Sofian Yahya
Ali Mashar
TEKNIK
PEMANFAATAN
TENAGA LISTIK
JILID 3
SMK
TEKNIK
PEMANFAATAN
TENAGA LISTIK
JILID 3
Untuk SMK
Penulis Utama
Editor
Perancang Kulit
: Prih Sumardjati
Sofian Yahya
Ali Mashar
: Miftahu Soleh
: Tim
Ukuran Buku
: 18,2 x 25,7 cm
SUM
t
SUMARDJATI, Prih
Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 3 untuk SMK /oleh
Prih Sumardjati, Sofian Yahya, Ali Mashar ---- Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
xxiv. 155 hlm
Daftar Pustaka : 509-511
ISBN
: 978-979-060-096-6
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008,
telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran
ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui
website bagi siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK
yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
tahun 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkannya softcopy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat
untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat
memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar
dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
PENGANTAR
Sebagai jawaban terhadap kebutuhan dunia kerja, Pemerintah telah mengembangkan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi kurikulum berbasis kompetensi. Dengan kurikulum ini diharapkan SMK mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang kompeten untuk menjadi tenaga kerja profesional di dunia kerja sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup sendiri maupun keluarga serta masyarakat dan
bangsa Indonesia pada umumnya.
Kelompok Teknologi Bidang Teknik Listrik, yang merupakan salah satu bagian dari
Kelompok Teknologi yang dikembangkan di lingkungan SMK, telah mengklasifikasikan lingkup kompetensinya menjadi empat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), yaitu: (1) KTSP Pembangkit Tenaga Listrik, (2) KTSP Transmisi Tenaga
Listrik, (3) KTSP Distribusi Tenaga Listrik, dan (4) KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik.
KTSP Pembangkit Tenaga Listrik meliputi sumber energi dan proses konversinya
sampai menjadi energi listrik, KTSP Transmisi Tenaga Listrik menitikberatkan pada aspek pengirimanan daya listrik dari pusat pembangkit sampai ke gardu distribusi, KTSP Distribusi Tenaga Listrik meliputi pendistribusian tenaga listrik dari gardu
distribusi ke pusat-pusat beban, dan KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik mencakup ranah bagaimana listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan para pemakainya yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung.
Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik ini disusun berdasarkan profil kompetensi
KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik. Oleh karena itu, buku ini akan sangat membantu para siswa SMK Teknik Listrik dalam mengenal dan memahami teknik pemanfaatan tenaga listrik di industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang dimiliki, diharapkan dapat menyokong profesionalitas kerja para lulusan yang akan memasuki dunia kerja. Bagi para guru SMK, buku ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi sehingga dapat membantu dalam mengembangkan
materi pembelajaran yang aktual dan tepat guna. Buku ini juga bisa digunakan para
alumni SMK untuk memperluas pemahamannya di bidang pemanfaatan tenaga listrik terkait dengan bidang kerjanya masing-masing.
Buku ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: (1) Bahaya Listrik dan Sistem Pengamanannya, (2) Instalasi Listrik, (3) Peralatan Listrik Rumah Tangga, (4) Sistem Pengendalian, (5) Mesin-mesin Listrik, dan (6) PLC. Bab-bab yang termuat di dalam buku
ini mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya yang akan membentuk lingkup
pemahaman pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif, yang dapat dianalogikan sebagai sustu sistem industri, dimana tercakup aspek penyaluran tenaga listrik
secara spesifik ke sistem penerangan dan beban-beban lain (Instalasi Listrik), pemanfaatan tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga (Peralatan Listrik Rumah
Tangga), penyediaan dan pemanfaatan tenaga tenaga listrik untuk sistem permesinan industri (Mesin-mesin Listrik) dan saran pengendalian tenaga listrik yang
dibutuhkan dalam proses produksi (Sistem Pengendalian dan PLC) serta pemahaman terhadap cara kerja yang aman di bidang kelistrikan (Bahaya Listrik dan Sistem
Pengamannya).
Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik
Jadi dengan buku ini diharapkan terbentuk pemahaman sistem pemanfaatan tenaga
listrik secara komprehensif dan bisa menjadi sumber belajar bagi siswa SMK Teknik
Listrik dan referensi bagi para guru pengampu KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan pada penulis, buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan
kritik dan saran masukan dari para pengguna buku ini, terutama para siswa dan guru SMK yang menjadi sasaran utamanya, untuk digunakan dalam perbaikannya
pada waktu mendatang.
Penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan rasa hormat kepada Direktur Pembinaan SMK, Kasubdit Pembelajaran, beserta staf atas kepercayaan dan
kerjasamanya dalam penulisan buku ini serta semua pihak yang telah memberi dorongan semangat dan bantuannya baik langsung maupun tidak langsung atas tersusunnya buku ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan pahala
yang berlipat ganda.
Semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi bagian amal jariah bagi para penulis dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini.
Amin
Bandung, Desember 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xxiii
1. BAHAYA LISTRIK DAN SISTEM PENGAMANANNYA .......................... 1
1.1. Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.2. Bahaya Listrik .................................................................................... 1
1.3. Bahaya Listrik bagi Manusia ..............................................................
1.3.1. Dampak sengatan listrik bagi manusia ..................................
1.3.2. Tiga faktor penentu tingkat bahaya listrik ..............................
1.3.3. Proses Terjadinya Sengatan Listrik .......................................
1.3.4. Tiga faktor penentu keseriusan akibat sengatan listrik ..........
1.3.5. Kondisi-kondisi Berbahaya ....................................................
1.3.6. Sistem Pengamanan terhadap Bahaya Listrik ......................
1.3.7. Alat Proteksi Otomatis ............................................................
1.3.8. Pengaman pada peralatan portabel ......................................
1.3.9. Prosedur Keselamatan Umum ..............................................
1.3.10. Prosedur Keselamatan Khusus .............................................
2
2
2
4
4
6
7
10
12
13
15
Pendahuluan ...................................................................................
2.1.1. Sejarah Penyediaan Tenaga Listrik......................................
2.1.2. Peranan Tenaga Listrik .......................................................
2.1.3. Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik ......
2.1.4. Jaringan Listrik ....................................................................
2.1.5. Alat Pengukur dan Pembatas (APP) ...................................
2.1.6. Panel Hubung Bagi (PHB) ...................................................
2.1.7. Penghantar ..........................................................................
2.1.8. Beban Listrik ........................................................................
2.1.9. Perhitungan Arus Beban .....................................................
2.1.10. Bahan Kebutuhan Kerja Pemasangan Instalasi Listrik ........
22
23
24
25
29
36
43
49
52
56
57
2.2.
58
58
58
58
iii
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
2.2.7.
iv
58
63
67
69
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
Pencahayaan ..................................................................................
2.6.1. Sifat gelombang cahaya ......................................................
2.6.2. Pandangan Silau .................................................................
2.6.3. Satuan-satuan Teknik Pencahayaan ..................................
2.6.4. Hukum Penerangan ............................................................
2.6.5. Penyebaran Cahaya ............................................................
2.6.6. Perancangan Penerangan Buatan ......................................
2.6.7. Penggunaan Energi Untuk Pencahayaan Buatan................
79
79
80
81
83
84
86
98
2.7.
121
121
123
123
2.8.
125
125
131
137
141
2.9.
155
155
156
156
156
157
157
157
158
159
159
159
162
167
167
170
170
171
172
174
174
176
178
180
181
182
183
183
190
190
190
190
190
191
191
191
192
192
195
195
200
200
201
196
198
206
212
218
222
222
228
236
241
246
v
3.2.
251
251
255
262
3.3.
267
267
271
277
283
291
291
291
291
293
297
299
4.2.
304
304
305
312
323
324
331
333
334
335
336
343
343
343
349
4.3.
4.4.
327
337
vi
5.3.
5.4.
384
384
392
393
394
396
397
5.5.
402
402
402
403
404
404
406
5.6.
408
408
413
414
416
420
422
425
5.7.
427
427
427
433
435
436
437
439
442
5.8.
369
369
373
377
vii
5.8.3.
5.8.4.
5.8.5.
5.8.6.
446
447
448
449
451
451
452
464
465
465
466
468
477
477
478
480
481
486
5.9.
Pendahuluan ...................................................................................
6.1.1. Sejarah Perkembangan PLC................................................
6.1.2. Keuntungan Penggunaan PLC ............................................
6.1.3. Penggunaan PLC di Industri ...............................................
487
488
489
489
6.2.
6.3.
6.4.
498
498
499
500
503
505
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT PENULIS
viii
DAFTAR GAMBAR
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
1.27
1.28
1.29
1.30
1
2
3
3
3
4
6
7
7
7
8
9
10
11
11
12
13
13
13
14
14
15
15
16
17
17
18
18
18
19
22
23
24
25
25
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
30
30
32
33
34
35
36
ix
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
2.24
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
2.33
2.34
2.35
2.36
2.37
2.38
2.39
2.40
2.41
2.42
2.43
2.44
2.45
2.46
2.47
2.48
2.49
2.50
2.51
2.52
2.53
2.54
2.55
2.56
2.57
2.58
2.59
x
37
38
38
39
41
41
42
45
46
47
47
48
48
49
50
50
50
51
51
52
53
54
55
56
71
79
79
79
80
80
80
81
81
81
82
82
83
83
85
90
90
90
111
116
121
121
122
122
122
123
123
126
126
127
128
128
128
129
129
129
130
131
133
133
134
136
137
138
139
140
140
141
142
143
144
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
156
156
157
157
157
158
160
161
xi
2.107
2.108
2.109
2.110
2.111
2.112
2.113
2.114
2.115
2.116
2.117
2.118
2.119
2.120
2.121
2.122
2.123
2.124
2.125
2.126
2.127
2.128
2.129
2.130
2.131
2.132
2.133
2.134
2.135
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
xii
161
162
162
163
164
168
169
169
175
175
176
177
178
178
179
180
181
183
183
184
184
185
185
186
186
196
199
199
199
222
222
223
223
223
224
224
227
228
229
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22
3.23
3.24
3.25
3.26
3.27
3.28
3.29
3.30
3.31
3.32
3.33
3.34
3.35
3.36
3.37
3.38
3.39
3.40
3.41
3.42
3.43
3.44
3.45
3.46
3.47
3.48
3.49
3.50
3.51
3.52
3.53
3.54
3.55
3.56
3.57
3.58
229
230
230
231
231
231
232
232
233
233
233
234
234
236
237
237
237
238
238
238
238
239
239
239
239
240
240
241
242
242
242
242
243
243
243
243
244
244
244
246
247
247
248
249
249
249
251
251
xiii
252
252
252
253
256
257
258
258
258
259
259
260
263
263
263
264
264
265
265
265
265
267
268
269
269
269
270
272
272
274
274
275
275
275
276
276
278
279
279
280
280
281
282
284
285
286
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
2.21
4.22
4.23
4.24
4.25
4.26
4.27
4.28
4.29
4.30
4.31
4.32
4.33
4.34
4.35
4.36
4.37
4.38
4.39
4.40
4.41
4.42
4.43
4.44
4.45
4.46
4.47
4.48
4.49
290
291
292
292
293
293
294
294
295
296
296
297
297
298
298
298
299
300
300
301
301
302
303
304
306
306
308
308
310
310
311
311
311
311
312
312
313
313
315
315
316
316
317
317
319
320
320
320
xv
4.50
4.51
4.52
4.53
4.54
4.55
4.56
4.57
4.58
4.59
4.60
4.61
4.62
4.63
4.64
4.65
4.66
4.67
4.68
4.69
4.70
4.71
4.72
4.73
4.74
4.75
4.76
4.77
4.78
4.79
4.80
4.81
4.82
4.83
4.84
4.85
4.86
4.87
4.88
xvi
321
322
322
323
325
325
325
326
326
331
332
332
333
333
334
334
335
335
335
336
336
336
336
338
339
340
341
342
348
348
349
349
350
350
350
350
351
352
352
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
5.18
5.19
5.20
5.21
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
2.27
2.28
5.29
5.30
5.31
5.32
5.32
5.33
5.34
5.35
5.36
5.37
5.38
5.39
5.40
5.41
5.42
5.43
5.44
5.45
5.46
353
353
353
354
354
354
355
355
355
356
356
356
357
358
358
358
359
359
360
360
360
361
361
362
362
363
363
363
365
365
366
366
366
367
367
367
367
368
368
369
369
370
371
371
371
372
372
xvii
5.47
5.48
5.49
5.50
5.51
5.52
5.53
5.54
5.55
5.56
5.57
5.58
5.59
5.60
5.61
5.62
5.63
5.64
5.65
5.66
5.67
5.68
5.69
5.70
5.71
5.72
5.73
5.74
5.75
5.76
5.77
5.78
5.79
5.80
5.81
5.82
5.83
5.84
5.85
5.86
5.87
5.88
5.89
5.90
5.91
5.92
5.93
5.94
xviii
372
373
373
374
374
375
376
376
377
379
381
382
383
384
385
386
387
387
388
388
389
390
390
391
393
393
393
394
395
395
396
396
397
397
398
398
399
399
400
400
400
401
402
405
405
405
405
406
408
409
409
410
410
412
413
414
415
415
417
417
418
419
420
421
422
423
424
424
425
428
428
429
429
430
430
431
432
432
432
433
434
435
436
436
437
438
438
438
439
439
440
440
441
442
xix
5.141
5.142
5 143
5.144
5.145
5.146
5.147
5.148
5.149
5.150
5.151
5.152
5.153
5.154
5.155
5.156
5.157
5.158
5.159
5.160
5.161
5.162
5.163
5.164
5.165
5.166
5.167
5.168
5.169
5.170
5.171
5.172
5.173
5.174
5.175
5.176
5.177
5.178
5.179
5.180
5.181
5.182
5.183
5.184
5.185
5.186
5.187
xx
443
443
444
444
445
445
446
447
448
449
451
451
451
452
453
454
455
455
456
456
457
458
459
460
461
462
462
464
464
465
466
468
471
471
471
472
472
473
478
479
479
479
479
480
480
481
482
5.188
5.189
5.190
5.191
5.192
5.193
5.194
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
6.13
6.14
6.15
6.16
6.17
6.18
6.19
6.20
6.21
6.22
6.23
6.24
6.25
6.26
6.27
6.28
6.29
6.30
6.31
6.32
6.33
6.34
6.35
6.36
6.37
6.38
6.39
483
483
484
484
484
485
485
487
487
488
491
491
491
492
492
492
492
493
493
494
494
494
495
496
497
499
499
500
500
500
501
501
501
501
501
501
502
502
502
502
502
502
503
504
505
505
xxi
6.40 Diagram Tangga Pengisian dan Pengosongan Tangki Air .................... 506
6.41 Pengepakan Buah Apel ......................................................................... 507
6.42 Diagram Tangga Pengepakan Buah Apel ............................................. 508
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daya Tersambung Pada Tegangan Menengah ......................................... 26
Tabel 2.2 Golongan Pelanggan PT. PLN ................................................................... 27
Tabel 2.3 Standarisasi Daya Pelanggan TM Dengan Pembatas Pelabur TM ........... 28
Tabel 2.4 Standarisasi Daya Pelanggan TM Dengan Pembatas Pelabur TR ............ 28
Tabel 2.5 Golongan Tarif ............................................................................................ 29
Tabel 2.6 Standar Daya PLN ...................................................................................... 43
Tabel 2.7 Daftar bahan untuk pemasangan instalasi listrik rumah tinggal ................. 57
Tabel 2.8 Panjang Gelombang ................................................................................... 79
Tabel 2.9 Daftar Efikasi Lampu .................................................................................. 83
Tabel 2.10 Perhitungan Intensitas Penerangan ......................................................... 83
Tabel 2.11 Tingkat Pencahayaan ............................................................................... 86
Tabel 2.12 Tingkat Pencahayaan Minimum Yang Direkomendasikan dan
Renderasi Warna ...................................................................................... 87
Tabel 2.13 Efisiensi Armartur Penerangan Langsung ................................................ 92
Tabel 2.14 Efisiensi Armartur Penerangan Sebagian Besar Langsung ..................... 93
Tabel 2.15 Efisiensi Armartur Langsung Tak Langsung ............................................ 94
Tabel 2.16 Efisiensi Armartur ..................................................................................... 95
Tabel 2.17 Efisiensi Armartur Penerangan Tak Langsung ......................................... 96
Tabel 2.18 Intensitas Penerangan .............................................................................. 98
Tabel 2.19 Konsumsi Daya Listrik Lampu .................................................................. 99
Tabel 2.20 Temperatur Warna Yang Direkomendasikan Untuk Berbagai
Fungsi/Jenis Ruangan .............................................................................. 101
Tabel 2.21 Fluks Cahaya dan Efikasi Lampu ............................................................. 103
Tabel 2.22 Contoh Jenis Lampu Yang Dianjurkan Untuk Berbagai Fungsi/Jenis
Bangunan ................................................................................................. 105
Tabel 2.23 Daya Listrik Maksimum untuk Pencahayaan yang Diijinkan .................... 108
Tabel 2.24 Daya Pencahayaan Maksimum Untuk Tempat Di Luar Lokasi
Bangunan Gedung ................................................................................... 109
Tabel 2.25 Daya Pencahayaan Maksimum Untuk Jalan dan Lapangan ................... 109
Tabel 2.26 Tingkat Pencahayaan Minimum Yang Direkomendasikan dan
Renderasi Warna ...................................................................................... 111
Tabel 2.27 Ikhtisar Illuminasi Untuk Beberapa Jenis Gedung ................................... 117
Tabel 2.28 Karakteristik Lampu Halogen ................................................................... 130
Tabel 2.29 Warna Cahaya Lampu Tabung ................................................................ 131
Tabel 2.30 Kemampuan tabung dialiri arus listrik ...................................................... 135
Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik
xxiii
xxiv
5. MESIN LISTRIK
Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik
adalah konversi energi elektromekanik,
yaitu konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi
mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi
mekanik ke energi listrik disebut generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu dari energi
listrik ke energi mekanik disebut motor.
Selain generator dan motor, transformator juga termasuk alat listrik yang
menjadi bahasan pada saat mempelajari
mesin, meskipun energi yang masuk
dan yang keluar dari transformator sama
yaitu energi listrik. Pada transformator
energi listrik yang diberikan pada lilitan
akan mengakibatkan timbulnya medan
magnet pada inti besi dan selanjutnya
diubah kembali menjadi energi listrik.
Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831
dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik yang menjadi prinsip kerja motor
listrik. Percobaan mengenai konsep
mesin listrik di laboratorium-laboratorium
terus dilakukan sampai tahun 1870 saat
Thomas Alfa Edison memulai pengembangan generator arus searah secara
komersial untuk mendukung distribusi
tenaga listrik yang berguna bagi penerangan listrik di rumah-rumah.
Kejadian yang penting dalam sejarah
mesin listrik adalah dengan dipantenkannya motor induksi tiga fasa oleh
Nikola Tesla pada tahun 1888. Konsep
Tesla mengenai arus bolak-balik selanjutnya dikembangkan oleh Charles
Steinmetz pada dekade berikutnya,
sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan, sekaligus menjadi
pembuka jalan untuk melakukan transmisi daya listrik jarak jauh.
Mesin Listrik
353
Meskipun konsep mesin listrik yang digunakan saat ini tidak berbeda dari sebelumnya, tetapi perbaikan dan proses
pengembangan tidak berhenti. Pengembangan bahan ferromagnetic dan
isolasi terus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan daya yang lebih besar
dibandingkan dengan mesin listrik yang
digunakan sekarang ini.
Mesin listrik memegang peranan yang
sangat penting dalam industri maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Pada
power plant digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik, di industri digunakan sebagai penggerak peralatan mekanik, seperti mesin pembuat tekstil, pembuat baja, dan mesin pembuat kertas.
Dalam kehidupan sehari-hari mesin
listrik banyak dimanfaatkan pada peralatan rumah tangga listrik, kendaraan
bermotor, peralatan kantor, peralatan
kesehatan, dan sebagainya.
Ada tiga katagori utama untuk mesin
putar (rotating machines) atau mesin
dinamis yaitu mesin arus searah, mesin induksi, dan mesin sinkron. Dari
katagori utama ini dikelompokkan lagi
atas generator dan motor. Transformator termasuk katagori mesin statis, dan
berdasarkan fasanya dibagi atas transformator satu fasa dan tiga fasa.
Penggunaan Transformator
Transformator merupakan salah satu
alat listrik yang banyak digunakan pada
bidang tenaga listrik dan bidang elektronika. Pada bidang tenaga listrik, transformator digunakan mulai dari pusat
pembangkit tenaga listrik sampai ke
rumah-rumah (Gambar 5.7).
Sebelum di transmisikan tegangan yang
dihasilkan oleh pembangkit dinaikkan
354
Mesin Listrik
Mesin Listrik
seperti kawasan
atau perumahan.
industri,
komersial,
Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan
sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik, maka fluks bolak-balik akan
terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian fluks tersebut akan mengalir
pada inti transformator, dan selanjutnya
fluks ini akan mengimbas pada kumparan yang ada pada sisi sekunder yang
mengakibatkan timbulnya fluks magnet
di sisi sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul tegangan (Gambar
5.13).
358
Mesin Listrik
N1
N1 2SfI maks
Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder tanpa beban,
bukan merupakan arus induktif murni,
tetapi terdiri dari dua komponen arus
yaitu arus magnetisasi ( I m ) dan arus
Mesin Listrik
V2
Z
I2 M
359
dimana I 2
V2
Z2
dan Z
Z M
V
2 . 2 sin Zt , efektifnya V1
K
Q1
V2
K
2 .I 2 .K sin(Zt M)
i1
= 2I 1 . sin(Zt M)
dalam bentuk phasor :
I1
I 2 .K
Z in
Z in
V1
I1
Z
K2
V2 / K
I 2K
V2
I 2K 2
...............................(5.1 6)
360
Mesin Listrik
Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya, maka pada sisi kumparan primer arus mengalir arus I '2 yang menentang
fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I '2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi
kumparan primer menjadi :
I1 I 0 I 2 dimana I 0 I C Im , apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka nilai I 0 =
I m , sehingga I1 I m I c2 . Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti
transformator tetap nilainya, maka :
N 1I m
N 1I m
N 1I m
N 1I 1 N 2 I 2
N1 (I m I c2 ) N 2 I 2
N1I m N1I c2 N 2 I 2 , maka
N1I c2
I1
I2
N2
(5.1 7)
N1
Mesin Listrik
361
Yang dimaksud dengan acuan sisi primer adalah apabila parameter rangkaian
sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer dan harganya perlu dikali1
kan dengan faktor
(Gambar 5.23)
K2
Untuk memudahkan dalam menganalisis, rangkaian ekuivalen pada gambar
5.23 dapat disederhanakan lagi, seperti
diperlihatkan pada gambar 5.24.
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat
menentukan nilai parameter yang ada
pada transformator tersebut berdasarkan persamaan-persamaan berikut ini.
Impedansi ekuivalen transformator adalah :
R
X
Z eq1 (R 1 2 ) j( X1 2 )
K2
K2
R eq1 jX eq1 ...(5.1 8)
dimana
R eq1
R1
R2
K2
X1
X2
V1
...(5.1 -10)
K2
E1 I 1 .R 1 I 1 .X1 ...(5.1 -11)
V2
E 2 I 2 .R 2 I 2 .X 2 .(5.1 12)
E2
E1
N2
N1
X eq1
K atau E1
E2
..(5.1 13)
K
maka :
1
E1
(I 2 .Z L I 2 .R 2 I 2 .X 2 )
K
sedangkan
I 2'
I2
N2
N1
K atau I 2
I 2'
K
sehingga
'
I '
I '
1 I2
Z L 2 R 2 2 X 2 ) (5.1-14)
(
K K
K
K
V2
dan V1
I 1 (R eq1 jX eq1 ) (5.1 -15)
K
E1
.......(5.1 9)
362
Mesin Listrik
Z eq 2
(R 1K 2 R 2 ) j( X1K 2 X 2 )
R eq 2 jX eq 2 ) (5.116)
R eq 2
X eq 2
E2
V2
R 1K R 2 ) .....(5.1 17)
2
X1K X 2 ..(5.118)
AC
AF
M1
M2
M
363
Cos M r
Pengaturan
Tegangan
(Regulation
Voltage) suatu transformator adalah
perubahan tegangan sekunder antara
beban nol dan beban penuh pada suatu
faktor daya tertentu, dengan tegangan
primer konstan.
x100%
Sin M
Daya Keluar
Daya Masuk
Daya _ Keluar
Daya _ Keluar 6Rugi 2
Cu
I 2 2 R eq 2
(Pcu)
= I1 2 .R eq1
V1 V2 '
x100%
V1
atau
Wc
R eq1
V1 .CosM1
Pi
V1 .I1 2 .CosM1
atau
x100%
364
Mesin Listrik
V0 2
.(5.1 34)
P0
Rc
V0
Ic
Xm
V0
..(5.1 35)
Im
P0
Ic
I c 2 I m 2 .(5.1 31)
V1 .I 0 .CosM 0 (5.1 32)
I 0 .CosM 0
dan Im I 0 .SinM 0
Mesin Listrik
E 2HS I 2 .Z 2
sedangkan dalam keadaan normal
E 2 V2 I 2 .Z 2 , karena itu didalam
per-cobaan hubung singkat ini E 2HS
hanya 5 % - 10% dari E 2 .
