Definisi
Tukak gaster jinak adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval
dengan ukuran > 5 mm kedalaman sub mucosal pada mukosa lambung akibat
terputusnya kontinuitas/integritas mukosa lambung. Tukak gaster merupakan
luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak ditutupi
debris. (Sudoyo, 2006)
Epidemiologi
Ulkus peptic adalah lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis
pada orang dewasa usia pertengahan sampai lanjut, tetapi lesi ini mungkin
sudah muncul sejak usia muda. Lesi sering timbul tanpa faktor pemicu yang jelas
dan kemudian dapat sembuh setelah periode aktif beberapa minggu sampai
bulan. Walaupun telah sembuh, kecenderungan mengalami ulkus peptic tetap
ada. Oleh karena itu, sulit diperoleh data akurat tentang prevalensi penyakit
aktif. Perkiraan di Amerika Serikat, sekitar 2,5% laki-laki dan 1,5% perempuan
mengidap ulkus peptic, dimana risiko seumur hidup mengalami penyakit ulkus
peptic sekitar 10%. (Kumar, 2004)
Di seluruh dunia, hanya 10% sampai 20% individu yang terinfeksi
Helicobacter pylori yang kemudian benar-benar mengalami ulkus peptic. OAINS
adalah penyebab penting penyakit ulkus peptic pada pasien yang tidak terinfeksi
Helicobacter pylori. Efek OAINS pada lambung dan duodenum berkisar dari
gastritis erosive akut dan ulkus lambung akut hingga ulkus peptic pada 1%
hingga 3% pemakai. (Kumar, 2004)
banyak. Tukak gaster yang letaknya dekat pylorus atau dijumpai bersamaan
dengan tukak duodeni/ antral gastritis biasanya disertai hipersekresi asam,
sedangkan bila lokasinya pada tempat lain di lambung/ pangastritis biasanya
disertai hiposekresi asam. (Sudoyo, 2006)
Balance Theory
Tukak terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif/
asam dan pepsin dengan defensive (mukus, bikarbonat, aliran darah,
prostaglandin), bisa faktor agresif meningkat atau faktor defensive menurun.
(Sudoyo, 2006)
Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman pathogen gram negative berbentuk
batang/spiral, mikroaerofilik berflagela yang hidup pada permukaan epitel,
mengandung urease, hidup di antrum, migrasi ke proksimal lambung dapat
berubah menjadi kokoid suatu bentuk dorman bakteri. Infeksi Helicobacter pylori
akut dapat menimbulkan pangastritis kronik diikuti atrofi sel mukosa korpus dan
kelenjar, metaplasia intestinal dan hipoasiditas. Proses ini dipengaruhi oleh
faktor host (lingkungan asam lambung, penggunaan OAINS, empedu, dan faktor
lain), lamanya infeksi (lokasi, respon inflamasi, genetik), dan faktor agent
(virulensi, struktur, adhesin, porin, enzim lain), hingga terbentuklah gastritis
kronik tukak gaster, Mucosal Assosciated Lymphoid Tissue (MALT) limfoma, dan
kanker lambung. (Sudoyo, 2006)
Meskipun tidak menginvasi jaringan, Helicobacter pylori memicu respons
peradangan dan imun yang intens. Terjadi peningkatan pembentukan sitokin
proinflamasi, seperti IL-1, IL-6, TNF, dan terutama IL-8. Sitokin ini dihasilkan oleh
sel epitel mukosa serta merekrut dan mengaktifkan neutrofil. (Kumar, 2004)
Beberapa produk gen bakteri berperan menyebabkan cedera sel epitel
dan induksi peradangan. Helicobacter pylori mengeluarkan suatu urease yang
menguraikan urea untuk membentuk senyawa toksik, seperti ammonium klorida
dan monokloramin. Organism ini juga mengeluarkan fosfolipase yang merusak
sel epitel permukaan. Protease dan fosfolipase bakteri menguraikan kompleks
glikoprotein-lemak di mukus lambung sehingga lini pertama pertahanan mukosa
melemah. Cedera epitel ini juga disebabkan oleh suatu toksin penyebab
vakuolisasi (VaCa). Toksin lain yang dikode oleh Cytotoxin-associated gene A
(CagA) merupakan perangsang kuat untuk terbentuknya IL-8 oleh sel epitel.
