61 TAHUN
2009 TENTANG KEPELABUHAN DAN KEMENHUB NO. KM 53 TAHUN 2002
TENTANG TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi.
(1) Pelabuhan internasional hub yang merupakan pelabuhan utama primer ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih muat
(transhipment) peti
kemas nasional dan internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia;
b. berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti kemas nasional dan
internasional
sebesar 2.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara;
c. berperan sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas nasional dan internasional
dengan
pelayanan berkisar dan 3.000.000 - 3.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional 500 mil;
e. kedalaman minimal pelabuhan : -12 m LWS;
f. memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 350 m',4 crane dan lapangan penumpukan
peti kemas seluas 15 Ha;
g. jarak dengan pelabuhan internasional hub lainnya 500 - 1.000 mil.
(2) Pelabuhan intemasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. berperan sebagai pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas
internasional;
b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan angkutan peti kemas;
c. melayani angkutan peti kemas sebesan 1.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang
setara;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur pelayaran nasional
50 mil;
e. kedalaman minimal pelabuhan - 9 m LWS;
f. memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 250 m',2 crane dan lapangan penumpukan
kontener seluas 10 Ha:
g. jarak dengan pelabuhan internasional lainnya 200 - 500 mil.
(3) Pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier
ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. berperan sebagai pengumpan anqkutan peti kemas nasional;
b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;
c. berperan melayani angkutan peti kemas nasional di seluruh Indonesia;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional + 50 mil.
e. kedalaman minimal pelabuhan 9 m LWS;
f. memiliki dermaga multipurpose minimal panjang 150 m', mobile crane atau skipgear
kapasitas 50 ton;
g. jarak dengan pelabuhan nasional lainnya 50 - 100 mil.
(4) Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan internasional
pelabuhan nasional;
b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke pelabuhan utarna dan
pelabuhan
pengumpan:
c. berperan melayani angkutan taut antar Kabupaten/Kota dalam propinsi;
d. berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau 25 mil:
e. kedalaman minimal pelabuhan -4 m LWS:
f. memiliki dermaga minimal panjang 70 m;
ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan internasional,
pelabuhan
nasional dan pelabuhan regional;
b. berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi, perbatasan,
daerah perbatasan yang hanya didukung oleh mode transportasi laut;
c. berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan
masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai terminal untuk
penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disekitamya;
d. berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali keperintisan;
e. kedalaman minimal pelabuhan -1,5 m LWS;
f. memiliki fasilitas tambat;
g. jarak dengan pelabuhan lokal lainnya 5 - 20 mil.
Untuk kepentingan penyelenggaraan pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan ditetapkan
klasifikasi pelabuhan. Klasifikasi pelabuhan ditetapkan dengan memperhatikan:
1. fasilitas pelabuhan yang terdiri dan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang;
2. volume operasional pelabuhan;
3. peran dan fungsi pelabuhan.
Fasilitas pokok meliputi:
1. perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;
2. kolam pelabuhan;
3. fasilitas sandar kapal;
4. penimbangan muatan;
5. terminal penumpang;
6. akses penumpang dan barang ke dermaga;
7. perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan jasa;
8. fasilitas penyimpanan bahan bakar (Bunker);
9. instalasi air, listrik dan komunikasi;
10. akses jalan dan atau rel kereta api;
11. fasilitas pemadam kebakaran;
12. tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.
Fasilitas penunjang meliputi:
1. kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan;
2. tempat penampungan limbah;
3. fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan;
4. area pengembangan pelabuhan.
Klasifikasi pelabuhan penyeberangan dibagi dalam 3 (tiga) kelas, yaitu:
1. pelabuhan penyeberangan kelas I
2. pelabuhan penyeberangan kelas II
3. pelabuhan penyeberangan kelas III.
Penetapan pelabuhan penyeberangan kelas I:
1. volume angkutan: penumpang > 2000 orang/hari dan kendaraan > 500 unit/hari;
kolam pelabuhan;
terminal penumpang;
Kolam pelabuhan;
terminal
Pelabuhan utama
Fungsi utama untuk melayani perdagangan internasional dan domestik dalam skala
besar, biasanya lebih besar dari 100.000 TEUS
Pelabuhan pengumpul
Fungsi utama untuk melayani perdagangan domestik dalam skala menengah, biasanya
lebih dari 25.000 TEUS
Menyediakan pelayanan peumpang dan barang antar propinsi ke hinterland dan pusat
kegiatan wilayah
Pelabuhan pengumpan
Fungsi utama untuk melayani perdagangan domestik dalam skala kecil, biasanya
lebih kecil dari 25 TEUS