Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE

Disusun Oleh:
Aryanti Puji Agustiningsih
(131 0721 019)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
JAKARTA
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
ANTE NATAL CARE

A. Pengertian
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan (Depkes RI, 1996). Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan
sebagai suatu manajemen kehamilan dimana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik
(Hanifa Wiknjosastro, SPOG, dkk (2002) Ilmu Kebidanan).
B. Tujuan Pelayanan Antenatal Care.
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama
kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium
normal, dan merawat anak secara fisik, psikologi dan social (Kusmiyati, et al., 2008).
C. Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal 7T
yang terdiri dari:
1. Timbang badan dan tinggi badan dengan alat ukur yang terstandar.
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena hubungannnya
erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil yang sehat akan
bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil (Nadesul, 2006). Tinggi badan hanya
diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi <145cm perlu diperhatikan
kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan pada saat persalinan (Depkes RI,
1998).

2. Mengukur tekanan darah dengan prosedur yang benar.


Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan
deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urin
positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah
mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau
tekanan darah > 140/90 mmHg , maka ibu hamil mengalami preeklamsi. Apabila
preeklamsi tidak dapat diatasi maka akan menjadi eklamsi (Mufdlillah, 2009).
3. Mengukur Tinggi fundus uteri dengan prosedur yang benar.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini
terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi fundus uteri
juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda
atau hidramnion (Nadesul, 2006).
4. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap (sesuai jadwal).
Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus.
Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi TT
Antigen
TT1

Interval (selang waktu

Lama

minimal)
Pada kunjungan antenata

perlindungan

perlindungan

pertama
TT2
4 minggu setelah TT1
3 tahun *
TT3
6 bulan setelah TT2
5 tahun
TT4
1 tahun setelah TT3
10 tahun
TT5
1 tahun setelah TT4
25 tahun/seumur hidup
Ket: *artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka

80
95
99
99
bayi yang

dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum) sumber: (Prawirohardjo, 2006).


5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet setiap hari,
minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam
folat 500 g. Tablet besi sebaiknya tidak minum bersama kopi, teh karena dapat
mengganggu penyerapan (Prawirohardjo, 2006).

6. Tes laboratorium (rutin dan khusus).


Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula
darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan
atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan dan
thalasemia. (Meilani, et al., 2009).
7. Temu wicara (konseling).
Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri selam hamil,
perawatan payudara, gizi ibu hamil, tandatanda bahaya kehamilan dan janin sehingga ibu
dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan
mendengarkan keluhan yang disampaikan (Meilani, et al., 2009).
D. Pelayanan ANC yang benar adalah sebagai berikut (Menurut dr. Suparyanto):
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Saifudin,
2006).
Bidan harus dapat mengenali perubahan yang mungkin terjadi, sehingga kelainan yang ada
dapat dikenali lebih dini. Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat
bersalin, juga perawatan bayi dan menyusui (Mansjoer, 2005).
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen (Saifudin,
2006) sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama
kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
d. Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis
lainnya.
e. Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami
perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.

E. Manifestasi Klinik
1. Tanda Presumtif
a. Supresi menstruasi
b. Nausea, vomiting, morning sickness.
c. Sering miksi
d. Mammae bengkak terasa penuh
e. Quickening (gerakan pertama kali yang dirasakan oleh ibu)
f. Chadwicks ( + )
g. Pigmen pada kulit
2. Tanda Mungkin
a. Pembesaran abdomen
b. Tanda hegar
c. Ballotemen ( + )
d. Perubahan pada serviks
e. Braxton Hicks
f. Tes kehamilan
3. Tanda Pasti
a. Bunyi DJJ, Nadi 120 180
b. Pergerakan fetal
c. USG hasil
d. Ro ada skeletal
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Golongan darah: ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas

2. Usap vagina/rectal: Tes untuk neisseria gonorrhoea, Chlamydia


3. Tes serologi: Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin
4. Skrining: Terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
5. Titer rubella: menunjukkan imunitas
6. Papanicoloan Smear: Mengidentifikasi neoplasia, herpeks simplex tipe II
7. Urinalisis: Skrin untuk kondisi medis (mis : pemastian kehamilan, infeksi, diabetes,
penyakit ginjal).

G. Anamnesis
Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur +
28 hari dengan menggunakan rumus Naegele.
Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida
gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea
biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah
dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung,
paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga,
sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.

H. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan
tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak
mata, dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula
jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.

I. Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan
kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di
sisi kanan ibu.
J. Pemeriksaan luar
Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai
dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding
perut akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan
pemeriksa digosokkan dahulu.
Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada
Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri,
sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat
ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari
pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba
sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada
bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III
menentukan bagian janin yang berada di bawah.
Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala yang
telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen
kepala.
Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler.
Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan
dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin,
kondisi janin, serta taksiran berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting
sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus
tersebut:

Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) N) X 155.
1. N = 13 bila kepala belum melewati PAP
2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.
K. Pemeriksaan dalam
Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan
antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan
sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari
tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa
di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa
konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus
dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8
minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala
bayi atau tinju orang dewasa.
L. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam
rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan
jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk
merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari
menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba.
Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke
dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang
distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan
tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan kanan.

M. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit.
Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ANTENATAL CARE


A.

Pengkajian Antenatal Care


1. Aktifitas / Istirahat: BP , HR , Episode Sinkop, Edema.
2. Integritas Ego: Persepsi diri
3. Eliminasi: Konstipasi, miksi , BJ urine , haemoroid.
4. Makanan & Cairan
a. Morning sickness (TM I), nyeri ulu hati.
b. Penambahan BB (8-12 kg), hipertrofi gusi (berdarah).
c. Anemi fisiologis (Hemodilusi).
5. Nyeri / Ketidak Nyamanan: Kram kaki, nyeri payudara & punggung, Braxton Hicks.
6. Pernafasan: RR
7. Keamanan
a. Suhu : 36,10C 37,60C.
b. DJJ (12 minggu dengan dopler, 20 minggu dengan fetoskop).
c. Gerakan janin (20 minggu).
d. Quickening & Ballotement (16-20 minggu).
8. Seksualitas
a. Perubahan seksualitas, leukorea, peningkatan uterus.
b. Payudara membesar , pigmentasi.
c. Goodell, Hegar, chadwiks.
9. Interaksi Sosial: Denial, maturasi, aseptent.
10. Penyuluhan / Pembelajaran.
11. Pemeriksaan Diagnostik.

B.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan nafsu
makan, mual dan muntah.
2. Resiko tinggi defisit volume cairan b/d perubahan napsu makan, mual dan muntah.
3. Perubahan eliminasi urine b/d pembesaran uterus, GFR, sensitifitas VU.
4. Pola nafas tidak efektif b/d pergeseran diagfragma sekunder kehamilan.
5. Ketidaknyamanan b/d perubahan fisik dan pengaruh hormonal.
6. Perubahan pola seksualitas b/d perubahan struktur tubuh & ketidaknyaman.
7. Resiko tinggi konstipasi b/d penurunan peristaltik, penekanan uterus.

C.

Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan napsu
makan, mual dan muntah.
Kriteria Hasil:
a. Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal.
b. Mengikuti diet yang dianjurkan.
c. Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin.
d. Menunjukkan BB (min 1,5 kg pd TM I).
Intervensi:
a. Tentukan asupan nutrisi /24 jam.
b. Kaji tentang pengetahuan kebutuhan diet.
c. Berikan nformasi tertulis diet prenatal & suplemen.
d. Tanyakan keyakinan diet sesuai budaya.
e. Timbang BB & kaji BB pregravid.
f. Berikan BB selama TM I yang optimal.
g. Tinjau tentang mual & muntah.
h. Pantau kadar Hb, test urine (aseton, albumin & glukosa).
i. Ukur pembesaran uterus.
j. Kolaborasi: program diet ibu hamil.

