Anda di halaman 1dari 13

Fraktur Vertebra

Oleh: DIAYANTI TENTI LESTARI


ANATOMI
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher,
punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi
vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan
berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra
dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal. 1
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan dan
dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi
terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma
tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama
dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang dapt
mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla
spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan
olah raga(22%), , terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja.2, 8
Cedera Stabil dan Tidak Stabil
Cedera vertebra menurut kestabilannya terbagi menjadi cedera stabil dan cedera tidak stabil.
Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis
anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen posterior
tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur
adalah contoh cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan
gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur medulla spinalis
disebut tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior.
Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiograf. Pemeriksaan
radiografi minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan kiri. Dalam
menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkan yaitu kompleks
posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior (kolumna anterior)
(Denis, 1983).3
Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :

1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan duapertiga bagian
anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis
2. kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior dari corpus
vertebralis, diskus dan annulus vertebralis
3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus
tulang posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa 1
Mekanisme cedera
Tipe pergeseran yang penting: (1) hiperekstensi (2) fleksi (3) tekanan aksial (4) fleksidan
tekanan digabungkan dengan distraksi posterior (5) fleksi yang digabungkan dengan
rotasi dan (6) translasi horizontal. Fraktur dapat terjadi akibat kekuatan minimal saja pada
tulang osteoporotik atau patologik.3
1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)
Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher, pukulan
pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa menyangga oksiput
sehingga kepala membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dan diskus dapat
rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur. cedera ini stabil karena tidak
merusak ligamen posterior
2. Fleksi
Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebra akan
mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jika ligamen
posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika ligamentum
posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerah cervical, tipe subluksasi
ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan pemeriksaan sinar-X vertebra telah
kembali ke tempatnya.
3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior
Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapat mengganggu
kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior. Fragmen tulang dan
bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis. Berbeda dengan fraktur
kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak stabil dengan risiko progresi
yang tinggi.
Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi pada setengah corpus
vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan posterior pada sisi se baliknya. Kalau
permukaan dan pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.

4. Pergeseran aksial (kompresi)


Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan
menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebra dan
menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra; dengan kekuatan yang lebih besar, bahan diskus
didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk(burst
fracture). Karena unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai cedera
stabil. Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis spinalis dan
inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya; kerusakan neurologik sering terjadi.
5. Rotasi-fleksi
Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi.
Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya; kemudian dapat robek,
permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satu vertebra dapat
terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke depan pada
vertebra di atas, dengan atau tanpa dibarengi kerusakan tulang. Semua frakturdislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan neurologik.
6. Translasi Horizontal
Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser ke
anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi
kerusakan syaraf. 3

Cedera Cervical
Segmen cervical adalah segmen yang paling mudah digerakkan dan mudah cedera. Cedera
cervical dengan mengenai bagian atas medulla spinalis akan berakibat fatal dan penyebab
kematian pada pasien kecelakaan saat pasien diperjalanan menuju rumah sakit. 4 Nyeri dan
kekakuan leher atau keluhan paraestesia atau kelemahan pada tungkai atas, harus
diperhatikan. Kekuatan yang menyebabkan cedera kepala yang berbahaya (misalnya
kecelakaan lalu lintas atau benturan kepala akibat jatuh dari tempat tinggi) juga dapat
menyebabkan cedera leher. Karena itu, pada pasien yang pingsan karena cedera
kepala, harus selalu dicurigai mengalami fraktur vertebra cervical.
Pemeriksaan diawali dengan inspeksi, posisi leher yang abnormal dapat menjadi
tandapendukung. Gerakan harus dilakukan dengan sangat pelan-pelan dan, jika
nyerisebaiknya ditunda hingga leher difoto dengan sinar-X. Nyeri atau paraestesia pada
tungkai perlu diperhatikan, dan tungkai harus selalu diperiksa untuk mencari bukti
adanya kerusakan sumsum atau akar saraf.2
Jenis fraktur daerah cervical, sebagai berikut:

1. Fraktur Atlas C 1
Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi kepala menopang badan
dan daerah cervical mendapat tekanan hebat. Condylus occipitalis pada basis crani dapat
menghancurkan cincin tulang atlas. Jika tidak ada cedera angulasi dan rotasimaka pergeseran
tidak berat dan medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan
adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam keadaan terbuka
Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah immobilisasi cervical dengan
collar plaster selama 3 bulan
2. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial)
Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas yang menyilang
dibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi atlantoaxial dapat mengakibatkan
arthritis rheumatoid karena adanya perlunakan kemudian akan ada penekanan ligamentum
transversalis.
Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umumnya ligamentum
tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan atlas dan dapat menekan
medulla spinalis. Terapi untuk fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi vertebra cervical.
Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi continues.
3. Fraktur Kompresi Corpus Vertebral
Tipe kompresi lebih sering tanpa kerusakan ligamentum spinal namun dapat mengakibatkan
kompresi corpus vertebralis. Sifat fraktur ini adalah tipe tidak stabil. Terapi untuk fraktur tipe
ini adalah reduksi dengan plastic collar selama 3 minggu ( masa penyembuhan tulang)
4. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical
Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba sehingga terjadi
deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada kepala bagian belakang, terjadi
vertebra yang miring ke depan diatas vertebra yang ada dibawahnya, ligament posterior dapat
rusak dan fraktur ini disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami kontusio dalam waktu
singkat.
Tindakan yang diberikan untuk fraktur tipe ini adalah ekstensi cervical dilanjutkan dengan
imobilisasi leher terekstensi dengan collar selama 2 bulan.
5. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical
Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme terjadinya fraktur hampir sama
dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen robek dan posterior facet pada satu atau kedua
sisi kehilangan kestabilannya dengan bangunan sekitar. Jika dislokasi atau fraktur dislokasi
pada C7 Th1 maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral maka posisi yang terbaik
untuk radiografi adalah swimmer projection

Tindakan yang dilakukan adalah reduksi fleksi dislokasi ataupun fraktur dislokasi dari fraktur
cervical termasuk sulit namun traksi skull continu dapat dipakai sementara.
6. Ekstensi Sprain ( Kesleo) Cervical (Whiplash injury)
Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher tiba-tiba tersentak ke
dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah tertabrak dari belakang; badan
terlempar ke depan dan kepala tersentak ke belakang. Terdapat ketidaksesuaian mengenai
patologi yang tepat tetapi kemungkinan ligamen longitudinal anterior meregang atau robek
dan diskus mungkin juga rusak.
Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan bertahan selama
setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan gejala lain yang lebih tidak
jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi, penglihatan kabur dan rasa baalatau
paraestesia pada lengan. Biasanya tidak terdapat tanda-tanda fisik, dan pemeriksaan
dengan sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur.Tidak ada bentuk terapi
yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik dan fisioterapi.
7. Fraktur Pada Cervical Ke -7 (Processus Spinosus)
Prosesus spinosus C7 lebih panjang dan prosesus ini melekat pada otot. Adanya kontraksi
otot akibat kekerasan yang sifatnya tiba-tiba akan menyebabkan avulsi prosesus spinosus
yang disebut clay shovelers fracture . Fraktur ini nyeri tetapi tak berbahaya.4

Metode untuk foto daerah cervical


1. Pada foto anteroposterior garis lateral harus utuh, dan prosesus spinosus dan
bayangan trakea harus berada pada garis tengah. Diperlukan foto dengan mulut
terbuka untuk memperlihatkan C1 dan C2 (untuk fraktur massa lateral dan odontoid).
2. Foto lateral harus mencakup ketujuh vertebra cer vical dan T1, jika tidak cedera yang
rendah akar terlewatkan. Hitunglah vertebra kalau perlu, periksa ulang dengan
sinar-X sementara menerapkan traksi ke bawah pada lengan. Kurva lordotik harus
diikuti dan menelusuri empat garis sejajar yang dibentuk oleh bagian depan korpus
vertebra, bagian belakang badan vertebra. massa lateral dan dasar-dasar
prosesus spinosus setiap ketidakteraturan menunjukkan suatu fraktur atau
pergeseran. Ruang interspinosa yang terlalu lebar menunjukkan luksasi
anterior. Trakea dapat tergeser oleh hematoma jaringan lunak.
3. Jarak tiang odontoid dan bagian belakang arkus anterior pada atlas tidak boleh melebihi 4,5
mm ( anak-anak ) dan 3mm pada dewasa
4. Untuk menghindari terlewatnya adanya dislokasi tanpa fraktur diperlukan film lateral pada
posisi ekstensi dan fleksi.
5. Pergeseran korpus vertebra ke arah depan terhadap korpus vertebra dibawahnya dapat
berarti klinis yaitu dislokasi permukaan unilateral jika pergeseran yang kurang dari
setengah lebar korpus vertebra. Untuk hal ini diperlukan foto oblik untuk memperlihatkan

sisi yang terkena. Pergeseran yang lebih dari setengah lebar korpus vertebra tersbut
menunjukkan dislokasi bilateral.
6. Lesi yang tidak jelas perlu dilanjutkn pemeriksaan CT scan.3
Cedera Vertebra Thorakolumbar
1. Fraktur kompresi (Wedge fractures) adanya kompresi pada bagian depan corpus
vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah
fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan
oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat
pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke
vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya
mudah mengalami fraktur kompresi.
Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada
ukuran vertebra sebenarnya. 5
2. Fraktur remuk (Burst fractures) fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus
vertebralis secara langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi
masuk ke kanalis spinais. Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus
vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat dibanding
fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu akan memudahkan
medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla
spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisi atau gangguan
syaraf parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan
terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst
fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak fraktur dan
menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fracture atau
fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi
trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya perdarahan.6
3. Fraktur dislokasiterjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena
kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat
tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya
korda atau akar syaraf yang rusak.2
Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan kombinasi
mekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan
proses pengelupasan. Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior ke anterior

dengan kerusakan parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi
facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari
bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi akan terjadi
fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati
lamina dan seringnya akan menyebabkan dural tearsdan keluarnya serabut syaraf.
4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures) sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan
kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat vertebrae dalam keadaan
fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction.7.
Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang pertengahan
menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anterior
vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepan melawan
tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna
posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil 3

Cedera Saraf
Pada cedera spinal akibat pergeseran struktur dapat merusak korda atau akar saraf, atau keduanya; lesi servikal
dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia lesi torakolumbal. Kerusakan dapat sebagian atau lengkap. Terdapat
tiga jenis lesi: gegar korda, transeksi korda dan transeksi akar.3

Gegar Korda (Neurapraksia)


Paralisis motorik (flasid), kehilangan sensorik dan paralisis viseral di bawah tingkat lesi korda mungkin bersifat
lengkap, tetapi dalam beberapa menit atau beberapa jam penyembuhan dimulai dan segera sembuh sepenuhnya.
Keadaan itu paling mungkin terjadi pada pasien yang, karena beberapa alasan selain cedera, mempunyai saluran
anteroposterior yang diameternya kecil; tetapi, tidak terdapat bukti radiologik adanya kerusakan tulang yang
barn terjadi.3

Transeksi Korda
Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi di bawah tingkat lesi korda; seperti halnya

gegar korda, paralisis motorik mula-mula bersifat flasid. Ini adalah keadaan sementara yang
dikenal sebagai syok korda, tetapi cedera itu bersifat anatomic dan tak dapat diperbaiki.
Tetapi, beberapa waktu kemudian, korda di bawah tingkat transeksi sembuh dari syok dan
bekerja sebagai struktur yang bebas; artinya, menunjukkan aktivitas refleks. Dalam beberapa
jam refleks anal dan penis pulih kembali, dan respons plantar menjadi ekstensor. Dalam
beberapa hari atau beberapa minggu paralisis flasid menjadi spastik, disertai peningkatan,
tonus, peningkatan refleks tendon dan klonus; spasme fleksor dan kontraktur dapat terjadi
tetapi sensasi tak pernah pulih kembali. Timbulnya refleks anal dan penis tanpa adanya sensasi
pada kaki bersifat diagnostik untuk transeksi korda.

Transeksi Akar
Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi pada distribusi akar yang
rusak. Tetapi, transeksi akar berbeda dari transeksi korda, dalam dua hal: (1) regenerasi secara
teoretis dapat terjadi; dan (2) paralisis motorik yang tersisa tetap flasid secara permanen.3
Skala klinis yang digunakan untuk menentukan derajatan keparahan gangguan neurologi
adalah scoring Frankel (1970) , 5 kategori tersebut adalah A. jika sensorik dan motoriknya
tidak berfungsi, B jika hanya sensori saja yang berfungsi, C jika sensorinya ada sebagian dan
motorikny ada sebagian, d jika motorik baik dan E sensorik dan motorik baik.
Tabel 3: ASIA impairment scale5

Grade
A

Description
Lengkap: tidak ada sensorik maupun motorik dibawah leveldefisit
neurologi

