau tujuan pemanfaatan sebagaimana kewajaran air yang dalam
keadaan alami.
Indikator air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang
dapat diamati melalui (Anonim1, 2008)

Adanya perubahan suhu air


Perubahan PH
Perubahan warna, bau dan rasa
Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut
Adanya mikroorganisme
Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan
Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air

dapat dibedakan antara lain (Pranowo, 2009):


1. Limbah Pertanian

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk


organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati
kemudian

dimakan

keracunan.

Untuk

berspektrum

hewan

atau

manusia orang

mencegahnya, upayakan

sempit (khusus

membunuh

agar
hewan

yang

memakannya

akan

insektisida

yang

memilih
sasaran)

serta

bersifat

biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai


dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik
yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya
nutrisi, ganggang dan tumbuhanair tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian
akan mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan
biota air akan mati karenanya.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air.
Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa
sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air
got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti
plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun,
menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari
limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan
jamur.

Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan

pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air
akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui
cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk
biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah
pemukiman. Dikota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau
yang menyengat. Didalam air got yangdemikian tidak ada organisme hidup
kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah
tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang
ada.
3. Limbah Industri
Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam
polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan
organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna), atau mungkin
berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu

(air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan


pencemara air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut,
sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain.
Minyak yang ada di dalam kapal

tumpah menggenangi lautan dalam jarak

ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut
banyak yang mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa
mengapung agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat
yang dapat menguraikan minyak.
4. Penangkapan Ikan Menggunakan racun
Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari
tumbuhan atau potas (racun)untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga
semua biota air. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga
hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan
memusnahkan jenis makluk hidup yang ada didalamnya. Kegiatan penangkapan
ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan
dan menurunkan sumber daya perairan.
Untuk mengukur tingkat pencemaran di suatu tempat digunakan
parameter

pencemaran.

Parameter pencemaran

digunakan

sebagai

indikator

(petunjuk) terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi.


Parameter pencemaran meliputi parameter fisik dan parameter kimia.
1. Parameter Fisik
Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu,
kekeruhan, dan radioaktivitas.
2. Parameter Kimia
Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman,
kadar logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajukan pengukuran
pH air, kadar CO2, dan oksigen terlarut.
a. Pengukuran pH air
Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan
pH 6,5 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah
dari 6,5

atau

lebih

tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya

menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapurmenyebabkan kondisi


air menjadi alkali (basa). jadi, perubahan pH air tergantung kepada macam

bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH mempunyai arti penting bagi


kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam) atau tinggi (sangat
basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan organisme. Untuk setiap
perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan
keasaman naik 10 kali.Jika terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali.
Keasaman air dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan
kertas lakmus ke dalam air untuk melihat perubahan warnanya.
b. Pengukuran Kadar CO2
Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO2 terlarut sangat
dipengaruhi oleh suhu, pH, dan banyaknya organismeyang hidup di
dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air, semakin tinggi
kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat
tumbuhan air yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan cara
titrimetri.
c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 7 ppm (part per
million atau satu per sejuta; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan
memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat
disebabkan oleh tiga hal :
1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar
perairan.
3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada
malam hari.
Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar
organik) dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. hal ini akan mengancam
kehidupan organisme yang hidup di dalam air. Semakin tercemar, kadar oksigen
terlerut semakin mengecil. Untuk dapat mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan
dengan metode Winkler.
Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal
sebagai parameter biokimia. contohnya adalahpengukuran BOD dab COD. Bahan
pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh
bakteri air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik
tersebut. akibatnya, kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin

banyak bahan pencemar organik yang ada di perairan, semakin banyak oksigen
yang

digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen terlarut.

Banyaknya oksigen terlerut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasikan


bahan

organik

disebut

sebagai

Konsumsi

Oksigen Biologis

(KOB)

atau

Biological Oxygen Demand, yang biasa disingkat BOD. Angka BOD ditetapkan
dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut
setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20 oC.
Karenanya BOD ditulis secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja. Oksigen terlarut
awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di dalam air. Biasanya,
kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih dahulu dengan oksigen. Setelah disimpan
selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan menggunakan oksigen
terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada diukur kembali. Akhirnya,
konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi kadar oksigen awal dengan
oksigen akhir (setelah 5 hari).
Daerah Aliran Sungai adalah sumber air yang sangat penting bagi
pembangunan suatu wilayah, sehingga banyak wilayah atau daerah yang tumbuh di
sekitar aliran sungai di seluruh dunia dan berkembang menjadi daerah atau wilayah
yang makmur.Sungai menjadi sarana transportasi dan penyediaan sumber air yang
penting bagi kegiatan domestik, pertanian, maupun industri.Selain itu, secara alami
sungai juga menjadi saluran pembuangan yang menampung limpahan air hujan,
limbah dan cemaran airnya. (x)
Untuk mengasimilasi limbah tanpa melanggar baku mutu air.
Indonesia telah memiliki berbagai peraturan tentang pengendalian pencemaran badan
air dan penentuan daya tamping beban pencemaran. Menurut PP No. 82/2001, daya
tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk
menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi
cemar yang dalam hal ini dibatasi dengan Baku mutu Limbah Cair bagi Industri atau
Kegiatan Usaha lainnya di Jawa Timur yang tertuang dalam Surat Keputusan
gubernur Jawa Timur Nomor 45 tahun 2002. (x)
Perkembangan penduduk serta industri di wilayah Kabupaten Pasuruan
menunjukkan peningkatan yang sangat pesat.Hal ini mencerminkan keberhasilan
langkah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, namun
keadaan yang demikian tidak terlepas dari ketersediaan Sumber Daya Alam

khususnya penyediaan air dalam jumlah, mutu dan kontinuitas sesuai dengan
peruntukannya. (xx)
Kemajuan di bidang pembangunan ekonomi khususnya industry akan
berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Isu pencemaran dari limbah domestik
dan industry merupakan masalah yang cukup serius. Hal ini antara lain sebagai akibat
dari masyarakat dan pengusaha yanga belum sadar akan perlunya upaya melindungi
dan melestarikan media lingkungan khusunya Air Badan Air demi kelangsungan
kehidupan sekarang dan generasi yang akan dating. (xx)
Untuk mengatur peruntukan Air Badan iar yang dibebani industri
penghasil limbah cair, Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengacu pada Surat
Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Oktober 1988 Nomor : 660.1/22578/033/1988 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 Bab III tentang Ketentuan Umum
mengenai Penggolongan Air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut (xx) :
Golongan A

: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung


tanpa pengolahan terlebih dahulu

Golongan B

: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

Golongan C

: Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan


peternakan

Golongan D

: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha


perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
Di Kabupaten Pasuruan terdapat sembilan Daerah Aliran Sungai kelas

II dan kelas III.Perusahaan yang potensial mencemari lingkungan sungai antara lain
bergerak di bidang tekstil, kulit, electro platting, pelapisan logam, pengolahan bahan
makanan dan minuman, serta pengolahan rumput laut.Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas menjelaskan tentang
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sungai kelas II digunakan untuk rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan irigasi tanaman. Sementara untuk
kelas III digunakan setidaknya untuk irigasi tanaman. (Anonim2, 2010)
Penyebaran kegiatan Industri di 9 DAS wilayah Kabupaten Pasuruan
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan pada ekosistem DAS.Dalam hal ini
DAS perlu mendapat perhatian dalam pengendalian pencemaran air karena beban
pencemaran yang diterima semakin berat.Beban pencemaran pada sumber air perlu
diketahui karena masing-masing sumber air memiliki kemampuan asimilasi yang

berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya debit air dan
kecepatan air pada sumber air, dan masukan beban pencemaran pada sumber air
tersebut. Pembuangan limbah di sungai dapat menurunkan kualitas air sungai di
bagian hilir, sehingga perlu di ketahui daya tamping beban pencemarannya untuk
melindungi fungsi air bagi pengguna air di bagian hilir. (x)
Letak wilayah Kabupaten Pasuruan pada posisi koordinat 112,30 o113,30o Bujur Timur dan 7,30o-8,30o Lintang Selatan. Kabupaten Pasuruan mencakup
wilayah seluas 1.474 km2.Kondisi geografis dan iklim Kabupaten Pasuruan,
dilengkapi oleh potensi hidrografi yang besar, sangat mendukung kegiatan
pengembangan penyediaan air minum, irigasi, pariwisata dan industri.Lokasi
Kabupaten Pasuruan meliputi DAS Laweyan, Rejoso, Petung, Gembong, Welang,
Raci, Masangan, Kedunglarangan dan Kambeng. (xx)
Daerah Aliran Sungai Kambeng berlokasi di wilayah Kecamatan
Gempol yang mempunyai 3 anak sungai diantaranya Sungai Carat, Clondo dan
Bangkok yang juga menjadi alur Sungai Porong dengan debit maksimum 121,14 m 3
dengan jarak 7,5 km yang termasuk golongan kelas III atau golongan C (untuk
perikanan dan peternakan) (x). Industri pembeban limbah pada DAS Kambeng antara
lain (xx) :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama Perusahaan
PT. NAGA BUANA
PT. SATELIT SRITI
PT. PLASTINDO
PT. OCEAN GEMINDO
PT. CENTRAM
PT. INDAH KEJORA
PT. SEAMATEC
PT. AMARTA

Jenis Industri
Daur ulang plastik
Agar-agar
Plastik
Cold storage
Peng.Rumput laut
Mebeler
Peng. Rumput laut
Peng. Rumput laut

Kecamatan
Pandaan
Pandaan
Pandaan
Gempol
Gempol
Gempol
Gempol
Gempol

Daerah Aliran Sungai Kedunglarangan meliputi wilayah Kecamatan Beji,


Pandaan, Rembang dan Bangil yang menampung limbah cair dari kegiatan hotel dan
restaurant di daerah wisata Kecamata Prigen serta kegiatan pemukiman masyarakat
disekitarnya, adapun panjang sungai ini 14 km yang mempunyai debit maksimum
110,570 m3 yang termasuk alur dari muara selat Madura. Sungai Kedunglarangan
termasuk golongan C (yang digunakan untuk perikanan dan peternakan). Industri
pembebanan limbah pada DAS Kedunglarangan sebanyak 74 Industri antara lain (xx)
:

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

Nama Perusahaan

Jenis Industri

Kecamatan

PT. INDOFOOD S.M


PT. SORINI CORP
PT. SARI RAJUT
PT. ANEKA TUNA IND
PT. MERCU GRAMARON
PT. WONOKOYO
PT. SCHERING PLOUGH
PT. SPLN
PT. H.M SAMPOERNA

Mie Instan
Sorbitol
Tekstil
Pengalengan Ikan
Keramik
Peternakan
Farmasi
Peralatan Listrik
Rokok
-

Beji
Gempol
Gempol
Gempol
Gempol
Beji
Pandaan
Beji
Sukorejo
-

46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
72.
73.
74.
3.2 Metoda Analisa
Dalam Praktek Kerja Lapang akan dianalisa Daerah Aliran Sungai
Kambeng yang berlokasi di daerah Gempol Kabupaten Pasuruan yang termasuk juga
pada lintas batas dengan Provinsi karena sungai ini bertemu dengan Sungai Porong
dan Daerah Aliran Sungai Kedunglarangan yang berlokasi Bangil dan Beji serta
merupakan Daerah Aliran Sungai yang sangat penting karena sungai ini paling
banyak menerima kontribusi limbah cair baik dari perusahaan maupun domestik.
Teknik sampling yang dilakukan menggunakan metode sampling grab atau sesaat
selanjutnya sampel air sungai dianalisa secara fisik maupun secara kimia. Analisa
secara fisik meliputi pengukuran PH,suhu udara dan suhu air yang dilakukan secara
langsung di lapangan serta analisa secara kimia yang meliputi uji DO (Dissolved
Oxygen),COD (Chemical Oxygen Demand),TSS (Total Suspended Solids) ,TDS

(Total Dissolved Solids), dan Minyak Lemak yang dilakukan di Laboratorium


Lingkungan BLH Kabupaten Pasuruan.
Berikut adalah Standart Operational Procedure (SOP) dalam pelaksanaan
sampling dan analisa kualitas lingkungan Air Badan Air (ABA) DAS Kambeng dan
DAS Kedunglarangan Kabupaten Pasuruan.
Standart Operation Procedure Sampling Air Sungai
Sampling

Hilir

Tengah

Hulu

Analisa secara fisik :


1. PH
2. Suhu air
3. Suhu udara

Analisa secara kimia

Ditambahkan Asam Sulfat


COD dan Minyak Lemak

Diawetkan dengan pendinginan


DO, TSS, dan TDS

Metode pengambilan sampel atau sampling dalam laporan ini adalah grab
sampel atau sampel sesaat sehingga hanya dapat menggambarkan kondisi lingkungan
pada saat pengukuran kualitas air dan pengambilan sampel. Pengambilan air sungai
hanya dilakukan satu kali dalam satu lokasi baik di bagian hilir,tengah maupun hulu
dari Daerah Aliran Sungai. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan water
sampler kemudian langsung diukur kualitas airnya secara fisik dan secara kimia.
Setelah sampel air dari hasil sampling Air Badan Air (ABA) di bagian hilir,
tengah, dan hulu Daerah Aliran Sungai diperoleh dapat dilakukan analisa secara fisik
di lapangan yang berupa analisa pH dan temperatur udara menggunakan pH meter
serta analisa temperatur air sungai menggunakan termometer. Untuk sampel yang
akan di analisa secara kimia sebelum dianalisa di Laboratorium diberikan perlakuan

awal yang berupa pengawetan terhadap sampel air sungai. Untuk sampel air sungai
yang akan dianalisa DO,TSS dan TDS cara pengawetannya dengan dimasukkan ke
dalam ice box (kotak pendinginan). Sedangkan untuk sampel air yang akan dianalisa
minyak lemak dan COD , pengawetan dilakukan dengan penambahan 2 tetes H 2SO4
pekat terlebih dahulu ke dalam sampel air sungai sebelum dimasukkan ke dalam ice
box.
Standart Operation Procedure Analisa Kualitas Lingkungan Air Sungai
Sampel

Diawetkan dalam lemari es 24 jam

Diuji

DO

Minyak Lemak

TSS

TDS

COD

Dibandingkan dengan Baku Mutu

Hasil

Bukti Analisa

Setelah sampling terhadap Air Badan Air (ABA) DAS Kambeng dan DAS
Kedunglarangan dilakukan, proses selanjutnya adalah penyimpanan sampel sebelum
dilakukan analisa selanjutnya yaitu analisa secara kimia yang meliputi DO, COD,
TSS, TDS, dan Minyak Lemak. Khusus untuk analisa DO, analisa dilakukan secara
langsung di lapangan sedangkan untuk parameter yang lain dianalisa di Laboratorium
Lingkungan BLH Kabupaten Pasuruan. Untuk analisa DO penyimpanan sampel tidak
terlalu lama karena sampel langsung diuji di lapangan. Sedangkan untuk analisa
secara kimia lainnya di lakukan di Laboratorium Lingkungan BLH Kabupaten
Pasuruan. Sampel dari lapangan yang disimpan di dalam ice box selanjutnya
diawetkan kembali di dalam lemari pendingin selama 24 jam sebelum dilakukan
analisa. Sampel diuji kadar COD, TSS, TDS dan Minyak Lemak dan hasilnya

dibandingkan dengan baku mutu yang ada. Selanjutnya hasil pengujian dicetak
sebagai bukti analisa.

3.2.1 Alat dan Bahan


3.2.1.1 Alat
3.2.1.1.1 Alat untuk analisa secara fisik
PH meter dan termometer
3.2.1.1.2 Alat untuk analisa DO
Neraca digital analitik, gelas arloji, pengaduk gelas, gelas kimia 100 ml,
pipet volume 10 ml, labu ukur 1000 ml, botol winkler, gelas ukur 100
ml, buret 50 ml, statif, klem, erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 10 ml, pipet
tetes, dan bola hisap
3.2.1.1.3 Alat untuk analisa COD
Neraca digital analitik, gelas arloji, pengaduk gelas,gelas kimia 100 ml,
pipet ukur 10 ml, labu ukur 1000 ml, pipet tetes, buret digital,
erlenmeyer 50 ml, tabung COD, magnetic stirer, bola hisap, dan
termoreaktor COD
3.2.1.1.4 Alat untuk analisa TSS
Neraca digital analitik, cawan porselin, oven, desikator, penjepit kertas
saring, pompa vacum, gelas arloji, kertas saring Whatman GF/C (pori
1,2 m), pipet ukur 10 ml, bola hisap, dangelas ukur 25 ml
3.2.1.1.5 Alat untuk analisa TDS
Neraca digital analitik, cawan porselin, oven, desikator, penjepit kertas
saring, pompa vacum, gelas arloji, kertas saring Whatman GF/C (pori
1,2 m), pipet ukur 10 ml , bola hisap, gelas ukur 25 ml, dan penangas
air
3.2.1.1.6 Alat untuk analisa Minyak Lemak
Neraca digital analitik, corong pisah, cawan porselin, oven, desikator,
penjepit besi, pipet ukur 10 ml, pipet volume 25 ml , pipet volume 5
ml,gelas kimia 250 ml, bola hisap, statif, klem, dan ember

3.2.1.2 Bahan
3.2.1.2.1 Bahan untuk analisa secara fisik
Sampel air sungai
3.2.1.2.2 Bahan untuk analisa DO
Sampel air sungai, padatan Na2S2O3.5H2O, aquabides, NaOH, Natrium
Azida (NaN3), MnSO4, asam sulfat pekat, kristal Kalium Iodida (KI),
Kalium Iodat (KIO3) dan amilum
3.2.1.2.3 Bahan untuk analisa COD
Sampel air sungai, padatan Fe(NH 4)2(SO4)2.6H2O, aquabides, asam
sulfat pekat, larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4 0,01 N, H2SO4-Ag2SO4
dan indikator ferroin
3.2.1.2.4 Bahan untuk analisa TSS
Sampel air sungai.aquabides
3.2.1.2.5 Bahan untuk analisa TDS
Sampel air sungai.aquabides
3.2.1.2.6 Bahan untuk analisa Minyak Lemak
Sampel air sungai, HCl 1 M, n-hexane
3.2.2 Cara Kerja
3.2.2.1 Analisa secara fisik
PH meter sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan
buffer PH 4, PH 7 dan PH 10. Untuk menganalisa PH dan suhu lingkungan digunakan
PH meter dengan cara memasukkan elektroda pada PH meter kedalam wadah yang berisi
sampel air sungai lalu tombol on dinyalakan dan didiamkan beberapa menit dan diamati
PH serta suhu lingkungannya. Untuk suhu sampel air diuji dengan menggunakan
termometer dengan cara yang sama thermometer dimasukkan kedalam wadah yang berisi
sampel air sungai dan diukur suhu air sampel.
3.2.2.2 Analisa DO (Dissolved Oxygen)
a. Pembuatan Larutan Baku Natrium Tiosulfat Na2S2O3 0,025 M
Sebanyak 6,205 gram Na2S2O3.5H2O ditimbang dalam gelas arloji dengan
menggunakan neraca digital analitik, padatan Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan menggu

nakan aquabides yang telah dididihkan terlebih dahulu dalam gelas kimia 100 ml
selanjutnya dilakukan pengadukan sampai larutan homogen. Larutan Na 2S2O3.5H2O
ditambahkan 0,4 gram NaOH dan diaduk kembali sampai homogen selanjutnya
dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml. Larutan ditanda bataskan dengan aquabides
selajutnya dikocok sampai homogen.
b. Analisis DO
Contoh sampel air sungai disiapkan dalam botol winkler,1 ml natrium azida
NaN3 dan 1 ml MnSO4 dipipet menggunakan pipet ukur 10 ml ke dalam sampel air
sungai, penutup botol winkler dipasang dengan hati-hati, kemudian sampel air sungai
dihomogenkan dengan natrium azida NaN3 dan MnSO4 hingga terbentuk gumpalan,
gumpalan dibiarkan mengendap 5 sampai 10 menit, tutup botol winkler dibuka dan
ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding dalam botol lalu ditutup kembali dan
dihomogenkan hingga semua endapan larut sempurna. Sampel air sungai dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml sebnyak 100 ml lalu dititrasi dengan menggunakan larutan
baku natrium tiosulfat Na2S2O3 0,025 M sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning,
ditambahkan indikator amilum sebanyak 2 tetes dan dititrasi kembali menggunakan
larutan baku natrium tiosulfat Na2S2O3 0,025 M hingga warna biru yang ditimbulkan
indikator amilum hilang pertama kali. Dicatat volume larutan baku natrium tiosulfat
Na2S2O3 0,025 yang digunakan untuk setiap titrasi.
3.2.2.3 Analisa COD
a. Pembuatan larutan baku FAS (Fero Ammonium Sulfat) 0,01 N
Ditimbang 3,9214 gram Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dengan menggunakan neraca
digital analitik lalu dilarutkan dengan aquabides dalam gelas kimia 100 ml sambil diaduk
sampai homogen, dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 8 ml asam sulfat
pekat H2SO4 dihomogenkan dan ditambahkan aquabides hingga tanda batas selnjutnya
dikocok sampai homogen.
b. Analisis COD
Sampel air sungai dipipet sebanyak 2,5 ml ke dalam tabung COD begitu juga
dengan aquabides dipipet sebanyak 2,5 ml ke dalam tabung COD yang lain sebagai
blanko. Selanjutnya sampel air sungai dan aquabides di dalam tabung COD ditambahkan
1,5 ml larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4 0,01 N dan ditambahkan 3,5 ml larutan
campuran H2SO4-Ag2SO4, tabung COD ditutup dan dikocok sampai homogen,

selanjutnya tabung COD untuk sampel air dan blanko dimasukkan ke dalam
termoreaktor COD diatur pada suhu 150 oC selama 2 jam. Tabung COD dikeluarkan dari
termoreaktor setelah 2 jam dan didinginkan pada suhu ruang. Setelah dingin, sampel air
sungai dan blanko dipindahkan ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berbeda, tabung COD
dibilas dengan 5 ml aquabides dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 ml yang sesuai
dengan isi tabung COD sebelumnya. Sampel air sungai dan blanko dititarsi dengan
larutan baku Fero Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan magnetic stirer sebagai
pengaduk dan sebelumnya ditambahkan indicator ferroin sebanyak dua tetes hingga
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau. Diamati perubahan warna setelah
dititrasi dari hijau menjadi cokelat kemerahan. Dicatat volume larutan baku Fero
Ammonium Sulfat (FAS) yang digunakan untuk setiap titrasi.
3.2.2.4 Analisa TSS
a. Preparasi kertas saring
Kertas saring diletakkan pada alat penyaring (penyaring vakum) , kertas saring
dibasahi dengan aquabides sebanyak 20 ml berturut-turut sebanyak dua kali dan
diioperasikan penyaring vakum. Kertas saring diambil dan diletakkan dicawan
pengering, lalu dikeringkan di oven dengan suhu 103-105oCselama 1 jam, setelah di
oven didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan.
b. Analisis TSS
Kertas saring yang telah di preparasi dimasukkan ke dalam alat penyaring
vakum, penyaring vakum dioperasikan, kertas saring dibasahi dengan aquabides terlebih
dahulu, sebelum disaring sampel air sungai dikocok hingga homogen lalu dilakukan
penyaringan, selanjutnya dilakukan pembilasan dengan aquabides sebanyak 10 ml dan
dilakukan sebanyak 3 kali pembilasan, setelah penyaringan selesai kertas saring diambil
dan diletakkan di cawan pengering, dikeringkan dalam oven selama 1 jam lalu
didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat akhir kertas saring .
3.2.2.5 Analisa TDS
a. Preparasi kertas saring
Kertas saring diletakkan pada alat penyaring (penyaring vakum) , kertas saring
dibasahi dengan aquabides sebanyak 20 ml berturut-turut sebanyak tiga kali dan
diioperasikan penyaring vakum dilanjutkan pengisapan untuk menghilangkan seluruh

kotoran yang halus dalam kertas saring. Air hasil pembilasan dibuang dan kertas saring
siap digunakan untuk analisis TDS

b. Preparasi cawan kosong


Cawan kosong dipanaskan dalam oven pada suhu 180 oC selama 1 jam, setelah
dioven cawan dididinginkan ke dalam desikator, ditimbang cawan dengan neraca digital
analitik sampai berat konstan.
c. Analisis TDS
Kertas saring yang telah di preparasi dimasukkan ke dalam alat penyaring
vakum, penyaring vakum dioperasikan, sebelum disaring sampel air sungai dikocok
hingga homogen lalu dipipet sampel air sungai seesuai dengan volume yang dibutuhkan,
dilakukan penyaringan dengan pompa vakum, setelah tersaring semua selanjutnya
dilakukan pembilasan dengan aquabides sebanyak 10 ml dan dilakukan sebanyak 3 kali
pembilasan, setelah penyaringan selesai air yang tersaring dan air bilasan yang tercampur
didalamnya dipindahkan ke dalam cawan yang sudah diketahui beratnya, lalu diuapkan
dengan penangas air sampai cawan benar-benar kering, selanjutnya di oven pada suhu
180oC tidak krang dari 1 jam lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang cawan
dengan neraca digital analitik sampai beratnya konstan.
3.2.2.6 Analisa Minyak Lemak
a. Preparasi cawan kosong
Cawan kosong dipanaskan di dalam oven pada suhu 180oC selama I jam,
setelah dioven cawan dididinginkan ke dalam desikator, ditimbang cawan dengan neraca
digital analitik sampai berat konstan.
b. Analisis Minyak Lemak
Sampel air sungai dimasukkan ke dalam corong pisah yang sudah terpasang
pada statif, selanjutnya ditambahkan 1 ml HCl 1 M dan dilakukan penggojogan sambil
beberapa kali kran corong pisah dibuka untuk menghilangkan gas yang dihasilkan,
setelah itu ditaruh kembali pada statif dan ditambahkan 30 ml pelarut organik n-heksan
yang berfungsi mengikat lemak, dilakukan penggojogan lagi sambil dibuka beberapa kali

kran corong pisah untuk menghilangkan gas, penggojogan dilakukan sampai tidak ada
gas yang keluar dari corong pisah pada saat kran dibuka. Corong pisah di letakkan
kembali pada statif dan didiamkan beberapa menit sampai terpisah lapisan minyak dan
air nya, dipisahkan antara airnya terlebih dahulu ke dalam gelas kimia 250 ml dan
lapisan minyak yang sudah terpisah dimasukkan ke dalam cawan yang sudah disipakn
sebelumnya.Selanjutnya diuapkan dengan penangas air sampai cawan kering dan dioven
selama tidak kurang dari 1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat akhir
cawan dengan neraca digital analitik samapai berat konstan.
3.3 Perhitungan
3.3.1 Analisis COD
Rumus :
COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh

Keterangan :
A = volume pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat untuk titrasi blanko
B = volume pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat untuk titrasi contoh uji
N = kenormalan larutan baku fero ammonium sulfat
P = besar pengenceran contoh uji
DAS kedunglaranagan
a.
Hilir DAS Kedunglarangan
COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,15) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,26 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 20,8 = 8,32 mg/l
2,5

b.

Tengah DAS kedunglarangan


COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,35) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,06 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 4,8 = 1,92 mg/l

2,5
Hulu DAS Kedunglarangan

c.
COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,25) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,16 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 12,8 = 5,12 mg/l
2,5

Sungai Kambeng
a. Hilir DAS Kambeng
COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,25) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,62 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 49,6 = 19,84 mg/l
2,5
Tengah DAS Kambeng

b.
COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,01) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,4 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 32,8 = 13,12 mg/l
2,5

c. Hulu DAS Kambeng


COD=

{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,25) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,16 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 12,8 = 5,12 mg/l
2,5

3.3.2 Analisis TSS


Rumus :
TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh

Keterangan :
A = berat kertas saring berisi padatan tersuspensi, dalam mg
B = berat kertas saring kosong, dalam mg
DAS Kambeng
Hilir DAS Kambeng
TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0945 0,0934 ) x 1000
100 / 1000
= 11

b. Tengah DAS Kambeng


TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0959 0,0950) x 1000
100 / 1000
=9

c.

Hulu DAS Kambeng


TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0949 0,0946) x 1000
100 / 1000
=3

DAS Kedunglarangan
a Hilir DAS Kedunglarangan
TSS dalam mg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0964 0,0953) x 1000
100 / 1000
= 11

Tengah DAS Kedunglarangan


TSS dalam mg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0962 0,0943) x 1000
100 / 1000
= 14

Hulu DAS Kedunglarangan


TSS dalam mg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0946 0,0944) x 1000
100 / 1000
=2

3.3.3 Analisis TDS


Rumus :
TDS dalammg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh

Keterangan :
A = berat kertas saring berisi padatan tersuspensi, dalam mg
B = berat kertas saring kosong, dalam mg
DAS Kambeng
a Hilir DAS Kambeng
TDS dalammg/ l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 50,8140- 50,8072 ) x 1000
25/1000
= 272

Tengah DAS Kambeng

TDS dalammg/ l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 60,9253 60, 9188 ) x 1000
25/1000
= 260

Hulu DAS Kambeng


TDS dalammg/ l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 63,6015 63,5979 ) x 1000
25/1000
= 144

DAS Kedunglarangan
Hilir DAS Kedunglarangan
TDS dalammg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 57,4266 57,4198 ) x 1000
25/1000

= 272
b

Tengah DAS Kedunglarangan


TDS dalammg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 56,2775 56,2704 ) x 1000
25/1000
= 284

Hulu DAS Kedunglarangan


TDS dalammg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 64,2231 64,2189 ) x 1000
25/1000
= 168

3.3.4 Analisis Minyak Lemak


Rumus :
TSS dalam mg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh

Keterangan :
A = berat kertas saring berisi padatan tersuspensi, dalam mg
B = berat kertas saring kosong, dalam mg
DAS Kambeng
Hilir DAS Kambeng
TS S dalam mg /l =

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 50,8108 50,8074 ) x1000
50/100
= 2,8

b. Tengah DAS Kambeng


TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 60,9217 60,9204 ) x1000
50/100
= 2,6

c. Hulu DAS Kambeng

TSS dalam mg/l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 63,5996 63,5988 ) x1000
50/100
= 1,6

DAS Kedunglarangan
a Hilir DAS Kedunglarangan
TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 56,2728 56,2720 ) x1000
50/100
= 1,6

Tengah DAS Kedunglarangan

( AB ) x 1000
Volume contoh

TSS dala m mg / l=

= ( 64,2212 64,2200 ) x1000


50/100
= 2,4
c

Hulu DAS Kedunglarangan


TSS dalam mg / l=

( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 61,4724-61,4717 ) x1000
50/100
= 1,4

3.3.5 Analisis DO
Rumus :
DO dalam mg/l=

A x 8000 x N x F
100

Keterangan :
A = volume pemakaian larutan bakuNatrium tiosulfat untuk titrasi sampel uji
100 = volume larutan / sampel uji yang dititrasi
N = kenormalan larutan bakuNatrium tiosulfat
F= faktor, volume botol winkler yang digunakan dibagi volume botol winkler dikurangi
jumlah volume yang ditambahkan
DAS Kedunglarangan
d Hilir DAS Kedunglarangan
b

DO dalam mg/l=

A x 8000 x N x F
=
100

=
DAS Kambeng

3.4 Pembahasan
3.4.1 Data Hasil Analisis
3.4.1.1 DAS Kambeng
d.

e.

Hilir Sungai Kambeng


NO

PARAMETER

1.
2
3
4
5
6
7

PH
TEMPERATUR
DO
TSS
TDS
COD
MINYAK LEMAK

SATUAN
C
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

KRITERIA
MUTU AIR
6-9
4
25
-

HASIL
7,40
33
2,537
11.000
272,0000
19,84
2,8000

Tengah Sungai Kambeng


NO

PARAMETER

1.

PH

2.

TEMPERATUR

SATUAN

KRITERIA
MUTU AIR
6-9
-

HASIL
7,38
32

f.

3.

DO

mg/l

2,174

4.

TSS

mg/l

9,0000

5.

TDS

mg/l

260,0000

6.

COD

mg/l

25

13,12

7.

MINYAK LEMAK

mg/l

2,6000

Hulu Sungai Kambeng


SATUAN

KRITERIA

NO

PARAMETER

1.

PH

2.

28

3.

TEMPERATUR
DO

mg/l

2,356

4.
5.

TSS
TDS

mg/l
mg/l

3,0000
144,0000

6.
7.

COD

mg/l
mg/l

25
-

5,12
1,6000

MINYAK LEMAK

MUTU AIR
6-9

HASIL
7,18

3.4.1.2 DAS Kedunglarangan


Hilir Sungai Kedunglarangan
SATUAN

KRITERIA

NO

PARAMETER

1.

PH

TEMPERATUR

30

DO

mg/l

1,993

TSS

mg/l

11,00000

TDS

mg/l

272,0000

COD

mg/l

25

8,32

MINYAK LEMAK

mg/l

1,6000

MUTU AIR
6-9

HASIL
7,6

Tengah Sungai Kedunglarangan


SATUAN

KRITERIA

NO

PARAMETER

1.

PH

TEMPERATUR

31

DO

mg/l

2,356

MUTU AIR
6-9

HASIL
6,9

TSS

mg/l

14,0000

TDS

mg/l

284,0000

COD

mg/l

25

1,92

MINYAK LEMAK

mg/l

2,4000

Hulu Sungai Kedunglarangan


SATUAN

KRITERIA

NO

PARAMETER

1.

PH

TEMPERATUR

28

DO

mg/l

2,718

TSS

mg/l

2,00000

TDS

mg/l

168,0000

COD

mg/l

25

5,12

MINYAK LEMAK

mg/l

1,4000

MUTU AIR
6-9

HASIL
5,5

3.4.2 Analisa Hasil


3.4.2.1 Analisa COD
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan untuk DAS Kambeng
diperoleh data hasil analisa COD untuk bagian hilir DAS Kambeng sebesar 19,84
mg/l , sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh sebesar 13,12 mg/l dan
bagian hulu DAS Kambeng sebesar 5,12 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji COD sebesar 25 mg/l hasil
analisa COD di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di bawah
baku mutu yang telah ditentukan. Kurva nilai COD DAS Kambeng dapat dilihat
dibawah ini.

Kurva nilai COD DAS Kambeng


25
20

19.84

15

13.12

nilai COD (mg/l) 10


5

5.12

0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kambeng

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai COD di DAS Kambeng


untuk bagian hilir > bagian tengah > bagian hulu. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji COD sebesar 25 mg/l hasil
analisa COD di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di bawah
baku mutu yang telah ditentukan. Nilai COD yang tinggi pada bagian hilir DAS
Kambeng disebabkan karena semakin banyaknya limbah Industri yang
tertampung di bagian hilir DAS Kambeng. Karena semakin besar nilai COD
maka akan mengurangi kandungan oksigen terlarut di dalam perariran. Sehingga,
dapat disimpulkan kualitas air DAS Kambeng di bagian hilir, tengah, dan hulu
sudah cukup baik karena nilai COD nya tidak melebihi baku mutu yang sudah
ada.
Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa
COD untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 8,32 mg/l , sedangkan
bagian tengah DAS Kedunglarangan diperoleh sebesar 1,92 mg/l dan bagian
hulu DAS Kedunglarangan sebesar 5,12 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji COD sebesar 25 mg/l hasil
analisa COD di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kedunglarangan berada di
bawah baku mutu yang telah ditentukan. Kurva nilai COD DAS Kedunglarangan
dapat dilihat dibawah ini.

Kurva nilai COD DAS Kedunglarangan


9
8
7
6
5 5.12
nilai COD (mg/l) 4
3
2
1
0
hulu

8.32

1.92

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai COD untuk DAS


Kedunglarangan untuk bagian hilir > bagian hulu > bagian tengah. Berdasarkan
hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji COD
sebesar 25 mg/l hasil analisa COD di bagian hilir, tengah dan hulu DAS
Kedunglarangan berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Seperti pada
DAS Kambeng, nilai COD yang tinggi untuk DAS Kedunglarangan terdapat
pada bagian hilir disebabkan karena semakin banyaknya limbah Industri yang
tertampung di bagian hilir DAS Kedunglarangan. Dapat disimpulkan kualitas air
DAS Kedunglarangan di bagian hilir, tengah, dan hulu sudah cukup baik karena
nilai COD nya tidak melebihi baku mutu yang sudah ada.
3.4.2.2 Analisa TSS
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan untuk DAS Kambeng
diperoleh data hasil analisa TSS (Total Suspended Solid) untuk bagian hilir DAS
Kambeng sebesar 11 mg/l , sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh
sebesar 9 mg/l dan bagian hulu DAS Kambeng sebesar 3 mg/l. Berdasarkan hasil
tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji TSS sebesar
50 mg/l hasil analisa TSS di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada
di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Kurva analisa kadar TSS DAS
Kambeng dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar TSS DAS Kambeng


12

11

10

8
nilai TSS (mg/l)

6
4
2

0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kambeng

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai TSS di DAS Kambeng


untuk bagian hilir > bagian tengah > bagian hulu. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji TSS sebesar 50 mg/l hasil
analisa TSS di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di bawah
baku mutu yang telah ditentukan. Nilai TSS yang tinggi pada bagian hilir DAS
Kambeng disebabkan karena semakin banyaknya limbah Industri yang
tertampung di bagian hilir DAS Kambeng sehingga padatan tersuspensi yang
berada dalam perairan semakin banyak dibandingkan di bagian tengah dan bagian
hulu. Karena semakin besar nilai TSS maka akan meningkatkan kekeruhan dalam
di dalam perariran yang akan mengganggu penetrasi cahaya matahari ke dalam
air. Sehingga, dapat disimpulkan kualitas air DAS Kambeng di bagian hilir,
tengah, dan hulu sudah cukup baik karena nilai TSS nya tidak melebihi baku
mutu yang sudah ada.
Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa TSS
untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 11 mg/l , sedangkan bagian
tengah DAS Kedunglarangan diperoleh sebesar 14 mg/l dan bagian hulu DAS
Kedunglarangan sebesar 2 mg/l. Kurva analisa kadar TSS DAS Kedunglarangan
dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar TSS DAS Kedunglarangan


16
14
12
10
8
nilai TSS (mg/l
6
4
2 2
0
hulu

14

11

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kambeng

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai TSS untuk DAS


Kedunglarangan pada bagian tengah> bagian hilir > bagian hulu. Berdasarkan
hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji TSS
sebesar 50 mg/l hasil analisa TSS di bagian hilir, tengah dan hulu DAS
Kedunglarangan berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Berbeda
dengan

nilai TSS DAS Kambeng,

Kedunglarangan
banyaknya

nilai TSS yang tinggi untuk DAS

terdapat pada bagian tengah

hal ini dimungkinkan karena

limbah Industri yang tertampung di bagian tengah DAS

Kedunglarangan dibandingkan dengan di bagian hilir maupun di bagian hulu


DAS Kedunglarangan. Namun secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
kualitas air DAS Kedunglarangan di bagian hilir, tengah, dan hulu sudah cukup
baik karena nilai TSS nya tidak melebihi baku mutu yang sudah ada.
3.4.2.3 Analisa TDS
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan untuk DAS Kambeng
diperoleh data hasil analisa TDS (Total Dissolve Solid) untuk bagian hilir DAS
Kambeng sebesar 272 mg/l , sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh
sebesar 260 mg/l dan bagian hulu DAS Kambeng sebesar 144 mg/l. Berdasarkan
hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji TDS
sebesar 1000 mg/l, hasil analisa TDS di bagian hilir, tengah dan hulu DAS
Kambeng berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Kurva analisa kadar
TDS DAS Kambeng dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar TDS DAS Kambeng


300

272

250

260

200
nilai TDS (mg/l)

150

144

100
50
0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) KAmbeng

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai TDS di DAS Kambeng


untuk bagian hilir > bagian tengah > bagian hulu. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji TDS sebesar 1000 mg/l
hasil analisa TDS di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di
bawah baku mutu yang telah ditentukan. Nilai TDS yang tinggi pada bagian hilir
DAS Kambeng disebabkan karena semakin banyaknya limbah Industri yang
tertampung di bagian hilir DAS Kambeng sehingga padatan yang terlarut yang
berada dalam perairan semakin banyak dibandingkan di bagian tengah dan bagian
hulu. Karena semakin besar nilai TDS akan menunjukkan semakin banyaknya
jumlah ion terlarut dalam air yang dapat mempengaruhi kesadahan air dan
meningkatkan salinitas (kadar garam) . Banyaknya ion positif (kation) dan ion
negatif (anion) akan mempengaruhi nilai TDS. Beberapa kation yang umum
terdapat dalam air adalah ion kalsium, natrium, magnesium, besi, mangan, dan
ion logam lainnya. Jenis anion yang umum adalah bikarbonat, karbonat, klorida,
sulfat, dan nitrat. Adanya ion positif dan negatif dalam perairan dapat
meningkatkan konduktivitas atau daya hantar arus listrik. Sehingga, dapat
disimpulkan kualitas air DAS Kambeng di bagian hilir, tengah, dan hulu sudah
cukup baik karena nilai TDS nya tidak melebihi baku mutu yang sudah ada.
Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa TDS
untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 272 mg/l , sedangkan bagian
tengah DAS Kedunglarangan diperoleh sebesar 284 mg/l dan bagian hulu DAS

Kedunglarangan

sebesar

168

mg/l.

Kurva

analisa

kadar

TDS

DAS

Kedunglarangan dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar TDS DAS Kedunglarangan


300
284

250

272

200
nilai TDS (mg/l)

150

168

100
50
0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai TDS untuk DAS


Kedunglarangan pada bagian tengah> bagian hilir > bagian hulu. Berdasarkan
hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji TDS
sebesar 1000 mg/l hasil analisa TDS di bagian hilir, tengah dan hulu DAS
Kedunglarangan berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Berbeda
dengan nilai TDS DAS Kambeng, nilai TDS yang tinggi untuk DAS
Kedunglarangan terdapat pada bagian tengah sama seperti uji TSS di DAS
Kedunglarangan dimana nilai TSS yang tertinggi terdapat di bagian tengah DAS
Kedunglarangan. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya limbah Industri yang
tertampung di bagian tengah DAS Kedunglarangan dibandingkan dengan di
bagian hilir ataupun di bagian hulu DAS Kedunglarangan. Namun secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kualitas air DAS Kedunglarangan di
bagian hilir, tengah, dan hulu sudah cukup baik karena nilai TDS nya tidak
melebihi baku mutu yang sudah ada.
3.4.2.4 Analisa Minyak Lemak
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan untuk DAS Kambeng
diperoleh data hasil analisa Minyak Lemak untuk bagian hilir DAS Kambeng
sebesar 2,8 mg/l , sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh sebesar 2,6
mg/l dan bagian hulu DAS Kambeng sebesar 1,6 mg/l. Berdasarkan hasil

tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji Minyak
Lemak sebesar . (CARIEN BAKU MUTU ML) mg/l hasil analisa Minyak
Lemak di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di bawah baku
mutu yang telah ditentukan. Kurva analisa kadar Minyak Lemak DAS Kambeng
dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar Minyak Lemak DAS Kambeng


3

2.8

2.5

2.6

2
nilai Minyak Lemak (mg/l)

1.5

1.6

1
0.5
0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kambeng

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai Minyak Lemak di DAS


Kambeng untuk bagian hilir > bagian tengah > bagian hulu. Berdasarkan hasil
tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji Minyak
Lemak sebesar mg/l hasil analisa Minyak Lemak di bagian hilir, tengah dan
hulu DAS Kambeng berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Nilai
Minyak Lemak yang tinggi pada bagian hilir DAS Kambeng disebabkan karena
semakin banyaknya limbah Industri yang tertampung di bagian hilir DAS
Kambeng dibandingkan di bagian hulu dan tengah DAS Kambeng. Karena
semakin besar nilai Minyak Lemak maka akan meningkatkan kekeruhan dalam di
dalam perariran yang akan mengganggu penetrasi cahaya matahari ke dalam air
selain itu besarnya nilai Minyak Lemak akan memperkecil kelarutan oksigen
(DO) dalam perairan. Berdasarkan hasil analisa Minyak Lemak DAS Kambeng
dapat disimpulkan bahwa kualitas air DAS Kambeng di bagian hilir, tengah, dan
hulu sudah cukup baik karena nilai Minyak Lemak nya tidak melebihi baku mutu
yang sudah ada.
Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa
Minyak Lemak untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 1,6 mg/l ,

sedangkan bagian tengah DAS Kedunglarangan diperoleh sebesar 2,4 mg/l dan
bagian hulu DAS Kedunglarangan sebesar 1,4 mg/l. Kurva analisa kadar Minyak
Lemak DAS Kedunglarangan dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar Minyak Lemak DAS Kedunglarangan


3
2.4

2.5
2
nilai Minyak Lemak (mg/l)

1.5

1.6

1.4

1
0.5
0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai Minyak Lemak untuk


DAS Kedunglarangan pada bagian tengah> bagian hilir > bagian hulu.
Berdasarkan hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk
uji Minyak Lemak sebesar mg/l hasil analisa Minyak Lemak di bagian hilir,
tengah dan hulu DAS Kedunglarangan berada di bawah baku mutu yang telah
ditentukan. Berbeda dengan nilai Minyak Lemak DAS Kambeng, nilai Minyak
Lemak yang tinggi untuk DAS Kedunglarangan terdapat pada bagian tengah
DAS Kedunglarangan. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya limbah Industri
yang tertampung di bagian tengah DAS Kedunglarangan dibandingkan dengan di
bagian hilir ataupun di bagian hulu DAS Kedunglarangan. Namun secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kualitas air DAS Kedunglarangan di
bagian hilir, tengah, dan hulu sudah cukup baik karena nilai Minyak Lemak nya
tidak melebihi baku mutu yang sudah ada.
3.4.2.5 Analisa DO
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan untuk DAS Kambeng
diperoleh data hasil analisa DO (Dissolved Oxygen) untuk bagian hilir DAS
Kambeng sebesar 2,537 mg/l, sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh
sebesar 2,174 mg/l dan bagian hulu DAS Kambeng sebesar 2,356 mg/l.

Berdasarkan hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai
untuk uji DO sebesar 4 mg/l hasil analisa DO di bagian hilir, tengah dan hulu
DAS Kambeng berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Kurva analisa
kadar DO DAS Kambeng dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar DO DAS Kambeng


2.6

2.54

2.5
2.4
2.3

2.36

nilai DO (mg/l) 2.2

2.17

2.1
2
1.9
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kambeng

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai DO di DAS Kambeng


untuk bagian hilir > bagian hulu > bagian tengah. Berdasarkan hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji DO sebesar 4 mg/l hasil
analisa DO di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di bawah baku
mutu yang telah ditentukan. Nilai DO yang tinggi justru terdapat pada bagian
hilir DAS Kambeng, seharusnya secara teori nilai DO akan menurun dari hulu ke
hilir karena dari hulu ke hilir limbah buangan baik dari limbah buangan rumah
tangga maupun Industri akan semakin banyak yang dapat menurunkan kadar DO
dalam air sungai. Penyebab tingginya nilai DO untuk bagian hilir DAS Kambeng
dimungkinkan karena preparasi sampel air sungai untuk bagian hilir DAS
Kambeng sebelum dianalisa masih kurang baik. Selain itu, dimungkinkan juga
karena alat-alat kimia yang digunakan untuk analisa DO masih mengandung
kontaminan lain yang mempengaruhi hasil uji DO. Semakin besar nilai DO maka
jumlah oksigen terlarut di dalam air sungai yang dibutuhkan oleh biota yang
terdapat dalam sungai akan semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan hasil analisa DO untuk DAS Kambeng menunjukkan kualitas air
DAS Kambeng di bagian hilir, tengah, dan hulu sudah cukup baik karena nilai
DO nya tidak melebihi baku mutu yang sudah ada.

Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa DO


untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 1,993 mg/l , sedangkan bagian
tengah DAS Kedunglarangan diperoleh sebesar 2,356 mg/l dan bagian hulu DAS
Kedunglarangan sebesar 2,718 mg/l. Kurva analisa kadar

DO

DAS

Kedunglarangan dapat dilihat dibawah ini.

Kurva Analisa Kadar DO DAS Kedunglarangan


3
2.5

2.72
2.36

2
nilai DO (mg/l)

1.99

1.5
1
0.5
0
hulu

tengah

hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan

Berdasarkan kurva diatas diketahui bahwa nilai DO untuk DAS


Kedunglarangan pada bagian hulu> bagian tengah > bagian hilir. Berdasarkan
hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji DO
sebesar 4 mg/l hasil analisa DO di bagian hilir, tengah dan hulu DAS
Kedunglarangan berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Berbeda
dengan nilai DO DAS Kambeng, nilai DO yang tinggi untuk DAS
Kedunglarangan terdapat pada bagian hulu DAS Kedunglarangan. Sesuai dengan
teori yang ada nilai DO akan mengalami penurunan dari hulu ke hilir hal ini
dikarenakan semakin ke hilir jumlah Industri yang beroperasi dan membuang
limbahnya ke sungai semakin banyak dan juga semakin banyaknya limbah
buangan rumah tangga sehingga kadar oksigen terlarut dalam sungai akan
semakin kecil. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kualitas air DAS
Kedunglarangan di bagian hilir, tengah, dan hulu sudah cukup baik karena nilai
DO nya tidak melebihi baku mutu yang sudah ada.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami teknik dan metode sampling air
limbah dan air sungai serta proses pre-treatment sampel hingga proses analisisnya
baik secara fisik maupun kimia.
2. Mahasiswa dapat mempelajari proses analisis sampel air berdasarkan parameter
kimia yang diuji di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Pasuruan seperti analisa DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical
Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Dissolved Solid), dan
Minyak Lemak.
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik dan metode sampling serta menganalisis
Air Badan Air (ABA) DAS Kambeng dan DAS Kedunglarangan Kabupaten
Pasuruan baik secara fisik maupun kimia.
4. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan diperoleh hasil untuk analisa COD
di DAS Kambeng untuk bagian hilir sebesar 19,84 mg/l , sedangkan bagian
tengah diperoleh sebesar 13,12 mg/l dan bagian hulu sebesar 5,12 mg/l. Untuk
DAS Kedunglarangan di bagian hilir sebesar 8,32 mg/l , sedangkan bagian tengah
diperoleh sebesar 1,92 mg/l dan bagian hulu sebesar 5,12 mg/l. Hasil analisa TSS
(Total Suspended Solid) di DAS Kambeng untuk bagian hilir sebesar 11 mg/l ,
sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 9 mg/l dan bagian hulu sebesar 3
mg/l. Hasil analisa TSS untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 11 mg/l ,
sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 14 mg/l dan bagian hulu sebesar 2
mg/l. Hasil analisa TDS (Total Dissolve Solid) untuk bagian hilir DAS Kambeng
sebesar 272 mg/l , sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh sebesar 260
mg/l dan bagian hulu DAS Kambeng sebesar 144 mg/l. Untuk DAS
Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa TDS untuk bagian hilir sebesar 272
mg/l , sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 284 mg/l dan bagian hulu
sebesar 168 mg/l. Data hasil analisa Minyak Lemak DAS Kambeng untuk bagian
hilir sebesar 2,8 mg/l , sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 2,6 mg/l dan
bagian hulu sebesar 1,6 mg/l. Untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil
analisa Minyak Lemak untuk bagian hilir sebesar 1,6 mg/l , sedangkan bagian

tengah diperoleh sebesar 2,4 mg/l dan bagian hulu sebesar 1,4 mg/l. Data hasil
analisa DO (Dissolved Oxygen) DAS Kambeng untuk bagian hilir sebesar 2,537
mg/l, sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 2,174 mg/l dan bagian sebesar
2,356 mg/l. Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa
DO untuk bagian hilir sebesar 1,993 mg/l , sedangkan bagian tengah diperoleh
sebesar 2,356 mg/l dan bagian hulu sebesar 2,718 mg/l.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan dapat
disarankan :
1. Mahasiswa harus memahami Safety and Security di Laboratorium sebelum
melakukan analisa.
2. Mahasiswa harus memahami teknik dan metode sampling terlebih dahulu sebelum
diturunkan ke lapangan untuk melakukan sampling air.
3. Alat dan bahan untuk analisa sampel air harus diperhatikan ketersediaan dan
kebersihannya sebelum digunakan untuk melakukan analisa.
4. Akurasi dan presisi alat juga harus diperhatikan untuk menghasilkan data yang
valid.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2008, Dampak Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun ( B3 ),http://dinkesbonebolange.org/, diakses tanggal 26 Maret 2012
Anonim2,

2010,

Limbah

Pabrik

Menyebar

ke

Areal

Sawah,http://lingkunganglobal.blogspot.com/.diakses tanggal 8 Maret 2012


Manahan, Stanley. E, 2001, Fundamnetals of Environtmental Chemistry 2nd Edition,
CRC Press : Missouri
Newton, D.E, 2007, Chemistry of The Environment, Facts On File, Inc : New York

Pranowo, Galih, 2009, Pencemaran Terhadap lingkungan, Institut Sains dan Teknologi
Akprind : Yogyakarta
Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana, Volume XXX,
Nomor 3, 2005 : 21 26

Sungai Hilir Kedunglarangan

LAMPIRAN
Sungai Tengah Kedunglarangan

Sungai Hulu Kedunglarangan

UJI PARAMETER DO

UJI COD

UJI TSS DAN TDS

Anda mungkin juga menyukai