(Kumar, 2004)
Helicobacter pylori meningkatkan sekresi asam lambung dan mengganggu
produksi bikarbonat duodenum sehingga pH lumen duodenum menurun.
Perubahan milieu ini tampaknya mendorong metaplasia lambung (adanya epitel
lambung) di bagian pertama duodenum. Focus metaplasia ini menjadi tempat
bagi kolonisasi Helicobacter pylori. (Kumar, 2004)
Beberapa protein Helicobacter pylori bersifat imunogenik dan protein ini
memicu respons imun hebat di mukosa. Sel T dan sel B aktif dapat ditemukan
Penegakan Diagnosis
Gambaran Klinis
Umumnya pasien tukak gaster mengeluh dyspepsia. Dispepsia merupakan
suatu sindroma klinik penyakit saluran cerna, seperti mual, muntah,
kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati, dan
cepat merasa kenyang. Pada dyspepsia akibat gangguan motilitas,
keluhan yang menonjol adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati
setelah makan, cepat merasa kenyang disertai sendawa. Pada dyspepsia
akibat refluks, keluhan yang menonjol adalah perasaan nyeri ulu hati dan
rasa seperti terbakar (harus disingkirkan penyakit kardiologis). (Sudoyo,
2006)
Pasien tukak peptic memberi keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa tidak
nyaman, disertai muntah, rasa sakit timbul setelah makan, rasa sakit
timbul di sebelah kiri garis tengah perut. Sedangkan pada pasien tukak
duodenum rasa sakit timbul saat pasien merasa lapar, rasa sakit bisa
membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit hilang setelah makan
dan minum obat antasida, rasa sakit timbul di sebelah kanan garis tengah
perut. Rasa sakit bermula pada satu titik (pointing sign) akhirnya difus
bisa menjalar ke punggung, kemungkinan disebabkan penyakit bertambah
berat atau mengalami komplikasi berupa penetrasi tukak ke organ
pancreas. (Sudoyo, 2006)
Pada penyakit tukak akibat OAINS dan pada usia lanjut/manula, biasanya
tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya
berupa perdarahan dan perforasi. (Sudoyo, 2006)
Muntah kadang timbul pada tukak peptic disebabkan edema dan spasme
seperti obstruksi gastric outlet. Tukak prepilorik dan duodeni bisa
menimbulkan obstruksi gastric outlet melalui terbentuknya fibrosis/oedem
dan spasme. (Sudoyo, 2006)
Pemeriksaan Fisik
Tukak tanpa komplikasi jarang menunjukkan kelainan fisik.
Rasa sakit/nyeri ulu hati, di kiri garis tengah perut, terjadi penurunan berat
badan, merupakan tanda fisik yang dapat dijumpai pada tukak gaster
tanpa komplikasi.
Perasaan sangat nyeri, nyeri tekan perut, perut diam tanpa terdengar
peristaltic usus merupakan tanda peritonitis.
Goncangan perut (succusion splashing) dijumpai 4-5 jam setelah makan
disertai muntah-muntah, yang dimuntahkan biasanya makanan yang
dimakan beberapa jam sebelumnya, merupakan tanda adanya retensi
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Tujuan terapi :
1)
2)
3)
4)
Menghilangkan keluhan.
Menyembuhkan atau memperbaiki kesembuhan tukak.
Mencegah kekambuhan.
Mencegah komplikasi. (Sudoyo, 2006)
Koloid bismuth
Mempunyai efek penyembuhan hampir sama dengan ARH2 serta
adanya efek bakterisidal sehingga kemungkinan relaps berkurang.
Efek samping jangka panjang dosis tinggi khusus CBS neurotoksik.
Efek samping tinja berwarna kehitaman sehingga menimbulkan
keraguan dengan perdarahan. Dosis : 2 x 2 tablet sehari. (Sudoyo,
2006)
Sukralfat
Mempunyai efek melindungi tukak dari pengaruh agresif asam dan
pepsin, membantu sintesis prostaglandin, kerjasama dengan EGF,
menambah sekresi bikarbonat dan mukus, meningkatkan daya
pertahanan dan perbaikan mucosal. Efek samping yaitu konstipasi,
tidak dianjurkan pada gagal ginjal kronik. Dosis : 4 x 1 gram sehari.
(Sudoyo, 2006)
Prostaglandin
Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam lambung, menambah
sekresi mukus, bikarbonat, dan meningkatkan aliran darah mukosa,
serta pertahanan dan perbaikan mukosa. Efek penekanan sekresi
asam lambung kurang kuat disbanding ARH2. Biasanya digunakan
pada pasien yang menggunakan OAINS.
Dosis : 4 x 200 mg atau 2 x 400 mg pagi dan malam hari. Efek
samping berupa diare, mual, muntah, dan menimbulkan kontraksi
uterus / perdarahan. (Sudoyo, 2006)
Antagonis reseptor H2 / ARH2
Mekanisme kerjanya memblokir efek histamine pada sel parietal
sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan
asam lambung. Pengurangan sekresi asam post prandial dan
nocturnal, yaitu sekresi nocturnal lebih dominan dalam rangka
penyembuhan dan kekambuhan tukak/sirkardian. (Sudoyo, 2006)
Dosis terapeutik :
Cimetidine : 2 x 400 mg atau 800 mg malam hari
Ranitidine : 300 mg malam hari
Nizatidine : 1 x 300 mg malam hari
Famotidine : 1 x 40 mg malam hari
Roksatidine : 2 x 75 mg atau 150 mg malam hari
Terapi Dual
Pemberian terapi dual antara PPI / ARH2 dengan salah satu
antibiotic tidak dianjurkan karena efek eradikasi sangat minimal <
80% dan cepat menimbulkan resisten kuman.
Terapi Tripel
PPI 2 x 1 + amoksisilin 2 x 1000 + klaritromisin 2 x 500
rejimen terbaik.
PPI 2 x 1 + metronidazol 3 x 500 + claritromisin 2 x 500 (bila
alergi penisilin).
PPI 2 x 1 + metronidazol 3 x 500 + amoksisilin 2 x 1000
kombinasi termurah.
PPI 2 x 1 + metronidazol 3 x 500 + tetrasiklin 4 x 500 (bila
alergi klaritromisin dan penisilin).
Terapi Kuadrupel
Jika gagal dengan terapi tripel, maka dianjurkan memberikan
regimen :
Komplikasi
Perdarahan
Perforasi / penetrasi
Stenosis pilorik / Gastric Outlet Obstruction. (Sudoyo, 2006)
Prognosis
Banyak pasien yang dirawat di unit perawatan intensif karena sepsis, luka
bakar luas, atau trauma mendadak mengalami ulkus atau erosi lambung
superficial. Kelainan ini mungkin tidak banyak menimbulkan dampak klinis,
tetapi juga dapat mengancam nyawa. Walaupun regimen antacid profilaktik dan
transfusi darah dapat mengurangi dampak ulkus stress, satu-satunya penentu
prognosis klinis adalah kemampuan memperbaiki penyakit penyebab. Mukosa
lambung dapat pulih sempurna apabila pasien tidak meninggal karena penyakit
primernya. (Kumar, 2004)
Sumber : IPD FKUI jilid 1 tahun 2006, Patologi robbins edisi 7 volume 2