LP Mioma Uteri
LP Mioma Uteri
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
Hana Nadjiyah A.
Hanifah Dwi N.
Haris Iqbal M.
Iga Mustika R.
P17420213095
P17420213096
P17420213097
P17420213098
Tingkat IIC
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat.
Nama lain : leiomioma uteri dan fibroma uteri (Ilmu Kandungan Edisi Kedua, 1994)
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya,
sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, ataupun fibroid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam dikemukakan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarch. Setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri di temukan 2,39-11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat. (Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor
mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Ada beberapa
teori yang menyebutkan mengenai penyebab mioma uteri yaitu diantaranya :
a. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan sel nest oleh esterogen (Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori Genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan esterogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puuka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
esterogen pada mioma lebih banya di dapati dari pada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
C. PATOLOGI ANATOMI
Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001
menyebutkan bahwa sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 13%, sisanya adlah dari korpous uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt).
b. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium
c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi serosa. mioma subserosum dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma
subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
disebut wandering/parasitic fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada
serviks dapat menonjol kedalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas
berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air (whorl like
pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu
uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat
mencapai berat lebih dari 5kg, jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur
20tahun paling banyak pada umur 35-45tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma
diperkirakan memerlukan waktu 3tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan
tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi
lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
E. GEJALA KLINIK
Hampir seluruh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala klinik yang
timbul diantaranya adalah :
a) Perdarahan abnormal/ gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menometroragia, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembulul darah
yang melaluinya dengan baik.
b) Terasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.
c) Pendesakan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah
dan pembuluh limfe di pangul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul. gangguan miksi dan defekasi serta perasaan discomfort di bagian
bawah dapat terjadi.
d) Menimbulkan infertilitas dan sering abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila mioma uteri menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma submuksum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.
e) Gejala sekunder berupa anemia karena perdarahan dan uremia karena desakan
ureter dan menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, 2001)
F. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi,tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan
seseorang
Sastrawinata,1983)
mengalami
kekurangan
volume
cairan.
(Sulaiman
G. PATHWAY
MIOMA UTERI
Mioma Subserosum
Mioma Submukosum
Mioma Intramural
Gejala / Tanda
Perdarahan
Pembesaran Uterus
Penurunan SuplaiGang.
DarahHematologi
Kurang PengetahuanGangguan Sirkulasi
Penekanan Syaraf
Cemas
Nekrosis
Gang. Perfusi Jaringan
Penurunan imun Tubuh
Radang
Resiko Infeksi
Nyeri
Penekanan
Kandung Kencing
Poliuria
Uretra
Retensio Uria
Ureter
Hidronefrosis
Rectum
Obstipasi
Konstipasi
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dalam Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 Nomor 3 September
2005, pentalaksanaan dari adanya mioma uteri yaitu :
a. Tanpa Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan baik medika mentosa
maupun tindakan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil (besar
mioma kurang dari 12 minggu kehamilan) dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan. Walaupun demikian mioma uteri menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam
menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya
suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan
tindakan segera.
b. Tindakan Non Operatif
a) Radiasi/ Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau
terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi
tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak
ada keganasan pada uterus.
b) Terapi Medika Mentosa (Hormonal antiesterogen/ tapros)
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas
sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh esterogen. GnRHa yang mengatur
reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang
mempengaruhi leimioma.
Pemberian GnHRa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan
degenerasi
hialin
di
miometrium
hingga
uterus
dalam
submukoum pasa uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap
perdarahan dapat ditangani dengan segera. Tetapi, resiko terjadi
perlengketan
lebih
besar,
sehingga
akan
mempengaruhi
faktor
total abdominal (TAH) umumnya akan dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Namun jaringan granulasi yang timbul
pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina
dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH. Histerektomi supravaginal dimana tindakan
operasi tidak melalui insisi pada abdomen dan hanya dilakukan apabila
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penujnang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis mioma
uteri dan melihat perkembangan mioma uteri, diantaranya adalah : (Jurnal Karakteristik
Mioma Uteri Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2009 - Januari 2010)
1. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan
mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
2. Imaging
a. Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi ) transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal
terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesran uterus.
b. Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika
mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
c. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium
normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma (Goodwin, 2009).
J. KOMPLIKASI
ekspektatif.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri :
Mioma uteri membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena
pengaruh esterogen yang kadarnya meningkat. Dapat terjadi degenerasi
merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan diatas,
yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat
sarang mioma. Anehnya pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN MIOMA UTERI
A. PENGKAJIAN
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)
1. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan atau tindakan invasif dan
imonusupresi
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah
3. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan mioma uteri terhadap syaraf dan tindakan
invasif
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penekanan mioma uteri
terhadap kandung kemih
5. Konstipasi berhubungan dengan adanya penekanan mioma uteri terhadap rectum
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi
NIC :
petunjuk umum
o Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
o Tingktkan intake nutrisi
o Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
o Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
o Monitor hitung granulosit, WBC
o Monitor kerentanan terhadap infeksi
o Batasi pengunjung
o Saring pengunjung terhadap penyakit menular
o Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
dari 15 mmhg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
o Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
o Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
o Memproses informasi
o Membuat keputusan dengan benar
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
o
o
o
o
3. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan mioma uteri terhadap syaraf dan
tindakan invasif
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Pain Management
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
o Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
o Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
o Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
o Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
o Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
o Kurangi faktor presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
o Ajarkan tentang teknik non farmakologi
o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
tidak berhasil
o Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
o Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
o Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
o Cek riwayat alergi
o Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
o Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
o Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
o Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
o Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
o Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
o Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Intervensi :
o
o
o
o
o
Hydration
Kriteria Hasil :
Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
NIC :
usus
Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
Dukung intake cairan
mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
o
o
o
o
o
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hadibroto, Budi R.2005.Mioma Uteri Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP H.Adam Malik Medan RSUD Dr. Pirngadi
Medan dalam Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 Nomor 3 September 2005. Medan
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman.1983.Obstetri Patologi.Bandung : Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Wiknjosastro,Hanifa.1994.Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.