2. Resiko tinggi defisit volume cairan b/d perubahan napsu makan, mual dan muntah.
Kriteri Hasil:
a. Mengidentifikasi & melakukan kegiatan untuk menurunkan frekwensi &
keparahan mual/muntah.
b. Mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan.
c. Mengidentifikasi tanda & gejala dehidrasi.
Intervensi:
a. Auskultasi DJJ.
b. Tentukan beratnya mual/muntah.
c. Tinjau riwayat (gastritis, kolesistiasis).
d. Anjurkan mempertahankan asupan cairan.
e. Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, TD, intake & output, Timbang BB.
f. Anjurkan asupan minum manis, makan sedikit tapi sering, makan roti kering
sebelum bangun tidur.
3. Perubahan eliminasi urine b/d pembesaran uterus, GFR, sensitifitas VU.
Kriteria Hasil:
a. Mengungkapkan penyebab sering kencing.
b. Mengidentifikasi cara mencegah stasis urinarius.
Intervensi:
a. Berikan informasi perubahan berkemih.
b. Anjurkan menghindari posisi tegak & supine dl waktu lama.
c. Berikan informasi intake cairan 6-8 gls/hr, penurunan intake 2-3 j pra rest.
d. Kaji nokturia, anjurkan keagel exercise
e. Tekankan higiene toileting, memakai celana dr katun & menjaga vulva tetap
kering.
f. Kolaborasi: Kaji riwayat medis (hipertensi, peny. ginjal & jantung)
4. Pola nafas tidak efektif b/d pergeseran diagfragma sekunder kehamilan.
Kriteria Hasil:
a. Melaporkan keluhan.

b. Mendemonstrasikan fungsi pernapasan.


Intervensi:
a. Kaji status pernapasan.
b. Pantau riwayat medis (alergi, rinitis, asma, TBC).
c. Kaji kadar HB tekankan pentingnya vitamin
d. Informasikan hubungan program latihan & kesullitan pernafasan.
e. Anjurkan istirahat & latihan berimbang.
f. Tinjau tindakan pasien untuk mengurangi keluhan.
5. Ketidaknyamanan b/d perubahan fisik dan pengaruh hormonal.
Kriteria Hasil:
a. Mengidentifikasi tindakan yang melegakan & menghilangkan Ketidak nyamanan.
b. Melaporkan penatalaksanaan ketidak nyamanan.
Intervensi:
a. Catat derajat rasa tidak nyaman minor.
b. Evaluasi derajat rasa tidak nyaman selama pemeriksaan lanjutan.
c. Anjurkan pemakaian korset uterus.
d. Tekankan menghindari stimulasi puting.
e. Instruksikan perawatan puting mendatar.
f. Kaji adanya haemoroid.
g. Instruksikan penggunaan kompres dingin & intake tinggi serat pada haemoroid.
h. Instruksikan posisi dorsofleksi pd kaki & mengurangi keju/susu.
i. Kaji tingkat kelelahan dengan aktifitas dl keluarga.
j. Kolaborasi : suplemen kalsium.
6. Perubahan pola seksualitas b/d perubahan struktur tubuh & ketidaknyaman.
Kriteria Hasil:
a. Mendiskusikan perubahan dl hasrat seksual.
b. Identifikasi langkah mengatasi situasi.
c. Melaporkan adaptasi perubahan & modifikasi situasi selama kehamilan.

Intervensi:
a. Tentukan pola aktivitas seksual pasangan.
b. Kaji dampak kehamilan terhadap kehamilan.
c. Diskusikan miskonsepsi seksualitas kehamilan.
d. Anjurkan pilihan posisi koitus selama kehamilan.
e. Informasikan tindakan yang dpt kontraksi (stimulasi puting susu, orgasme pada
wanita, sperma).
f. Kolaborasi: konseling bila masalah tidak teratasi.
7. Resiko tinggi konstipasi b/d penurunan peristaltik, penekanan uterus.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan pola fungsi usus normal.
b. Mengidentifikasi perilaku beresiko.
c. Melaporkan tindakan untuk meningkatkan eliminasi.
Intervensi:
a. Tentukan kebiasaan eliminasi sebelum hamil & perhatikan perubahan selama
hamil.
b. Kaji adanya haemoroid.
c. Informasikan diet : buah, sayur, serat & intake cairan adekuat.
d. Anjurkan latihan ringan.
e. Kolaborasi: berikan pelunak feces bila diet tak efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M. dkk., 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Ed.3, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2, EGC, Jakarta.
Saifuddin, A.B., 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, Jakarta.
Wilkinson, J.M., 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai