Anda di halaman 1dari 52

OLEH :

KELOMPOK 5
GEOFISIKA SEMESTER 5
SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Anggota Kelompok 5
Isna Ayu Mustika
Lintang Kesumastuti

Mahdi Kokab Zawawi


Nurain Silvana Akuba

13.11.2543
13.11.2544
13.11.2545
13.11.2546

Outline
1. Medan Magnet Bumi

2. Suseptibilitas
3. Pengukuran Geomagnet

4. Metode Geomagnetik
5. Analisis Geomagnetik

Medan Magnet Bumi


Teori Dinamo
Di dalam perut bumi terdapat besi dalam wujud cair yang bertindak

sebagai objek yang sangat konduktif, disebut sebagai dinamo


(dynamo) berfungsi menghasilkan kembali (regenerate) medan
magnet di dalam dirinya sendiri.
Medan magnet diyakini dihasilkan dari konveksi dari besi cair, di
dalam cairan inti bagian luar, sejalan dengan efek corioli (Coriolis
effect) yang disebabkan oleh rotasi planet yang mengarahkan arus
bergulung sejajar dengan kutub utara-selatan. Saat cairan konduktif
mengalir, arus listrik akan terinduksikan, yang kemudian kembali
menghasilkan medan magnet yang lain. Saat medan magnet ini
menguatkan medan magnet yang sebelumnya, dinamo terbentuk
dan menjadi stabil.

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter

fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi,


yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
1. Deklinasi (D)
2. Inklinasi (I)
3. Intensitas Horizontal (H)
4. Medan Magnetik Total (F)

Deklinasi (D)
Yaitu sudut antara utara geografis dan utara magnetik yang
dihitung dari utara menuju timur
Inklinasi (I)
Yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju
bidang vertikal ke bawah.

Intensitas Horizontal (H)


Yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.
Medan Magnetik Total (F)
Yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Komponen komponen tersebut diorientasikan dengan kordinat geografik,
yaitu utara (X), timur (Y) dan arah vertikal (Z). Parameter-parameter
X,Y,Z,D,I,H dan F dikenal dengan elemen geomagnetik.

Medan Magnet Bumi terdiri dari 3


bagian :
1. Medan Magnet Utama
medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang
cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2
2. Medan Magnet Luar
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi
yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan
oleh sinar ultraviolet dari matahari.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik
yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka
perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

3. Medan Magnet Anomali


Sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).

Medan

magnet ini dihasilkan oleh batuan yang


mengandung mineral bermagnet seperti magnetite,
titanomagnetite dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi
target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik
yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi.

Medan magnet remanen mempunyai peranan yang

besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar


dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan
peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat
rumit untuk diamati.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila
arah medan magnet remanen sama dengan arah
medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya.

Variasi Medan Magnet Bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas

permukaan bumi senantiasa mengalami perubahan


terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini
dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat
ataupun lama.
Faktor-faktor penyebabnya perubahan medan
magnetik bumi meliputi :
Variasi Harian
Badai Magnetik
Anomali Magnetik

Variasi Harian
Adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian besar

bersumber dari medan magnet luar.


Medan magnet luar berasal dari perputaran arus listrik di
dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikelpartikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga
menghasilkan fluktuasi arus yang dapat menjadi sumber
medan magnet.
Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30 gamma dengan
perioda 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang
amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25 jam.
Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan
yang dikenal dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).

Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat

sementara dalam medan magnetik bumi dengan


magnetik sekitar 1000 gamma.
Faktor penyebabnya diasosiasikan dengan aurora.
Meskipun periodanya acak tetapi kejadian ini sering
muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu
periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot
(Telford, 1976).
Badai magnetik secara langsung dapat mengacaukan
hasil pengamatan.

Anomali magnetik
Terjadi karena adanya variasi medan magnet kearah spasial

secara regional. Pola anomali ini dicirikan oleh pergantian


antara anomali positif-negatif dan sejajar dengan sumbu
pemekarannya.
Pola ini dikenal dengan sebutan zone of striped magnetic
anomalies. Hasil inverse anomali ini, dengan dibantu oleh
data radiometri, umur lantai samudra yang bertambah
terhadap jarak dari sumbu pemekaran dan kecepatan ratarata pemekarannya dapat diturunkan.
Anomali medan magnet suatu daerah / setiap daerah
berbeda beda dan hal ini dipengaruhi oleh struktur lapisan
tanah suatu daerah dan dipengaruhi juga oleh aktvitas
vulkanis di daerah trsebut.

Prinsip Metode Geomagnet


Merupakan

salah satu metode geofisika tertua yang


mempelajari karakteristik medan magnet bumi
Sejak lebih dari tiga abad yang lalu telah diketahui bahwa
bumi merupakan magnet yang besar
Bentuk bumi tidak benar-benar bulat dan material
penyusunnya tidak homogen
Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada lintasan
garis gaya magnet (anomali geomagnet)
Dari anomali geomagnet inilah dapat dilakukan pencarian
jebakan mineral dan struktur bawah permukaan bumi secara
signifikan.

Teori Dasar
Prinsip dasar dari metode magnetik ini ialah Hukum tarikan

Coulomb. Satuan kuat kutub ditentukan oleh syarat bahwa gaya


magnetik (F) = 1 dyne cgs. Bila mana dua kutub terpisah 1 cm
tanpa media seperti udara (nilai permeabilitas udara = 1).
Kutub medan magnet (H) tersebut dinyatakan dengan 1 Oested
atau Gauss.

Gaya Magnet (F), Kuat Medan Magnet


(H), Intensitas Magnet (I)
Gaya Magnet (F)
Menurut hukum Coulomb untuk kutub magnetik, jika dua
buah kutub magnet m1 dan m2 yang terpisah sejauh r, maka
akan timbul gaya di antara keduanya sebesar:
F= (m1 m2/r2)r1
Dimana: F = Gaya dalam dyne terhadap m1 dan m2
= Permeabilitas magnet
r = Jarak antara dua kutub m1 ke m2

Gaya Magnet (F), Kuat Medan Magnet


(H), Intensitas Magnet (I)
Kuat Medan Magnet (H)
Kuat medan magnet yang dinyatakan dengan (H) di suatu titik
di definisiksn sebagai gaya persatuan kutub yang bekerja pada
suatu kutub dengan kuat medan magnet pada titik yang
berjarak r dari kutub m adalah:

Medan magnet tersebut umumnya dinyatakan sebagai garis-

garis gaya yang menunjukan medan magnet. Besaran H


dinyatakan dalam oersted yaitu dyne persatuan kutub dan
yang dinyatakan dengan jumlah garis gaya magnet.

Gaya Magnet (F), Kuat Medan Magnet


(H), Intensitas Magnet (I)
Intensitas Magnet (I)
Suatu benda magnetik ditempatkan dalam suatu medan
magnet luar, maka benda tersebut akan termagnetisasi oleh
medan magnet luar tersebut (terimbas). Benda yang terimbas
oleh medan magnet luar tersebut akan memiliki intensitas dan
arah kutub yang sama dengan medan yang mengimbas. Secara
matematik di definisikan dalam momen magnet persatuan
volume, yaitu:
Intensitas magnet selalu mengarah kepada medan magnet

yang mengimbasnya, kekuatannya sama dengan medan yang


mengimbasnya.

Suseptibilitas/Kerentanan Magnetik (k)


Suatu benda / material diletakkan pada medan magnet luar

(H), maka intensitas magnetik (I) akan berbanding lurus


dengan kuat medan luar yang menginduksinya.
Suseptibilitas dapat diasumsikan sebagai kemampuan suatu
benda / material untuk terinduksi oleh magnet luar, yang
didefinisikan sebagai berikut:


k I /H

Dimana
k= suseptibilitas material
I = intensitas kemagnetan
H= kuat medan magnet
Dimana k=0 untuk ruang hampa.

Suseptibilitas merupakan besaran yang menyatakan kemampuan

suatu batuan/mineral dalam memberikan respon terhadap medan


magnet luar.
Kemampuan suatu benda untuk terinduksi, tergantung pada batuan
atau mineral yang menyusunnya. Dimana k dinyatakan dalam
satuan cgs sebagai 10-6 emu/cc atau cgsu.
1 cgsu = 4(10-3) SI
1SI=1/4 cgs
Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut
semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik.
Berdasarkan sifat magnetik yang ditunjukkan oleh suseptibilitas
magnetiknya, batuan dan mineral dapat diklasifikasikan dalam
katagori :
1.
2.
3.

