Anda di halaman 1dari 23

Pendahuluan

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,


menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan.
Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan
mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut
konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan
pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis.
Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan
dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik
Histologi
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima
lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007). Selsel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih

pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen. Stroma


konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan
fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun
dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun
longgar pada mata.
Perdarahan dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat
banyak. Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus
V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit.
Definisi Konjungtivitis
Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi
kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai
limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea.
Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat
vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat
dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal
daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi
kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai


mata merah atau pink eye sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996)
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001)
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan. (Effendi, 2008).
Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral
sangat menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi)
setelah 2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan

degeneratif pada kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin


merupakan ganguan mata yang paling umum.
2.2 Etiologi
2.2.1 Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak
langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi.
2.2.2

Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya
disertai

dengan

pembentukan

folikel

sehingga

disebut

juga

konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48


jam.
2.2.3

Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas,
dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk
sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan.
Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat.
Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang

2.2.4

lain. Misalnya astma dan hay fever.


Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata
pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung
selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore,

2.2.5

konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.


Trachoma
Trachoma merupakan konjungtivitis folikular

kronik

yang

disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma


adalah 7 hari ( 5 14 hari ). Trachoma dapat mengenai segala umur
terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara
4

penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat


pribadi.
2.3 Manifestasi Klinis
2.3.1 Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

produksi air mata berlebihan (epifora).

kelopak mata bagian atas nampak menggelantung


(pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan
konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.

pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya


sebagai reaksi nonspesifik peradangan.

pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan


sekitarnya.

terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin


(komponen protein).

dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga


bernanah).

2.3.2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus
atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa

membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena


alergi. Gejala lainnya adalah:
mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada
pagi hari.
2.4 Patofisiologi
Mikroorganisme

(virus,

bakteri,

jamur),

bahan

alergen,

iritasi

menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya
peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa
nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis
yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif
menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu
menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila
pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama
kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air
mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus
kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa
pusing.

2.4.1 Pathway
Mikroorganisme(bak
teri, virus,jamur)

Masuk kedalam
mata
Kelopak mata
terinfeksi
Tdk bisa menutup
dan membuka dgn
smprna
Mata kering (iritasi)

Konjungtivit
is
peradang
an

lakrim
asi

Dilatasi
pembuluh
darah
nye
ri

Sclera
merah

Granulasi
disertai sensai
benda asing
Gangguan
rasa nyaman

Pengeluaran
cairan
meningkat
ede
ma

Mikroorganis
me, allergen,
iritatif
Keljr air mata
terinfeksi
Fungsi sekresi
terganggu
hipersekresi

TIO
meningkat
Kanal schlemm
trsmbt

Resiko
infeksi

Iskemia syaraf
optik
Ulkus
kornea

Gangguan
persepsi
sensori

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar.


Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan

dan demam.
Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan

konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus.


Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis

disebabkan bakteri.
Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial
yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.

2.6 Penatalaksanaan

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari


bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata
yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah
setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan
sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan
khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari
penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis
karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena
jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena
alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau
kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan
edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2
sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan
mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.
Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif,
tanpa adanya kontraindikasi.
Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,
diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama
dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin
sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga
efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga
kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan
doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2
sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk
menyingkirkan tuberkulosis.

2.7 Komplikasi
Stafilokok

dapat

menyebabkan

blefarokonjungtivitis,

genokok

menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat


menyebabkan septikemia atau meningitis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien:
1. Nama:
2. Jenis Kelamin:
3. Umur:
4. Agama:

10

5. Pendidikan:
6. Pekerjaan:
7. Status Pernikahan:
8. Alamat:
9. Tanggal Masuk:
10. Diagnosa Medis:
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata

Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien merasakan nyeri, gatal dan merasa seperti ada benda asing dalam
mata.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

3. Pola Fungsi Kesehatan

Psiko-Sosial
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan
penyakitnya.

Spiritual
Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas
ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang klien derita.

Istirahat tidur

11

Kaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah
ada gangguan tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan
klien sewaktu bangun tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
TTV
:
TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit
Pemeriksaan Fisik:
Sistem pernafasan
pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik.
Sistem kardiovaskular
bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal.
Sistem pencernaan
Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal
Sistem perkemihan
BAK dan BAK dalam batas normal
sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
sistem genetalia
Belum terkaji
Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal
Sistem integumen
Turgor kulit normal
Sistem persarafan
Dalam batas normal
5. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear,
juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
2. Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret
yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

12

Analisa Data

TGL/

Pengelompokan Data

Etiologi

DS: Pasien mengatakan

Konjungtivitis

Masalah

JAM
27102011/

nyeri

pada

kedua
Peradangan

matanya
09.00
wib

DO: mata klien tampak


hiperemia, berair dan
kotor. TD

Nyeri

Dilatasi pembuluh darah


Nyeri

: 100/70

mmHg; Suhu : 370 C


DS: ada purulen dan

Konjungtivitis

edema

Resiko
infeksi

Mikroorganisme allergen,
DO: mata klien tampak

iritatif

hiperemia, berair dan


kotor. TD

: 100/70

mmHg; Suhu : 370 C

Kelnjar air mata terinfeksi


Fungsi sekresi terganggu
Hipersekresi
Resiko infeksi

DS: Pasien mengatakan


saat

bangun

Konjungtivitis

tidur

matanya lengket, dan


pandangan klien sedikit

Gangguan
persepsi

Pengeluaran cairan meningkat

sensori

TIO meningkat

kabur.
Kanal schlemm tersumbat
DO: Mata klien tampak
hiperemia, berair dan

Iskemia syaraf optic

kotor. Terdapat

13

purulent.
Ulkus kornea
Gangguan persepsi sensori
DS : klien mengatakan
mata gatal dan mata
merah

Konjungtivitis

Gangguan
rasa nyaman

Peradangan

DO : mata merah

Dilatasi pembuluh darah


Granulasi disertai sensasi
benda asing

Tidak nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL/

DIAGNOSA KEPERAWATAN

PARAF

JAM
27-102011/

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

09.00

2. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada

wib

kelenjar air mata


3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan penerimaan sensori
4. Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi
benda asing

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Noc : Nyeri
Indikator
Penurunan penampilan peran

atau hubungan interpersonal


Gangguan kerja, kepuasan hidup atau
14

kemampuan untuk mengendalikan.


Penurunan konsentrasi
Terganggunya tidur
NIC : Management Nyeri
AKTIVITAS
Pengkajian

INTERVENSI
a. Gunakan laporan dari pasien sendiri
sebagai

pilihan

pertama

mengumpulkan

untuk

informasi

pengkajian.
b. Minta pasien untuk menilai nyeri/
ketidak nyamanan pada skala nol
sampai 10 (0=tidak ada nyeri/
ketidaknyamanan, 10= nyeri yang
sangat)
c. Gunakan lembar alur nyeri untuk
memantau pengurangan nyeri dari
analgesik dan kemungkinan efek
sampingnya.
d. Dalam

mengkaji

nyeri

pasien

gunakan kata-kata yang konsisten


dengan

usia

dan

tingkat

perkembangan pasien.
e. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif

meliputi

lokasi,

karakteristik, awitan atau durasi,


frekuensi, kualitas intensitas atau
keparahan, dan faktor presipitasinya.
f. Observasi isyarat ketidaknyamanan
non verbal, khususnya pada mereka
yang

tidak

mengkomunikasikannya

mampu
secara

efektif.
15

Pendidikan untuk pasien / keluarga

a. Masukkan

pada

pemulangan

intruksi

pasien

saat

mengenai

pengobatan khusus yang harus di


konsumsi,

frekuensi

pemberian,

kemungkinan

efek

kemungkinan

interaksi

obat,

kewaspadaan

khusus

saat

mengkonsumsi

obat

(misalnya,

samping,

pembatasan

tersebut
aktifitas

fisik, pembatasan diet), dan nama


orang yang harus dihubungi bila
dijumpai

nyeri

yang

tidak

tertahankan.
b. intruksikan

pasien

menginformasikan

pada

untuk
perawat

jika pengurang nyeri tidak dapat di


capai.
c. Informasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan saran koping.
d. Perbaiki

salah

analgesik

persepsi

narkotik

tentang

atau

oploid

(misalnya, resiko ketergantungan


atau overdosis).
e. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa
lama

akan

antisipasi

berlangsung

dan

ketidaknyamanan

dari

prosedur.
f. Gunakan

tindakan

pengendalian

nyeri sebelum jadi berat.


g. Ajarkan penggunaan teknik non
16

farmakologi

(relaksasi)

sebelum,

setelah dan jika memungkionkan,


Aktivitas Kolaboratif

selama aktivitas yang menyakitkan.


a. Laporkan pada dokter jika tindakan
berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan

perubahan

yang

bermakna dari pengalaman nyeri


Aktifitas Lain

pasien di masa lalu.


a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai
indikasi dengan pengkajian nyeri
dan efek sampingnya.
b. Bantu

pasien

untuk

mengidentivikasi

tindakan

memenuhi kebutuhan rasa nyaman


yang telah berhasil dilakukannya
seperti, distraksi, relaksasi, atau
kompres hangat/ dingin.
c. Bantu pasien untuk lebih berfokus
pada

aktifitas

daripad

ketoidaknyamanan

nyeri/
dengan

melakukan pengalihan melalui tv,


radio, tipe, dan kunjungan.
d. Gunakan pendekatan yang positif
dengan

tujuan

mengoptimiskan

untuk

respon

pasien

terhadap analgesik
e. Libatkan pasien dalam modalitas
pengurangan nyeri, jika mungkin.
f. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap

ketidak

nyamanan

pemberian

analgesik

(cahaya).
g. Pastikan

17

prapenanganan dan atau strategi


nonfarmakologis sebelum dilakukan
prosedur yang dilakukan nyeri

18

Tabel Intervensi Keperawatan


Tgl/Jam
27-102011/
09.00
wib

DK/Tujuan/K
Intervensi
Rasional
Paraf
H
DK : Nyeri
a. Masukkan pada Memberikan
berhubungan
intruksi
saat
intruksi
saat
dengan
pemulangan
pemulangan
peradangan
pasien mengenai
konjungtiva
pasien mengenai
Tujuan :
pengobatan
pengobatan
setelah
khusus
yang
khusus
yang
dilakukan
harus
di
harus
di
tindakan
keperawatan
konsumsi,
konsumsi,
selama 3x24
frekuensi
frekuensi
jam
pemberian,
pemberian,
diharapkan
nyeri dapat
kemungkinan
kemungkinan
teratasi
efek samping,
efek
samping,
KH :
kemungkinan
kemungkinan
Tidak nyeri
interaksi obat,
interaksi
obat,
pada kedua
kelopak
kewaspadaan
kewaspadaan
mata
khusus
saat
khusus
saat
pasien.
mengkonsumsi
mengkonsumsi
Mata
pasien tidak
obat
tersebut
obat
tersebut
hiperemia.
(misalnya,
(misalnya,
Mata
pembatasan
pembatasan
pasien tidak
aktifitas fisik,
berair.
aktifitas
fisik,
Mata
pembatasan
pembatasan diet),
pasien tidak
diet), dan nama
dan nama orang
kotor
orang
yang
yang
harus
harus dihubungi

dihubungi

bila

bila

dijumpai

nyeri

nyeri yang tidak

yang

tidak

tertahankan.

tertahankan.
Mengintruksikan

dijumpai

b. intruksikan
pasien

untuk

pasien

untuk
19

menginformasik

menginformasika

an pada perawat

n pada perawat

jika pengurang

jika

nyeri

nyeri tidak dapat

tidak

dapat di capai.
c. Informasikan
pada

pada

pasien

tentang prosedur

tentang
prosedur

di capai.
Menginformasika
n

pasien

pengurang

yang

yang

dapat

dapat

meningkatkan

meningkatkan

nyeri

nyeri

tawarkan

dan

tawarkan saran
koping.
d. Perbaiki

saran

koping.
Memperbaiki
salah

salah

persepsi

tentang analgesik

persepsi tentang

narkotik

analgesik
narkotik

dan

atau

oploid (misalnya,

atau

resiko

oploid

ketergantungan

(misalnya,
resiko

atau overdosis).
Memberikan

ketergantungan

informasi tentang

atau overdosis).

nyeri,

e. Berikan
informasi
tentang

nyeri,

seperti

penyebab

nyeri,

seberapa

lama

akan berlangsung

seperti

dan

penyebab nyeri,

ketidaknyamanan

seberapa

dari prosedur.
Menggunakan

lama

akan

antisipasi

berlangsung dan

tindakan

antisipasi

pengendalian

20

ketidaknyamana

nyeri

n dari prosedur.

jadi berat.
Mengajarkan

f. Gunakan

sebelum

tindakan

penggunaan

pengendalian

teknik

nyeri

farmakologi

sebelum

non

(relaksasi)

jadi berat.

sebelum, setelah

g. Ajarkan

dan

penggunaan
teknik

jika

memungkionkan,

non

farmakologi

selama

(relaksasi)

yang

sebelum, setelah

menyakitkan.

dan

aktivitas

jika

memungkionka
n,

selama

aktivitas

yang

menyakitkan.
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO

TGL/JA
M
27-10-

TIDAKAN

PARAF

Memberikan intruksi saat pemulangan

2011/

pasien mengenai pengobatan khusus yang

09.00 wib

harus di konsumsi, frekuensi pemberian,


kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut (misalnya,
pembatasan aktifitas fisik, pembatasan
diet),

dan

nama

orang

yang

harus

dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak

tertahankan.
Mengintruksikan

pasien

untuk
21

menginformasikan

pada

perawat

jika

pengurang nyeri tidak dapat di capai.


Menginformasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan nyeri

dan tawarkan saran koping.


Memperbaiki salah persepsi

tentang

analgesik narkotik atau oploid (misalnya,

resiko ketergantungan atau overdosis).


Memberikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa lama
akan

berlangsung

dan

antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur.


Menggunakan tindakan pengendalian

nyeri sebelum jadi berat.


Mengajarkan penggunaan

teknik

non

farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah


dan jika memungkionkan, selama aktivitas
yang menyakitkan.
3.5 EVALUASI
MASAKAH
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan
dengan peradangan
konjungtiva

TGL/JAM

CATATAN PERKEMBANGAN

27-10-

S: Pasien mengatakan nyeri pada


kedua matanya
O: mata klien tampak hiperemia,
berair dan kotor.
A: nyeri belum teratasi
P : rencana 2-7 dilanjutkan

2011/
09.00 wib

PARAF

22

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.

23

Anda mungkin juga menyukai