Anda di halaman 1dari 30

Diagram Pareto

Tempat kerja kita dibanjiri oleh banyak masalah (semoga juga tidak terlalu banyak biar bisa
pulang tepat waktu J), sedangkan sumberdaya yang kita punya, baik manuasia maupun
waktu, sangat terbatas. Untuk itu kita perlu memusatkan sumberdaya yang ada untuk
menyelesaikan masalah yang paling signifikan memberikan hasil terbesar. Prinsip Pareto atau
lebih dikenal juga sebagai aturan 20/80 menyatakan banyak kejadian atau akibat sebesar 80%
dari total efeknya hanya disebabkan 20% dari sebabnya. Prinsip ini dinamakan berdasarkan
seorang ekonom dari italia yang bernama Vilfredo Pareto yang pada tahun 1906 mengamati
dan menemukan fakta bahwa 80% tanah di Italia, hanya dimiliki oleh 20% dari total populasi.
Contoh diagram Pareto adalah adalah sebagai berikut:

Dari diagram Pareto diatas, dapat diketahui bahwa hanya 4 Masalah yang menyebabkan
kerugian terbesar, yaitu hingga 80% dari total masalah. Sehingga, untuk mengurangi total
kerugian, kita dapat berfokus pada 4 masalah tersebut dari pada keseluruhan masalah yang
ada namun tetap memberikan implikasi yang besar terhadap pengurangan total kerugian yang
ada.
Pareto diagram merupakan salah satu perangkat kendali mutu (QC 7 Tools) yang membantu
kita untuk menganalisa data berdasarkan kategorinya dan implikasi dari pola datanya (sebab
terhadap akibat) terhadap akibat atau masalah seluruhnya. Serta membantu kita untuk
memfokuskan

usaha

kepada

kontribusi

data

terbesar

(20/80)

Cara membuat diagram pareto secara sederhana melalui program MS Excel dalah sebagai

berikut:
1. Definisikan apa masalah yang akan dianalisa (sebab) dan kumpulkan data kerugian dari
masalah

tersebut

(akibat),

contoh

sebagai

berikut:

2. Lalu urutkan berdasarkan jumlah kerugian mulai dari yang terbesar, hingga yang terkecil.

3. Buatlah tabel sebagai berikut, lalu hitung rasio kerugian tersebut serta kalkulasi juga
kumulatif dari rasio tersebut.

4. Buatlah grafik batang dan secondary axis berupa grafik garis. Untuk grafik batang,
gunakan data kerugian, sedangkan grafik garis gunakan data kumulatif rasio. Hasilnya adalah
grafik sebagai berikut. Lalu interpretasikan berdasarkan hasil data dan tujuan kita dalam
membuat data tersebut, misal mengurangi kerugian.

Berdasarkan grafik Pareto, kita dapat mengolah berapa besarkah masalah yang kita hadapi,
akibat dari setiapmasalah yang ada dan strategi apa yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan target yang ada. Jadi, misalnya kita dapat target untuk mengurangi
kerugian sebesar 30% dari kerugian total Rp. 132.004 atau sebesar Rp. 39.601. Maka dari
pada kita menurunkan seluruh kerugian baik masalah A sampai J masing-masing sebesar
30%, lebih effisien jika kita menurukan kerugian dimasalah yang paling besar yaitu G dan C
dengan total kontribusi kerugian sebesar 65% (kumulatif) menjadi separuhnya atau 50%.
Sehingga didapatkan hasil penurunan kerugian sebesar 32.5% sesuai atau melebihi target.
Diagram Pareto juga bisa kita gunakan sebagai analisa perbandingan sebelum dan sesudah
perbaikan. Fungsinya adalah untuk menganalisa hasil perbaikan dan implikasi dari tindakan
perbaikan yang dilakukan. Gambarannya sebagai berikut.

Memungkinkan juga, dari hasil perbandingan Pareto sebelum dan sesudah perbaikan, terdapat
distribusi data yang berubah, bisa jadi lebih baik atau lebih buruk, contohnya sebagai berikut.

