Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PH DAN INHIBITOR TERHADAP AKTIFITAS ENZIM

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Dapat memahami pengaruh pH dan inhibitor terhadap aktivitas enzim.

II.

PRINSIP PERCOBAAN
- Enzim ptyalin (saliva amylase) dapat menghidrolisis amilum
menjadi sakarida yang sederhana dan dekstrin. Pada awal hidrolisis
warna amilum dengan iodine adalah biru, lambat laun warna itu
berubah menjadi coklat merah dan akhirnya tidak berwarna sejalan
-

dengan perubahan dekstrin yang dihasilkan.


Satu jumlah larutan yang mengandung enzim tertentu yang dapat
menghidrolisis 5 mL larutan amilum 1% dalam waktu 30 menit
sampai mencapai titikakromik (tidak memberikan warna dengan

III.

iodine).
TEORI DASAR
Enzim merupakan biokatalisator/katalisator organik yang diproduksi

oleh makhluk hidup untuk mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia


yang penting dalam tubuh makhluk hidup tersebut. Berbeda dengan
katalisator biasa, enzim mempunyai spesifisitas katalitik yang tinggi yang
ditentukan oleh gugus fungsi pada situs aktifnya. Enzim hanya mengkatalisis
reaksi secara termodinamika, yaitu berdasarkan pelepasan energi bebas.
Katalisator ini terlibat dalam reaksi, tetapi kemudian kembali ke struktur
asalnya.
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis
dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai
biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan
laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga
kini hampir seluruhnya adalah protein.Berat molekul enzim pun sangat
beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty,
1985). Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam

tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim
berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan
dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi
dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang
beracun (Juryatin, 1997).
Aktivitas enzim ternyata dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut menentukan efektivitas kerja suatu enzim. Apabila faktor pendukung
tersebut berada pada kondisi yang optimum, maka kerja enzim juga akan
maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim:
a

Substrat
Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok
dengan enzim maka kinerja enzim juga akan optimal.

pH (keasaman)
Enzim mempunyai kesukaan pada pH tertentu. Ada enzim yang
optimal kerjanya pada kondisi asam, namun ada juga yang optimal pada
kondisi basa. Namun kebanyakan enzim bekerja optimal pada pH netral.

Waktu
Waktu kontak/reaksi antara enzim dan substrat menentukan
efektivitas kerja enzim. Semakin lama waktu reaksi maka kerja enzim juga
akan semakin optimum.

Konsentrasi / jumlah enzim


Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan efektivitas kerja enzim.
Semakin tinggi konsentrasi maka kerja enzim akan semakin baik dan cepat.

Suhu
Seperti juga pH. Semua enzim mempunyai kisaran suhu
optimum untuk kerjanya.

Produk Akhir
Reaksi enzimatis selalu melibatkan 2 hal, yaitu substrat dan produk
akhir. Dalam beberapa hal produk akhir ternyata dapat menurunkan
produktivitas kerja enzim. Enzim tripsin memiliki pH optimum yang khas,
yaitu pH yang menyebabkan aktivitas maksimal. Pemberi atau penerima

proton yang penting pada sisi katalitik enzim berada dalam tingkat ionisasi
yang diinginkan. pH optimum enzim tidak perlu sama dengan pH lingkungan
normalnya, dengan pH yang mungkin sedikit berada diatas atau dibawah pH
optimum. Aktivitas katalitik enzim didalam sel mungkin diatur sebagian oleh
perubahan pada pH medium lingkungan.
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih
besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap
substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan unit
fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur.
Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang
harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolic yang berbeda (Cartono,2004).
Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat
penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim
dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan
kehilangan aktivitasnya akibat :
-

Panas

Asam atau basa kuat

Pelarut organik

Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein


(Campbell, 2000)
Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor

yang bisa berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat
pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut
co-enzim dan dan jika terikat erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan
gugus prostetis. Pada umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut
co-enzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari bagian seperti yang diterangkan
diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo enzim. Bagian protein
dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut co-enzim.fungsi
logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan substrat pada enzim

atau mentransfer electron yang timbul selama proses katalisis (Anna


Poedjiadi, 1994).
Aktivitas enzim juga berhubungan dengan keadaan ionik molekul
terutama pada bagian proteinnya, karena rantai polipeptida mengandung
kelompok-kelompok yang bisa mengion sampai ke satu tingkat yang
tergantung pada pH yang ada. Seperti halnya yang berlaku pada protein
umumnya. Enzim memiliki titik isoelektrik dengan muatan bebas bersihnya
adalah nol. pH pada titik isoelektrik, sebagian patokan, berbeda dengan pH
pada waktu aktivitas maksimal. pH optimal yang diperlihatkan pada tiap
enzim berbeda-beda. Kebanyakan enzim menpunyai pH optimal antara 4-8,
namun pada beberapa enzim yang bekerja baik pada daerah pH yang sempit.
Jika enzim diberi pada pH yang ekstrim maka akan terdenaturasi. Kepekan
enzim terhadap perubahan suhu merupakan salah satu sebab mengapa
pengaturan pH tubuh dilakukan dengan sangat cermat. (Mentgomery,Rex.
1993)
Terdapat 2 jenis utama penghambat enzim yaitu Enzim yang bekerja
secara tidak dapat balik (iireversible). Penghambat ini golongan yang
bereaksi dengan atau merusakkan suatu gugus fungsional pada molekul enzim
yang

penting

untuk

proses

katalitiknya.

Contohnya

adalah

diisiprofilflourofosfat (DFP) yang menghambat enzim asetilkolinesterase


Enzim yang bekerja secara dapat balik (reversible) Suatu penghambat
kompetitif berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim.
Cirinya yaitu penghambatan ini dapat dibalikkan atau diatasi dengan
penambahan

konsentrasi

substrat.penghambatan

kompetitif

biasanya

menyerupai substrat normal pada struktur tiga dimensinya. Karena persamaan


ini, penghambatan kompetitif menipu enzim untuk berikatan dengannya.
Sebenarnya penghambatan kompetitif ini dapat dianalisa secara kuatitatif
dengan mertode michaellis-menten. Penghambat kompetitif hanya berikatan
secara dapat balik dengan enzim membentuk suatu kompleks.
E + I EI

Contohnya adalah penghambatan kompetitif dehidrogenase suksinat


oleh anion malonat. dehidrogenase suksinat adalah anggota golongan enzim
yang mengkatalisis siklus asam sitrat. Enzim ini mengkatalisis pembebasan
dua atom hidrogen dari suksinat.
Penghambat non kompetitif : penghambat berikatan pada sisi enzim
selain sisi substrat berikatan. Mengubah konformasi molekul enzim, sehingga
inaktifasi katalitiknya. Penghambat non kompetitif berikatan secara balik
padda kedua molekul enzim bebas dan kompleks ES, membentuk kompleks
EI dan ESI yang tidak aktif :
E + I EI
ES + I ESI
(Thenawijaya, maggy. 1982)
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan
masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya
urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang
dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh
Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim
dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi
kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah
(Poedjiadi, 2006):
a)

Golongan I Oksidoreduktase

Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua
bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
b)

Golongan II Transferase

Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase,
hidroksimetiltransferase,

karboksiltransferase,

asiltransferase

aminotrandferase atau disebut juga transminase (Anna Poedjiadi, 1994).


c)

Golongan III Hidrolase

dan

Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa


enzim dalam kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase,
aminopepetidase, karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin (Anna
Poedjiadi, 1994).
d)

Golongan IV Liase

Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam


reaksi pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau
sebaliknya. Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase,
hidratase.
e)

Golongan V Isomerase

Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan


intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa,
perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa
trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain
ribolosafosfat ipomerase dan glukosafosfat isomerase.
f)

Golongan VI Ligase

Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi


penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan
sintesa. Ikatan yang terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan
C-O, C-S, C-N atau C-C. contoh enzim golongan ini antara lain glutamine
sintetase dan piruvat karboksilase.
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia
antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi
dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam
keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah
produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi,
jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan
senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury, 1995). Sebagai mana
protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai struktur tiga
dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang
mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis

struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor
tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya
(Sadikin, 2002). Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain
(Dwidjoseputro, 1992) :
1. Berfungsi sebagi biokatalisator
2. Merupakan suatu protein
3. Bersifat khusus atau spesifik
4. Merupakan suatu koloid
5. Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. Tidak tahan panas
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik
didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu
substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat
dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan
cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi,
2006). Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar
yang berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air,
maka akan menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki
kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya,
yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan
berubah. dari golongan protease dan urase serta beberapa jenis enzim lainnya
(Dwidjoseputro, 1992).

IV.

ALAT DAN BAHAN

Alat

Batang pengaduk

Pipet tetes

Pipet ukur 1 mL; 5 mL; 10 mL

Stopwatch

Tabung reaksi

Water bath 38

Bahan

Aquadest

Kloroform

Larutan buffer pH 8 ; 7,4; 6,8; 6;5,2

Larutan amilum 1%

Larutan natrium klorida 0.1 M

Larutan saliva (1:9)

Larutan iodine

Larutan toluen

Larutan merkuri klorat 1%

Larutan phenol

Natrium florida

Pereaksi benedict
V.

PROSEDUR PERCOBAAN

Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim


Larutan buffer disiapkan sebanyak 5 mL dengan pH 8 ; 7,4;
6,8; 6;5,2 dalam tabung reaksi yang terpisah. Kemudian ditambahkan
2,5 mL larutan amilum 1 %, 1 mL Natrium klorida 0,1 M dan 1 mL
larutan saliva (1:9) pada tiap tabung reaksi. Lalu ditempatkan didalam
waterbath 38 C. Setelah itu ditambahkan larutan iodine 2 tetes dan
diaduk. Kemudian amati perubahan yang terjadi dan di inkubasikan
pada waterbath 38 C hingga warna biru menghilang dan dicatat
waktunya pada tiap tabung.

Pengaruh inhibitor tehadap aktivitas enzim


1 mL Larutan saliva (2:8) dimasukkan kedalam 6 buah tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan pada tabung yang terpisah yaitu 5 tetes
larutan toluen, 5 tetes kloroform, 5 tetes larutan merkuri klorida 1%, 5

tetes larutan phenol 2 %, 0,5 g natrium florida, dan 5 tetes aquadest.


Diamkan selama 10 menit dengan sesekali digojog. Kemudian
ditambahkan 5 mL larutan amilum 1 % pada tiap tabung dan
didiamkan pada waterbath 38 C selama 15 menit. Lalu bagi masing
masing tabung menjadi dua bagian untuk dilakukan test iodine dan
test benedict. Diamati yang terjadi.
VI.

DATA PENGAMATAN

NAMA

PROSEDUR

HASIL

PERCOBAAN
PENGAMATAN
Pengaruh pH 5 mL larutan buffer pH 8+ Dari biru menjadi
terhadap

5mL larutan amylum 1mL+ bening 30 menit

aktivitas enzim Natrium klorida 0,1 M + 1 mL


saliva+ disimpan dalam water
bath

38C+

asam

asetat+

iodine 2 tetes
5 mL larutan buffer pH 7,4+

Dari biru menjadi

5mL larutan amylum 1mL+

bening 29 menit

Natrium klorida 0,1 M + 1 mL


saliva+ disimpan dalam water
bath 38C+ asam asetat+
iodine 2 tetes
5 mL larutan buffer pH 6.8+ Dari biru menjadi
5mL larutan amylum 1mL+ bening 31 menit
Natrium klorida 0,1 M + 1 mL
saliva+ disimpan dalam water
bath 38C+ iodine 2 tetes

GAMBAR

5 mL larutan buffer pH 6+ Dari biru menjadi


5mL larutan amylum 1mL+ bening 32 menit
Natrium klorida 0,1 M + 1 mL
saliva+ disimpan dalam water
bath 38C+ iodine 2 tetes
5 mL larutan buffer pH 5,2+ Dari biru menjadi
5mL larutan amylum 1mL+ bening 33 menit
Natrium klorida 0,1 M + 1 mL
saliva+ disimpan dalam water
bath 38C+ iodine 2 tetes
Pengaruh

1mL saliva+ 5 tetes toluen+ Uji Iodine : warna

inhibitor

simpan 10 menit+ 5 mL larutan larutan

terhadap

amylum 1%+ diamkan dalam endapan sedikit

aktivitas enzim

water bath, 15 menit+ uji Uji


iodine dan benedict

abu-abu

benedict

Biru muda

1mL saliva+ 5 tetes kloroform Uji Iodine : warna


+ simpan 10 menit+ 5 mL larutan

hitam

larutan amylum 1%+ diamkan terdapat endapan


dalam water bath, 15 menit+ Uji
uji iodine dan benedict

benedict

Biru muda

1mL saliva+ 5 tetes mercuri Uji Iodine : warna


klorida 1%+ simpan 10 menit+ larutan kecoklatan
5 mL larutan amylum 1%+ endapan

hitam

diamkan dalam water bath, 15 sedikit


menit+ uji iodine dan benedict

Uji

benedict

Biru muda

1mL

saliva+

phenol

2%+ Uji Iodine : warna

simpan 10 menit+ 5 mL larutan larutan

abu-abu

amylum 1%+ diamkan dalam endapan

hitam

water bath, 15 menit+ uji banyak


iodine dan benedict

Uji

benedict

Biru muda
1mL saliva+ 0,5 gram Natrium Uji Iodine : warna
Florida+ simpan 10 menit+ 5 larutan

coklat

mL

sangat

larutan

amylum

1%+ endapan

diamkan dalam water bath, 15 banyak


menit+ uji iodine dan benedict

Uji

benedict

Biru muda
1mL saliva+ 5 aquades + Uji Iodine : warna
simpan 10 menit+ 5 mL larutan larutan

abu-abu

amylum 1%+ diamkan dalam endapan

hitam

water bath, 15 menit+ uji banyak


iodine dan benedict

Uji

benedict

Biru muda

VII.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum, Bandung : PRISMA PRESS.

Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta

Juryatin. 1997. Peran Enzim Amilase pada Tubuh Manusia.


http://www.docstoc.com. Diakses 10.6.2012.

Montgomery,rex,dkk. 1993. Biokimia. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta.

Poedjiadi, Anna dan Supriyatin, Titin. 1994. Dasar-dasar Biokimia.


Jakarta : Universitas Indonesia.

Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia


PRESS,Jakarta.

Sadikin M. 2002. Seri biokimia: biokimia enzim.Widya Medika.


Jakarta.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2,


ITB Press, Bandung

Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama


Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.

Thenawidjaja,Dr. Ir. Maggy. 1982. Lehninger : Dasar Dasar


Biokimia. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai