PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang sangat
penting khususnya bagi ibu yang sedang hamil. Karena dalam kondisi
yang seperti ini kesehatan seorang ibu akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janinnya. Hal yang paling sering ditemui di dalam dunia
kesehatan dimana seorang bayi yang baru lahir akan tetapi bayi itu akan
mengalami kesulitan dalam bernafas. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Salah satu masalah pernafasan tersebut adalah afiksia. Asfiksia
Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan
CO2 (A.H Markum, 2002). Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Amerika Serikat pada tahun 1979 sampai 1990 terdapat 155 kematian
ibu akibat penyulit pada anestesi atau 3,8% dari 4097 kematian terkait
kehamilan (Curningham, 2006).
Di negara berkembang, sectio caesarea merupakan pilihan terakhir
untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau
persalinan kritis. Angka kematian ibu karena sectio caesarea yang terjadi
sebesar 15,6% dari 1.000 ibu dan kejadian asfiksia sedang dan berat pada
sectio caesarea sebesar 8,7% dari 1.000 kelahiran hidup sedangkan
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat diketahui rumasan masahnya:
1. Apa pengertian asfiksia?
2. Bagaimana etiologi asfiksia?
3. Bagaimana patofisiologi asfiksia?
4. Bagaimana pathway asfiksia?
5. Apa saja klasifikasi asfiksia?
6. Apa manifestasi klinis dari asfiksia?
7. Apa saja komplikasi asfikasia?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien asfiksia?
9. Apa saja pemeriksaan pasien asfiksia?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Mengetahui pengertian asfiksia
2. Mengetahui etiologi asfiksia
3. Mengetahui patofisiologi asfiksia
4. Mengetahui pathway asfiksia
5. Mengetahui klasifikasi asfiksia
6. Mengetahui manifestasi klinis dari asfiksia
7. Mengetahui komplikasi asfikasia
8. Mengetahui penatalaksanaan pasien asfiksia
9. Mengetahui pemeriksaan pasien asfiksia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktorfaktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Prawirohardjo:
2008).
Jadi asfiksia adalah kondisi dimana bayi gagal dalam usaha
bernafas spontan sehingga terjadi gangguan dalam pertukaran 02 dan C02.
B. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin
yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor
tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir, diantaranya adalah:
4
1. Factor Ibu
Cacat bawaan
Gagal bernafas
Keracunan CO
3. Factor bayi
Kompresi umbilikus
Prematur
Gemeli
Kelainan congential
4. Factor plasenta
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Solusio plasenta
5. Factor persalinan
Partus lama
Partus tindakan
C. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan
dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian
akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak
dimulai segera.
7
D. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat
Presentasi janin abnormal
narkotik
ASFIKSIA
Nafas cepat
Bersihan
Jalan nafas tdk efektif
Apneu
Suplai O2
ke paru turun
Suplai O2
dlm darah turun
Kerusakan otak
Resiko
Ketidakseimbangan suhu tbh
DJJ & TD
menurun
Pola nafas
Tdk efektif
Risiko Cedera
gangguan metabolisme
dan prbhn asam basa
Asidosis respiratorik
E. Klasifikasi
1. Vigorous baby : skor Apgar ( 7 10 ). Bayi dianggap sehat, tidak
perlu tindakan istimewa.
2. Mild moderat asfiksia ( asfiksia sedang ) Apgar skor ( 4 6 ),
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 /
menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.
3. Asfiksia berat, apgar skor ( 0 3 ), pemeriksaan fisis ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 / menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, reflek iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisis lain sama dengan
asfiksia berat
F. Manifestasi Klinik
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan
yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun,
sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-agsur
berkurang dari bayi memasuki periode apneru primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara
lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus,
nadi cepat Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-megap yang dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
9
dengan
hati-hati
untuk
menghindari
timbulnya
11
melakukan
intubasi
endotrakeal
dan
setelah
kateter
dengan melakukan
untuk
menghindarkan
pneumotoraks
atau
kemungkinan
timbulnya
pneumomediastinum
apabila
13
14
2.
3.
4.
Pengkajian spesifik
5.
Elektrolit garam
6.
Usg
7.
gula darah.
8.
9.
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
kompleks
Yugiantoro,2006)
15
Penampilan
asimetris
(molding,
edema,
hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang).
5) Pernafasan
a) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus
antara 7-10.
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.
6) Keamanan
a) Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks
(jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
b) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat
terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin
belang-belang
menunjukkan
memar
minor
(misal
petekie
pada
kepala/
wajah
(dapat
menunjukkan
d.
dalam darah
Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan
e.
ketidakseimbangan ventilasi.
Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
18
3. Intervensi
No Diagnosa
Keperawatan
1
Pola
nafas
efektif
hipoventilasi
Tujuan
dan
Kriteria Intervensi
Hasil
tidak Tujuan:Setelah
b.d dilakukan
keperawatan
proses
selama Intervensi:
keperawatan
yang
nafas
dengan
melakukan pengisapan
lender.
status
pernafasan
dan
oksigenasi
sesuai
dengan kebutuhan.
efektif.
2. Ekspansi
dada
simetris.
3. Tidak
jalan
2. Pantau
Kriteria hasil:
pola
1. Pertahankan kepatenan
ada
bunyi
nafas tambahan.
4. Kecepatan
dan
mengetahui
adanya
penurunan
ventilasi.
respirasi 4. Kolaborasi
irama
dengan
dokter
untuk
Keterangan skala :
1: Selalu Menunjukkan
2: Sering Menunjukkan
nafas
:Kadang
Menunjukkan
4 :Jarang Menunjukkan
5
Menunjukkan
Tidak
oksigenasi
sesuai kebutuhan.
19
Bersihan
Jalan Tujuan:
Nafas
dilakukan
tindakan Intevensi:
tidak
keperawatan
Efektif
proses
berhub
ungan
lancar.
selama
keperawatan
1. Tentukan
dengan NOC
Status
suction .
Jalan
mukus
Kriteria Hasil :
Nafas
3. Beritahu
4. Bersihkan
demam
suction
cemas
3. Rata-rata
4. Pengeluaran sputum
suara
pasien,
status
hemodinamik
segera
nafas tambahan.
II
sesudah suction.
Status
bernafas.
2. Tidak menunjukkan
Resusitasi:
1. Siapkan perlengkapan
resusitasi
sebelum
persalinan.
2. Tes resusitasi bagian
kegelisahan.
adanya
sianosis
4. PaCO2 dalam batas
normal
II:
Neonatus
Gas
1. Mudah
selesai
dilakukan.
repirasi
3. Tidak
daerah
2. Tidak menunjukkan
5. Tidak
keluarga
tentang suction.
1. Tidak menunjukkan
NOC
kebutuhan
memastikan
dapat
berfungsi
dengan baik.
20
3. Tempatkan
normal
di
6. Keseimbangan
radiasi.
perfusi ventilasi
Keterangan
skala
4. Masukkan
laryngoskopy
1 : Selalu Menunjukkan
:
trachea
Kadang
untuk
menghisap mekonium.
Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
untuk
memvisualisasi
2 : Sering Menunjukkan
3
BBL
5. Intubasi
dengan
endotracheal
5 : Tidak Menunjukkan
untuk
mengeluarkan
mekonium dari jalan
nafas bawah.
6. Berikan
taktil
stimulasi
pada
telapak
untuk
auskultasi
memastikan
vetilasi adekuat.
3
Risiko
Tujuan
ketida
dilakukan
kseim
keperawatan
banga
proses
Setelah NIC
Perawatan
tindakan Hipotermi
selama Intervensi :
keperawatan
normal.
b.d
NOC
kuran
Termoregulasi
gnya
Neonatus
dan
tempatkan
pada
lingkungan
yang
hangat.
21
suplai
O2
dalam
Kriteria Hasil :
2. Monitor
1. Temperatur
badan
darah.
berhubungan
yang
dengan
hipotermi,
misal
fatigue,
apatis,
3. Tidak gelisah
4. Perubahan
kulit.
warna kulit.
4. Monitor TTV
5. Bilirubin
dalam
batas normal.
Keterangan
skala
2 : Sering Menunjukkan
:
5. Monitor
adanya
bradikardi.
1 : Selalu Menunjukkan
3
gejala
Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
6. Monitor
status
pernafasan.
NIC
II
Temperatur
Regulasi
Intervensi :
1. Monitor
BBL
temperatur
setiap
jam
Kerusakan
Tujuan
tindakan basa
suplai keperawatan
dan proses
keperawatan
22
ketidakseimbangan
diharapkan
pertukaran
ventilasi.
gas teratasi.
frekuensi
NOC:Status
respiratorius
Pertukaran
gas
Kriteria hasil :
Kaji
bunyi
paru,
nafas,
produksi sputum.
2. Pantau
saturasi
O2
dengan oksimetri
3. Pantau
hasil
Analisa
Gas Darah
batas normal
Keterangan
1.
skala
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3
Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5
5 : Tidak Menunjukkan
Risiko cedera b.d Tujuan
:
Setelah NIC
anoma dilakukan
keperawatan
konge
proses
nital
tidak
dapat
terdet
eksi
Keamanan
atau
Kriteria hasil :
tidak
si
selama
keperawatan
dicegah.
Anak
komplikasi
2. Mendeskripsikan
pemaj
anan
dari
pada
perkembangan anak.
agenagen
level
3. Mendeskripsikan
teknik
Infeksi
tindakan Intervensi :
li
terata
Kontrol
pertolongan
1. Cuci
tangan
setiap
tangan
steril.
3. Lakukan
fisik
pengkajian
secara
rutin
pembuluh
keluarga
infeksi
us
pertama.
infeksi
dan
Keterangan Skala :
melaporkannya
pemberi
2 : Sedikit
kesehatan.
3 : Agak
pada
pelayanan
4 : Kadang
sesuai
5 : Selalu
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin
hepatitis B bila serum
ibu
mengandung
antigen
permukaan
keluarga Tujuan
terhen
Setelah NIC
dilakukan
ntian
dalam
status
keseha
tan
anggot
a
keluar
ga.
diharapkan
adekuat.
:
Koping
keluarga
Kriteria
1.
Hasil
Percaya
mengatasi
keluarga
1. Tentukan
koping
keluarga
I
Pemeliharaan
selama Intervensi :
proses keperawatan
NOC
tindakan proses
ti b.d keperawatan
perga
tipe
keluarga.
2. Identifikasi
efek
untuk
menggunakan
2. Kestabilan prioritas.
mekanisme
3. Mempunyai rencana
yang ada.
darurat.
4. Mengatur ulang cara
perawatan.
proses
support
merencanakan
Keterangan
1
skala
Tidak
pernah
dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
segala situasi.
NIC
II
Keluarga
Intervensi :
II
Kesehatan
Kriteria
1.
Status
Keluarga
anggota
kekebalan
keluarga.
2. Anak mendapatkan
perawatan
tindakan
Akses
perawatan
beban
prognosis
psikologi
dari
keluarga.
3. Beri harapan realistik.
alam
kesehatan.
4.
perawat
yang terbaik.
4. Identifikasi
pencegahan.
3.
memperoleh
: 2. Tentukan
Hasil
Status
anggota
5 : Selalu dilakukan
NOC
Dukungan
Kesehatan
fisik
anggota
keluarga.
Keterangan
Skala
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3
Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
EVALUASI
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
NOC I
25
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
NOC II
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
NOC I
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
NOC II
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
NOC I
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
NOC II
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah
ilmu pengetahuan dengan pembaca semua agar memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
28
DAFTAR PUSTAKA
Wilkonson, Judith M dan Nancy R Ahern.2011.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan edisi 9. Jakarta:EGC
Yogiantoro, Dainy, dkk. 2006. Endokrin Metabolik : Kapita Selekta
Tiroidologi. Surabaya: Airlangga University Press.
(Prawirohardjo, sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)
http://www.slideshare.net/myayanti/pengertian-dan-penanganan-asfiksia-padabayi-baru-by-fitalia-wulandari
http://ismiodewade.blogspot.com/2013/09/laporan-pendahuluan-asfiksianeonatorum.html
29