PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang.
NAPZA adalah bahan/ zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/ psikologi
seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya.
Hal ini jelas dapat mempengaruhi kondisi fisk dan kejiwaan seseorang ke arah yang
lebih buruk, terlebih lagi prevalensi pengguna zat haram ini di Indonesi sangatlah besar,
sampai-sampai bisa menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan pengguna NAPZA
terbanyak ke-5 di di dunia.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang NAPZA.
1.2.
Rumusan Masalah.
1. Apa definisi NAPZA?
2. Apa macam-macam NAPZA?
3. Apa saja sebab penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana gejala klinis pengguna NAPZA?
5. Bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA?
6. Bagaimana hasil observasi kunjungan PSPP?
1.3.
Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui definisi NAPZA.
2. Untuk mengetahui macam-macam NAPZA.
3. Untuk mengetahui sebab penyalahgunaan NAPZA.
4. Untuk mengetahui gejala klinis penyalahguna NAPZA.
5. Untuk mengetahui pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
6. Untuk mengetahui kondisi PSPP.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian NAPZA.
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/
psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan
fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya.
2.2.
Macam-macam NAPZA.
2.2.1. Narkotika.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
a.
Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b.
c.
Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
2.2.2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a.
Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2
b.
Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
c.
Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d.
Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika
akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan
minuman beralkohol yaitu : Golongan A : kadar etanol 1 5 % (Bir), Golongan B : kadar
etanol 5 20 % (Berbagai minuman anggur), Golongan C : kadar etanol 20 45 %
(Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker).
b.
Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat
Kuku, Bensin.
c.
b.
Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
c.
Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi
yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).
2.3.
perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri ciri remaja yang mempunyai
resiko lebih besar menggunakan NAPZA:
a.
Cenderung memberontak.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Putus sekolah.
Lingkungan Keluarga komunikasi orang tua dan anak kurang baik, hubungan kurang
harmonis, orang tua yang bercerai, kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang
tua otoriter, kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya, kurangnya
kehidupan beragama.
4
b.
Lingkungan Sekolah sekolah yang kurang disiplin, sekolah terletak dekat tempat
hiburam, sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif, adanya murid pengguna NAPZA.
c.
d.
Lingkungan Masyrakat/ Sosial lemahnya penegak hokum, situasi politik, sosial dan
ekonomi yang kurang mendukung.
Faktor faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi
penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor faktor diatas, semakin besar
kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.
2.4.
a.
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh
tak acuh ), mengantuk, agresif.
b.
Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat,
kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
c.
Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa
sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
d.
Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2.4.2. Perubahan sikap dan perilaku.
a.
b.
Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau
tempat kerja.
c.
Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
d.
Sering mengurung diri, berlama lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan
anggota keluarga yang lain.
e.
Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga
yang lain.
f.
Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga,
mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.
g.
2.5.
NAPZA :
a.
Mengasuh anak dengan baik penuh kasih saying, penanaman disiplin yang baik,
ajarkan membedakan yang baik dan buruk, mengembangkan kemandirian, memberi
kebebasan bertanggung jawab, mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat
baik atau mencapai prestasi tertentu.
b.
Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat, hal ini membuat anak rindu untuk pulang
ke rumah.
c.
d.
Orang tua menjadi contoh yang baik, orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang
tidak baik bagi anak.
e.
Kembangkan
komunikasi
yang
baik
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati
pendapat anak.
f.
g.
Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan
anak
Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA :
a.
Upaya terhadap siswa memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan
akibat penyalahgunaan NAPZA, melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah, membentuk citra diri yang positif
dan mengembangkan ketrampilan yang positif untuk tetap menghidari dari pemakaian
NAPZA dan merokok, menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa
(ekstrakurikuler), meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang
telah menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya, penerapan kehidupan
beragama dalam kegiatan sehari hari.
b.
Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah razia dengan cara sidak,
melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah, melarang
siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru, membina kerjasama yang baik
dengan berbagai pihak, meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan
pulang sekolah.
c.
NAPZA:
a.
b.
c.
d.
2.6.
Hasil Observasi
Pada saat melakukan kunjungan ke Panti Sosial Permadi Putra (PSPP), kami disambut
baik oleh keluarga besar PSPP. Disana kami mendapatkan banyak informasi yang belum
pernah kami terima sebelumnya di perkuliahan. Kami dipaparkan dengan info-info yang
disampaikan dengan amat baik oleh pemateri-pemateri di PSPP. Salah satu pemateri yang
menyampaikan materi dengan sangat baik yaitu Bapak Eko atau sering dipanggil Bro Eko
oleh para penghuni PSPP.
Bro Eko merupakan salah satu mantan pengguna narkoba yang sekarang sudah
meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi barang haram tersebut. Bro Eko berbagi
pengalamannya dimasa muda ketika beliau menjadi pecandu NARKOTIKA. Pada awalnya
Bro Eko ditawarkan barang tersebut oleh temannya dan akhitya dia mencobanya. Hal ini
membuat Bro Eko ketagihan dan terus menerus mengkonsumsi NARKOTIKA jenis shabushabu. Bro Eko menjelaskan dengan sangat jelas sehingga materi yang diberikan sangat
menarik untuk disimak.
Bro Eko menjelaskan jika kita sudah ketergantungan terhadap NARKOTIKA, maka
kita tidak dapat sembuh total, hanya dapat pulih saja. Pulih maksudnya sudah bisa untuk tidak
mengkonsumsi lagi, hanya saja sakaw dapat terjadi paling jarang 3 bulan sekali dan
berlangsung seumur hidup. Beliau menjelaskan bahwa jika pengguna NARKOTIKA
mengalami sakaw, maka tubuhnya akan terasa begitu sakit, tulang seperti di patahkan,
persendian terasa hampir lepas, otot-otot terasa kaku dan saking sakitnya bisa mengakibatkan
keluarnya air mani.
Bro eko menjelaskan seseorang tidak bisa langsung mengalami ketergantungan
terhadap suatu obat, untuk mencapai ketergantungan obat seseorang akan mengalami
beberapa fase, yaitu:
1. Fase awal Diawali rasa ingin tahu, tidak percaya diri, kebutuhan sosial,
tuntutan, tekanan diri orang lain.
2. Fase toleransi Terjadi bila seseorang membutuhkan zat yang dimaksud dalam
jumlah yang lebih besar untuk dapat mencapai keadaan fisik & psikologis seperti
awal penggunaan obat.
3. Fase adiksi/ ketergantungan Seseorang bila tidak mengkonsumsi obat terentu
dapat menimbulkan gejala putus zat atau disebut dengan sakaw, pada fase ini
seseorang akan memilih obat yang akan dia gunakan seumur hidupnya atau
dikenal denganistilah Drug Choice.
8
BAB III
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan.
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah
ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada
umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun
dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan
pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar
bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.
4.2.
Saran.
NAPZA jelas membahayakan kondisi fisik dan mental penggunanya, terlebih lagi
agama Islampun mengharamkannya. Maka dari itu jangan pernah mencoba barang haram
tersebut, agar sehat fisik dan rohani kita.
10