Terdapat peningkatan kerugian di masalah F. Hal ini perlu dianalisa, apakah peningkatan
kerugian ini akibat implikasi negatif penerapan perbaikan ataukah ada akar masalah lain
yang

timbul.

Prinsip Pareto dapat kita gunakan juga sebagai filosofi dalam tindakan kita. Kita harusnya
berfokus untuk mengerjakan dengan baik sebab yang 20% untuk menghasilkan akibat sebesar
80%. Contoh sederhananya adalah, Tukul Arwana yang fenomenal hanya menggunakan 1
jam waktunya di acara empat mata, sedangkan sebagian karyawan menghabiskan 10 sampai
12 jam ditempat kerja (kurang lebih 20% tukul 80% karyawan untuk waktu kerja). Namun
hasil sehari yang didapatkan Tukul Arwana jauh lebih besar dari pada gaji sebulan sebagian
besar karyawan (kurang lebih 20% Karyawan 80% Tukul Arwana untuk besar penghasilan).
http://ibrahimmiran-kaes.blogspot.com/2012/06/diagram-pareto.html
1. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah metode pengorganisasian kesalahan, problem atau cacat untuk
membantu memfokuskan pada usaha-usaha pemecahan masalah. Diagram ini digunakan
untuk mengklasifikasi masalah menurut sebab dan gejalanya. Masalahakan didiagramkan
menurut prioritas atau kepentingannya dengan menggunakan diagram batang.
Proses pembuatan diagram pareto dapat diuraikan sebagai berikut:
a.

Pilih beberapa faktor penyebab dari suatu masalah (bisa diketahui dari hasil analisis

sebab dan akibat).


b.

Kumpulkan data dari masing-masing faktor dan hitung persentase kontribusi dari

masing-masing faktor.
c.

Susun faktor-faktor dalam urutan baru dimulai dari yang memiliki persentasi kontribusi

terbesar dan hitung nilai akumulasinya.

d.

Bentuk kerangka diagram dengan aksis vertikal sebelah kiri menunjukan frekuensi,

sedangkan aksis vertikal sebelah kanan dalam bentuk kumulatif. Tinggi aksis sebelah kiri dan
kanan sama.
e.

Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kiri, buat kolom secara berurutan pada aksis

horisontal yang menggambarkan kontribusi masing-masing faktor.


f.

Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kanan, buat garis yang mengambarkan persen

kumulatif, dimulai dari 0% pada ujung bawah aksis sebelah kiri sampai 100% di ujung atas
aksis sebelah kanan.
Contoh:
Data Ketidaksesuaian pada Kotak Pengeras Suara

Diagram Pareto Ketidaksesuaian pada Kotak Pengeras Suara


2. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab-Akibat)
Diagram sebab dan akibat merupakan suatu alat pengendalian mtu dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa. Diagram ini berupa suatu grafik yang menggambarkan hubungan suatu efek

(masalah) dengan penyebab potensialnya. Diagram sebab dan akibat digunakan untk
mengembangkan variasi yang luas atas suatu topik dan hubungannya, termasuk untuk
pengujian suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam membangun
diagram membantu menstimulasi pemikiran mengenai suatu isu, membantu berpikir secara
rasional.
Contoh :

Diagram Sebab dan Akibat untuk Jagung yang Tidak Meletus


http://makjegagik.blogspot.com/2011/11/diagram-penyebab-masalah.html
Pengertian Diagram

Ishikawa

Diagram Ishikawa disebut juga diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) , atau causeand-effect matrix adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah even
yang

spesifik.

Diagram

ini

pertama

kali

diperkenalkan

oleh Kaoru

Ishikawa (1968). Pemakaian diagram Ishikawa yang paling umum adalah untuk mencegah
defek serta mengembangkan kualitas produk. Diagram Ishikawa dapat membantu
mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan memberi efek terhadap sebuah even. Metode
tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data
verbal

(non-numerical)
Diagram

ini

atau
sering

dikenal

data

kualitatif.

dengan Diagram Fishbone (Tulang

Ikan), Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan
tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan
sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek
atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab
sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan

Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan
dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk
menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang
disebabkan

oleh

faktor-faktor

penyebab

itu.

Diagram Fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,


mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang
berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari
diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram
atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan
pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan
sebagai start awal meliputi materials (bahan baku),machines and equipment (mesin dan
peralatan), manpower (sumber

daya

Nature/environment (lingkungan),

manusia), methods(metode), Mother

dan measurement (pengukuran).

Keenam

penyebab

munculnya masalah ini sering disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah selain 6M
tersebut dapat dipilih jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang
berasal dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya dapat
digunakan

teknik brainstorming.

Diagram Fishbone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan
menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut. Selain digunakan untuk
mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya, diagram fishbone ini juga dapat
digunakan

pada

proses

Manfaat

Diagram

perubahan.

Ishikawa

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang
mungkin

timbul

dari

suatu

efek

spesifik

dan

kemudian

memisahkan

akar

penyebabnya.Dan dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada level


individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian

Diagram Fishbone ini

dalam

analisis

masalah.

Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:


Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama. Penggunaan Diagram
dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam
menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.
Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/organisasi.
Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim
akan mudah menangkap permasalahan utama.
Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan menggunakan
teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenai penyebab
munculnya masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana
dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan
penyebab yang dominan.
Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan penyebab
dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari
anggota tim.
Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan memudahkan anggota
tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang
telah ditentukan.
Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan ini akan
terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.
Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih
terarah pada masalah dan penyebabnya.
Selain itu, Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis.
Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah
masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah masalah klasik yang ada di industri
manufaktur khusunya antara lain adalah :
a) keterlambatan proses produksi
b) tingkat
c) mesin

defect
produksi

(cacat)
yang

produk

sering

yang

tinggi

mengalami

trouble

d) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi

e) produktivitas

yang

tidak

mencapai

target

f) complain pelanggan yang terus berulang


Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan
e) Membahas issue secara lengkap dan rapi
f) Menghasilkan pemikiran baru
Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa ini memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah
yang

mucul

bagi

perusahaan.

Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya
masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya
ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah
dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan
lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari
akar

permasalahan

sebenarnya.

Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi dan jenis
usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan
mempengaruhi sebab sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang
mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan.

Contoh Diagram Ishikawa

Langkah-langkah Dalam Penyusunan Diagram Ishikawa


Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone meliputi kepala ikan
yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya akan digunakan untuk
menyatakan masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk

menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang akan
digunakan

untuk

menyatakan

penyebab

masalah.

Bentuk

kerangka

Diagram Fishbone tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada
dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012).
Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja
sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada bagian
kanan dari Diagram Fishboneatau ditempatkan pada kepala ikan. Berikut contoh rumusan
masalah utama.
a.

Masalah

pada

lembaga

Rendahnya
Rendahnya

kualitas

b.

kualitas

pelayanan

kepada

lulusan
peserta

Masalah
Panjangnya
Tingginya

c.

antrian

diklat

diklat,

diklat.
dan

pada
di

tingkat

kasir
kredit

Bank

atau

customer

service.

macet,

dan

lain-lain.

Kantor
Tidak

tercapainya

Rendahnya kualitas layanan, dan lain-lain

lain-lain.

Pajak
target

penerimaan

pajak.

3. Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat
pada permasalahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan teknik brainstorming. Menurut
Scarvada (2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok
yaitu materials (bahan

baku), machines

peralatan),manpower (sumber

daya

and

equipment (mesin

dan

manusia), methods (metode), Mother

Nature/environment(lingkungan), dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana


(2011)

mengelompokkan

penyebab

masalah

menjadi

tujuh

yaitu manpower (SDM), machines(mesin dan peralatan), methods (metode), materials (bahan
baku), media, motivation(motivasi), dan money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini
kita tempatkan di Diagram Fishbone pada sirip ikan.

4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah. Penyebab ini


ditempatkan pada duri ikan. Berikut disajikan contoh penyebab masalah rendahnya kualitas
lulusan diklat.
a.

Kelompok

SDM.

Misalnya masalah SDM terkait dengan tenaga pengajar. Penyebab dari unsur tenaga pengajar
ini adalah rendahnya kompetensi tenaga pengajar. Terdapat beberapa pengajar yang tidak
sesuai
b.

dengan

bidangnya.

Kelompok

Material.

Terkait dengan diklat, penyebab bahan baku yang kurang baik adalah pertama kualitas
kurikulum yang kurang baik. Kedua, bahan ajar banyak yang kurang update dengan
perkembangan organisasi. Ketiga, tidak ada rencana pembelajaran dalam bentuk program
pengajaran
c.

dan
Kelompok

Satuan
mesin

Acara
dan

Pembelajaran.
peralatan.

Penyebab masalah dari sisi mesin dan peralatan ada tiga yaitu kurang nyamannya ruangan
kelas, tidak adanya ruangan untuk praktik, dan banyak komputer dan proyektor yang rusak.
d.

Kelompok

method.

Penyebab masalah dari sisi metode adalah kurangnya inovasi dalam model pembelajaran.
Penyebab masalah ini dapat dirinci lebih lanjut dengan mencari penyebab dari penyebab
masalah tersebut. Pendalaman lebih lanjut dari penyebab masalah ini dapat dilakukan sampai

dengan lima level. Dapat digunakan metode Five Whys untuk pendalaman penyebab masalah
ini.

5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita dapat
menggambarkannya dalam Diagram Fishbone. Contoh Diagram Fishbone berikut terkait
dengan permasalahan rendahnya kualitas lulusan diklat seperti yang telah dijelaskan di atas.

http://taufikafandii.blogspot.com/2013/09/diagram-fishbone-tulang-ikan-cause-and.html
Diagram Tulang Ikan
21122009

Ini bukan ajakan untuk menikmati tulang ikan


layaknya kucing. Tapi gambar tersebut juga bukan bermaksud mengaburkan topik tulisan
mengenai sebuah tulang ikan. Yakni tepatnya sebuah metode / tool yang disebut dengan
diagram tulang ikan (fishbone diagram). Atau sering juga disebut dengan cause effect
diagram. Penggagas adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru
Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia
Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut

awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal
(non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang
memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone
diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Diagram tulang ikan ini memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong
kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat
dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai
moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan
permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone untuk design produk dan mencegah
kualitas produk yang jelek (defect). Mengenai pemilahan sebab-sebab, berikut adalah
beberapa pendekatannya.
The 4 Ms (digunakan untuk perusahaan manufaktur) :
Machine (Equipment),
Method (Process/Inspection)
Material (Raw,Consumables etc.)
Man power.
The 8 Ps (digunakan pada industri jasa) :
People
Process
Policies
Procedures
Price
Promotion
Place/Plant
Product
The 4 Ss (digunakan pada industri jasa) :
Surroundings
Suppliers
Systems
Skills
4 P (pendekatan manajemen pemasaran) :
Price
Product
Place

Promotion

Contoh sederhana pemilahan sebab dengan


pendekatan tertentu adalah pada gambar di samping.
Langkah-langkah untuk belajar dan menerapkan diagram tulang ikan adalah :
Fokuskan pada satu hal akibat yang diamati, di ruang lingkup yang lebih kecil dahulu.
Kemudian hal yang besar jika sudah terlatih.
Sebab lebih dari satu. Sehingga jangan berhenti untuk bertanya mengapa? Penentuan sebabsebab juga bisa dengan branstorming.
Buatlah usulan perbaikan jangka pendek dan jangka panjang dari sebab-sebab permasalahan.
Kerja tim dan dukungan kepemimpinan adalah hal penting.
Teruslah berlatih.

Gambar berikut adalah contoh hasil dari


pembuatan diagram tulang ikan. Berkisah mengenai pencarian jawaban mengapa produk
sebuah mobil di industri manufaktur tidak bisa berjalan. Sebab-sebab dipilah sesuai dengan
pendekatan jenis kelamin operator perakitan (pria atau wanita), lingkungan, metode dan
bahan. Semakin dekat garis sebab dengan akibat, semakin perlu diperhatikan. Faktor
lingkungan dipilah lagi menjadi dua sub bagian. Yakni faktor temperatur dan cahaya.
Diperkirakan cahaya terlalu banyak dan temperatur terlalu rendah. Demikian seterusnya
dilakukan analisis yang sama terhadap sebab-sebab yang ada. Kemudian setelah diketahui
betul sebab-sebab yang ada, maka dapat dibuat kerangka pemecahan masalahnya. Misalnya
dengan perbaikan lingkungan kerja, metode dan bahan.

Diagram ini memang lebih banyak diterapkan oleh departemen kualitas di perusahaan
manufacturing atau jasa. Tapi di sektor lain sebenarnya juga bisa, seperti pelayanan
masyarakat, sosial dan bahkan politik. Karena sifat metode ini mudah dibuat dan bersifat
visual. Walaupun kelemahannya ada pada subjektivitas si pembuat.
http://nurrahmanarif.wordpress.com/2009/12/21/diagram-tulang-ikan/
6. Diagram Fishbone
Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul diperusahaan.
Metode metode tersebut antara lain : Brainstorming, Bertanya Mengapa beberapakali (WHY
WHY) dan metode Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa.
Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah metode yang ke 3 yakni Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/
Cause

and

Effect

(Sebab

dan

Akibat)/

Ishikawa

Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas.
Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya
adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915
di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan
diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang
menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang
pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone
diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang
moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari
sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala.
Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan
diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara
sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan
untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang
disebabkan

oleh

faktor-faktor

penyebab

itu.

Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap
orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.

Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai
menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan
pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan
sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi
sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat
menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang
orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah
menggunakan
Manfaat

diagram

tulang
Diagram

ikan.
Fishbone

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar
penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan penyebab yang mungkin dan dalam kebanyakan
kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau
menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia
bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah
masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah masalah klasik yang ada di industri manufaktur
khusunya antara lain adalah : a) keterlambatan proses produksi, b) tingkat defect (cacat) produk yang
tinggi, c) mesin produksi yang sering mengalami trouble, d) output lini produksi yang tidak stabil yang
berakibat kacaunya plan produksi, e) produktivitas yang tidak mencapai target, f) complain pelanggan
yang terus berulang
Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :a)
Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, b) Membantu membangkitkan ide-ide
untuk solusi suatu masalah, c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, d)
Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan, e) Membahas issue
secara lengkap dan rapi, f) Menghasilkan pemikiran baru. Jadi ditemukannya diagram Fishbone
memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi
perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab

terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam
variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab
sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua
kemungkinan

penyebab

dan

mencari

akar

permasalahan

sebenarnya.

Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone , kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen,
divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan
mempengaruhi sebab sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas
yang nantinya akan digunakan.
Cara Membuat Diagram Fishbone
Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni 1).
Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2). Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3). Mengidentifikasi
berbagai kategori sebab utama. 4). Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5).
Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 6). Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling
mungkin
Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu
keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:
Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk diselesaikan.
Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tulislah pada sisi
sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan
tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak.
Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang
besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat
dikembangkan melalui Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin,
peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkahlangkah aktual dalam proses. Faktor faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan
melalui brainstorming. Berikut beberapa pendekatan yang bisa dijadikan panduan untuk merumuskan
faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect:
a) Pendekatan The 4 Ms (digunakan untuk perusahaan manufaktur). Faktor-faktor utama yang bisa
dijadikan acuan menurut pendekatan ini adalah 1) Machine (Equipment), 2) Method (Process/Inspection),
3) Material (Raw, Consumables dll.), 4) Man power.

b) Pendekatan The 8 Ps (digunakan pada industri jasa). Menurut pendekatan ini, ada setidaknya 8 hal
yang bisa dijadikan acuan sebagai faktor utama antara lain 1) People, 2) Process, 3) Policies, 4)
Procedures, 5) Price, 6) Promotion, 7) Place/Plant, 8) Product
c) PendekatanThe 4 Ss (digunakan pada industri jasa). Pendekatan ini memberikan acuan 4 faktor utama
antara lain 1) Surroundings, 2) Suppliers, 3) Systems, 4) Skills
d) Pendekatan 4 P (pendekatan manajemen pemasaran). Pendekatan yang menggunakan perspektif
manajemen pemasaran untuk memberikan faktor utama yang bisa dijadikan acuan yakni 1) Price, 2)
Product 3) Place, 4) Promotion
Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulang-tulang
besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang.
Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang
berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.
Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang
kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
berikut :Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi? Bertanya Mengapa beberapa
kali (konsep five whys) sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan
peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram sebabakibat.
Kelebihan/

Kekurangan

Diagram

FishBone

Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang
yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah
tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah opinion based on tool dan di design membatasi
kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode level
why yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar benar besar untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang
terdaftar pada diagram tersebut.
Contoh

Bentuk

Dasar

Diagram

Fishbone

Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan format
dasar dari Diagram Fishbone yang sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan

pengembangan lebih jauh yang disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause
ditulis di tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.
Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh

Penerapan

Diagram

Fishbone

Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu olahraga, karena

begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini menjaga kualitas agar tetap bisa
bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal akhir tahun 20xx perusahaan ini mengalami
penuruanan penjualan karena produk dinilai cacat oleh distributor. Untuk mengatasi permasalahan ini,
manajer produksi diminta menganalisa dan mencari akar permasalahan sehingga banyak produk yang
cacat, sehingga diharapkan penjualan produk awal tahun depan bisa meningkat. Namun sebelum manajer
produksi melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa banyaknya produk cacat
dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang didapat. Manajer produksi, akhirnya menetapkan
ingin menggunakan Diagram Cause and Effect sebagai bahan pencari akar penyebab dari masalah
tersebut.
Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang terjadi. Masalah
yang

muncul

misalnya

banyaknya

produk

cacat.

Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat atau
effect.

Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor faktor yang mungkin menjadi penyebab
utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 20xx. Dimisalkan yang menjadi faktor
penyebab utama masalah ini adalah : a) Machine (Mesin), b) Method (Metode atau proses produksi), c)
Material (Bahan baku), d) Man power (Tenaga kerja).

Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab penyebab sekunder yang
mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang
Machine bersumber dari kerusakan mesin dan kesalahan setting mesin produksi. Kemungkinan penyebab
masalah sekunder pada tulang Metode dimisalkan terkait layout produksi. Kemungkinan penyebab
masalah sekunder pada Tulang Material misalkan disebabkan oleh dua kemungkinan yakni kualitas bahan
baku rendah dan pemasok barang baku. Sedangkan, kemungkinan penyebab masalah sekunder pada
tulang Man Power dimisalkan berasal dari kemampuan tenaga kerja dan kemampuan mandor.

Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab penyebab tersier yang mungkin bisa
mempengaruhi penyebab penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi pada tahap ini. Apabila memang
tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder dinyatakan cukup menjadi akar permasalahan pada
tiap pokok tulang permasalahan. Diandaikan hasil analisis penyebab tersier pada kasus ini yakni 1).
Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Machine bagian tulang kerusakan mesin adalah
mesin tua dan mesin tidak diservis dengan rutin. Sedang kemungkinan penyebab tersier pada tulang
kesalahan setting mesin produksi adalah rendahnya pengetahuan tentang SOP. 2). Kemungkinan penyebab
masalah tersier pada tulang Method pada bagian tulang layout produksi bersumber dari desain layout yang
kurang efektif. 3). Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Material dimisalkan tidak ada, dan
4) Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Man Power bagian tulang kemampuan tenaga
kerja dimisalkan menyangkut keterampilan, pengalaman kerja, dan motivasi. Sementara penyebab tersier
pada bagian tulang kemampuan mandor dimisalkan juga terkait dengan pengalaman kerja, motivasi,
keterampilan dan kepemimpinan.

Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari seiap faktor pada
hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna hijau) bahwa faktor-faktor
tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata terhadap banyaknya produk sepatu yang cacat

Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk cacat tidak hanya
disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas, namun juga dipengaruhi oleh tenaga
kerja,

metode

atau

system

operasi

dan

mesin

yang

digunakan.

Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi menyimpulkan ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas produk untuk awal kuartal tahun 2011 yaitu :

Dari analisis fishbone diperoleh kesimpulan yang memberkan gambaran spesifik tentang penyebab dari
suatu efek atau problem. Temuan penyebab yang spesifik tersebut menjadi dasar untuk mendisain atau
merancang program solutif untuk mengatasi efek atau persoalan. (Hendra Poerwanto G)
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone
Diagram Pareto
Teori Diagram Pareto
Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama
Vilfredo Pareto (1848-1923). Diagram pareto dibuat untuk menemukan masalah atau
penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap
keseluruhan. Dengan mengetahui penyebab-penyebab yang dominan (yang seharusnya
pertama kali diatasi) maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan atau
tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa akibat atau
pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti.
Prinsip Pareto adalah sedikit tapi penting, banyak tetapi remeh. Kegunaan dari diagram
pareto adalah (Wignjosoebroto, 2006):
1.

Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi.

2.

Menyatakan perbandingan masng-masing persoalan yang ada dan komulatif secara

keseluruhan.
3.

Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang

terbatas.
4.

Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.

Pembuatan diagram pareto terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah pembuatan


diagram pareto dapat dijelaskan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2006):
1.

Kelompokkan masalah yang ada dan nyatakan hal tersebut dalam angka yang bisa

terukur secara kuantitatif.


2.

Atur masing-masing penyebab atau masalah yang ada sesuai dengan pengelompokkan

yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan besarnya nilai kuantitatif
masing-masing. Selanjutnya gambarkan keadaan ini dalam bentuk grafik kolom. Penyebab
nilai kuantitatif terkecil digambarkan paling kanan.

3.

Buatlah grafik garis secara komulatif (berdasarkan prosentase penyimpangan) di atas

grafik kolom ini. Grafik garis ini dimulai dari penyebab penyimpangan terbesar terus terkecil.
Berdasarkan langkah-langkah pembuatan diagram pareto tersebut di atas jelas bahwa
secara sederhana dan mudah akan dapat digambarkan penyimpangan-penyimpangan mana
yang cukup penting dan mendesak untuk segera diatasi. Diagram pareto merupakan langkah
awal (berdasarkan skala prioritas) untuk melakukan perbaikan atau tindakan koreksi terhadap
penyimpangan yang terjadi. Untuk melaksanakan perbaikan atau korelasi ini maka 3 hal
berikut cukup penting untuk dipertimbangkan (Wignjosoebroto, 2006):
1.

Setiap orang yang terlibat dalam permasalahan ini harus sepakat untuk bekerja sama

mengatasinya.
2.

Tindakan perbaikan harus benar-benar akan memberikan dampak positif yang kuat yang

akhirnya juga akan menguntungkan semua pihak.


3.

Tujuan nyata (dalam hal ini efisiensi dan produktivitas kerja diharapkan akan meningkat)

harus bisa diformulasikan secara konkrit dan jelas.


Diagram pareto dapat diaplikasikan untuk proses perbaikan dalam berbagai macam
aspek permasalahan. Diagram pareto ini seperti halnya diagram sebab akibat tidak saja efektif
digunakan untuk usaha pengendalian kualitas suatu produk, akan tetapi juga bisa
diaplikasikan untuk (Wignjosoebroto, 2006):
1.

Mengatasi permasalahan pencapaian efisiensi atau produktivitas kerja yang lebih tinggi

lagi.
2.

Permasalahan keselamatan kerja (safety).

3.

Penghematan atau pengendalian material, energi, dan lain-lain.

4.

Perbaikan sistem dan prosedur kerja.


Apapun permasalahannya, apabila target yang dituju adalah usaha perbaikan, maka

diagram pareto akan banyak membantu. Diagram pareto akan menunjukkan apakah usaha
perbaikan yang telah dilaksanakan bisa berhasil atau tidak. Setelah proses perbaikan
dilakukan maka sekali lagi perlu dibuat diagram pareto untuk kondisi yang baru dan
kemudian bandingkan dengan diagram sebelumnya serta lihat perbedaannya. Kalau perbaikan
telah dilaksanakan tentunya distribusi frekuensi dari penyimpangan-penyimpangan juga akan
berubah dan tentu saja skala prioritas tindakan perbaikan akan berubah pula (Wignjosoebroto,
2006).
http://marullohtekindustri.blogspot.com/2013/10/diagram-pareto.html

3. Histogram
Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pada bidang statistik,
pengertian histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan
dengan

grafis

batangan

sebagai

manifestasi

data

binning.

Tiap

tampilan

batang

menunjukkan proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan


dengan interval yang tidak tumpang tindih. Dalam konteks manajemen kualitas, histogram
adalah perangkat grafis yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari
proses. Jika data yang terkumpul menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat
diprediksi, kemudian histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan kemampuan
batasan proses. Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik
batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi),
dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau
penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila
penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa
mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit
sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih
bermutu, karena mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh
histogram.

Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk
memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi
banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori dan merupakan salah satu dari seven basic
tools of quality control. Aplikasi histogram diagram sangat tepat digunakan pada saat kita
1) ingin menetapkan apakah proses berjalan dengan stabil atau tidak 2) ingin mendapatkan
informasi tentang performance sekarang atau variasi proses. 3) ingin menguji dan
mengevaluasi perbaikan proses untuk peningkatan. 4) ingin mengembangkan pengukuran

dan memonitor peningkatan proses. Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan
dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut:
1. Merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang. Dalam
histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas.
Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan
histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka
nominal, misalnya rata-rata. Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu
mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang
menyatakan fekuensi absolute atau frekuensi relatif.
2. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari
variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan
kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa
proses berjalan konsisten, artinya seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang
terjadi adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data,
sehingga berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data
melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari
hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran
data ternyata berada di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah
memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan. Secara umum, histogram biasa
digunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat atau
teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil
penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.
Selanjutnya adalah bagaimana cara membuat histogram? Langkah pertama adalah
mengumpulkan data. Sampel data haruslah dapat mewakili populasinya. Berapa jumlah
sampel yang dapat mewakili populasi dapat dipelajari loebih jauh di bidang kajian statistik
atau metodologi penelitian. Langkah kedua, adalah pengolahan data. Pengolahan data ini
menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan langkah pertamaagar Histogram
memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produks,

terutama dalam

menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang
akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta. Seberapa banyak kelas-kelas data
yang dibuat untuk menggambarkan penyebaran data, ditentukan dengan cara: pertama,
menentukan batas-batas observasi (rentang). Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi
data terkecil. Kedua, menghitung banyaknya kelas atau sel-sel. Banyak kelas (b) = 1 + 3,3
log n. Selanjutnya, menentukan lebar/panjang kelas dengan menggunakan rumus Panjang
kelas (p) merupakan hasil pembagian nilai Rentang dengan banyaknya kelas. Keempat,
menentukan ujung kelas. Ujung kelas pertama biasanya diambil dari terkecil. Kelas
berikutnya dihitung dengan cara menjumlahkan ujung bawah kelas. Kelima, menghitung
nilai

frekuensi

histogram

masing-masing

kelas.

batangnya (Hendra Poerwanto G).


https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Histogram

Keenam,

menggambarkan

diagram

Anda mungkin juga menyukai