Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MATERNITAS I

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI


Dosen pengampu : Siti Mulidah S.Pd.,S.Kep.,M.Kes.

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Hana Nadjiyah A.
Hanifah Dwi N.
Haris Iqbal M.
Iga Mustika R.

P17420213095
P17420213096
P17420213097
P17420213098

Tingkat IIC

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI
A. DEFINISI

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat.
Nama lain : leiomioma uteri dan fibroma uteri (Ilmu Kandungan Edisi Kedua, 1994)
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya,
sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, ataupun fibroid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam dikemukakan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarch. Setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri di temukan 2,39-11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat. (Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor
mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Ada beberapa
teori yang menyebutkan mengenai penyebab mioma uteri yaitu diantaranya :
a. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan sel nest oleh esterogen (Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori Genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan esterogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puuka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
esterogen pada mioma lebih banya di dapati dari pada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.

b. Teori Onkogenik (Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 Nomor 3 September


2005)
Patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor.
Faktor- faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui
dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6- phosphatase dihydrogenase
diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik
dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal
dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi
somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.
Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab
mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Hormon
progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun
mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation
apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.

C. PATOLOGI ANATOMI
Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001
menyebutkan bahwa sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 13%, sisanya adlah dari korpous uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt).
b. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium
c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi serosa. mioma subserosum dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma
subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
disebut wandering/parasitic fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada
serviks dapat menonjol kedalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas

berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air (whorl like
pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu
uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat
mencapai berat lebih dari 5kg, jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur
20tahun paling banyak pada umur 35-45tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma
diperkirakan memerlukan waktu 3tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan
tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi
lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.

D. PERUBAHAN SEKUNDER MIOMA


Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001
menyebutkan bahwa beberapa perubahan sekunder dapat terjadi akibat adanya mioma
uteri beberapa diantaranya yaitu :
a. Atropi : setelah menopause dan rangsangan esterogen hilang ataupun sesudah
kehamilan mioma uteri menjadi kecil
b. Degenerasi hialin : Jaringan ikat bertambah dan berwarna putih dan keras sering
disebut mioma durum. Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia
lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi Kistik : Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair menjadi poket
kistik, dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan
dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membantu (calcereous degeneration) : Terdapat timbunan kalsium pada
mioma uteri, berbentuk padat dan keras serta berwarna putih. Terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
e. Red degenerasi (carneous degeneration) : Esterogen merangsang tumbuh kembang
mioma. Apabila aliran darah tidak seimbang dapat terjadi edema sekitar tangkai dan
tekanan hamil. Dan apabila terjadi kekurangan darah menimbulkan nekrosis,

pembentukan trombus, bendungan darah dalam mioma. Perubahan ini biasanya


terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu
nekrosissubakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
f. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin

E. GEJALA KLINIK
Hampir seluruh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala klinik yang
timbul diantaranya adalah :
a) Perdarahan abnormal/ gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menometroragia, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembulul darah
yang melaluinya dengan baik.
b) Terasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.
c) Pendesakan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,

pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah
dan pembuluh limfe di pangul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul. gangguan miksi dan defekasi serta perasaan discomfort di bagian
bawah dapat terjadi.
d) Menimbulkan infertilitas dan sering abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila mioma uteri menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma submuksum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.
e) Gejala sekunder berupa anemia karena perdarahan dan uremia karena desakan
ureter dan menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)

F. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi,tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan

seseorang

Sastrawinata,1983)

mengalami

kekurangan

volume

cairan.

(Sulaiman

G. PATHWAY
MIOMA UTERI

Mioma Subserosum

Mioma Submukosum

Mioma Intramural

Tumbuh di dinding uterus


Berada di bawah endometrium dan menonjol keTumbuh
dalam rongga
keluar dinding
uterus uterus

Gejala / Tanda

Perdarahan

Pembesaran Uterus

Penurunan SuplaiGang.
DarahHematologi
Kurang PengetahuanGangguan Sirkulasi
Penekanan Syaraf

Cemas
Nekrosis
Gang. Perfusi Jaringan
Penurunan imun Tubuh
Radang
Resiko Infeksi
Nyeri
Penekanan

Kandung Kencing
Poliuria

Uretra

Retensio Uria

Gangguan Eliminasi Urine

Ureter

Hidronefrosis

Rectum

Obstipasi

Konstipasi

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dalam Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 Nomor 3 September
2005, pentalaksanaan dari adanya mioma uteri yaitu :
a. Tanpa Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan baik medika mentosa
maupun tindakan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil (besar
mioma kurang dari 12 minggu kehamilan) dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan. Walaupun demikian mioma uteri menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam
menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya
suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan
tindakan segera.
b. Tindakan Non Operatif
a) Radiasi/ Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau
terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi
tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak
ada keganasan pada uterus.
b) Terapi Medika Mentosa (Hormonal antiesterogen/ tapros)
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas
sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh esterogen. GnRHa yang mengatur
reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang
mempengaruhi leimioma.
Pemberian GnHRa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan

degenerasi

hialin

di

miometrium

hingga

uterus

dalam

keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa,


dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh esterogen
olehkarena mioma itu masih mengandung reseptor esterogen dalam konsentrasi
yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopause yang terlambat.
c. Tindakan Bedah (Operatif)
a. Enukliasi mioma (miomektomi)
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma

submukoum pasa uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap
perdarahan dapat ditangani dengan segera. Tetapi, resiko terjadi
perlengketan

lebih

besar,

sehingga

akan

mempengaruhi

faktor

fertilitas pada pasien. Disamping itu masa penyembuhan paska


operasi juga lebih lama, sekitar 4 6 minggu. Apabila miomektomi ini

dikerjakan karena keinginan memperoeh anak, maka kemungkinan akan terjadi


kehamilan adalah 30-50%.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal
(laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi.
Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan
indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan
obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia
kehamilan 12 14 minggu. Histerektomi subtotal abdominal (STAH)
dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih,
rektum. Namun dengan melakukan STAH, serviks ditinggalkan dan
kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Histerektomi

total abdominal (TAH) umumnya akan dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Namun jaringan granulasi yang timbul
pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina
dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH. Histerektomi supravaginal dimana tindakan
operasi tidak melalui insisi pada abdomen dan hanya dilakukan apabila

terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya. dimana


peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma dapat
diminimalisasi. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska
operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien juga lebih
cepat. Namun sekarang, terdapat prosedur histerektomi laparoskopi
dimana memiliki kelebihan yaitu resiko perdarahan yang lebih

minimal, masa penyembuhan yang lebih cepat dan angka morbiditas


yang lebih rendah.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penujnang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis mioma
uteri dan melihat perkembangan mioma uteri, diantaranya adalah : (Jurnal Karakteristik
Mioma Uteri Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2009 - Januari 2010)
1. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan

uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan
mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
2. Imaging
a. Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi ) transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal
terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesran uterus.
b. Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika
mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
c. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium
normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma (Goodwin, 2009).

J. KOMPLIKASI

a. Degenerasi ganas : leiomiosarkoma


Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Torsi tangkai mioma berasal dari subseroma mioma uteri, dan submokosa
mioma uteri. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom
abdomen akut. Jika torsi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma
dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan
hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguangangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
c. Nekrosis dan infeksi : Setelah torsi terjadi dapat di ikiuti dengan adanya infeksi dan
nekrosis
d. Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan
Pengaruh mioma uteri terhadap kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertilitas, resiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga
uterus khususnya pada mioma submukosum, letak janin, menghalangi
kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri, menyebabkan
inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca
persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium,
menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya, dan mengganggu proses
involusi dalam nifas. Memperhatikan hal-hal tersebut diatas adanya
kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang cermat secara

ekspektatif.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri :
Mioma uteri membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena
pengaruh esterogen yang kadarnya meningkat. Dapat terjadi degenerasi
merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan diatas,
yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat
sarang mioma. Anehnya pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang

menyebabkan banyak perdarahan. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai


dapat juga mengalami torsi mioma uteri bertangkai dengan gejala dan tanda
sindrom abdomen akut.
(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN MIOMA UTERI
A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara


keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data,
pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI,
1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data)
dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total
Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah
sebagai berikut :
1). Usia
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause

b. Hamil dan Persalinan


Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ
reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi

sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai


hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual
perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas
terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan
terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun .Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat
secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas .
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai
anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan

sederhana yang harus

dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.

8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)
1. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan atau tindakan invasif dan
imonusupresi
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah
3. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan mioma uteri terhadap syaraf dan tindakan
invasif
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penekanan mioma uteri
terhadap kandung kemih
5. Konstipasi berhubungan dengan adanya penekanan mioma uteri terhadap rectum
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN (NOC NIC)


1. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan atau tindakan invasif dan
imonusupresi
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi

penularan serta penatalaksanaannya,


Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :

Infection Control (Kontrol infeksi)


o Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
o Pertahankan teknik isolasi
o Batasi pengunjung bila perlu
o Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
o
o
o
o
o

dan setelah berkunjung meninggalkan pasien


Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum
o Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
o Tingktkan intake nutrisi
o Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
o Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
o Monitor hitung granulosit, WBC
o Monitor kerentanan terhadap infeksi
o Batasi pengunjung
o Saring pengunjung terhadap penyakit menular
o Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

o Pertahankan teknik isolasi k/p


o Berikan perawatan kuliat pada area epidema
o Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
o
o
o
o
o
o
o
o
o

drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah


NOC :
Circulation status
Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
o Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
o Tidak ada ortostatikhipertensi
o Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih

dari 15 mmhg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
o Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
o Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
o Memproses informasi
o Membuat keputusan dengan benar
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter

NIC :

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)


o Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
o Monitor adanya paretese
o Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau
laserasi
o Gunakan sarun tangan untuk proteksi
o Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

o
o
o
o

Monitor kemampuan BAB


Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

3. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan mioma uteri terhadap syaraf dan
tindakan invasif
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)


Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Pain Management
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
o Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
o Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
o Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
o Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
o Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
o Kurangi faktor presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
o Ajarkan tentang teknik non farmakologi
o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

o Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


o Tingkatkan istirahat
o Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil
o Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
o Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
o Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
o Cek riwayat alergi
o Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
o Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
o Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
o Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
o Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
o Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
o Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penekanan mioma uteri


terhadap kandung kemih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eliminasi BAK
lancar.
Kriteria hasil :
urine dapat keluar lancar
klien tidak mengeluh sakit
klien merasa nyaman

Intervensi :
o
o
o
o
o

Kaji pola BAK pasien


Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Anjurkan pasien untuk minum banyak
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai dengan
indikasi

5. Konstipasi berhubungan dengan adanya penekanan mioma uteri terhadap rectum


NOC:
Bowel elimination

Hydration
Kriteria Hasil :
Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
NIC :

Constipation/ Impaction Management


o Monitor tanda dan gejala konstipasi
o Monior bising usus
o Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume
o Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising
o
o
o
o

usus
Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
Dukung intake cairan

6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi


NOC :
Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)


o Gunakan pendekatan yang menenangkan
o Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
o Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
o Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
o Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
o Dorong keluarga untuk menemani anak
o Lakukan back / neck rub
o Dengarkan dengan penuh perhatian

o
o
o
o
o

Identifikasi tingkat kecemasan


Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hadibroto, Budi R.2005.Mioma Uteri Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP H.Adam Malik Medan RSUD Dr. Pirngadi
Medan dalam Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 Nomor 3 September 2005. Medan
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman.1983.Obstetri Patologi.Bandung : Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Wiknjosastro,Hanifa.1994.Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai