com/doc/243407907/Waduk-Pluit-BAB-I
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Disusun Oleh :
Muhammad Arif Taufiq 0910920049
Megawati Sistin Agustita 0910923050
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
ANALISIS KUALITAS AIR BADAN AIR (ABA)
DAS KAMBENG DAN DAS KEDUNGLARANGAN
KABUPATEN PASURUAN
(BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PASURUAN)
Oleh :
Muhammad Arif Taufiq0910920049
Megawati Sistin Agustita
0910923050
Pembimbing Lapang
Sri Rahmaniah, ST
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan rahmat
hidayahnya kepada kami sehingga proses penyempurnaan Laporan Praktek Kerja
Lapang ini dapat terselesaikan. Laporan Praktek Kerja Lapang ini disusun untuk
melengkapi persyaratan mengikuti mata kuliah pilihan Praktek Kerja Lapang sebanyak
2 sks sebagai tugas akhir setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Laboratorium
Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan selama satu bulan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Dr. Sasangka Prasetyawan, MS , selaku Ketua Jurusan Kimia Universitas Brawijaya.
2. Yuniar Ponco Prananto S.Si.,M.Sc. , selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
Laporan Praktek Kerja Lapang ini.
3. Sri Rahmaniah, ST , selaku pembimbing lapang di Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Pasuruan atas nasehat, saran dan ilmu yang diberikan.
4. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang
ini.
Disadari sepenuhnya bahwa penyususnan Laporan Praktek Kerja Lapang ini
masih jauh dari kesempurnaan, kami sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif
dari semua pihak.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan...............................................................................................2
1.3 Metode Pelaksanaan..................................................................................................3
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan.................................................................................4
Bab II Tinjauan Umum Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
2.1 Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan
2.2 Laboratorium Lingkungan
2.3 Parameter Uji Kualitas Air
Bab III Analisis Kualitas ABA Sungai Kambeng dan Sungai Kedunglarangan
3.1 Tinjauan Pustaka
3.2 Metoda Analisa
3.2.1 Alat dan bahan
3.2.2 Cara Kerja
3.2.2.1 Analisa secara fisik
3.2.2.2 Analisa DO (Dissolved Oxygen)
3.2.2.3 Analisa COD
3.2.2.4 Analisa TSS
3.2.2.5 Analisa TDS
3.2.2.6 Analisa Minyak Lemak
3.3 Perhitungan
3.4 Pembahasan
3.4.1 Data Hasil Analisis
3.4.1.1 DAS Kambeng
3.4.1.2 DAS Kedunglarangan
3.4.2 Analisa Hasil
3.4.2.1 Analisa COD
3.4.2.2 Analisa TSS
3.4.2.3 Analisa TDS
3.4.2.4 Analisa Minyak Lemak
3.4.2.5 Analisa DO
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
persaingan tenaga kerja di dunia industri atau instansi yang berkaitan. Sehingga pada
akhirnya nanti lulusan yang ada siap terjun ke dunia kerja.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.2.2
Kegunaan
a.
b.
c.
1.2.2.3
b.
c.
d.
Studi Literatur
Untuk memperkuat penggunaan teori dalam kaitan aplikasi di lapangan.
Untuk pelaksanaan tahapan-tahapan diatas disesuaikan dengan kondisi
Instansi yang bersangkutan.
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
1.4.1 Waktu Praktek Kerja Lapang
Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada tanggal 24
Januari 24 Februari 2012. Ketentuan jam kerja bagi mahasiswa peserta
Praktek Kerja Lapang disesuaikan dengan jam kerja Instansi yang
bersangkutan.
1.4.2
BAB II
TINJAUAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN PASURUAN
2.1 Profil Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
Visi : Terwujudnya peningkatan kualitas SDA dan lingkungan hidup di Kabupaten
Pasuruan
Misi : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Alam ( SDA ) dan lingkungan hidup
melalui pengawasan, pengendalian, rehabilitasi dan peningkatan peran serta
masyarakat
2.1.1Kondisi Umum Badan Lingkungan Hidup (BLH) Masa Kini
Urusan Bidang Lingkungan Hidup di Kab. Pasuruan pada saat ini, dengan
adanya pertumbuhan pembangunan fisik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi dan menimbulkan permasalahan lingkungan serta ketidakseimbangan
Sumber Daya Alam dan pengelolaan Lingkungan Hidupnya. Yang berakibat pada :
1. Penurunan kualitas lingkungan hidup dalam berbagai aspek diantaranya :
Pencemaran Lingkungan ( Air, Udara, dan Tanah ) yang ditimbulkan oleh
kegiatan industri dan usaha lainnya
2. Pola Pembangunan yang kurang berorientasi ekologis dan berkelanjutan, karena
adanya kurang kedisiplinan diberbagai pihak sebagai pelaksana pembangunan
3. Lemahnya Institusi Penegakan Hukum Lingkungan disebabkan masih kurangnya
tenaga dan payung hukum yang dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
opearsionalnya
4. Berkurangnya penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang
diakibatkan oleh belum optimalnya pengelolaan lingkungan hidup serta
keterbatasan pembiayaannya
5. Permasalahan sampah yang semakin melimpah (tidak terkendali), disebabkan
oleh kurangnya tenaga dan fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai
6. Kerusakan Hutan mangrove yang disebabkan oleh ulah sebagian masyarakat
yang belum mengerti fungsi dan manfaat Hutan mangrove serta yang diakibatkan
dari kerusakan alam
2.1.2 Tugas dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang Lingkungan Hidup.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :
1. Pengendalian dampak lingkungan dalam arti pencegahan dan penanggulangan
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
inventarisasi,
sistematisasi,
perencanaan
dan
pengendalian
pisah,
kertas
lakmus,
kertas
indikator
universal,
pengaduk
gelas,erlenmeyer,kertas saring whatman, labu takar (50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml
dan 1000 ml). Instrumentasi yang dimiliki antara lain DO meter, PH meter,
turbidimeter, COD reaktor, UV-Vis, dan pompa vakum.
2.3 Parameter Uji Kualitas Air Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
pencemaran organik dibadan air. Penguraian bahan organik adalah proses aerobik
yang dilakukan oleh bakteri pengurai., sehingga nilai BOD yang tinggi akan
mengurangi kandungan oksigen yang terlarut diperairan. Penurunan kandungan
oksigen dapat mengganggu kehidupan biota air dan dapat menyebabkan kematian
ikan secara mendadak.
2.3.2 Dissolved oxygen ( DO )
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/udara. Parameter oksigen terlarut menunjukan
jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen dalam air dibutuhkan oleh biota
sungai seperti ikan, kerang, keong, dan larva serangga untuk bernafas. Oksigen juga
dibutuhkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam air untuk menguraikan bahan
organik yang mencemari perairan. Oksigen dalam air dihasilkan oleh aerasi dari
udara atau gerakan arus air, dan juga dihasilakan oleh alga atau tumbuhan air yang
melakukan fotosintesis didalam air sungai. Semakin banyak jumlah DO (Dissolved
Oxygen ) maka kualitas air semakin baik.
2.3.3 Suhu air
Suhu air mempengaruhi kehidupan biota yang hidup disungai. Besarnya suhu
air dipengaruhi oleh suhu udara, kedalaman air. Waktu pengukuran juga
mempengaruhi besarnya suhu air disuatu badan air. Pengukuran suhu air pada pagi
atau malam hari akan menunjukan nilai yang lebih rendah daripada suhu air pada
siang hari. Suhu air sangat dipengaruhi oleh sushu udara dan suhu udara pada pagi
atau malam hari biasanya lebih dingin daripada suhu udara di siang hari.
2.3.4 Derajat keasaman
Derajat keasaman ( pH ) menunjukan sifat asam atau badan dari suatu larutan.
Larutan yang netral memiliki ph 7, larutan asam memiliki pH > 7, dan larutan basa
memiliki pH < 7. Besarnya ph air mempengaruhi kelarutan dan bentuk senyawa
kimia dalam badan air. Perubahan pH air juga akan mempengaruhi kehidupan biota
peraiaran, karena dapat mempengaruhi metabolisme sel.
2.3.4 Total Dissolved Solid ( TDS )
Total Dissolved Solid ( TDS ) adalah semua bahan dalam contoh uji air yang
lolos melalui saringan membran yang berpori dan dipanaskan pada suhu tertentu.
TDS menunjukan jumlah padatan yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam
satuan part per milion ( ppm )batau per thousand ( ppt ). TDS tidak dapat
menunjukan secara pasti ion apa yang terlarut didalam air, tetapi hanya menunjukan
banyaknya jumlah ion terlarut dalam air yang dapat mempengaruhi kesadahan air dan
meningkatkan salinitas ( kadar garam ).
4.1.6 Kekeruhan
Sedimentasi meningkatkan jumlah partikel padatan yang tersuspensi dalam air
dan menyebabkan air menjadi keruh. Padatan tersuspensi akan menurunkan penetrasi
cahaya matahari kedalam air, sehingga dapat menggangu aktivitas ikan dan dapat
menurunkan daya tahan biota sungai untuk bertahan hidup. Partikel padatan
tersuspensi akan menyerap energi panas dari sinar matahari sehingga akan
meningkatkan suhu air sungai yang dapat menimbulkan gangguan pada biota sungai.
2.3.5 Total Suspended Solid (TSS)
TTS merupakan adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1m) yang tertahan
pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan
pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau
erosi yang terbawa ke dalam badan air.Masuknya padatan tersuspensi ke dalam
perairan dapat menimbulkan kekeruhan air.Hal ini menyebabkan menurunnya laju
fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang pada
gilirannya
menyebabkan
terganggunya
keseluruhan
rantai
makanan.Padatan
Bab III
Analisis Kualitas Air Badan Air Sungai Kambeng
dan Sungai Kedunglarangan
pencemar, dampak pencemaran bagi kesehatan dan lingkungan, dan metode untuk
mengatasi dampak pencemaran.(Newton, 2007)
Air mempunyai sifat-sifat yang unik dan sangat penting dalam kehidupan.
Ketersediaan air di bumi ditemukan dalam lima bagian dari siklus hidrologi. Jumlah
air di bumi 97 % ditemukan di dalam samudera. Fraksi yang lainberuapa uap dalam
atmosfer (awan). Beberapa air yang berwujud padat adalah es dan salju.Terdapat
hubungan yang sangat kuat antara hidrosferdimana air ditemukan dan litosfer atau
daratan atau tanah dan aktifitas manusia yang mempengaruhi keduanya. (Manahan,
2001)
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam
air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu.Pencemaran air dapat menyebabkan
kerugian ekonomi dansosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun
atau muatan bahan organik yangberlebih. Keadaan ini akan menyebabkanoksigen
terlarut dalam air pada kondisi yangkritis, atau merusak kadar kimia air.
Rusaknyakadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air.
Besarnya
beban
pencemaran
yang
ditampung
oleh
suatuperairan,
dapat
dimakan
keracunan.
Untuk
berspektrum
hewan
atau
manusia orang
mencegahnya, upayakan
sempit (khusus
membunuh
agar
hewan
yang
memakannya
akan
insektisida
yang
memilih
sasaran)
serta
bersifat
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air
akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui
cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk
biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah
pemukiman. Dikota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau
yang menyengat. Didalam air got yangdemikian tidak ada organisme hidup
kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah
tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang
ada.
3. Limbah Industri
Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam
polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan
organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna), atau mungkin
berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu
ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut
banyak yang mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa
mengapung agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat
yang dapat menguraikan minyak.
4. Penangkapan Ikan Menggunakan racun
Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari
tumbuhan atau potas (racun)untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga
semua biota air. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga
hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan
memusnahkan jenis makluk hidup yang ada didalamnya. Kegiatan penangkapan
ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan
dan menurunkan sumber daya perairan.
Untuk mengukur tingkat pencemaran di suatu tempat digunakan
parameter
pencemaran.
Parameter pencemaran
digunakan
sebagai
indikator
atau
lebih
banyak bahan pencemar organik yang ada di perairan, semakin banyak oksigen
yang
organik
disebut
sebagai
Konsumsi
Oksigen Biologis
(KOB)
atau
Biological Oxygen Demand, yang biasa disingkat BOD. Angka BOD ditetapkan
dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut
setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20 oC.
Karenanya BOD ditulis secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja. Oksigen terlarut
awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di dalam air. Biasanya,
kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih dahulu dengan oksigen. Setelah disimpan
selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan menggunakan oksigen
terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada diukur kembali. Akhirnya,
konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi kadar oksigen awal dengan
oksigen akhir (setelah 5 hari).
Daerah Aliran Sungai adalah sumber air yang sangat penting bagi
pembangunan suatu wilayah, sehingga banyak wilayah atau daerah yang tumbuh di
sekitar aliran sungai di seluruh dunia dan berkembang menjadi daerah atau wilayah
yang makmur.Sungai menjadi sarana transportasi dan penyediaan sumber air yang
penting bagi kegiatan domestik, pertanian, maupun industri.Selain itu, secara alami
sungai juga menjadi saluran pembuangan yang menampung limpahan air hujan,
limbah dan cemaran airnya. (x)
Untuk mengasimilasi limbah tanpa melanggar baku mutu air.
Indonesia telah memiliki berbagai peraturan tentang pengendalian pencemaran badan
air dan penentuan daya tamping beban pencemaran. Menurut PP No. 82/2001, daya
tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk
menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi
cemar yang dalam hal ini dibatasi dengan Baku mutu Limbah Cair bagi Industri atau
Kegiatan Usaha lainnya di Jawa Timur yang tertuang dalam Surat Keputusan
gubernur Jawa Timur Nomor 45 tahun 2002. (x)
Perkembangan penduduk serta industri di wilayah Kabupaten Pasuruan
menunjukkan peningkatan yang sangat pesat.Hal ini mencerminkan keberhasilan
langkah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, namun
keadaan yang demikian tidak terlepas dari ketersediaan Sumber Daya Alam
khususnya penyediaan air dalam jumlah, mutu dan kontinuitas sesuai dengan
peruntukannya. (xx)
Kemajuan di bidang pembangunan ekonomi khususnya industry akan
berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Isu pencemaran dari limbah domestik
dan industry merupakan masalah yang cukup serius. Hal ini antara lain sebagai akibat
dari masyarakat dan pengusaha yanga belum sadar akan perlunya upaya melindungi
dan melestarikan media lingkungan khusunya Air Badan Air demi kelangsungan
kehidupan sekarang dan generasi yang akan dating. (xx)
Untuk mengatur peruntukan Air Badan iar yang dibebani industri
penghasil limbah cair, Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengacu pada Surat
Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Oktober 1988 Nomor : 660.1/22578/033/1988 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 Bab III tentang Ketentuan Umum
mengenai Penggolongan Air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut (xx) :
Golongan A
Golongan B
Golongan C
Golongan D
II dan kelas III.Perusahaan yang potensial mencemari lingkungan sungai antara lain
bergerak di bidang tekstil, kulit, electro platting, pelapisan logam, pengolahan bahan
makanan dan minuman, serta pengolahan rumput laut.Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas menjelaskan tentang
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sungai kelas II digunakan untuk rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan irigasi tanaman. Sementara untuk
kelas III digunakan setidaknya untuk irigasi tanaman. (Anonim2, 2010)
Penyebaran kegiatan Industri di 9 DAS wilayah Kabupaten Pasuruan
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan pada ekosistem DAS.Dalam hal ini
DAS perlu mendapat perhatian dalam pengendalian pencemaran air karena beban
pencemaran yang diterima semakin berat.Beban pencemaran pada sumber air perlu
diketahui karena masing-masing sumber air memiliki kemampuan asimilasi yang
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya debit air dan
kecepatan air pada sumber air, dan masukan beban pencemaran pada sumber air
tersebut. Pembuangan limbah di sungai dapat menurunkan kualitas air sungai di
bagian hilir, sehingga perlu di ketahui daya tamping beban pencemarannya untuk
melindungi fungsi air bagi pengguna air di bagian hilir. (x)
Letak wilayah Kabupaten Pasuruan pada posisi koordinat 112,30 o113,30o Bujur Timur dan 7,30o-8,30o Lintang Selatan. Kabupaten Pasuruan mencakup
wilayah seluas 1.474 km2.Kondisi geografis dan iklim Kabupaten Pasuruan,
dilengkapi oleh potensi hidrografi yang besar, sangat mendukung kegiatan
pengembangan penyediaan air minum, irigasi, pariwisata dan industri.Lokasi
Kabupaten Pasuruan meliputi DAS Laweyan, Rejoso, Petung, Gembong, Welang,
Raci, Masangan, Kedunglarangan dan Kambeng. (xx)
Daerah Aliran Sungai Kambeng berlokasi di wilayah Kecamatan
Gempol yang mempunyai 3 anak sungai diantaranya Sungai Carat, Clondo dan
Bangkok yang juga menjadi alur Sungai Porong dengan debit maksimum 121,14 m 3
dengan jarak 7,5 km yang termasuk golongan kelas III atau golongan C (untuk
perikanan dan peternakan) (x). Industri pembeban limbah pada DAS Kambeng antara
lain (xx) :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama Perusahaan
PT. NAGA BUANA
PT. SATELIT SRITI
PT. PLASTINDO
PT. OCEAN GEMINDO
PT. CENTRAM
PT. INDAH KEJORA
PT. SEAMATEC
PT. AMARTA
Jenis Industri
Daur ulang plastik
Agar-agar
Plastik
Cold storage
Peng.Rumput laut
Mebeler
Peng. Rumput laut
Peng. Rumput laut
Kecamatan
Pandaan
Pandaan
Pandaan
Gempol
Gempol
Gempol
Gempol
Gempol
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kecamatan
Mie Instan
Sorbitol
Tekstil
Pengalengan Ikan
Keramik
Peternakan
Farmasi
Peralatan Listrik
Rokok
-
Beji
Gempol
Gempol
Gempol
Gempol
Beji
Pandaan
Beji
Sukorejo
-
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
72.
73.
74.
3.2 Metoda Analisa
Dalam Praktek Kerja Lapang akan dianalisa Daerah Aliran Sungai
Kambeng yang berlokasi di daerah Gempol Kabupaten Pasuruan yang termasuk juga
pada lintas batas dengan Provinsi karena sungai ini bertemu dengan Sungai Porong
dan Daerah Aliran Sungai Kedunglarangan yang berlokasi Bangil dan Beji serta
merupakan Daerah Aliran Sungai yang sangat penting karena sungai ini paling
banyak menerima kontribusi limbah cair baik dari perusahaan maupun domestik.
Teknik sampling yang dilakukan menggunakan metode sampling grab atau sesaat
selanjutnya sampel air sungai dianalisa secara fisik maupun secara kimia. Analisa
secara fisik meliputi pengukuran PH,suhu udara dan suhu air yang dilakukan secara
langsung di lapangan serta analisa secara kimia yang meliputi uji DO (Dissolved
Oxygen),COD (Chemical Oxygen Demand),TSS (Total Suspended Solids) ,TDS
Hilir
Tengah
Hulu
Metode pengambilan sampel atau sampling dalam laporan ini adalah grab
sampel atau sampel sesaat sehingga hanya dapat menggambarkan kondisi lingkungan
pada saat pengukuran kualitas air dan pengambilan sampel. Pengambilan air sungai
hanya dilakukan satu kali dalam satu lokasi baik di bagian hilir,tengah maupun hulu
dari Daerah Aliran Sungai. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan water
sampler kemudian langsung diukur kualitas airnya secara fisik dan secara kimia.
Setelah sampel air dari hasil sampling Air Badan Air (ABA) di bagian hilir,
tengah, dan hulu Daerah Aliran Sungai diperoleh dapat dilakukan analisa secara fisik
di lapangan yang berupa analisa pH dan temperatur udara menggunakan pH meter
serta analisa temperatur air sungai menggunakan termometer. Untuk sampel yang
akan di analisa secara kimia sebelum dianalisa di Laboratorium diberikan perlakuan
awal yang berupa pengawetan terhadap sampel air sungai. Untuk sampel air sungai
yang akan dianalisa DO,TSS dan TDS cara pengawetannya dengan dimasukkan ke
dalam ice box (kotak pendinginan). Sedangkan untuk sampel air yang akan dianalisa
minyak lemak dan COD , pengawetan dilakukan dengan penambahan 2 tetes H 2SO4
pekat terlebih dahulu ke dalam sampel air sungai sebelum dimasukkan ke dalam ice
box.
Standart Operation Procedure Analisa Kualitas Lingkungan Air Sungai
Sampel
Diuji
DO
Minyak Lemak
TSS
TDS
COD
Hasil
Bukti Analisa
Setelah sampling terhadap Air Badan Air (ABA) DAS Kambeng dan DAS
Kedunglarangan dilakukan, proses selanjutnya adalah penyimpanan sampel sebelum
dilakukan analisa selanjutnya yaitu analisa secara kimia yang meliputi DO, COD,
TSS, TDS, dan Minyak Lemak. Khusus untuk analisa DO, analisa dilakukan secara
langsung di lapangan sedangkan untuk parameter yang lain dianalisa di Laboratorium
Lingkungan BLH Kabupaten Pasuruan. Untuk analisa DO penyimpanan sampel tidak
terlalu lama karena sampel langsung diuji di lapangan. Sedangkan untuk analisa
secara kimia lainnya di lakukan di Laboratorium Lingkungan BLH Kabupaten
Pasuruan. Sampel dari lapangan yang disimpan di dalam ice box selanjutnya
diawetkan kembali di dalam lemari pendingin selama 24 jam sebelum dilakukan
analisa. Sampel diuji kadar COD, TSS, TDS dan Minyak Lemak dan hasilnya
dibandingkan dengan baku mutu yang ada. Selanjutnya hasil pengujian dicetak
sebagai bukti analisa.
3.2.1.2 Bahan
3.2.1.2.1 Bahan untuk analisa secara fisik
Sampel air sungai
3.2.1.2.2 Bahan untuk analisa DO
Sampel air sungai, padatan Na2S2O3.5H2O, aquabides, NaOH, Natrium
Azida (NaN3), MnSO4, asam sulfat pekat, kristal Kalium Iodida (KI),
Kalium Iodat (KIO3) dan amilum
3.2.1.2.3 Bahan untuk analisa COD
Sampel air sungai, padatan Fe(NH 4)2(SO4)2.6H2O, aquabides, asam
sulfat pekat, larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4 0,01 N, H2SO4-Ag2SO4
dan indikator ferroin
3.2.1.2.4 Bahan untuk analisa TSS
Sampel air sungai.aquabides
3.2.1.2.5 Bahan untuk analisa TDS
Sampel air sungai.aquabides
3.2.1.2.6 Bahan untuk analisa Minyak Lemak
Sampel air sungai, HCl 1 M, n-hexane
3.2.2 Cara Kerja
3.2.2.1 Analisa secara fisik
PH meter sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan
buffer PH 4, PH 7 dan PH 10. Untuk menganalisa PH dan suhu lingkungan digunakan
PH meter dengan cara memasukkan elektroda pada PH meter kedalam wadah yang berisi
sampel air sungai lalu tombol on dinyalakan dan didiamkan beberapa menit dan diamati
PH serta suhu lingkungannya. Untuk suhu sampel air diuji dengan menggunakan
termometer dengan cara yang sama thermometer dimasukkan kedalam wadah yang berisi
sampel air sungai dan diukur suhu air sampel.
3.2.2.2 Analisa DO (Dissolved Oxygen)
a. Pembuatan Larutan Baku Natrium Tiosulfat Na2S2O3 0,025 M
Sebanyak 6,205 gram Na2S2O3.5H2O ditimbang dalam gelas arloji dengan
menggunakan neraca digital analitik, padatan Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan menggu
nakan aquabides yang telah dididihkan terlebih dahulu dalam gelas kimia 100 ml
selanjutnya dilakukan pengadukan sampai larutan homogen. Larutan Na 2S2O3.5H2O
ditambahkan 0,4 gram NaOH dan diaduk kembali sampai homogen selanjutnya
dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml. Larutan ditanda bataskan dengan aquabides
selajutnya dikocok sampai homogen.
b. Analisis DO
Contoh sampel air sungai disiapkan dalam botol winkler,1 ml natrium azida
NaN3 dan 1 ml MnSO4 dipipet menggunakan pipet ukur 10 ml ke dalam sampel air
sungai, penutup botol winkler dipasang dengan hati-hati, kemudian sampel air sungai
dihomogenkan dengan natrium azida NaN3 dan MnSO4 hingga terbentuk gumpalan,
gumpalan dibiarkan mengendap 5 sampai 10 menit, tutup botol winkler dibuka dan
ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding dalam botol lalu ditutup kembali dan
dihomogenkan hingga semua endapan larut sempurna. Sampel air sungai dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml sebnyak 100 ml lalu dititrasi dengan menggunakan larutan
baku natrium tiosulfat Na2S2O3 0,025 M sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning,
ditambahkan indikator amilum sebanyak 2 tetes dan dititrasi kembali menggunakan
larutan baku natrium tiosulfat Na2S2O3 0,025 M hingga warna biru yang ditimbulkan
indikator amilum hilang pertama kali. Dicatat volume larutan baku natrium tiosulfat
Na2S2O3 0,025 yang digunakan untuk setiap titrasi.
3.2.2.3 Analisa COD
a. Pembuatan larutan baku FAS (Fero Ammonium Sulfat) 0,01 N
Ditimbang 3,9214 gram Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dengan menggunakan neraca
digital analitik lalu dilarutkan dengan aquabides dalam gelas kimia 100 ml sambil diaduk
sampai homogen, dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 8 ml asam sulfat
pekat H2SO4 dihomogenkan dan ditambahkan aquabides hingga tanda batas selnjutnya
dikocok sampai homogen.
b. Analisis COD
Sampel air sungai dipipet sebanyak 2,5 ml ke dalam tabung COD begitu juga
dengan aquabides dipipet sebanyak 2,5 ml ke dalam tabung COD yang lain sebagai
blanko. Selanjutnya sampel air sungai dan aquabides di dalam tabung COD ditambahkan
1,5 ml larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4 0,01 N dan ditambahkan 3,5 ml larutan
campuran H2SO4-Ag2SO4, tabung COD ditutup dan dikocok sampai homogen,
selanjutnya tabung COD untuk sampel air dan blanko dimasukkan ke dalam
termoreaktor COD diatur pada suhu 150 oC selama 2 jam. Tabung COD dikeluarkan dari
termoreaktor setelah 2 jam dan didinginkan pada suhu ruang. Setelah dingin, sampel air
sungai dan blanko dipindahkan ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berbeda, tabung COD
dibilas dengan 5 ml aquabides dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 ml yang sesuai
dengan isi tabung COD sebelumnya. Sampel air sungai dan blanko dititarsi dengan
larutan baku Fero Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan magnetic stirer sebagai
pengaduk dan sebelumnya ditambahkan indicator ferroin sebanyak dua tetes hingga
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau. Diamati perubahan warna setelah
dititrasi dari hijau menjadi cokelat kemerahan. Dicatat volume larutan baku Fero
Ammonium Sulfat (FAS) yang digunakan untuk setiap titrasi.
3.2.2.4 Analisa TSS
a. Preparasi kertas saring
Kertas saring diletakkan pada alat penyaring (penyaring vakum) , kertas saring
dibasahi dengan aquabides sebanyak 20 ml berturut-turut sebanyak dua kali dan
diioperasikan penyaring vakum. Kertas saring diambil dan diletakkan dicawan
pengering, lalu dikeringkan di oven dengan suhu 103-105oCselama 1 jam, setelah di
oven didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan.
b. Analisis TSS
Kertas saring yang telah di preparasi dimasukkan ke dalam alat penyaring
vakum, penyaring vakum dioperasikan, kertas saring dibasahi dengan aquabides terlebih
dahulu, sebelum disaring sampel air sungai dikocok hingga homogen lalu dilakukan
penyaringan, selanjutnya dilakukan pembilasan dengan aquabides sebanyak 10 ml dan
dilakukan sebanyak 3 kali pembilasan, setelah penyaringan selesai kertas saring diambil
dan diletakkan di cawan pengering, dikeringkan dalam oven selama 1 jam lalu
didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat akhir kertas saring .
3.2.2.5 Analisa TDS
a. Preparasi kertas saring
Kertas saring diletakkan pada alat penyaring (penyaring vakum) , kertas saring
dibasahi dengan aquabides sebanyak 20 ml berturut-turut sebanyak tiga kali dan
diioperasikan penyaring vakum dilanjutkan pengisapan untuk menghilangkan seluruh
kotoran yang halus dalam kertas saring. Air hasil pembilasan dibuang dan kertas saring
siap digunakan untuk analisis TDS
kran corong pisah untuk menghilangkan gas, penggojogan dilakukan sampai tidak ada
gas yang keluar dari corong pisah pada saat kran dibuka. Corong pisah di letakkan
kembali pada statif dan didiamkan beberapa menit sampai terpisah lapisan minyak dan
air nya, dipisahkan antara airnya terlebih dahulu ke dalam gelas kimia 250 ml dan
lapisan minyak yang sudah terpisah dimasukkan ke dalam cawan yang sudah disipakn
sebelumnya.Selanjutnya diuapkan dengan penangas air sampai cawan kering dan dioven
selama tidak kurang dari 1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat akhir
cawan dengan neraca digital analitik samapai berat konstan.
3.3 Perhitungan
3.3.1 Analisis COD
Rumus :
COD=
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
Keterangan :
A = volume pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat untuk titrasi blanko
B = volume pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat untuk titrasi contoh uji
N = kenormalan larutan baku fero ammonium sulfat
P = besar pengenceran contoh uji
DAS kedunglaranagan
a.
Hilir DAS Kedunglarangan
COD=
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,15) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,26 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 20,8 = 8,32 mg/l
2,5
b.
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,35) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,06 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 4,8 = 1,92 mg/l
2,5
Hulu DAS Kedunglarangan
c.
COD=
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,25) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,16 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 12,8 = 5,12 mg/l
2,5
Sungai Kambeng
a. Hilir DAS Kambeng
COD=
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,25) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,62 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 49,6 = 19,84 mg/l
2,5
Tengah DAS Kambeng
b.
COD=
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,01) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,4 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 32,8 = 13,12 mg/l
2,5
{ ( AB ) x N x 8000 } x p
Volume contoh
= {(14,41-14,25) x 0,01 x 8000)}x 1
2,5
= { 0,16 x 0,01 x 8000 } x1
2,5
= 12,8 = 5,12 mg/l
2,5
( AB ) x 1000
Volume contoh
Keterangan :
A = berat kertas saring berisi padatan tersuspensi, dalam mg
B = berat kertas saring kosong, dalam mg
DAS Kambeng
Hilir DAS Kambeng
TSS dalam mg / l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0945 0,0934 ) x 1000
100 / 1000
= 11
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0959 0,0950) x 1000
100 / 1000
=9
c.
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0949 0,0946) x 1000
100 / 1000
=3
DAS Kedunglarangan
a Hilir DAS Kedunglarangan
TSS dalam mg/l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0964 0,0953) x 1000
100 / 1000
= 11
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0962 0,0943) x 1000
100 / 1000
= 14
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 0,0946 0,0944) x 1000
100 / 1000
=2
( AB ) x 1000
Volume contoh
Keterangan :
A = berat kertas saring berisi padatan tersuspensi, dalam mg
B = berat kertas saring kosong, dalam mg
DAS Kambeng
a Hilir DAS Kambeng
TDS dalammg/ l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 50,8140- 50,8072 ) x 1000
25/1000
= 272
TDS dalammg/ l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 60,9253 60, 9188 ) x 1000
25/1000
= 260
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 63,6015 63,5979 ) x 1000
25/1000
= 144
DAS Kedunglarangan
Hilir DAS Kedunglarangan
TDS dalammg/l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 57,4266 57,4198 ) x 1000
25/1000
= 272
b
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 56,2775 56,2704 ) x 1000
25/1000
= 284
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 64,2231 64,2189 ) x 1000
25/1000
= 168
( AB ) x 1000
Volume contoh
Keterangan :
A = berat kertas saring berisi padatan tersuspensi, dalam mg
B = berat kertas saring kosong, dalam mg
DAS Kambeng
Hilir DAS Kambeng
TS S dalam mg /l =
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 50,8108 50,8074 ) x1000
50/100
= 2,8
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 60,9217 60,9204 ) x1000
50/100
= 2,6
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 63,5996 63,5988 ) x1000
50/100
= 1,6
DAS Kedunglarangan
a Hilir DAS Kedunglarangan
TSS dalam mg / l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 56,2728 56,2720 ) x1000
50/100
= 1,6
( AB ) x 1000
Volume contoh
TSS dala m mg / l=
( AB ) x 1000
Volume contoh
= ( 61,4724-61,4717 ) x1000
50/100
= 1,4
3.3.5 Analisis DO
Rumus :
DO dalam mg/l=
A x 8000 x N x F
100
Keterangan :
A = volume pemakaian larutan bakuNatrium tiosulfat untuk titrasi sampel uji
100 = volume larutan / sampel uji yang dititrasi
N = kenormalan larutan bakuNatrium tiosulfat
F= faktor, volume botol winkler yang digunakan dibagi volume botol winkler dikurangi
jumlah volume yang ditambahkan
DAS Kedunglarangan
d Hilir DAS Kedunglarangan
b
DO dalam mg/l=
A x 8000 x N x F
=
100
=
DAS Kambeng
3.4 Pembahasan
3.4.1 Data Hasil Analisis
3.4.1.1 DAS Kambeng
d.
e.
PARAMETER
1.
2
3
4
5
6
7
PH
TEMPERATUR
DO
TSS
TDS
COD
MINYAK LEMAK
SATUAN
C
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
KRITERIA
MUTU AIR
6-9
4
25
-
HASIL
7,40
33
2,537
11.000
272,0000
19,84
2,8000
PARAMETER
1.
PH
2.
TEMPERATUR
SATUAN
KRITERIA
MUTU AIR
6-9
-
HASIL
7,38
32
f.
3.
DO
mg/l
2,174
4.
TSS
mg/l
9,0000
5.
TDS
mg/l
260,0000
6.
COD
mg/l
25
13,12
7.
MINYAK LEMAK
mg/l
2,6000
KRITERIA
NO
PARAMETER
1.
PH
2.
28
3.
TEMPERATUR
DO
mg/l
2,356
4.
5.
TSS
TDS
mg/l
mg/l
3,0000
144,0000
6.
7.
COD
mg/l
mg/l
25
-
5,12
1,6000
MINYAK LEMAK
MUTU AIR
6-9
HASIL
7,18
KRITERIA
NO
PARAMETER
1.
PH
TEMPERATUR
30
DO
mg/l
1,993
TSS
mg/l
11,00000
TDS
mg/l
272,0000
COD
mg/l
25
8,32
MINYAK LEMAK
mg/l
1,6000
MUTU AIR
6-9
HASIL
7,6
KRITERIA
NO
PARAMETER
1.
PH
TEMPERATUR
31
DO
mg/l
2,356
MUTU AIR
6-9
HASIL
6,9
TSS
mg/l
14,0000
TDS
mg/l
284,0000
COD
mg/l
25
1,92
MINYAK LEMAK
mg/l
2,4000
KRITERIA
NO
PARAMETER
1.
PH
TEMPERATUR
28
DO
mg/l
2,718
TSS
mg/l
2,00000
TDS
mg/l
168,0000
COD
mg/l
25
5,12
MINYAK LEMAK
mg/l
1,4000
MUTU AIR
6-9
HASIL
5,5
19.84
15
13.12
5.12
0
hulu
tengah
hilir
8.32
1.92
tengah
hilir
11
10
8
nilai TSS (mg/l)
6
4
2
0
hulu
tengah
hilir
14
11
tengah
hilir
Kedunglarangan
banyaknya
272
250
260
200
nilai TDS (mg/l)
150
144
100
50
0
hulu
tengah
hilir
Kedunglarangan
sebesar
168
mg/l.
Kurva
analisa
kadar
TDS
DAS
250
272
200
nilai TDS (mg/l)
150
168
100
50
0
hulu
tengah
hilir
tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai untuk uji Minyak
Lemak sebesar . (CARIEN BAKU MUTU ML) mg/l hasil analisa Minyak
Lemak di bagian hilir, tengah dan hulu DAS Kambeng berada di bawah baku
mutu yang telah ditentukan. Kurva analisa kadar Minyak Lemak DAS Kambeng
dapat dilihat dibawah ini.
2.8
2.5
2.6
2
nilai Minyak Lemak (mg/l)
1.5
1.6
1
0.5
0
hulu
tengah
hilir
sedangkan bagian tengah DAS Kedunglarangan diperoleh sebesar 2,4 mg/l dan
bagian hulu DAS Kedunglarangan sebesar 1,4 mg/l. Kurva analisa kadar Minyak
Lemak DAS Kedunglarangan dapat dilihat dibawah ini.
2.5
2
nilai Minyak Lemak (mg/l)
1.5
1.6
1.4
1
0.5
0
hulu
tengah
hilir
Berdasarkan hasil tersebut, jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai
untuk uji DO sebesar 4 mg/l hasil analisa DO di bagian hilir, tengah dan hulu
DAS Kambeng berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan. Kurva analisa
kadar DO DAS Kambeng dapat dilihat dibawah ini.
2.54
2.5
2.4
2.3
2.36
2.17
2.1
2
1.9
hulu
tengah
hilir
DO
DAS
2.72
2.36
2
nilai DO (mg/l)
1.99
1.5
1
0.5
0
hulu
tengah
hilir
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami teknik dan metode sampling air
limbah dan air sungai serta proses pre-treatment sampel hingga proses analisisnya
baik secara fisik maupun kimia.
2. Mahasiswa dapat mempelajari proses analisis sampel air berdasarkan parameter
kimia yang diuji di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Pasuruan seperti analisa DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical
Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Dissolved Solid), dan
Minyak Lemak.
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik dan metode sampling serta menganalisis
Air Badan Air (ABA) DAS Kambeng dan DAS Kedunglarangan Kabupaten
Pasuruan baik secara fisik maupun kimia.
4. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan diperoleh hasil untuk analisa COD
di DAS Kambeng untuk bagian hilir sebesar 19,84 mg/l , sedangkan bagian
tengah diperoleh sebesar 13,12 mg/l dan bagian hulu sebesar 5,12 mg/l. Untuk
DAS Kedunglarangan di bagian hilir sebesar 8,32 mg/l , sedangkan bagian tengah
diperoleh sebesar 1,92 mg/l dan bagian hulu sebesar 5,12 mg/l. Hasil analisa TSS
(Total Suspended Solid) di DAS Kambeng untuk bagian hilir sebesar 11 mg/l ,
sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 9 mg/l dan bagian hulu sebesar 3
mg/l. Hasil analisa TSS untuk bagian hilir DAS Kedunglarangan sebesar 11 mg/l ,
sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 14 mg/l dan bagian hulu sebesar 2
mg/l. Hasil analisa TDS (Total Dissolve Solid) untuk bagian hilir DAS Kambeng
sebesar 272 mg/l , sedangkan bagian tengah DAS Kambeng diperoleh sebesar 260
mg/l dan bagian hulu DAS Kambeng sebesar 144 mg/l. Untuk DAS
Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa TDS untuk bagian hilir sebesar 272
mg/l , sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 284 mg/l dan bagian hulu
sebesar 168 mg/l. Data hasil analisa Minyak Lemak DAS Kambeng untuk bagian
hilir sebesar 2,8 mg/l , sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 2,6 mg/l dan
bagian hulu sebesar 1,6 mg/l. Untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil
analisa Minyak Lemak untuk bagian hilir sebesar 1,6 mg/l , sedangkan bagian
tengah diperoleh sebesar 2,4 mg/l dan bagian hulu sebesar 1,4 mg/l. Data hasil
analisa DO (Dissolved Oxygen) DAS Kambeng untuk bagian hilir sebesar 2,537
mg/l, sedangkan bagian tengah diperoleh sebesar 2,174 mg/l dan bagian sebesar
2,356 mg/l. Sedangkan untuk DAS Kedunglarangan diperoleh data hasil analisa
DO untuk bagian hilir sebesar 1,993 mg/l , sedangkan bagian tengah diperoleh
sebesar 2,356 mg/l dan bagian hulu sebesar 2,718 mg/l.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan dapat
disarankan :
1. Mahasiswa harus memahami Safety and Security di Laboratorium sebelum
melakukan analisa.
2. Mahasiswa harus memahami teknik dan metode sampling terlebih dahulu sebelum
diturunkan ke lapangan untuk melakukan sampling air.
3. Alat dan bahan untuk analisa sampel air harus diperhatikan ketersediaan dan
kebersihannya sebelum digunakan untuk melakukan analisa.
4. Akurasi dan presisi alat juga harus diperhatikan untuk menghasilkan data yang
valid.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2008, Dampak Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun ( B3 ),http://dinkesbonebolange.org/, diakses tanggal 26 Maret 2012
Anonim2,
2010,
Limbah
Pabrik
Menyebar
ke
Areal
Pranowo, Galih, 2009, Pencemaran Terhadap lingkungan, Institut Sains dan Teknologi
Akprind : Yogyakarta
Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana, Volume XXX,
Nomor 3, 2005 : 21 26
LAMPIRAN
Sungai Tengah Kedunglarangan
UJI PARAMETER DO
UJI COD