Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOLOGI

KOMPLEMEN (C)

OLEH :
KELOMPOK I
NAMA

: MUH. HAMRI RENDI PRATOPO R. (F1F1 11 097)


ADE YUYUN (F1F1 12 000)
SITTI HAWA (F1F1 13 049)
SRI HUTAMI LETY GRASHELLA (F1F1 13 050)
SUPRIYATI SELLY TOLLA (F1F1 13 051)
TRI PUTRI INDAHYANTI RUSLI (F1F1 13 052)
VILYA VIDYA WATI R. (F1F1 13 053)
WADE MARLINDA (F1F1 13 054)
WA ODE IDA FITRIAH (F1F1 13 055)
WA ODE INDAH WULAN H.H. (F1F1 13 058)

KELAS

: B

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Pertama-tama tidak lupa kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah
S.W.T, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul komplemen.
Kami berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai
komplemen, khususnya berkaitan dengan imunologi. Selain itu, dalam makalah
ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kami juga berharap adanya
kritik dan saran yang membangun demi adanya perbaikan dalam makalahmakalah selanjutnya.

Kendari,

April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI ..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.
B. Rumusan Masalah
.
C. Manfaat
.
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Pengertian Komplemen
.
Fungsi Komplemen .
Aktivasi Komplemen .
Defisiensi Komplemen

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di akhir abad ke 19, serum darah telah diketahui mengandung
suatu faktor atau cara yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
Pada tahun 1896, Jules Bordet, ilmuwan muda Belgia dari Pasteur
Institute, Paris, mendemonstrasikan bahwa prinsip ini bisa dianalisis
menggunakan dua komponen: komponen panas-tetap dan komponen
panas-labil. Panas-labil menunjukkan bahwa komponen akan kehilangan
kemampuannya jika serum dipanaskan.
untuk

memberikan

Komponen

panas-tetap

ada

kekebalan melawan mikroorganisme spesifik,

sedangkan komponen panas-labil bertanggung jawab terhadap aktivitas


mikrobial non-spesifik yang dimiliki serum. Komponen panas-labil ini
adalah yang disebut komplemen.
Istilah komplemen diperkenalkan oleh Paul Ehrlich di
akhir

tahun 1980an, sebagai bagian dari teorinya mengenai sistem

kekebalan. Menurut teorinya, sistem kekebalan terdiri dari berbagai sel


yang memiliki reseptor spesifik pada permukaannya untuk mengenali
antigen. Pasca imunisasi dengan antigen, lebih banyak reseptor terbentuk,
lalu reseptor itu mengalir dari sel ke aliran sirkulasi darah. Reseptor ini,
yang saat ini kita kenal dengan nama antibodi, disebut oleh Ehrlich
sebagai amboceptor untuk menekankan fungsi ganda reseptor dalam
melakukan pengikatan. Reseptor tesebut mampu mengenali dan mengikat
antigen spesifik, namun mereka juga mampu mengenali dan mengikat
komponen antimikrobial panas-labil dari serum. Ehrlich lalu menamakan
komponen panas-labil ini komplemen karena ini adalah sesuatu dalam
darah yang menjadi komplemen sel pada sistem kekebalan.
Ehrlich percaya bahwa setiap amboceptor antigen spesifik
memiliki komplemen yang spesifik, di mana Bordet percaya bahwa
sebenarnya hanya ada satu tipe komplemen. Di awal abad ke 20,
kontroversi ini terselesaikan ketika ditemukan bahwa komplemen bisa

beraksi

berpasangan

dengan antibodi spesifik atau secara sendirian

secara non-spesifik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian komplemen?
2. Apa fungsi komplemen?
3. Bagaimana aktivasi komplemen?
4. Bagaimana defisiensi komplemen?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui pengertian komplemen.
2. Agar dapat mengetahui fungsi komplemen.
3. Agar dapat mengetahui aktivasi komplemen.
4. Agar dapat mengetahui defisiensi komplemen.
5.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komplemen
Sistem komplemen adalah

protein dalam

serum

darah

yang

bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular


dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein
komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera
teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen. Oleh karena itu sistem
komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan.
Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein
komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari
sistem kekebalan humoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang
terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat
berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah
dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur
yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur
alternatif.
Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang
menghasilkan berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya
membran

sel

antigen.

Aktivasi

sistem

komplemen

tersebut selain

bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan


bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau
bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigenantibodi pada jaringan berlangsung terus- menerus, akan terjadi kerusakan
jaringan dan dapat menimbulkan penyakit.
B. Fungsi Komplemen
Fungsi komplemen yaitu :
1. Mencerna sel, bakteri, dan virus
2. Opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat
3. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel

pada

sistem

kekebalan, memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa molekul


imunoregulator.

4. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa bahan imunitas dari


sistem kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati.

C. Aktivasi Komplemen
1. Aktivasi Komplemen Jalur Klasik
a. Fase Pengenalan
Pada fase ini terjadi interaksi antara komponen C1 dengan reseptor
pada Fc antibodi. Setelah antibosi berikatan dengan antigen yang
sesuai maka reseptor pada Fc antibodi menjadi aktif dan dapat
mengikat C1 yang terdiri dari 3 sub fraksi, yaitu: C1q (yang berikatan
dengan reseptor), C1r, C1s.
b. Fase Aktivasi
C1s bereaksi dengan C4 dan C2 membentuk C142, kompleks C142
bersifat aktif sebagai enzim, disebut C3 konvertase lalu memecah C3
menjadi 2 sub unit, yaitu :
- Sub unit kecil C3A yang dilepas ke dalam cairan tubuh
- Sub
unit
besar C3B
yang bekerja sebagai

enzim

terhadapC5+C6+C7 menghasilkan kompleks trimolekul C567


aktif
c. Fase Efektor
C567 yang bekerja sebagai enzim, mengaktifkan faktor titik dari C8
dan

C9

sehingga

membentuk

C89

yang

melisiskan membran sel (membran attack complex)


2. Aktivasi Komplemen Jalur Alternatif

secara

aktif

Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi


tanpa melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1,C4
dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi IgG dan IgM. Pada keadaan
normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus menerus dalam jumlah
yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa
enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3
dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Pada keadaan normal reaksi ini
berjalan terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi
komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor
H dan faktor I sehingga proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari
proses penghancuran, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang
sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma.
Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat (mikroorganisme,
polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular) yang dapat mengikat
dan melindungi C3b dan menstabilkan C3 konvertase sehingga
jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan
C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya.
C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan
membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada
pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3
konvertase yang aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi
selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks serangan
membran).

D. Defisiensi Komplemen
1. Pengertian
Rangkaian protein serum enzimatik yang bersirkulasi dengan
sembilan

komponen

fungsional

menyusun

komplemen.

Ketika

imunoglobulin (Ig) G atau IgM bereaksi terhadap antigen sebagai


bagian dari respons imun, protein tersebut mengawali saluran komplemen
klasik. Kemudian, komplemen bergabung dengan kompleks antigenantibodi dan menjalani rangkaian reaksi yang memperkuat respons imun
terhadap antigen (proses kompleks yang fiksasi komplemen). Defisiensi
atau disfungsi komplemen meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi
akibat kelainan fagositosis bakterial; bisa juga berkaitan dengan
gangguan auto imun tertentu. Defisiensi komplemen primer jarang

terjadi. Bentuk yang paling umum adalah defisiensi C1, C2, dan C4 dan
disfungsi familial C5. Keabnormalan komplemen yang lebih sekunder
telah dipastikan pada

pasien

terpilih

yang

mengalami

lupus

eritematosus, dermatomiositis, skleroderma, infeksi gonokokal dan


meningokokal. Prognosisnya bervariasi menurut keabnormalan dan
keparahan penyakit yang berkaitan

2. Penyebab Defisiensi Komplemen (Complement Deficiencies)


a. Defisiensi kompelemen primer : sifat resesif autosomal turun
temurun (kecuali defisiensi inhibitor esterase C1 yang disebabkan
oleh sifat dominan autosomal)
b. Defisiensi sekunder : reaksi imunologis penetapan komplemen
(complement fixing) misalnya penyakit serum terpicu obat,
glomerulonefritis streptokokal akut, dan lupus eritematosus sistemik
aktif akut
3. Tanda Dan Gejala
a. Defisiensi C1 dan C3 dan disfungsi familial C5 : meningkatnya
suseptibilitas terhadap infeksi bakteri (yang bisa melibatkan
beberapa sistem tubuh secara simultan)
b. Defisiensi C2 dan C4 : penyakit vaskular kolagen, misalnya lupus
eritematosus dan disertai gagal ginjal kronis.
c. Disfungsi C5 (kelainan familial pada bayi) : gagal tumbuh, diare,
dan dermatitis seboroik

d. Kelainan dalam komponen terakhir dari jenis komplemen (C5


sampai C9) : meningkatnya suseptibilitas terhadap infeksi neisseria.
e. Defisiensi inhibitor esterase C1 (angioderma herediter) :
pembengkakkan secara periodik di wajah, tangan, abdomen, atau
tenggorokan, disertai edema laringeal yang bisa berakibat fatal
4. Uji Diagnostik
a. Kadar komplemen serum total rendah pada berbagai defisiensi
komplemen
b. Uji spesifik digunakan untuk memastikan defisiensi komponen
komplemen spesifik (misalnya deteksi komponen komplemen dan
IgG dengan pemeriksaan imunofluoresen pada jaringan glomerular
dalam glomerulonefritis menunjukkan defisiensi komplemen dengan
kuat)
5. Tindakan Penanganan
Penanganan dilakukan terutama untuk infeksi yang berkaitan,
penyakit vaskular kolagen, atau penyakit ginjal. Penanganan ini
meliputi:
a. Transfusi plasma beku dan segar digunakan untuk menggantikan
komponen komplemen untuk sementara waktu
b. Transplantasi sumsum tulang bisa membantu tetapi bisa
menyebabkan reaksi graf versus penerima (graft-versus-bost-GVH)
yang berpotensi fatal
c. Steroid anabolik, misalnya danazol, dan agens antifibrinolitik bisa
digunakan untuk meredakan pembengkakkan akut pada pasien yang
mengalami angiedema herediter.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Kesimpulan dalam makalah ini adalah :
1. Sistem komplemen adalah protein

dalam

serum

darah

yang

bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan


selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari
infeksi.
2. Fungsi komplemen yaitu (1) mencerna sel, bakteri, dan virus, (2)
opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat, (3) mengikat
reseptor

komplemen

spesifik

pada

memicu

fungsi

spesifik,

inflamasi,

sel

sel

pada
dan

sistem kekebalan,
beberapa

molekul

imunoregulator dan (4) pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa


bahan imunitas dari sistem kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati
3. Aktivasi komplemen terbagi atas dua yaitu aktivasi komplemen jalur
klasik dan aktivasi komplemen jalur alternatif.
4. Penyebab Defisiensi Komplemen (Complement Deficiencies)
a. Defisiensi kompelemen primer : sifat resesif autosomal turun temuru)
b. Defisiensi sekunder : glomerulonefritis streptokokal akut, dan lupus
eritematosus sistemik aktif akut
B. Saran
Sarannya adalah sebagai mahasiswa perlu memperbanyak referensi mengenai
komplemen agar kedepannya makalah dapat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Allergi Online Clinic. Imunologi Dasar: Sistem Komplemen. Tersedia:
http://allergyclinic.wordpress.com/2012/02/01/imunologi-dasar-sistemkomplemen/ Diunduh pada : 03 April 2015.
Brown EJ, Joiner KA, Frank MM. Complement. In fundamental immunology.
3rd edition. New York: Raven Press, l985; 645-68.
Frank MM. Complement and kinin. In Stites DP, Terr AI. Basic and clinical
immunology; 7th edition. NorwaIk: Appleton & Lange, 1991; 161-74.
IN SEHAT. Defisiensi Komplemen. Tersedia :
http://in-sehat.blogspot.com/2012/10/defisiensi-komplemen.html
Diunduh pada : 03 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai