Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya
disertai
dengan
pembentukan
folikel
sehingga
disebut
juga
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas,
dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk
sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan.
Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat.
Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang
2.2.4
2.2.5
kronik
yang
2.3.2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus
atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
(virus,
bakteri,
jamur),
bahan
alergen,
iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya
peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa
nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis
yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif
menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu
menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila
pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama
kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air
mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus
kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa
pusing.
2.4.1 Pathway
Mikroorganisme(bak
teri, virus,jamur)
Masuk kedalam
mata
Kelopak mata
terinfeksi
Tdk bisa menutup
dan membuka dgn
smprna
Mata kering (iritasi)
Konjungtivit
is
peradang
an
lakrim
asi
Dilatasi
pembuluh
darah
nye
ri
Sclera
merah
Granulasi
disertai sensai
benda asing
Gangguan
rasa nyaman
Pengeluaran
cairan
meningkat
ede
ma
Mikroorganis
me, allergen,
iritatif
Keljr air mata
terinfeksi
Fungsi sekresi
terganggu
hipersekresi
TIO
meningkat
Kanal schlemm
trsmbt
Resiko
infeksi
Iskemia syaraf
optik
Ulkus
kornea
Gangguan
persepsi
sensori
dan demam.
Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan
disebabkan bakteri.
Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial
yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Komplikasi
Stafilokok
dapat
menyebabkan
blefarokonjungtivitis,
genokok
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien:
1. Nama:
2. Jenis Kelamin:
3. Umur:
4. Agama:
10
5. Pendidikan:
6. Pekerjaan:
7. Status Pernikahan:
8. Alamat:
9. Tanggal Masuk:
10. Diagnosa Medis:
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata
Psiko-Sosial
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan
penyakitnya.
Spiritual
Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas
ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang klien derita.
Istirahat tidur
11
Kaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah
ada gangguan tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan
klien sewaktu bangun tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
TTV
:
TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit
Pemeriksaan Fisik:
Sistem pernafasan
pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik.
Sistem kardiovaskular
bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal.
Sistem pencernaan
Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal
Sistem perkemihan
BAK dan BAK dalam batas normal
sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
sistem genetalia
Belum terkaji
Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal
Sistem integumen
Turgor kulit normal
Sistem persarafan
Dalam batas normal
5. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear,
juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
2. Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret
yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
12
Analisa Data
TGL/
Pengelompokan Data
Etiologi
Konjungtivitis
Masalah
JAM
27102011/
nyeri
pada
kedua
Peradangan
matanya
09.00
wib
Nyeri
: 100/70
Konjungtivitis
edema
Resiko
infeksi
Mikroorganisme allergen,
DO: mata klien tampak
iritatif
: 100/70
bangun
Konjungtivitis
tidur
Gangguan
persepsi
sensori
TIO meningkat
kabur.
Kanal schlemm tersumbat
DO: Mata klien tampak
hiperemia, berair dan
kotor. Terdapat
13
purulent.
Ulkus kornea
Gangguan persepsi sensori
DS : klien mengatakan
mata gatal dan mata
merah
Konjungtivitis
Gangguan
rasa nyaman
Peradangan
DO : mata merah
Tidak nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL/
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PARAF
JAM
27-102011/
09.00
wib
Noc : Nyeri
Indikator
Penurunan penampilan peran
INTERVENSI
a. Gunakan laporan dari pasien sendiri
sebagai
pilihan
pertama
mengumpulkan
untuk
informasi
pengkajian.
b. Minta pasien untuk menilai nyeri/
ketidak nyamanan pada skala nol
sampai 10 (0=tidak ada nyeri/
ketidaknyamanan, 10= nyeri yang
sangat)
c. Gunakan lembar alur nyeri untuk
memantau pengurangan nyeri dari
analgesik dan kemungkinan efek
sampingnya.
d. Dalam
mengkaji
nyeri
pasien
usia
dan
tingkat
perkembangan pasien.
e. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif
meliputi
lokasi,
tidak
mengkomunikasikannya
mampu
secara
efektif.
15
a. Masukkan
pada
pemulangan
intruksi
pasien
saat
mengenai
frekuensi
pemberian,
kemungkinan
efek
kemungkinan
interaksi
obat,
kewaspadaan
khusus
saat
mengkonsumsi
obat
(misalnya,
samping,
pembatasan
tersebut
aktifitas
nyeri
yang
tidak
tertahankan.
b. intruksikan
pasien
menginformasikan
pada
untuk
perawat
salah
analgesik
persepsi
narkotik
tentang
atau
oploid
akan
antisipasi
berlangsung
dan
ketidaknyamanan
dari
prosedur.
f. Gunakan
tindakan
pengendalian
farmakologi
(relaksasi)
sebelum,
perubahan
yang
pasien
untuk
mengidentivikasi
tindakan
aktifitas
daripad
ketoidaknyamanan
nyeri/
dengan
tujuan
mengoptimiskan
untuk
respon
pasien
terhadap analgesik
e. Libatkan pasien dalam modalitas
pengurangan nyeri, jika mungkin.
f. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap
ketidak
nyamanan
pemberian
analgesik
(cahaya).
g. Pastikan
17
18
DK/Tujuan/K
Intervensi
Rasional
Paraf
H
DK : Nyeri
a. Masukkan pada Memberikan
berhubungan
intruksi
saat
intruksi
saat
dengan
pemulangan
pemulangan
peradangan
pasien mengenai
konjungtiva
pasien mengenai
Tujuan :
pengobatan
pengobatan
setelah
khusus
yang
khusus
yang
dilakukan
harus
di
harus
di
tindakan
keperawatan
konsumsi,
konsumsi,
selama 3x24
frekuensi
frekuensi
jam
pemberian,
pemberian,
diharapkan
nyeri dapat
kemungkinan
kemungkinan
teratasi
efek samping,
efek
samping,
KH :
kemungkinan
kemungkinan
Tidak nyeri
interaksi obat,
interaksi
obat,
pada kedua
kelopak
kewaspadaan
kewaspadaan
mata
khusus
saat
khusus
saat
pasien.
mengkonsumsi
mengkonsumsi
Mata
pasien tidak
obat
tersebut
obat
tersebut
hiperemia.
(misalnya,
(misalnya,
Mata
pembatasan
pembatasan
pasien tidak
aktifitas fisik,
berair.
aktifitas
fisik,
Mata
pembatasan
pembatasan diet),
pasien tidak
diet), dan nama
dan nama orang
kotor
orang
yang
yang
harus
harus dihubungi
dihubungi
bila
bila
dijumpai
nyeri
yang
tidak
tertahankan.
tertahankan.
Mengintruksikan
dijumpai
b. intruksikan
pasien
untuk
pasien
untuk
19
menginformasik
menginformasika
an pada perawat
n pada perawat
jika pengurang
jika
nyeri
tidak
dapat di capai.
c. Informasikan
pada
pada
pasien
tentang prosedur
tentang
prosedur
di capai.
Menginformasika
n
pasien
pengurang
yang
yang
dapat
dapat
meningkatkan
meningkatkan
nyeri
nyeri
tawarkan
dan
tawarkan saran
koping.
d. Perbaiki
saran
koping.
Memperbaiki
salah
salah
persepsi
tentang analgesik
persepsi tentang
narkotik
analgesik
narkotik
dan
atau
oploid (misalnya,
atau
resiko
oploid
ketergantungan
(misalnya,
resiko
atau overdosis).
Memberikan
ketergantungan
informasi tentang
atau overdosis).
nyeri,
e. Berikan
informasi
tentang
nyeri,
seperti
penyebab
nyeri,
seberapa
lama
akan berlangsung
seperti
dan
penyebab nyeri,
ketidaknyamanan
seberapa
dari prosedur.
Menggunakan
lama
akan
antisipasi
berlangsung dan
tindakan
antisipasi
pengendalian
20
ketidaknyamana
nyeri
n dari prosedur.
jadi berat.
Mengajarkan
f. Gunakan
sebelum
tindakan
penggunaan
pengendalian
teknik
nyeri
farmakologi
sebelum
non
(relaksasi)
jadi berat.
sebelum, setelah
g. Ajarkan
dan
penggunaan
teknik
jika
memungkionkan,
non
farmakologi
selama
(relaksasi)
yang
sebelum, setelah
menyakitkan.
dan
aktivitas
jika
memungkionka
n,
selama
aktivitas
yang
menyakitkan.
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
TGL/JA
M
27-10-
TIDAKAN
PARAF
2011/
09.00 wib
dan
nama
orang
yang
harus
tertahankan.
Mengintruksikan
pasien
untuk
21
menginformasikan
pada
perawat
jika
tentang
berlangsung
dan
antisipasi
teknik
non
TGL/JAM
CATATAN PERKEMBANGAN
27-10-
2011/
09.00 wib
PARAF
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.
23