Diamagnetik
Paramagnetik
Ferromagnetik

4. Antiferromagnetik
5. Ferrimagnetik

diamagnetik
Diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas k negatif dan

kecil.
Batuan memiliki kulit elektron yang telah jenuh dan memiliki
pasangan sehingga elektron berpresisi jika mendapat medan
magnet luar (H)
Contoh bahan diamagnetik : Bismuth, gipsum, marmer,
kuarsa, garam, seng, emas, tembaga.

paramagnetik
Batuan paramagnetic mempunyai harga suseptibilitas k positif

dan sedikit lebih besar dari 1.


Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.
Contoh batuan paramagnetik : piroksen, olivin, garnet,
biotit, amfibiolit aluminium, platina, kayu.

ferromagnetik
Batuan ferromagnetik memiliki suseptibilitas positif dan jauh

lebih besar 1.
Suseptibilitas bergantung pada temperatur.
Contoh besi, nikel kobalt, baja.

antiferromagnetik
Material ini mempunyai suseptibilitas seperti material

paramagnetik tetapi harganya naik dengan naiknya


temperatur hingga temperatur tertentu, kemudian turun
menurut hukum Curie-Weiss.
Hal ini terjadi karena momen magnetik total sejajar dan anti
sejajar sehingga sub-dominan dalam material ini saling
meniadakan sehingga suseptibilitasnya menjadi sangat kecil.
Contoh dari antiferromagnetik adalah : hematite.

ferrimagnetik
Material ini mempunyai suseptibilitas magnetik yang sangat

besar dan tergantung pada suhu, domain-domain magnetik


dalam material ini terbagi-bagi dalam keadaan daerah yang
menyearah saling berlawanan tetapi momen magnetik
totalnya tak nol jika medan luar nol.
Praktis semua mineral magnetik adalah ferrimagnetik.
Meskipun dalam beberapa hal magnetisasi batuan bergantung
terutama pada kekuatan dari medan magnetik bumi di
sekeliling dan kandungan mineral magnetiknya.

Suseptibilitas pada Batuan dan Mineral


Mineral ferrimagnetik merupakan sumber utama dari anomali

magnetik lokal
Kemagnetan pada batuan sebagian disebabkan oleh imbasan dari
suatu gaya magnet yang berasosiasi dengan medan magnet bumi
dan sebagian dari kemagnetan remanen
Unsur-unsur yang mengontrol kerentanan magnet batuan
diantaranya adalah jumlah serta ukuran butir dan penyebaran
mineral ferrimagnetik yang terkandung.
Batuan beku dan batuan metamorf pada umumnya mempunyai
harga k yang relatif besar dibandingkan dengan sedimen. Batuan
basa dan ultrabasa mempunyai harga k paling tinggi, batuan
gunung api asam dan batuan metamorf mempunyai kerentanan
magnet sedang hingga rendah, dan batuan sedimen pada umumnya
mempunyai kerentanan magnet yang sangat rendah.

Suseptibilitas pada Batuan dan Mineral


Mineral ferrimagnetik merupakan sumber utama dari anomali

magnetik lokal
Kemagnetan pada batuan sebagian disebabkan oleh imbasan dari
suatu gaya magnet yang berasosiasi dengan medan magnet bumi
dan sebagian dari kemagnetan remanen
Unsur-unsur yang mengontrol kerentanan magnet batuan
diantaranya adalah jumlah serta ukuran butir dan penyebaran
mineral ferrimagnetik yang terkandung.
Batuan beku dan batuan metamorf pada umumnya mempunyai
harga k yang relatif besar dibandingkan dengan sedimen. Batuan
basa dan ultrabasa mempunyai harga k paling tinggi, batuan
gunung api asam dan batuan metamorf mempunyai kerentanan
magnet sedang hingga rendah, dan batuan sedimen pada umumnya
mempunyai kerentanan magnet yang sangat rendah.

Kemagnetan Remanen
Kemagnetan batuan bergantung pada medan magnet yang
dimiliki bumi dan kemagnetan batuan / mineral itu sendiri.
Kemagnetan remanen yang terjadi saat pembentukan
batuan disebut kemagnetan remanen alami (Natural
Remanent Magnetism / NRM) dan dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Kemagnetan remanen alami primer. Terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu:
2. Kemagnetan remanen alami sekunder .Terjadi karena
proses kimia, terdiri dari:

Kemagnetan Remanen Alami Primer


a) Kemagnetan Remanen Kimia (Chemical Remanen
Magnetism / CRM)
Kemagnetan remanen kimia terbentuknya ketika ukuran butiran
batuan magnetik mengalami perubahan (rekristalisai), sebagai akibat
proses kimia pada temperatur jauh dibawah titik Curie (4000C7000C) dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
b) Kemagnetan remanen Panas (Thermoremanent
Magnetism / TMR)
Kemagnetan remanen panas terbentuknya ketika batuan beku
mengalami pendinginan dari proses pemanasan. Dalam beberapa hal
TRM dapat berlawanan arah dengan medan magnet bumi.
c) Kemagnetan remanen Detrial (Detrial Remanent
Magnetism / DRM)
Kemagnetan remanen detrial terjadi pada saat pembentukan batuan
sedimen yang mengandung mineral ferromagnetik.

Kemagnetan Remanen Alami Sekunder


a)
Kemagnetan remanen Viskos (Viscous Remanent
Magnetism /VRM)
Terbentuk oleh imbasan medan magnet luar secara terus menerus
dengan temperatur yang berubah-ubah.
b) Kemagnetan remanen Panas Tetap (Isotheral Remanent
Magnetism / IRM)
Berasal dari suhu tetap yang mendapat imbasan medan magnet dari
luar secara sesaat.
c)
Kemagnetan remanen Deposisional (Depositional
Remanent Magnetism)
Merupakan kemagnetan remanen yang terjadi selama pengandapan
butiran batuan dalam suatu lembah atau cekungan yang mendapat
imbasan medan magnet bumi.
.

Harga Suseptibilitas Beberapa Batuan

Harga Suseptibilitas Beberapa Batuan

Harga Suseptibilitas Beberapa Batuan

Analisis Geomagnetik
Analisis Geomagnetik terdiri dari beberapa tahap,

yaitu :
1. Pengolahan Data Geomagnetik
2. Kontinuasi ke Atas
3. Reduksi ke kutub
4. Interpretasi Data Geomagnetik

Pengolahan data magnetik


Survey dilakukan menggunakan Proton Precision

magnetometer dengan spasi antar lintasan kurang


lebih 50 m dan spasi antar titik pengukuran
disesuaikan dengan kondisi geologi lapangan yaitu 5,
10, 20, 30,atau 50 m. Spasi antar titik disesuaikan
dengan target survey. Jika ingin mengetahui batas
kontak batuan misalnya, spasi dibuat lebih rapat agar
anomali lebih jelas saat melewati batas kontak
batuan.

Pengolahan data magnetik


Hasil survey diolah dengan memperhatikan koreksi-koreksi berupa

koreksi harian, IGRF dan topografi dan dipetakan dengan Surfer


sampai didapatkan data kontur penyebaran anomali medan
magnet.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang menyebabkan adanya
anomali medan magnet adalah bentuk bumi tidak benar-benar
bulat dan material penyusunnya tidak homogen serta suseptibilitas
batuan di bawah permukaan yang berbeda-beda, hal ini
mengakibatkan perubahan-perubahan pada lintasan garis gaya
magnet.

Peta Kontur Anomali Medan Magnet (Penelitian di Daerah


Watuperahu Perbukitan Jiwo Timur Bayat, Klaten)

Pengolahan data magnetik


Gambar di atas merupakan contoh kontur penyebaran anomali medan

magnet yang terukur oleh di daerah Watuperahu. Keduanya memiliki


pola penyebaran yang relatif sama, menunjukkan bahwa pola tersebut
merupakan nilai anomali medan magnet terukur yang sebenarnya. Dari
perbandingan antara pola penyebaran nilai anomali medan magnet dan
topografi daerah penelitian tidak menunjukkan kesamaan sehingga dapat
dikatakan bahwa nilai anomali medan magnet tersebut sangat kecil
terpengaruh oleh faktor ketinggian.

Koreksi efek regional


Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi

target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan


anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat
dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini
disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973).
Koreksi efek regional bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regional dari data anomali medan magnetik
hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh
anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada
ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang
dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan
pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.

Kontinuasi ke atas
Kontinuasi ke atas atau upward continuation merupakan proses

transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke


bidang datar lainnya yang lebih tinggi.
Dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu untuk
menghilangkan / mereduksi efek magnetik lokal yang berasal
dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di
permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei.
Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini
dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari
benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target
survei magnetik

Peta kontur anomali medan magnet setelah dilakukan


kontinuasi ke ketinggian 398 m

Reduksi ke kutub
Gambar

menunjukkan adanya pola kontur yang


memperlihatkan suatu dwikutub yaitu klosur utama negatif
dan positif yang kemungkinan merupakan satu pasangan
dipole sebagai target penelitian.
Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membawa posisi
benda ke kutub utara medan magnet bumi sehingga kondisi
medan magnet daerah penelitian menjadi seperti di daerah
kutub utara medan magnet
Proses ini akan mengubah parameter medan magnet bumi
pada daerah penelitian yang memiliki deklinasi 1.1o dan
inklinasi -33.620 menjadi kondisi di kutub yang memiliki
deklinasi
00
dan
inklinasi
900

Peta hasil reduksi ke kutub


Terlihat dua klosur utama yang dimungkinkan sebagai benda
penyebab anomali terletak tepat di bawah klosur tersebut.

Interpretasi data geomagnetik


1. Interpretasi kualitatif, didasarkan pada pola kontur

anomali medan magnetik yang bersumber dari


distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur
geologi bawah permukaan bumi.
2. Interpretasi kuantitatif, bertujuan untuk menentukan
bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau
strukur geologi melalui pemodelan matematis.

Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menganalisa kontur

kontinuasi ke atas, kontur anomali medan magnet yang telah


direduksi ke kutub, grafik gradien vertikal dan anomali medan
magnet perlintasan survei.
Analisa juga mempertimbangkan informasi geologi yang terdapat
pada daerah tersebut.
Dari grafik anomali medan magnet telihat bahwa adanya suatu pola
yang menunjukkan batas kontak suatu batuan. Batas kontak terlihat
dengan jelas pada grafik gradien vertikal anomali medan magnet
yaitu jika di bawah permukaan lintasan survei mempunyai jenis
batuan sama maka gradien anomali akan menunjukkan nilai yang
relatif sama, akan tetapi jika terdapat perbedaan jenis batuan maka
grafik anomali akan berubah naik atau turun tergantung dari
suseptibilitas
diantara
kedua
batuan
tersebut.

Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitaif dilakukan dengan pemodelan benda anomali

menggunakan metode Talwani dkk (1959) yang dibuat dalam suatu


paket program Mag2DC forWindows. Untuk keperluan pemodelan
dibuat sayatan pada kontur anomali medan magnet di ketinggian
398 m (gambar dibawah). Pembuatan sayatan berdasarkan hasil
interpretasi kualitatif mengenai posisi horisontal dari benda
anomali, yaitu berada di atas anomali utama yang melewati puncak
klosur utama.
Hasil dari pemodelan menggunakan program Mag2DC for windows
diperoleh poligon-poligon dimana dapat diketahui jenis batuan
berdasarkan nilai suseptibilitasnya, kedalaman suatu lapisan batuan,
serta
kedalaman
lapisan
kontak
antar
batuan

Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitaif dilakukan dengan pemodelan benda anomali

menggunakan metode Talwani dkk (1959) yang dibuat dalam suatu


paket program Mag2DC forWindows. Untuk keperluan pemodelan
dibuat sayatan pada kontur anomali medan magnet di ketinggian
398 m (gambar dibawah). Pembuatan sayatan berdasarkan hasil
interpretasi kualitatif mengenai posisi horisontal dari benda
anomali, yaitu berada di atas anomali utama yang melewati puncak
klosur utama.
Hasil dari pemodelan menggunakan program Mag2DC for windows
diperoleh poligon-poligon dimana dapat diketahui jenis batuan
berdasarkan nilai suseptibilitasnya, kedalaman suatu lapisan batuan,
serta
kedalaman
lapisan
kontak
antar
batuan

Kesimpulan
Penyelidikan geomagnet merupakan pendataan aspek-aspek

magnet di bawah permukaan yang prinsipnya didasarkan pada


prinsip medan potensial.
Anomali disebabkan karena material penyusun bumi yang
tidak homogen, nilai suseptibilitas batuan penyusun yang
berbeda-beda, kontak litologi yang berbeda.
Dari adanya anomali, dapat dilakukan interpretasi hingga
didapatkan peta sebaran anomali medan magnet di suatu
daerah, penggambaran kondisi bawah permukaan berdasarkan
kontur anomali medan magnet, penentuan posisi atau
kedudukan batuan yang tersingkap di bawah permukaan bumi

Anda mungkin juga menyukai