Daya yang diserap pada saat percobaan
hubung singkat ini dapat dianggap sama
dengan besarnya kerugian tembaga
pada kedua sisi kumparan tersebut.
PHS I1 2 .R 1 I 2 2 .R 2
Gambar
5.32
I 1 2 .R 1 (I 2 ' ) 2 .R 2 '
I 1 2 .(R 1 R 2 ' )
?
I 1 2 .R eq1
PHS
(5.1 36)
I12
jika resistansi ekuivalen diperoleh dari
percobaan hubung singkat tersebut
akan digunakan untuk memperhitungkan efisiensi, maka resistansi ini harus
dikoreksi pada temperatur kerja yaitu
75qC, sehingga :
234,5 75
R 75 R.
234,5 t
VHS
..(5.1 37)
Z eq1
I1
X eq1
CosM HS
R eq1
366
Mesin Listrik
IA IB
E I A .Z A
V2
I A .Z A
IA
dan I B
I B .Z B
E I B .Z B
atau
E I.Z AB
IA
ZB
IB
ZA
I.Z B
...............(5.1 40)
(Z A Z B )
I.Z A
..(5.1 41)
(Z A Z B )
368
I A .Z A
V2 .I A
V2 .I B
I B .Z B
I.Z AB
ZB
ZA ZB
ZA
V2 .I
ZA ZB
V2 .I
dan
Mesin Listrik
Tiga
Mesin Listrik
369
i Tangki Transformator
Tangki transformator berfungsi untuk
menyimpan minyak transformator dan
sebagai pelindung bagian-bagian transformator yang direndam dalam minyak.
Ukuran tangki disesuaikan dengan ukuran inti dan kumparan.
Gambar 5.41 Transformator Tipe
Cangkang
i Kumparan Transformator
Kumparan transformator terdiri dari lilitan kawat berisolasi dan membentuk
kumparan. Kawat yang dipakai adalah
kawat tembaga berisolasi yang berbentuk bulat atau plat.
Kumparan-kumparan transformator diberi isolasi baik terhadap kumparan lain
maupun inti besinya. Bahan isolasi
berbentuk padat seperti kertas prespan,
pertinak, dan lain-nya.
i MinyakTransformator
Untuk mendinginkan transformator saat
beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak
transformator,minyak juga berfungsi
sebagai isolasi.
370
i Konservator Transformator
Konservator merupakan tabung berisi
minyak transformator yang diletakan
pada bagian atas tangki. Fungsinya
adalah :
Untuk menjaga ekspansi atau meluapnya minyak akibat pemanasan;
Sebagai saluran pengisian minyak.
i Sistem
mator
Pendinginan
Transfor-
i Bushing Transformator
Bushing transformator adalah sebuah
konduktor yang berfungsi untuk menghubungkan kumparan transformator
dengan rangkaian luar yang diberi
selubung isolator. Isolator juga berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor
dengan tangki transformator. Bahan
bushing adalah terbuat dari porselin
yang tengahnya berlubang (Gambar
5.42).
i Alat Pernapasan
Naik turunnya beban transformator dan
suhu udara sekeliling transformator,
mengakibatkan suhu minyak berubahubah mengikuti perubahan tersebut. Bila
suhu minyak naik, minyak memuai dan
mendesak udara diatas permukaan
minyak keluar dari tangki dan bila suhu
turun sebaliknya udara akan masuk.
Keadaan ini merupakan proses pernapasan transformator. Tetapi udara
luar yang lembab akan menurunkan nilai
tegangan tembus minyak. Untuk mencegah hal itu transformator dilengkapi
dengan alat pernafasan (Gambar 5.43)
yang berupa tabung berisi zat hygroskopis,seperti kristal silikagel.
i Tap Changer
Tap changer (Gambar 5.44) adalah alat
yang
berfungsi
untuk
mengubah
perbandingan lilitan transformator untuk
mendapatkan tegangan operasi pada
sisi sekunder sesuai yang dibutuhkan
oleh tegangan jaringan (beban) atau
karena tegangan sisi primer yang
berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban (on load) atau keadaan
tidak
ber-beban(off
load).
Untuk
tranformator distribusi perubahan tap
changer dilakukan dalam keadaan tanpa
beban.
Mesin Listrik
371
i Alat Indikator
Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media
bantu yang ada didalam transformator
saat transformator beroperasi, seperti :
suhu minyak ;
permukaan minyak ;
sistem pendinginan ;
posisi tap.
i Plat Nama
Plat nama yang terdapat pada bagian
luar transformator sebagai pedoman
saat pemasangan maupun perbaikan.
Data-data yang dicantumkan seperti :
Phasa dan frekuensi, daya nominal,
tegangan primer/ sekunder,kelompok
hubungan, arus nominal, % arus hubung
372
Mesin Listrik
Primer:
Vph1
VL1
3
Volt dan I L1
I ph1
Sekunder:
Vph 2
I L2
VL 2
3
Volt
I ph 2 Amp K
dan
Vph 2
Vph1
i Hubungan Segitiga-Segitiga
Hubungan ini umumnya digunakan dalam sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan terutama
saat kesinambungan dari pelayanan
harus dipelihara meskipun satu fasa mengalami kegagalan (Gambar 5.49).
Adapun beberapa keuntungan dari hubungan ini adalah :
Mesin Listrik
373
x
x
dan
I L2
3 I ph1
3 I ph 2
Vph 2
Vph1
374
VL1
3
Volt
dan I L1
I ph1 Amp
Mesin Listrik
Sekunder :
Vph 2
VL 2 Volt dan I ph 2
I L2
3
Amp
Vph 2
Vph1
Primer
VL1
I L1
3
Sekunder:
Vph 2
VL 2
3
Volt dan I L 2
I ph 2 A
Vph 2
Vph1
375
e Z1
e1 e 2 ;
e Z2
e 2 e3
e Z3
e 3 _ e1
_____________
e Z1 e Z 2 e Z3
0 3e b ,
Mesin Listrik
Hubungan Open Y - Open ' diperlihatkan pada Gambar 5.54, ada perbedaan dari hubungan V - V karena penghantar titik tengah pada sisi primer dihubungkan ke netral (ground). Hubungan
ini bisa digunakan pada transformator
distribusi.
Teaser
Transformer beroperasi
hanya
0,866
dari
kemampuan
tegangannya dan kumparan main
trnsformer beroperasi pada Cos 30 q =
0,866 p.f, yang ekuivalen dengan main
transformer bekerja pada 86,6 % dari
kemampuan daya semunya.
Mesin Listrik
Pengujian tahanan isolasi biasanya dilaksanakan pada awal pengujian dengan tujuan untuk mengetahui secara
dini kondisi isolasi transformator, untuk
menghindari kegagalan yang bisa bera-
377
Tabel 5.2
Parameter Pengujian Hub Singkat
Mesin Listrik
379
380
Mesin Listrik
5.3 Transformator
Khusus
5.3.1 Autotransformator
Bila kerugian-kerugian didalam transformator dapat diabaikan, maka untuk pendekatan, persamaan untuk transformator biasa adalah :
S tb 2.V1 .I 1 | 2.V2 .I 2
untuk autotransformator pendekatannya
adalah :
S tA V1 .I V3 .I 2
sedangkan :
I1
maka :
I I2
, maka I
I1 I 2
V1 (I 1 I 2 ) (V2 V1 )I 2
V1 .I 1 V1 .I 2 V2 .I 2 V1 .I 2
S tA
bila
V1 .I 1 V2 .I 2 2.V1 .I 2
rugi-rugi dibaikan maka
dapat
ditulis :
2.V2 .I 2 2.V1 .I 2
2.V2 .I 2
V2 V1
V2
1
V1
V2
5.3.2 Transformator
Pengukuran
Untuk melakukan pengukuran tegangan
atau arus yang berada di gardu-gardu
listrik atau pusat pembangkit tenaga
listrik biasanya tidak dilakukan secara
langsung karena karena nilai arus/ tegangan yang harus diukur pada umumnya
tinggi. Apabila pengukuran besaranbesaran listrik ini dilakukan secara langsung, maka alat-alat ukur yang harus
disediakan akan menjadi sangat mahal
karena baik dari ukuran fisik maupun
ratingnya memerlukan perancangan secara khusus.
Mesin Listrik
Mesin Listrik
383
384
Mesin Listrik
bahan berlapis-lapis tipis untuk rnengurangi panas karena adanya arus pusar
yang terbentuk pada kutub magnet
buatan tersebut.
385
5.4.1.4 Komutator
Kelas A
: Maks
700 C
Kelas B
: Maks
1100 C
Kelas H
: Maks
1850 C
386
pada
5.4.1.5 Jangkar
Jangkar yang umum digunakan dalam
mesin arus searah adalah yang
berbentuk silinder, yang diberi alur pada
bagian permukaannya untuk melilitkan
kumparan-kumparan tempat terbentuknya Ggl imbas.
Jangkar dibuat dari bahan yang kuat
yang mempunyai sifat ferromagnetik
Mesin Listrik
Lilitan Jangkar
Lilitan jangkar berfungsi sebagai tempat
terbentuknya Ggl imbas. Lilitan jangkar
387
S
2U
Bila
dalam
tiap-tiap
mempunyai 8 s/d 18 alur, maka :
kutub
G = (8 18) 2p
Tiap-tiap kumparan dihubungkan dengan kumparan berikutnya melalui lamel
komutator, sehingga semua kumparan
dihubung seri dan merupakan rangkaian
tertutup. Tiap-tiap lamel dihubungkan
dengan dua sisi kumparan sehingga
jumlah lamel k, adalah :
S=2.k
Z
ZS
2.k
Z
2. Z S
S
2 .U
2. k
k=U.G
2 .u
Lilitan Gelung
Mesin Listrik
G 8
4
2p 2
YC = 1
Y1 = 2 . U . Yg + 1
= 2 .1 . 4 + 1
=9
Y2 = 2. YC Y1
=2.1-9
= -7
Tabel 5.4
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel
Lilitan Gelung
Gambar 5.67 Prinsip Lilitan Gelung
Pada lilitan gelung kisar bagian Y2 mundur atau negatif. Tiap kumparan mempunyai satu sisi benomor ganjil dan satu
sisi bernomor genap, karena itu Y1 dan
Y2 selamanya harus merupakan bilangan ganjil.
Kisar bagian Y1 ditetapkan oleh Iebar
kumparan, diperkirakan sama dengan
jarak kutub-kutub . Bila lebar kumparan
dinyatakan dengan jumlah alur, biasanya dinyatakan dengan kisar Yg .
Yg =
G
G
Yg
2p
2p
LAMEL
1
2
3
4
5
6
7
8
SISI KUMPARAN
1
3
5
7
9
11
13
15
10
12
14
16
2
4
6
8
LAMEL
2
3
4
5
6
7
8
1
Lilitan Gelombang
Yc
k r1
p
Contoh :
2p = 4 ; S = 42 ; G = k = 21 ; u = 1
21 1
Yc
Yc = 10 atau 11,
2
kita ambil Yc = 10
YG
G
2p
21 1
5 ,
4
4
390
2 . u . YG + 1 = 2 .. 1.5 + 1 = 11
dan
Y2 = 2 . Yc Y1 = 2 . 10 11 = 9
Y1
Mesin Listrik
Tabel 5.5
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel Lilitan
Gelombang
LAMEL
1
11
21
10
20
9
19
8
18
7
17
6
16
5
15
4
14
3
13
2
12
SISI KUMPARAN
1 - 12
21 - 32
41 - 10
19 - 30
39 - 8
17 - 28
37 - 6
15 - 26
35 - 4
13 - 24
33 - 2
11 - 22
31 - 42
9 - 20
29 - 40
7 - 18
27 - 38
5 - 16
25 - 36
3 - 14
23 - 34
LAMEL
11
21
10
20
9
19
8
18
7
17
6
16
5
15
4
14
3
13
2
12
1
Pada lilitan gelombang tunggal banyaknya sikat yang dibutuhkan hanya dua
buah, tidak tergantung pada jumlah
kutubnya.
Lilitan Gelombang Majemuk
Apabila nilai arus atau tegangan yang
diperlukan tidak bisa dipenuhi dengan
lilitan gelung atau gelombang tunggal,
maka diatasi dengan lilitan gelombang
majemuk.
Lilitan gelombang majemuk terdiri dari
dua lilitan gelombang tunggal atau lebih.
Tiap-dap lilitan gelombang tunggal
terdiri dari dua cabang paralel, untuk
gelombang majemuk a = 2 . m
Yc
k rm
p
Mesin Listrik
391
dI
Volt
dt
N
-N
60
60
N
Ggl Induksi/penghantar
dI I .P.N
V
dt
60
seri
Z
2
? Ggl Induksi/Cabang
I .P.N Z
x
60
A
I .Z .P.N
Volt
120
Untuk Lilitan Gelung
Jumlah cabang paralel = a
Jumlah penghantar terhubung seri
dalam satu cabang
Z
a
Mesin Listrik
Ggl Induksi/cabang
I .P.N
60
Z
Volt
a
I .Z .N Z
60
Volt
Fluks ini memotong belitan jangkar sehingga timbul tegangan induksi, bila
generator dibebani maka pada penghantar jangkar timbul arus jangkar. arus
jangkar ini menyebabkan timbulnya
fluks pada penghantar jangkar tersebut
dan biasa disebut FIuks Medan
Jangkar (Gambar 5.72).
Selanjutnya perhatikan gambar 5.73,
disini terlihat fluks medan utama disebelah kiri kutub utara dilemahkan oleh
sebagian fluks medan lintang (jangkar)
dan
disebelah
kanan
diperkuat.
Sedangkan pada kutub selatan fluks
medan utama disebelah kanan diperlemah dan disebelah kiri diperkuat oleh
fluks medan lintang. Pengaruh adanya
interaksi ini disebut reaksi jangkar.
Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak tegak lurus pada garis
netral teoritis AB, tetapi bergeser sebesar sudut D sehingga tegak lurus
pada garis netral teoritis A' B'.
Sikat yang diletakkan pada permukaan
komutator yang terletak pada garis netral AB harus digeser letaknya supaya
tidak timbul bunga api. Sikat harus
digeser sesuai dengan pergeseran
garis netral.
Mesin Listrik
393
Ia
IL
Pj
V
'e
Ra
RL
PL
= Arus jangkar
= Arus beban
= Daya jangkar
= Tegangan terminal jangkar
= Kerugian tegangan pada sikat
= Tahanan lilitan jangkar
= Tahanan beban
= Daya keluar (beban)
Em
Rm
Ia = IL
Persamaan Tegangan :
E = V +Ia . Ra + 2'e
V = IL . RL
Pj = L . la Watt
PL = V . IL Watt
Keterangan :
Im = Arus penguat magnit
Em = Tegangan sumber penguat
magnit
Rm = Tahanan lilitan penguat magnit
394
Mesin Listrik
a. Generator Shunt
Persamaan arus :
c. Generator Kompon
Ia = IL + Ish
Ish
V
Rsh
Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + 2'e
V = IL . RL
b. Generator Seri
Persamaan arus :
Ia = Is = IL
Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + Is . Rs + 2'e
= V + Ia (Ra + Rs) + 2'e
Mesin Listrik
395
Persamaan arus :
Is = IL
Ia = IL + Ish
Ish =
Vcd
Rsh
Persamaan Tegangan :
E = V . Ia . Ra + Is . Rs + 2'e
= Ia . Ra + Ish . Rsh + 2'e
Gambar 5.77 Generator Kompon
Panjang
Persamaan arus :
Is = Ia
Ia = IL + Ish
5.4.5 Efisiensi
Rugi rugi yang terjadi dalam sebuah
generator arus searah dapat dibagi
sebagai berikut :
Persamaan Tegangan :
E = V . Ia (Ra + Rs) + 2'c
c.2 Generator Kompon Pendek
x Rugi Tembaga
a. Rugi Tembaga jangkar = Ia2 Watt
b. Rugi Tembaga Medan Shunt
= Ish2. Rsh Watt
c. Rugi Tembaga Medan Seri
= Is2 . Rs Watt
x Rugi Inti
a. Rugi Hysterisis
b. Eddy Currents
x
a.
b.
c.
Gambar 5.78 Generator Kompon
Pendek
396
, Ph D B max1.6 . f
, Pe D B max2 . f2
Rugi Mekanis
Rugi gesekan pada poros
Rugi angin akibat putaran jangkar.
Rugi gesekan akibat gesekan sikat
dengan komutator.
Mesin Listrik
Efisiensi Total Kt
Daya Keluar Generator
x 100%
Daya Masuk Mekanis
Mesin Listrik
Beban Nol
397
I .Z .N
60
P
Volt, bila
a
Mesin Listrik
penguat OA (R) =
Volt
Ampere
Mesin Listrik
E2
E1
N2
atau
N1
E2 = E1
N2
N1
399
E1 = HC bila N1
untuk lm = OH , E1 = HC bila N1
Im = OH , E2 = HD Bila N2
? E2 = HC x
N2
N1
52,5
1
275
7
107,5
2
287,5
8
155
3
196,5
4
298
9
231
5
308
10
256,5
6
312
11
c. Kecepatan Kritis
Kecepatan kritis dari sebuah generator
shunt adalah kecepatan dimana resistansi kumparan medan magnet yang
ada menunjukkan resistansi kritis. Pada
gambar 5.86 kurva 2 memperlihatkan
kecepatan kritis sebab garis Rsh merupakan resistansi kritis.
400
800
= 0,8 dan kurva
1000
Im
(Amp) 1
Mesin Listrik
401
I .Z . N
60
P
Volt ...............(1)
A
V = E + Ia . Ra Volt .................(2)
Ia
402
V E
Ra
Garis-garis
gaya magnit
Ampere (3)
Mesin Listrik
dPm
maka :
= V 2Ia . Ra
dIa
dPm
sama dengan nol.
dIa
= 0,159 I . Z x
V 2 . la . Ra = 0
V
2
V
E = V Ia . Ra =
2
I .Z . N
P
x la
60
A
1
Ia
Ta =
I . Z . P x Nm
2.S
A
Tax2S . n =
la . Ra =
5.5.3 Torsi
Torsi adalah putaran suatu gaya pada
sebuah poros, dan diukur dengan hasil
perkalian gaya dengan jari-jari lingkaran
dimana gaya tersebut terjadi(bekerja).
Torsi T = F . r (N-m)
Mesin Listrik
Ia
Nm
A
Tsh =
403
Wb
maksimum 2
m
f = Frekuensi dlm Hertz
V = Volume inti (m3)
nilai x = antara 1,6 s/d 2
- Arus Pusar (Eddy Current)
Pe = Ke.Bmax2 . f2 . V . t2 Watt
Ke = Konstanta arus pusar
t = Ketebalan dari inti magnit (m)
Daya Keluar
x 100%
Daya Masuk
Daya Keluar
K=
x 100%
Daya Masuk 6rugi
K=
x Motor Shunt
x Motor Seri
Panjang
x Motor Kompon
Pendek
Rugi Mekanis
Rugi mekanis yang terjadi pada
motor disebabkan oleh adanya ge404
Mesin Listrik
V
Rsh
E = V - Ia.Ra
b. Motor Seri
Em
Amp
Rm
la = IL
E
= V la . Ra - 2'e Volt .
Pin = V.IL Watt
Pj = Pm = E .la Watt
Pout = Pm - Rugi besi&gesekan
5.5.5.2 Motor Arus Searah
Penguat Sendiri
a. Motor Shunt
Mesin Listrik
405
x Persamaan Kecepatan
N =
V Ia . Ra
Rpm
CI
x Persamaan Torsi
T = C . Ia . I Nm
Berdasarkan persamaan diatas maka
dapat diperoleh karakteristik-karakte406
merujuk
pada
persamaan
Mesin Listrik
T=C.Ia.I salah satu faktor yang mengakibatkan kenaikkan Torsi adalah naiknya arus jangkar la, dan akibat naiknya
arus jangkar maka berdasarkan persaV Ia . Ra
maan N =
Rpm, kecepa-tan
CI
maka
V Ia . Ra
N=
Rpm
CI
V Ia . Ra
N=
Rpm
C.Ia
b. Karakteristik Torsi
Motor Seri :
Berdasarkan persamaan :
Ta = 0,159 I . Z . P x
Ia
Nm, atau
A
V Ia . Ra
Rpm, pada
C.I
Motor Kompon
Motor Kompon
Mesin Listrik
407
Pada umumnya mesin-mesin penggerak yang digunakan di Industri mempunyai daya keluaran lebih besar dari 1
HP dan menggunakan motor Induksi
Tiga Fasa. Adapun kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor lainnya,
adalah :
Kelebihan Motor Induksi
x Mempunyai konstruksi yang sederhana.
x Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang
lainnya.
x Menghasilkan putaran yang konstan.
x Mudah perawatannya.
x Untuk pengasutan tidak memerlukan
motor lain sebagai penggerak mula.
x Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi.
Kekurangan Motor Induksi
x Putarannya sulit diatur.
x Arus asut yang cukup tinggi, berkisar
antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor
408
Mesin Listrik
Inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan baja silikon yang tebalnya berkisar
antara 0,35 mm - 1 mm yang tersusun
secara rapi dan masing-masing terisolasi secara listrik dan diikat pada ujungujungnya.
Celah udara antara stator dan rotor
pada motor yg berukuran kecil 0,25 mm0,75 mm, sedangkan pada motor yang
berukuran besar bisa mencapai 10 mm.
Celah udara yang besar ini disediakan
untuk mengantisipasi terjadinya pelengkungan pada sumbu sebagai akibat
pembebanan. Tarikan pada pita (belt)
atau beban yang tergantung akan menyebabkan sumbu motor melengkung.
5.6.1.1 Stator
tukan kecepatan motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaran yang terjadi semakin rendah.
5.6.1.2 Rotor
Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya
terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar
dan rotor lilit.
Rotor Sangkar
Motor induksi jenis rotor sangkar lebih
banyak digunakan daripada jenis rotor
lilit, sebab rotor sangkar mempunyai
bentuk yang sederhana. Belitan rotor
terdiri atas batang-batang penghantar
yang ditempatkan di dalam alur rotor.
Batang penghantar ini terbuat dari tembaga, alloy atau alumunium. Ujungujung batang penghantar dihubung singkat oleh cincin penghubung singkat, sehingga berbentuk sangkar burung. Motor induksi yang menggunakan rotor ini
disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
Karena batang penghantar rotor yang
telah dihubung singkat, maka tidak dibutuhkan tahanan luar yang dihubungkan
seri dengan rangkaian rotor pada saat
awal berputar. Alur-alur rotor biasanya
tidak dihubungkan sejajar dengan sumbu (poros) tetapi sedikit miring.
Pada dasarnya belitan stator motor induksi tiga fasa sama dengan belitan
motor sinkron. Konstruksi statornya belapis-lapis dan mempunyai alur untuk
melilitkan kumparan. Stator mempunyai
tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan
kumparan dihubungkan melalui terminal
untuk memudahkan penyambungan dengan sumber tegangan. Masing-masing
kumparan stator mempunyai beberapa
buah kutub, jumlah kutub ini menenMesin Listrik
409
Rotor Lilit
Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak,
belitan ini dimasukkan ke dalam aluralur initi rotor. Belitan ini sama dengan
belitan stator, tetapi belitan selalu dihubungkan secara bintang. Tiga buah
ujung-ujung belitan dihubungkan ke
terminal- terminal sikat/cincin seret yang
terletak pada poros rotor.
Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur
kecepatan motor dengan cara mengatur
tahanan belitan rotor tersebut. Pada
keadaan kerja normal sikat karbon yang
berhubungan dengan cincin seret tadi
dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit
dikenal dengan sebutan Motor Induksi
Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.
Putaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluksi yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini
timbul bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa.
410
Mesin Listrik
Hubungannya dapat berupa hubungan bintang atau segitiga. Pada gambar 5.98
diperlihatkan bagaimana terjadinya medan putar pada motor induksi tiga fasa.
Perhatikan gambar 5.99 a s/d f
x Pada posisi ketiga atau c, fluks rex Pada posisi pertama atau a, fluks
sultannya mempunyai arah yang saresultan mempunyai arah yang sama dengan fluks yang dihasilkan
ma dengan arah fluk yang dihasilkan
oleh kumparan b - b.
oleh kumparan a - a.
x Pada posisi keempat s/d keenam
x Pada posisi kedua atau b, fluks reterlihat fluks resultan yang terjadi
sultan mempunyai arah yang sama
arahnya akan berlawanan dengan
dengan arah fluks yang dihasilkan
arah fluks sebelumnya pada masingoleh kumparan c - c.
masing kumparan.
(a)
(c)
Mesin Listrik
(b)
(d)
411
(e)
(f)
Gambar 5.100 Proses Terjadinya Medan Putar
120. f
P
Rpm
(a)
120. f
P
412
Mesin Listrik
120f
. Medan putar yang terjadi
P
pada stator ini akan memotong penghantar- penghantar yang ada pada bagian rotor, sehingga terinduksi arus, dan
sesuai dengan dengan Hukum Lentz,
sehingga rotor akan berputar mengikuti
putaran medan stator.
Ns
(c)
Gambar 5.101 Terjadinya Putaran pada Motor
Induksi
413
Slip Mutlak = Ns Nr
Slip (S) merupakan perbandingan slip
mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
Ns Nr
S
x100%
Ns
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor
( f 2 ) sama besarnya dengan frekuensi
sumber tegangan, bila rotor berputar
frekuensi rotor tergantung pada besarnya kecepatan relatif atau slip mutlak.
Hubungan antara frekuensi dengan slip
dapat dilihat sebagai berikut :
120.f1
P.Ns
dan f1
P
120
dan pada rotor berlaku hubungan :
Ns
f2
f1
414
S f2
Sxf1
Rotor
Mesin Listrik
Pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E2) dan reaktansi bocor
rotor (X2) dipengaruhi oleh Slip, maka
arus rotor menjadi :
I2
E 2 .S
R2
S
1
R 2 R 2 ( 1)
S
dimana R 2
Resistansi Rotor
1
R 2 ( 1) = Resistansi Beban
S
R 2 ' (S.X 2 ) 2
E2
2
R2
.X 2 2
S
Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 5.102 bisa disederhanakan lagi dengan
merefrensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 5.103
Mesin Listrik
415
atau
Ts
k.E 2 .
E2
R 22 X22
k.E 2 2 .R 2
R 22 X22
E 2r
berputar
I 2r
E 2r
S.E 2
I 2r
E 2r
Z 2r
CosM 2r
Torsi Asut (Starting Torque)
I2
E2
Z2
CosM
R2
Z2
Torsi Asut
416
Ts
E2
R 22 X22
R2
R 22 X22
k.E 2 .I 2 .CosM 2
R 22 X22
R2
Tv
S.E 2
(R 2 ) 2 ( X 2 .S) 2
R2
(R 2 ) 2 (S.X 2 ) 2
k.S.E 2 2 .R 2
R 2 2 (S.X 2 ) 2
k = konstanta, nilainya =
3
2.S.Ns
S.E 2 2 .R 2
3
x
2.S.Ns R 2 2 (S.X 2) ) 2
Mesin Listrik
Torsi Maksimum
dT
dS
2.S.
R2
X2
Ts
Tmax
R 2 2 S 2 .X 2 2
R
k. 2 .E 2 2 .R 2
X2
R
R 2 ( 2 ) 2 .X 2
X2
S 2
k.R 2 .E 2 2
2
R 2 X2
2.
=
k.E 2 2
2.X 2
2
Sm
S
S
Sm
k.S.E 2 2 .R 2
Tmax
R2
X2
2.X 2
k.E 2
R2
X2
R
1 2
X2
2.R 2 .X 2
R 22 X22
2.Sm
1 Sm 2
k.S.R 2 .E 2 2
Tf
R 2 2 S 2 .X 2 2
Tmax
?
Tf
Tmax
k.E 2 2
2.X 2
k.S.R 2 .E 2
R 2 2 S 2 .X 2 2
Mesin Listrik
2.X 2
k.E 2 2
417
Saat Pengasutan S = 1
I2
CosM 2
E2
(R 2 Rx) 2 ( X 2 ) 2
Ampere
Saat Berputar
I2
R 2 Rx
(R 2 Rx) 2 ( X 2 ) 2
CosM 2
k.E 2 .( R 2 Rx)
( R 2 Rx) 2 ( X 2 ) 2
N-m
S.E 2
(R 2 Rx) 2 (S.X 2 ) 2
Ampere
R 2 Rx
(R 2 Rx) 2 (S.X 2 ) 2
N-m
Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan Torsi Tg.
Sebagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut
Torsi Poros Tsh.
418
Mesin Listrik
Keterangan :
Daya Keluar Rotor kotor = Pout rotor
Daya Masuk Rotor
= Pin rotor
= Pcu rotor
Pout rotor
2.S.Nr
3.S 2 .E 2 2 .R 2
Pin rotor P2
Pin rotor
Tg x2.S.Ns
Pcu rotor
Tg x2.S( Ns Nr )
Pcu rotor
Pin rotor
Tg x2.S(Ns Nr )
Tg x2.S.Ns
Ns Nr
S
Ns
Pcu rotor S xPin rotor
Pout rotor = Pin rotor - Pcu rotor
= Pin rotor - S x Pin rotor
Pout rotor
Pin rotor
Pcu 3.I 2 2 .R 2
R 2 2 S 2 .X 2 2
1 S
Ns Nr
Ns
Ns Ns Nr Ns
Ns
Ns
Nr
Ns
Efisiensi Rotor
Nr
Pcu rotor
S x Pin rotor
Juga
Pout rotor (1 S) Pin rotor
1
Watt
Pcu rotor
S
3.S 2 .E 2 2 .R 2
2
R 2 S .X 2
1
S
3.S.E 2 2 .R 2
R 2 2 S 2 .X 2 2
Daya Mekanik (Pm) atau
Watt
Pm
Pm
2SNr / 60
Z
Pm
2.S.Ns(1 S) / 60
Tg
3.S.E 2 2 .R 2
1
Nm
x
2.S.Ns / 60 R 2 2 (S.X 2 ) 2
S
1 S
Mesin Listrik
419
Pcu stator
2 RS2
3. I 2 ' .
Pcu rotor
V12
......
(R1
'
Watt
'
R2
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '
3(I 2 )
S
1 S
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '
Watt
S
TgxZ Tg x2S.Nr / 60
' 2
R 2' 2
) ( X1 X 2 ' ) 2
S
DayaMekanik Pm
1 S
3.(I 2 ' ) 2 .R 2 '
S
1 S
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '
Tg
2S.Nr / 60
karenaNr Ns(1 S),maka
Tg
3
x
2S.Ns / 60
Tg
V1
'
R R 2 j( X X ' )
1
2
1 S
I 2'
R 2'
S
2S.Ns / 60
3(I 2 ' ) 2
R 2'
Nm
S
I2
3.I12 .R L
V1
I1
(R eq1 R L ) 2 Xeq12
3.V12 .R L
Pg
(R eq1 R L ) 2 Xeq12
, k diasumsikan 1
Pg max
Z eq1
3.V12 .Z eq1
3.V12
2(R eq1 Z eq1 )
dari
rangkaian
ekuivalen
420
tukan berdasarkan hasil tes tanpa beban, tes hubung singkat, dan dari pengukuran tahanan dc dari belitan stator.
Mesin Listrik
Mesin Listrik
x
x
x
dan
CosM 0
W0
3.V.I 0
421
422
Whs
3.VhsL .I hsL
Whs Wint i
Whs Wint i
3.I hs
Vhs
I hs
?X eq1
Z eq12 R eq12
Mesin Listrik
423
(a)
(b)
424
(c)
Gambar 5.114 Pengaturan Tegangan
Mesin Listrik
425
Desain
Torsi
Asut
Arus
Asut
A
B
C
D
F
N
N
T
T
R
N
N
N
R
R
Slip
Beban
Penuh
R
R
R
T
R
Torsi
Patah
LT
N
N
T
R
Motor tanpa
SF
Motor dengan
SF 1,15
Klas B
Isolasi
Klas F
Klas H
80C
105C
125C
90C
115C
135C
Mesin Listrik
5.7.2 Konstruksi
Ada dua struktur medan magnit pada
mesin sinkron yang merupakan dasar
kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC
dan sebuah jangkar tempat dibangkitkannya ggl AC. Hampir semua mesin
sinkron mempunyai jangkar diam (stationer) dan struktur medan berputar.
Kumparan DC pada struktur medan
yang berputar dihubungkan pada sumber luar melaui slipring dan sikat, tetapi
ada juga yang tidak mempergunakan
sikat yaitu sistem brushless excitation.
Konstruksi dari sebuah mesin sinkron
secara garis besar adalah sebagai berikut :
i Bentuk Penguatan
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa
untuk membangkitkan flux magnetik diperlukan penguatan DC. Penguatan DC
ini bisa diperoleh dari generator DC
penguatan sendiri yang seporos dengan
rotor mesin sinkron.
Pada mesin dengan kecepatan rendah,
tetapi rating daya yang besar, seperti
generator Hydroelectric, maka generator DC yang digunakan tidak dengan
penguatan sendiri tetapi dengan Pilot
Excitersebagai penguatan atau menggunakan magnet permanen (penguat
aktif).
427
Gambar 5.116
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Penguatan Generator DC Pilot Exciter
Gambar 5.117
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Sistem Penguatan Brushless Exciter System
Alternatif lainnya untuk penguatan adalah menggunakan dioda silicon dan thyristor. Dua tipe sistem penguatan Solid
stateadalah :
x Sistem statis yang mempunyai dioda
atau thyristor statis, dan arus dialirkan
ke rotor melalui Slipring.
x Brushless System, pada sistem ini
penyearah diletakkan diporos yang
428
D lis
Mesin Listrik
P
D mek
2
(b) Silinder
Gambar 5.118 Bentuk Rotor
Gambar 5.119
Inti Stator dan Alur pada Stator
429
D lis
P
D mek
2
12
x30 0
2
EA
E A 0 0 Volt
EB
E B 120 0 Volt
EC
E C 240 0 Volt
180 0
430
Mesin Listrik
Perhatikan gambar 5.123, disini diperlihatkan ggl yang dinduksikan dalam alur
2 akan tertinggal (lagging) dari ggl yang
dibangkitkan dalam alur 1 sebesar \
=15 derajat listrik, de mikian pula ggl
yang dinduksikan dalam alur 3 akan
tertinggal 2\ derajat, dan seterusnya.
Semua ggl ini ditunjukkan masing-masing oleh phasor E 1 , E 2 , E 3 , danE 4 .
Total ggl stator per fasa E adalah jumlah
dari seluruh vektor.
E E1 E 2 E 3 E 4
Total ggl stator E lebih kecil dibandingkan jumlah aljabar dari ggl lilitan
oleh faktor.
Kd
Jumlah Vektor
Jumlah Aljabar
E1 E 2 E 3 E 4
4xE lili tan
432
Mesin Listrik
x
x
x
Faktor.Kisar
Kp
E
2.EL
60
detik
N
Ggl induksi rata-rata per penghantar :
I.P
I.N.P
dI
Er
Volt
60
dt 60 / N
120.f
P.N
Sedangkan f
. atau N
P
120
sehingga Ggl induksi rata-rata per
penghantar menjadi :
I.P 120.f
Er
x
2.f .I Volt
60
P
bila ada Z penghantar dalam seri/fasa,
maka : Ggl rata-rata/fasa
= 2.f.I.Z Volt
= 2.f.I.(2T) = 4.f.I.T volt
Ggl efektif/fasa = 1,11x 4.f.I.T
= 4,44 x f .I.T Volt
bila faktor distribusi dan faktor kisar
dimasukkan, maka Ggl efektif/fasa
E = 4,44 . Kd. Kp .f .I . T Volt
dI = IP
dan
dt =
Mesin Listrik
433
P
2
n
Hertz
60
Gambar 5.127
Diagram Generator AC Satu Fasa Dua Kutub
Volt
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluk hanya dihasilkan oleh arus
medan (If). Bila besarnya arus medan
dinaikkan, maka tegangan output juga
akan naik sampai titik saturasi (jenuh)
seperti diperlihatkan pada
gambar
5.129.
Kondisi Alternator tanpa beban bisa
digambarkan rangkaian ekuivalennya
seperti diperlihatkan pada
gambar
5.129 b.
(a)
Gambar 5.128 Diagram Generator AC Tiga Fasa
Dua Kutub
Mesin Listrik
435
(b)
Gambar 5.129 Kurva dan Rangkaian Ekuivalen
Alternator Tanpa Beban
Gambar 5.130 Kondisi Reaksi Jangkar
x
x
x
Resistansi jangkar Ra
Reaktansi bocor jangkar X L
Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya tegangan jatuh (Kerugian
tegangan)/fasa I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar
jangkar, sebagian fluk yang terjadi tidak
mengimbas pada jalur yang telah
ditentukan, hal seperti ini disebut Fluk
Bocor.
436
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada
kumparan jangkar saat Alternator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar
( I A ) yang berintegrasi dengan fluksi
yang dihasilkan pada kumparan medan
rotor( I F ), sehingga akan dihasilkan
suatu fluksi resultan sebesar :
IR
IF I A
Mesin Listrik
Gambar
c, memperlihatkan kondisi
reaksi jangkar saat dibebani kapasitif
murni yang mengakibatkan arus jangkar
Ia mendahului Ggl Eb sebesar 90 0 dan
I A akan memperkuat I F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.
Gambar d, memperlihatkan kondisi
reaksi jangkar saat arus diberi beban
induktif murni sehingga mengakibatkan
arus jangkar Ia terbelakang dari Ggl Eb
sebesar 90 0 dan I A akan memper-
I. Z s
x
x
x
Mesin Listrik
437
If
Kumparan
Medan
Rotor
Kumparan
jangkar
Ihs
Stator
n
Zs
Eo
If
I hs
Test Resistansi
Dengan rangkaian medan terbuka,
resistansi DC diukur antara dua terminal
output sehingga dua fasa terhubung
secara seri (Gambar 5.135). Resistansi
per fasa adalah setengahnya dari yang
diukur.
Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk
menentukan nilai resistansi AC efektif,
R eff . Faktor ini tergantung pada bentuk
dan ukuran alur, ukuran penghantar
jangkar, dan konstruksi kumparan.
Nilainya berkisar antara 1,2 s/d 1,6.
Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa
ditentukan berdasarkan persamaan :
Xs
438
Z s2 R a2 Ohm
Mesin Listrik
x
x
x
Gambar 5.135 Pengukuran Resistansi DC
Mesin Listrik
OF 2 FC 2
OC
atau
Eo
%Pengaturan
Eo V
x100
V
439
440
Mesin Listrik
x
x
x
x
x
442
Mesin Listrik
i Cara Otomatis
Paralel alternator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang secara
Mesin Listrik
443
444
Mesin Listrik
445
V4 Eb
..(5.8-1)
Zs
Motor akan menyerap daya dari jala-jala untuk mengkompensasi kenaikan beban
poros, tanpa mengakibatkan perubahan pada kecepatan rata-ratanya. Tetapi
bilabeban bertambah terus, bisa Menga-kibatkan motor keluar dari keadaan sinkron
dan berhenti berputar.
446
Tan 1
Xs
Ra
V
Eb
Cos (T D )
Cos T (5.8-3)
Zs
zs
Substitusikan pers (5.8-3) ke pers(5.8-2)
? I .Cos\
Pm/fasa
Eb
V
Eb Cos T D
Cos T
Zs
Zs
Eb .V
Eb 2
Cos T D
Cos T ............................... (5.8-4)
Zs
Zs
Untuk menentukan nilai daya maksimum yang dihasilkan motor dapat diperoleh
dengan mendeferensialkan pers(3-6) terhadap sudut beban.
dPm
Eb .V
Sin T D atau Sin (T - D) = 0 T = D
dD
Zs
Eb .V Eb 2
CosD
Zs
Zs
Pm(max)
Eb .V Eb 2
CosD ..(5.8-5)
Zs
Zs
Mesin Listrik
447
Adanya kerugian-kerugian yang terjadi pada motor mengurangi daya masuk listrik
Pin), semakin kecil kerugian yang terjadi maka semakin tinggi efisiensi motor.
Adapun kerugian-kerugian yang terjadi pada sebuah motor listrik bisa diilustrasikan
seperti pada gambar 5.148.
Pout
Efisiensi K
x100% ..(5.8-6)
Pout Rugi
Pout
Pin
Z.T poros
Z.T poros 3.Ia .Ra If .Vf Pint i Psu
2
x100% .(5.8-9)
Gambar 5.149 Diagram Vektor dalam Keadaan Beban Tetap, dengan Faktor Daya Berbeda
Arus Ia yang disuplai dari jala-jala untuk motor sinkron nilainya akan besar saat
faktor daya lagging (penguatan kurang), kemudian menurun pada saat faktor daya
448
Mesin Listrik
Unity dan naik kembali pada saat faktor daya leading (penguat lebih). Sehingga
kita bisa menggambarkan hubungan arus jangkar Ia dengan arus medan If untuk
suatu beban yang tetap, dan perubahan diberi arus searah melalui slipring maka
ini dapat digambarkan dalam bentuk akan timbul kutub utara dan selatan
kurva V, seperti diperlihatkan pada pada sepatu kutub dimana kumparan itu
diletakkan. Nilai arus yang diberikan
gambar 5.150.
juga bisa diatur sehingga memungkinkan faktor daya motor sinkron pada
kondisi leading atau lagging.
Berikut ini adalah langkah untuk pengasutan motor sinkron yang dilengkapi
dengan kumparan peredam :
Mesin Listrik
449
450
Mesin Listrik
Motor jenis ini diklasifikasikan berdasarkan metoda yang digunakan untuk pengasutannya dan mengacu
pada nama metoda yang digunakannya, seperti resistance start (split
phase), capacitor-start, capacitorrun, dan shaded pole.
2. Motor Seri Satu Fasa (Universal)
Motor seri satu fasa dapat digunakan dengan dua macam jenis arus,
yaitu arus searah (dc) dan arus
bolak-balik (ac). Motor jenis ini
mampu memberikan torsi asut yang
tinggi dan beroperasi pada kecepatan tinggi. Motor universal banyak
digunakan pada peralatan rumah
tangga dan peralatan yang bersifat
portable.
451
(a)
(b)
Gambar 5.154 Letak Kumparan Motor
Induksi Satu Fasa
452
Mesin Listrik
(c)
(d )
Mesin Listrik
(e)
Gambar 5.155 Putaran Fluksi
453
454
Ns Nr
Ns
1
Nr
Ns
Si
Ns ( Nr )
Nr
1
Ns
Ns
1 (1 S) (2 S)
1 1 S 2
(
)I2 R 2
2SNr S
dan kecepatan Nr Ns (1 S)
maka :
Tg
Tg
1 I2 2 .R 2
.
2SNs
S
1
2SNs
Sehingga besarnya masing-masing torsi
adalah :
k
Mesin Listrik
I2 2 .R 2
Ts k.
S
Torsi arah mundur :
I 2 .R
k. 2 2
(2 S)
Torsi Total yang dihasilkan :
Ti
Tt
Ts Ti
Supaya motor satu fasa bisa start sendiri maka motor harus diubah menjadi
dua fasa selama periode pengasutan
(starting). Untuk itu stator motor induksi
satu fasa yang hanya memiliki kumparan utama harus ditambah dengan kumparan bantu, dan antara kedua kumparan tersebut harus mempunyai beda fasa
0
sebesar 90 listrik(Gambar 5.158).
Mesin Listrik
455
r
jx m ( 2 jx 2 )
S
Ohm
r2
j( x m x 2 )
S
r
jx m ( 2 jx 2 )
2S
Ohm
r2
j( x m x 2 )
2S
: Ts
I2 2 .r2
S
I 22 .r2
2S
Pengganti
dengan
Mesin Listrik
Pada gambar 5.161 tahanan pengganti (rc) dirangkai secara seri dengan reaktansi
magnetik, maka :
r
(rc jx m ).( 2 jx 2 )
S
Impedansi maju
Zs
r2
rc j( x m x 2 )
S
(rc jx m ).(
Impedansi mundur
Mesin Listrik
Zi
rc
r2
jx 2 )
( 2 S)
r2
j( x m x 2 )
( 2 S)
457
b.
Vektor Arus
c.
Karakteristik
458
Kumparan Stator
Mesin Listrik
R aR m
Z. X a
Zm Xm
c. Karakteristik Kapasitor-Start
a. Rangkaian Kapasitor-Start
460
Mesin Listrik
2. Motor Kapasitor-Run
Motor Kapasitor-Run (Kapasitor Jalan)
ini sama dengan motor kapasitor-start,
kecuali kumparan bantu dan kapasitor
terhubung pada rangkaian sepanjang
waktu, sehingga tidak diperlukan lagi
saklar sentrifugal.
Keuntungan kapasitor dipasang secara
permanen pada motor adalah :
Memperbaiki kapasitas beban lebih
pada motor;
Faktor daya motor jadi tinggi;
Efisiensi yang tinggi;
Suara motor halus dan tidak bising.
461
Perbedaan konstruksi motor shadedpole(kutub bayangan) yang sangat menonjol bila dibandingkan dengan konstruksi motor induksi satu fasa yang
lainnya adalah pada bagian statornya,
bagian kutub magnit stator motor dibelah dan diberi cincin pada bagian ujung
kutubnya, yang biasa disebut kutub
bayangan. Sedangkan jenis rotor yang
digunakannya sama dengan motor
induksi satu fasa yang lainnya yaitu
rotor sangkar. Motor kutub bayangan
biasanya digunakan pada peralatan
dengan kapasitas daya yang kecil
seperti pada motor-motor kipas angin
kecil.
Gambar 5.167a memperlihatkan sebuah
motor kutub bayangan, yang kutubnya
diberi alur dan dilingkari dengan satu
lilitan hubung singkat dari bahan tembaga.
462
Mesin Listrik
Mesin Listrik
463
Mesin Listrik
Mesin Listrik
465
Gambar 5.171
466
Mesin Listrik
4. Langkah Buang
1. Langkah Isap
Pada awal langkah isap, piston berada
pada Titik Mati Atas (TMA) dan
kecepatan torak nol (belum bergerak).
Torak bergerak menuju Titik Mati Bawah
(TMB), katup isap (intake valve) terbuka,
sehingga udara bersih masuk ke dalam
silinder. Langkah isap ini berlangsung
hingga piston mencapai TMB.
2. Langkah Kompresi
Setelah mencapai TMB, torak bergerak
kembali ke TMA, sementara katup isap
dan katup buang tertutup. Udara yang
telah ada di dalam silinder terkompresi
oleh torak yang bergerak ke TMA.
Volume udara kini menjadi kecil sehingga tekanan dan temperaturnya naik.
3. Langkah Ekspansi
Pada saat torak hampir mencapai TMA,
bahan bakar disemprotkan ke dalam
silinder dan terjadilah proses pembakaran sehingga tekanan dan temperaturnya
naik. Sementara itu torak masih bergerak menuju TMA, berarti volume ruang
bakar menjadi semakin kecil sehingga
tekanan dan temperatur udara bahan
bakar di dalam silinder menjadi semakin
Mesin Listrik
467
Sumber: http://www.cumminspower.com
468
5.10.3 Mengoperasikan
Generator Set
5.10.3.1 Menganalisa Data
Pengoperasian
Saat melakukan pengoperasian generator set ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1) Menerapkan prosedur pengoperasian generator set sesuai dengan
kriteria unjuk kerja yang mencakup
peralatan yang berkaitan dengan
Mesin Listrik
Exhaust System
(Sistem Pembuangan)
Exhaust Gas Flow : 52.2 m3/min
(Aliran Gas Buang)
Exhaust Tempera- : 519 C
ture ( Temperatur
Pembuangan)
Max Back Pres: 10kPA
sure (Tekanan
Balik Maksimum)
Air Intake System
(Sistem Udara Masuk)
Max Intake Res: 5kPA
triction(Batas Pemasukkan Maks)
Burning Capacity
: 19.6m3/min
(Kapasitas Pembakaran)
Intake Flow
: 456m3/min
(Aliran Masuk)
Fuel System
(Sistem Bahan Bakar)
110%(Standby
: 73.6 L/h
Power) Load
100%(Prime
: 66.3L/h
Power) Load
75%(Prime Power) : 49.2L/h
Load
Total Fuel Flow
: 108L/h
Oil System
(Sistem Oli)
Total Oil Capacity
: 35L
(Total Kapasitas
Oli)
Oil Consumption
: 0.04L/h
(Konsumsi Oli)
Engine Oil Tank
: 31L
Capacity (Kapasitas Tangki Oli
Mesin)
Oil Pressure at
: 350kPA
Rated RPM
(Tekanan Oli pada
RPM nominal)
469
Cooling System
(Sistem Pendinginan)
Total
Coolant : 41L
Capacity (Kapasitas Total Pendinginan)
Thermostat
: 82-92C
Max Water Tem- : 103C
perature ( Temperatur Air Maks)
2. Alternator Data (Data Alternator)
Manufacture/Type : POWERING/
(Pabrikan/ Tipe)
PWR 888P3
Number of Phase
: 3
(Jumlah Fasa)
Connecting Type
: 3 Phase and 4
(Tipe Hubungan)
Wires, Y type
connecting
Power Factor
: 0.8
(Faktor Daya)
Protection Grade
: IP23
(Kelas Proteksi)
Exciter Type
: Brushless, self(Tipe Penguatan)
exciting
Insulation Class/ : H/H
Temperature Rise
( Kelas Isolasi)
Voltage Regulation : 1%
(Pengaturan
Tegangan)
Alternator Capacity : 325 KVA
(Kapasitas Alternator)
Alternator
: 93.3%
Efficiencies
(Efisiensi Alternator)
Air Cooling Flow
: 0.486m3/s
(Aliran Pendinginan Udara)
470
5.10.3.2 Mempersiapkan
Pengoperasian Genset
Langkah-langkah persiapan yang harus
dilakukan adalah memeriksa kondisi
mesin dan sistem pendukungnya. Yakinkan sistem baterai (accumulator) dalam
keadaan stand by dan harus selalu diisi
(charging) secara baik sehingga dapat
menunjang keandalan dan kesiapan
penyalaan mula (start up).
Saat pemeriksaan harus diperhatikan
juga mur baud yang ada pada bagian:
mesin, fuel injection pump, cylinder
heads, timing gear, crankshaft pulley,
coupling-drive shaft, mounting bracket,
turbo charger, dan exhaust pipe. Perhatikan jangan sampai ada mur baud yang
lepas atau longgar.
Bagian-bagian lain yang harus diperiksa
sebelum genset dioperasikan adalah:
x Sistem Bahan Bakar (Fuel System)
x Sistem Pelumasan (Lubrication
System)
x Sistem Pendingin (Cooling System)
x Sistem Udara Masuk (Air Inlet System
x Sistem Kelistrikan (Electrical System)
1) Pemeriksaan Sistem Bahan Bakar
Sebelum melakukan pengisian bahan
bakar pada tangki, periksa terlebih
dahulu kondisi tangki dan pipa-pipanya
bersih dari air, kotoran, dan bahan lainnya yang akan mengganggu sistem
pembakaran mesin.
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan,
baru lakukan pengisian bahan bakar.
Setelah pengisian, yakinkan bahan
bakar berada pada batas level yang
mencukupi dengan cara mengamati penunjukan level gauge bahan bakar.
Selanjutnya sebelum pompa bahan
bakar dioperasikan, lakukan pemeriksaMesin Listrik
3) Pemeriksaan Sistem
(Coolant System)
Pendingin
Mesin Listrik
5.10.3.3 Melaksanakan
Pengoperasian Genset
Untuk mengoperasikan genset harus
dilakukan sesuai dengan SOP (
Standard Operation Procedure) yang
berlaku pada institusi/perusahaan pengguna genset tersebut.
Secara umum prosedur/tahapan pengoperasian genset adalah : tahap pengasutan awal (start up), tahap pemanasan
(warming up), tahap pembebanan
(loading), dan tahap penghentian (stop).
Mesin Listrik
475
Jenis
Diagnosa
Gangguan
Mesin tidak bisa Tidak ada tenaga
berputar
putar pada motor
starter
Mesin hidup ke- 1. Solar habis
mudian berhenti
lagi
2. Sistem injeksi
Mesin berputar 1. Filter bahan batidak normal
kar kotor
2. Saluran bahan
bakar tersumbat
Mesin berputar 1. Throttle terlalu
sangat cepat
membuka
2. Beban turun
drastis
Mesin berhenti Mesin mengalami
secara tiba-tiba
beban lebih
Mesin tenaganya hilang
Gas
hitam
Suara
berisik
Tegangan
hilang
476
1. Saluran udara
ter-tutup
2. Gas buang menekan masuk
3. Kompressi hilang
Perbaikan
Periksa amper baterai
Periksa mesin diesel
Periksa level bahan bakar
Buka kran bahan bakar
Pompa bahan bakar sampai
udara keluar
Ganti filter bahan bakar
Periksa saluran dan pompa
keluar
Longgarkan bukaan throttle
Periksa Governor
Periksa Voltmeter & Ampermeter
Periksa sistem pendinginan
Periksa Circuit Breaker
Kurangi Beban listriknya
Periksa sistem saluran udara
masuk
Periksa sistem pembuangan
gas buang
Periksa dan test kompresi
Periksa dudukan klep dan ring
torak
Periksa level pelumas Crankcase
Periksa ring torak
Periksa dinding mesin dan seal
Bongkar dan bersihkan injektor
Periksa semua baut dan
dudukan mesin
Periksa jarak katup
Periksa hubungan Poros dan
bearing crankshaft
Periksa komponen pada AVR
Periksa belitan denganMegger
Mesin Listrik
Mesin Listrik
Mesin Listrik
479
5.11.3 Membongkar
Kumparan Motor
Mesin Listrik
Jml _ Alur(G )
Jml _ Fasa
bila dibandingkan dengan kawat aluminium dan dari segi pengerjaannya juga
lebih mudah.
0,05 mm
0,10 mm
0,15 mm
0,20 mm
0,25 mm
0,30 mm
0,35 mm
0,40 mm
0,45 mm
0,50 mm
0,55 mm
0,60 mm
0,65 mm
0,70 mm
dst
Berikut ini contoh untuk membuat bentangan kumparan dari sebuah motor
induksi tiga fasa :
a. Hubungan Seri
20 0
12 alur
Bentuk kawat ada dua macam yaitu berbentuk persegi panjang dan bulat.
Kawat dengan bentuk bulat banyak digunakan pada motor dengan daya kecil
dengan tegangan kerja rendah, sedangkan kawat bentuk persegi panjang digunakan untuk motor daya besar dengan
tegangan kerja menengah.
Kawat yang digunakan untuk kumparan
mempunyai standar ukuran berdasarkan
diameternya, seperti contoh berikut ini :
482
36 / 3
4
3 alur
Mesin Listrik
a. Hubungan Seri
b. Hubungan Paralel
Mesin Listrik
483
Mesin Listrik
Mesin Listrik
485
Mesin Listrik
487
488
489
Berikut ini daftar industri yang menggunakan PLC untuk kontrol proses produksi, dan beberapa tipikal penggunaannya.
CHEMICAL/PETROCHEMICAL
x Batch process
x Finished product handling
x Materials handling
x Mixing
x Off-shore drilling
x Pipeline control
x Water/waste treatment
GLASS/FILM
x Cullet weighing
x Finishing
x Forming
x Lehr control
x Packaging
x Processing
FOOD/BEVERAGE
x Accumulating conveyors
x Blending
x Brewing
x Container handling
x Distilling
x Filling
x Load forming
x Metal forming loading/unloading
x Palletizing
x Product handling
x Sorting conveyors
x Warehouse storage/retrieval
x Weighing
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Cranes
Energy demand
Grinding
Injection/blow molding
Material conveyors
Metal casting
Milling
Painting
Plating
Test stands
Tracer lathe
Welding
METALS
x Blast furnace control
x Continuous casting
x Rolling mills
x Soaking pit
MINING
x Bulk material conveyors
x Loading/unloading
x Ore processing
x Water/waste management
POWER
x Burner control
x Coal handling
x Cut-to-length processing
x Flue control
x Load shedding
x Sorting
x Winding/processing
x Woodworking
LUMBER/PULP/PAPER
x Batch digesters
x Chip handling
x Coating
x Wrapping/stamping
MANUFACTURING/MACHINING
x Assembly machines
x Boring
490
Gambar 6.4 memperlihatkan simbol gerbang AND, digunakan untuk merepresentasikan fungsi AND. Keluaran AND
adalah 1(TRUE) hanya jika semua masukan TRUE(1).
Programmable Logic Controller
491
6.2.1.2 Fungsi OR
Gambar 6.7 memperlihatkan simbol gerbang OR, digunakan untuk merepresentasikan fungsi OR. Keluaran OR
adalah 1 (TRUE) bila salah satu atau
semua masukan TRUE (1).
Sama seperti fungsi AND, fungsi
gerbang OR dapat mempunyai jumlah
masukan yang tidak terbatas, tetapi tetap keluarannya hanya satu.
Gambar 6.9 memperlihatkan contoh
penggunaan gerbang OR, untuk membunyikan Alarm (sebagai keluaran)
dengan menggunakan dua buah Push
Button PB1 dan PB2 (sebagai masukan).
492
berbunyi apabila Push Button PB1 ditekan dan PB2 tidak ditekan.
493
Gerbang NOR merupakan kebalikan dari gerbang OR. Gerbang NOR merupakan penggabungan antara gerbang OR
dengan NOT, sehingga hasilnya adalah
keluaran gerbang OR yang dibalik.
Gambar 6.14 memperlihatkan gerbang
logika NOR.
495
496
6.3.2.1 Memori
Ada beberapa elemen memori di dalam
PLC, yaitu :
Informasi yang ada di dalam ROM hanya dapat dibaca saja. Informasi dimasukkan ke dalam ROM oleh pabrik
pembuat untuk digunakan oleh CPU.
Salah satu jenis dari ROM adalah
PROM (Programmable Read Only Memory), PROM adalah merupakan cara
yang sederhana untuk menyimpan kumpulan program. Untuk melakukan pemrograman PROM membutuhkan suatu
unit khusus yang menerima program hasil pengembangan CPU, yang kemudian
dipanggil ke dalam programmer PROM.
497
lengkapi prosesor sendiri agar penggunaannya tidak menyita waktu CPU PLC.
Setiap jenis masukan/keluaran mempunyai rangkaian penyesuaian sinyal dan
rangkaian isolasi.
Hubungan CPU dengan proses masukan/keluaran terbatas pada pengiriman
parameter operasi dan informasi status.
Berdasarkan parameter dari CPU, prosesor masukan/keluaran akan melakukan tugas atau sejumlah tugas. Informasi status atau data hasil operasi diberikan CPU agar dapat digunakan dalam
program utama PLC.
Jumlah masukan/keluaran yang diidentifikasikan pada suatu PLC umumnya bukan merupakan jumlah unit masu-kan/
keluaran yang terpasang, tetapi jumlah
unit masukan/keluaran maksi-mum yang
dapat ditangani oleh CPU. Unit masukan/keluaran umumnya dirancang modular agar penggunaannya dapat disesuaikan terhadap kebutuhan industri
yang dikontrol.
Pembacaan masukan;
Eksekusi program;
Update keluaran.
Lama waktu dari pembacaan masukan
sampai update tergantung pada kecepatan prosesor dan panjangnya program dibuat.
499
AND
Instruksi ini diperlukan bila urutan kerja
(sekuensial) pada suatu sistem kontrol
memerlukan lebih dari satu kondisi logik
yang harus terpenuhi semuanya untuk
mengeluarkan satu keluaran. Logikanya
seperti kontak NO relai.
Gambar 6.21 Ilustrasi Proses Beberapa Eksekusi
Relai pada Diagram Tangga
500
OUT/OUT NOT
Gambar 6.24 Simbol And
OR
Intruksi ini diperlukan apabila urutan
kerja pada suatu sistem kontrol hanya
membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logik untuk mengeluarkan satu keluaran. Logikanya seperti
kontak NO relay.
TIMER (TIM)
Gambar 6.25 Simbol OR
OR NOT
Intruksi ini diperlukan apabila urutan
kerja pada suatu sistem kontrol hanya
membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logika untuk mengeluarkan satu keluaran. Logikanya seperti
kontak NC relay.
OUT
Intruksi ini berfungsi untuk mengeluarkan keluaran bila semua kondisi logika
diagram tangga telah terpenuhi.
Logikanya seperti kontak NO rele.
100.00
COUNTER (CNT)
Instruksi counter merupakan salah satu
instruksi untuk mengubah sinyal masukan dari kondisi OFF Ke ON sebagai
pemicu proses pencacahan. Masukan
reset, angka counter, dan nilai set (SV)
dapat diatur dalam program. Nilai set
dapat diberikan antara 0000-9999.
Simbol dari instruksi dasar counter
adalah sebagai berikut:
501
Move
Instruksi Move adalah satu instruksi
yang digunakan untuk memindahkan
data dari satu register ke register lain
dalam hal ini dari source word ke
destination word. Simbol dari instruksi
move adalah sebagai berikut :
Compare
Instruksi Compare digunakan membandingkan nilai dari satu register terhadap
satu nilai baik itu desimal maupun
heksadesimal, tergantung dari nilai yang
keluar pada saat instruksi tersebut
digunakan. Simbol dari instruksi compare adalah sebagai berikut :
END
Untuk mengakhiri semua instruksi yang
diberikan pada logika pemrograman,
instruksi End diberikan sehingga program dapat di eksekusi. Biasanya instruksi End ini sudah tersedia, sehingga tidak
perlu dibuat.
502
503
Beberapa bagian utama CX-Programmer berikut fungsinya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 6.1 Bagian dan Fungsi CX Programmer
Nama Bagian
Fungsi
Title Bar
Menus
Toolbar
Section
Project
WorkSpace
Project Tree
Ladder Window
Output Window
Status Bar
Information
Window
Symbol Bar
Cara Kerja :
Untuk memulai proses pengisian dan
pengosongan tangki air, tekan Tombol
T1 yang akan mengakibatkan Katup V1
membuka sehingga air akan mulai mengalir ke dalam tangki dan pada saat
bersamaan Motor Pencampur (Mixer)
mulai bekerja. Bila level permukaan air
pada tangki sudah terpenuhi, yang diindikasikan dengan bekerjanya Sensor
S1, maka Katup V1 tertutup dan motor
pencampur berhenti bekerja. Selanjutnya Katup V2 terbuka dan air mulai
mengalir keluar tangki.
Bila level air turun sampai dengan
Sensor S2, maka Katup V2 akan tertutup.
Proses ini akan berulang sampai empat
kali, Lampu I1 (END) akan menyala
apabila siklus(4x) telah tercapai, dan
untuk memulai tekan kembali Tombol
T1.
505
506
Dengan menekan tombol START, motor penggerak akan bekerja dan konveyor
pembawa kotak (box) buah apel akan berjalan sampai mengenai limit swith (sensor for box), apabila limit switch tersen-tuh kotak maka konveyor pemba-wa kotak
akan berhenti berjalan. Satu detik kemudian konveyor pembawa buah apel akan
berjalan dan menjatuhkan buah apel kedalam kotak.
Dibawah konveyor buah apel diletakan sensor cahaya yang berfungsi untuk
mendeteksi setiap apel yang jatuh kedalam kotak. Apabila apel yang dimasukan
kedalam kotak sudah berjumlah 10 (sepuluh) buah, maka konveyor buah apel akan
berhenti dan konveyor pembawa kotak kembali berjalan. Siklus operasi konveyor ini
akan terus berulang sampai Tombol STOP ditekan.
507
508
DAFTAR PUSTAKA
1
A.R. van C. Warrington, Protective Relays, 3rd Edition, Chapman and Hall, 1977
A.S. Pabla, Sistem Distribusi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
10
Benyamin Stein cs, Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, 7th
Edition Volume II, John Wiley & Sons, Canada, 1986
11
12
Brian Scaddam, The IEE Wiring Regulations Explained and Illustrated, 2nd
Edition, Clags Ltd., England, 1994
13
14
15
16
17
18
Cathey, Jimmie .J, Electrical Machines : Analysis and Design Applying Matlab,
McGraw-Hill,Singapore,2001
19
20
Diesel Emergensi, Materi kursus Teknisi Turbin/Mesin PLTA Modul II, PT PLN
Jasa Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta 1995.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Gunter G.Seip, Electrical Installation Hand Book, Third Edition, John Wiley &
sons, Verlag, 2000
32
33
H. Wayne Beoty, Electrical Engineering Materials Reference Guide, McGrawHill, USA, 1990
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Karyanto, E., Panduan Reparasi Mesin Diesel. Penerbit Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta, 2000.
45
46
47
48
49
50
51
P. Van Harten, Ir. E. Setiawan, Instalasi Listrik Arus Kuat 2, Trimitra Mandiri,
Februari 2002.
52
Peter Hasse Overvoltage Protection of Low Voltage System, 2nd, Verlag GmbH,
Koln, 1998
53
54
55
56
R.W. Van Hoek, Teknik Elektro untuk Ahli bangunan Mesin, Bina Cipta, 1980
57
58
59
60
61
SNI, Konversi Energi Selubung bangunan pada Bangunan Gedung, BSN, 2000
62
Soedhana Sapiie dan Osamu Nishino, Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik,
Pradya Paramita, 2000
63
64
65
66
Theraja, B.L, A Text Book of Electrical Tecnology, Nirja, New Delhi, 1988.
67
68
69
70
71
Zuhal, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta, 1988.
72
http://www.howstuffworks.com
73
74
http://www.myinsulators.com/hungary/busing.html
75
http://www.geindustrial.com/products/applications/pt-optional-accessories.htm
76
http://www.reinhausen.com/messko/en/products/oil_temperature/
77
http://www.abb.com/cawp/cnabb051/
21aa5d2bbaa4281a412567de003b3843.aspx
78
http://www.cedaspe.com/prodotti_ing.html
79
http://www.eod.gvsu.edu/~jackh/books/plcs/
80
http://www.answers.com/topic/motor
81
http://kaijieli.en.alibaba.com/product/50105621/50476380/Motors/
Heavy_Duty_Single_Phase_Induction_Motor.html
82
http://www.airraidsirens.com/tech_motors.html
83
http://smsq.pl/wiki.php?title=Induction_motor
84
http://www.allaboutcircuits.com/vol_2/chpt_13/11.html
85
http://www.tpub.com/neets/book5/18d.htm
86
http://www.ece.osu.edu/ems/
87
http://www.eatonelectrical.com/unsecure/html/101basics/Module04/Output/
HowDoesTransformerWork.html
88
http://www.dave-cushman.net/elect/transformers.html
89
http://www.eng.cam.ac.uk/DesignOffice/mdp/electric_web/AC/AC_9.html
90
91
http://img.alibaba.com/photo/51455199/Three_Phase_EPS_Transformer.jpg
92
http://micro.magnet.fsu.edu/electromag/electricity/generators/index.html
93
http://www.e-leeh.org/transformer/
94
http://www.clrwtr.com/product_selection_guide.htm
95
http://www.northerntool.com/images/product/images
96
http://www.alibaba.com
97
http://www.adbio.com/images/odor
98
http://www.dansdata.com/images/2fans
99
http://www.samstores.com/_images/products
100 http://www.wpclipart.com/tools/drill
101 http://www.atm-workshop.com/images
102 http://www.oasis-engineering.com
103 http://www.mikroelektronika.co.yu/english/index.htm
104 http://www.industrialtext.com
105 http://www.pesquality.com
106 http://www.abz-power.com/en_25e7d4dc0003da6a7621fb56.html
107 http://www.usace.army.mil/publications/armytm/tm5-694/c-5.pdf
108 http://www.cumminspower.com/www/literature/technicalpapers
109 http://www.cumminspower.com/www/literature/technicalpapers/F-1538-
DieselMaintenance.pdf
110 http://www.sbsbattery.com/UserFiles/File/Power%20Qual/PT-7004-
Maintenance.pdf
RIWAYAT PENULIS
Prih Sumardjati Mulyaseputra, seorang sarjana
pendidikan teknik elektro. Dilahirkan di Yogyakarta
tahun 1958, menamatkan studinya tahun 1983 pada
Fakultas
Pendidikan
Teknik
Kejuruan,
IKIP
Yogyakarta, kini Universitas Negeri Yogyakarta pada
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Pengalaman kerja
dalam bidang instalasi listrik dimulai sejak lulus STM
Yogyakarta I tahun 1976.
Pada tahun 1983 mengikuti training sebagai calon
dosen politeknik di Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik (PEDC) Bandung. Tahun 1984 diangkat
sebagai Master Teacher Jurusan Teknik Elektro
PEDC, dan pernah mengikuti program magang industri
di Sprecher +Schuh, Aarau, Switzerland tahun 1990 1992. Menjadi dosen politeknik ITB tahun 1995 hingga
sekarang, kini POLBAN. Beberapa course note, buku ajar, job sheet, handout
pernah / sedang dikerjakan pada bidang teknik elektro untuk lingkungan POLBAN.
Semenjak tahun 1993 diperbantukan di Dikti sebagai tenaga ahli hingga tahun 2007
dalam kegiatan dibidang pendidikan tinggi, pernah mengikuti dan melaksanakan
berbagai seminar, workshop, lokakarya, pengelolaan proyek dalam rangka
pengembangan pendidikan politeknik dan program diploma antara lain penyusunan
kurikulum; SAP; penulisan bahan ajar; manajemen pendidikan politeknik; evaluasi
usulan program studi baru diploma; penyusunan unit perawatan dan perbaikan
infrastruktur dan peralatan pendidikan tinggi. Tahun 2000 membantu kegiatan
Dikmenjur sebagai tenaga ahli studi pengembangan SMK; tahun 2001 penyusunan
perencanaan fasilitas pendidikan SMK; dan tahun 2002 penyusunan Standar
Pelayanan Minimal SMK. Tahun 2007, Direktur Pembinaan SMK melalui Kasubdit
Pembelajaran memberikan kepercayaan untuk menulis Buku Teknik Pemanfaatan
Tenaga Listrik untuk SMK, dan ini merupakan karya buku yang perdana.
Sofian Yahya, Staf Pengajar di Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung, lahir pada tanggal 26
Desember 1959 di Garut. Pada tahun 1979 mulai kuliah di
FPTK IKIP Padang (Universitas Negeri Padang), kuliah
diselesaikan pada tahun 1983.
Tahun 1983 sampai tahun 1984 mengikuti Diklat di Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik Bandung dan diakhir
tahun yang sama memulai bertugas sebagai staf pengajar
di Polban sampai sekarang, Mata kuliah yang diajarnya
adalah Mesin Listrik, PLC, Pemrograman Komputer, Alat
Ukur dan Pengukuran Listrik.
Berbagai jabatan pernah didudukinya, diantaranya Ketua Program Studi, Kepala
Laboratorium Mesin Listrik, dan Kepala Laboratorium PLC & Komputasi. Pada
tahun 1999 dan lulus tahun 2001 mengikuti pendidikan Diploma IV di Jurusan
Teknik Elektro ITB, dengan bidang keahlian Teknik Kendali.
Tahun 2000 pernah membantu kegiatan Dikmenjur sebagai tenaga ahli studi
pengembangan SMK; kemudian tahun 2001 dalam kegiatan penyusunan
perencanaan fasilitas pendidikan SMK; dan tahun 2002 dalam kegiatan penyusunan
Standar Pelayanan Minimal SMK.
Ali Mashar, lahir di Jombang tanggal 23 Juni 1959. Pada saat
ini penulis adalah dosen di Jurusan Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Bandung (Politeknik ITB). Lulus dari Jurusan
Teknik Listrik FPTK-IKIP Yogyakarta pada tahun 1983.
Sebelum menjadi dosen di Politeknik Negeri Bandung
(Politeknik ITB), penulis sempat mendapatkan pelatihan
sebagai pengajar di bidang teknik listrik selama satu tahun di
Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik (PEDC) Bandung.
Kemudian mendapat tugas belajar di HTL Raperswil
Switzerland selama satu tahun di bidang General Energy
Technology.
Ketika tugas belajar di Swiss, penulis juga sempat mendapatkan pengalaman
praktis di Escherwiss-Zurich di bidang Water Turbines, Sulzer-Winterthur di
bidang Electrical Power, dan di BBC-Baden di bidang Electric Machines for
Traction. Penulis menyelesaikan program master (S2) di School of Electrical
Engineering, The University of New South Wales (UNSW), Sydney-Australia
pada tahun 1994. Selain menjadi dosen di Politeknik Negeri Bandung, penulis
sempat bekerja di Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik (PEDC) mulai tahun
1986 1996 sebagai tenaga teknis dan manajerial.
Penulis pernah menulis buku Petunjuk Praktikum Teknik Kendali (1996) dan
Petunjuk Praktikum Elektronika Daya (1996). Di samping itu, atas sponsor PEDC,
penulis pernah menterjemahkan buku Process Control Instrumentation Technology
(Curtis D. Johnson) dan Electric Machinery (Peter F. Ryff) dengan sponsor GTZ.
Penulis juga aktif dalam memberikan pelatihan-pelatihan profesional di bidang
ketenagalistrikan dan Industrial Safety bagi karyawan-karyawan industri maju di
Indonesia.