Tidak lengkap : sensorik baik namun motorik nya menurun di bawah


level defisit neurology

Tidak lengkap : sensorik baik dan fungsi motorik dibawah defisit


neurology memiliki kekuatan otot dibawah 3

Tidak lengkap : sensorik baik namun kekuatan otot motoriknya lebih


dari 3 atau sama dengan 3

Fungsi sensorik dan motorik normal

Gambaran Klinik Kerusakan Syaraf Tingkat Anatomik


Cervical
Pada cedera vertebra servikal, transeksi korda hampir sesuai dengan tingkat kerusakan
tulang. Tidak lebih dari satu atau dua akar lain yang mungkin akan mengalami
transeksi.Transeksi korda servikal yang tinggi bersifat fatal karena semua otot pernapasan
lumpuh. Pada tingkat vertebra C5, transeksi korda dapat secara khusus mengisolasi korda
servikal bagian bawah (dengan paralisis tungkai atas), korda toraks (dengan paralisis badan)
dan korda lumbal dan sakral (dengan paralisis tungkai bawah dan visera). Pada cedera di
bawah vertebra C5, tungkai atas sebagian terhindar dan mengakibatkan deformitas yang
khas.3

Antara Vertebra Th I dan Th X


Segmen korda lumbal pertama pada orang dewasa berada pada tingkat vertebra T10.
Akibatnya, transeksi korda pada tingkat itu akan menghindarkan korda toraks tetapi
mengisolasikan seluruh korda, lumbal dan sakral, disertai paralisis tungkai bawah dan
visera. Akar toraks bagian bawah juga dapat mengalami transeksi tetapi tak banyak
pengaruhnya.3

Di Bawah Vertebra Th X
Korda membentuk suatu tonjolan kecil (konus medularis) di antara vertebra T I dan LI, dan
meruncing pada antar ruang di antara vertebra LI dan L2. Akar saraf L2 sampai S4 muncul
dari konus medularis dan beraturanan turun dalam suatu kelompok (cauda equina) untuk
muncul pada tingkat yang berturutan pada spina lumbosakral. Karen itu, cedera spinal di atas

vertebra T10 menyebabkan transeksi korda, cedera di antara vertebra TIO dan LI dapat
menyebabkan lesi korda dan lesi akar saraf, dan cedera di bawah vertebra Ll hanya
menyebabkan lesi akar. Akar sakral mempersarafi: (1) sensasi dalam daerah "pelana", suatu
jalur di sepanjang bagian belakang paha dan tungkai bawah, dan dua pertiga sebelah luar tapak
kaki; (2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pergelangan kaki dan kaki: (3) refleks
anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan kaki; dan (4) pengendalian kencing.
Akar lumbal mempersarafi: (1) sensasi pada seluruh tungkai bawah selain bagian yang
dipasok oleh segmen sakral; (2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pinggul dan
lutut: dan (3) refleks kremaster dan refleks lutut.. Bila cedera tulang berada pada sambungan
torakolumbal, penting untuk membedakan antara transeksi korda tanpa kerusakan akar dan
transeksi korda dengan transeksi akar. Pasien tanpa kerusakan akar jauh lebih baik daripada
pasien dengan transeksi korda dan akar.

Lesi Korda Lengkap


Paralisis Iengkap dan anestesi di bawah tingkat cedera menunjukkan transeksi korda. Selama
stadium syok spinal, bila tidak ada refleks anal (tidak lebih dari 24 jam pertama) diagnosis
tidak dapat ditegakkan dan jika refleks anal pulih kembali dan defisit saraf terus berlanjut,
lesi korda bersifat lengkap. Setiap lesi lengkap yang berlangsung lebih dari 72 jam tidak akan
sembuh.3

Lesi Korda Tidak Lengkap


Adanya sisa sensasi apapun di bagian distal cedera (uji menusukkan peniti di daerah
perianal ) menunjukkan lesi tak lengkap sehingga prognosis baik. Penyembuhan dapat
berlanjut sampai 6 bulan setelah cedera. Penyembuhan paling sering terjadi pada sindroma
korda central di mana kelemahan adalah hasil awal diikuti dengan paralisis neuron motorik
bawah pada tungkai atas dengan paralisis neuron motorik atas (spastik) pada tungkai bawah,
dan tetap ada kemampuan pengendalian kandung kemih dan sensasi perianal (sakral
terhindar). Pada sindroma korda anterior yang lebih jarang terjadi, terdapat paralisis lengkap
dan anestesi tetapi tekanan dalam dan indera posisi tetap ad pada tungkai bawah (kolom dorsal
terhindar). Pada sindroma korda posterior yang agak jarang terjadi (hanya tekanan dalam
dan propriosepsi yang hilang), dan sindroma Brown Sequard(hemiseksi korda, dengan paralisis
ipsilateral dan hilangnya perasaan nyeri kontralateral) biasanya disebabkan oleh cedera toraks.
Di bawah vertebra Th X, diskrepansi antara tingkat neurologik dan tingkat rangka adalah
akibat transeksi akar yang turun dari segmen yang lebih tinggi dari lesi korda.3
Tabel 2: Incomplete cord syndromes9
Sindrom

Deskripsi

Anterior cord

Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensitivitas


terhadap nyeri, temperature namun fungsi propioseptif masih normal

Brown-Sequard

Proposeptif ipsilateral normal, motorik hilang dan kehilangan


sensitivitas nyeri dan temperatur pada sisi kontralateral

Central cord

Khusus pada regio sentral, anggota gerak atas lebih lemah dibanding
anggota gerak bawah

Dorsal
cord Lesi terjadi pada bagian sensori terutama mempengaruhi propioseptif
(posterior cord)
Conus medullaris

Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar dengan kanlis neuralis ;
arefllex pada vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah

Cauda equina

Cedera pada daerah lumbosacral dengan kanalis neuralis yang


mengakibatkan arefleksia vesika urinaria, pencernaan dan anggota
gerak bawah

Diagnosis dan Pemeriksaan Fraktur Vertebra


Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-tanda fraktur yang tak
stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan tingkat
lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf dengan CT
atau MRI.
Pemeriksaan neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa informasi yang rinci,
diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan. Pemeriksaan rektum harus
dilakukan.
Cedera spinal termasuk kegawatan. Pentingnya memperhatikan kondisi pasien khususnya jaln
nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien. Vertebra akan terjaga dengan fiksasi sementara
samapai diagnosis dapat ditegakkan.
1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra, untuk
melihat adanya fraktur ataupun pergeeseran pada vertebra.
2. Computerized Tomography : pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar vertebra 2
dimensi . pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-irisan yang dihasilkan
CT scan
3. Magnetic

Resonance

Imaging:

pemeriksaan

ini

menggunakan

gelombangfrekuensiradio untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di


aerah vertebra. Gambaran yang akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRIsering

digunakan untuk mengetahui kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discus
intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis.10

TERAPI
Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian kesadaran,
jalan nafas, sirkulasi, pernafasan, kemungkinan adanya perdarahan dan segera mengirim
penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinik secara
teliti meliputi pemeriksaan neurology fungsi motorik, sensorik dan reflek untuk mengetahui
kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan
mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang lebih parah lagi. semuanya
tergantung dengan tipe fraktur
1. Braces & Orthotics ada tiga hal yang dilakukan yakni, mempertahankan kesegarisan
vertebra (aligment), 2 imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan, 3 mengatsi rasa
nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan. Fraktur yang sifatnya stabil
membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid collar (Miami J) untuk fraktur
cervical, cervical-thoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada punggung bagian
atas, thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung bagian bawah,
dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur pada leher yang
sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokas memerlukan traksi, halo ringdan vest
brace untuk mengembalikan kesegarisan
2. Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion). Teknik ini adalah teknik
pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion adalah proses penggabungan
dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-alat seperti plat, rods,
hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan vertebra dibagian atas
dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini memerlukan waktu beberapa bulan
atau lebih lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid.
3. Vertebroplasty & Kyphoplasty, tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal.Pada
prinsipnya teknik ini digunakan pada fraktur kompresi yag disebabkan osteoporosis dan
tumor vertebra. Pada vertebroplasti bone cement diinjeksikan melalui lubang jarung
menuju corpus vertebra sedangkan pada kypoplasti, sebuah balon dimasukkanan

dikembungkan untuk melebarkan vertebra yang terkompresi sebelum celah tersebut diisi
dengan bone cement .8
Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi
1. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi dan
evakuasi kandung kemih dalam 2 minggu
2. Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap dua hari
3. Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar dari tubuh
4. Nutirsi dengan diet tinggi protein secara intravena
5. Cegah dekubitus
Fisioterapi untuk mencegah kontraktur2

Anda mungkin juga menyukai