Anda di halaman 1dari 14

laporan pendahuluan resiko prilaku kekerasan

A.

Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang mendalam dari setiap
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke
lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasanatau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan baik verbal maupun non verbal yang dapat membahayakan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal / marah.

B.

Manifestasi Klinis
Menurut Keliat (2006) adalah:

a.

Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang

b.

Suka membentak

c.

Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal

d.

Mata merah dan wajah agak merah

e.

Nada suara tinggi dan keras

f.

Bicara menguasai

g.

Pandangan tajam

h.

Suka merampas barang milik orang lain

i.

Ekspresi marah saat memnicarakan orang


C.

Etiologi
Faktor Predisposisi

a)

Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting,

pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting kematian yang
diekspresikan dengan agresifitas.
b)

Faktor Sosial Budaya


Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur dapat pula
mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu individu untuk
mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.

c)

Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis,
penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).

Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman
terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari
sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat berupa internal ataupun
eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap
bermakna dan adanya kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa
gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap
penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang
mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
D.

Rentang Respon

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respo melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah
sampai yang tinggi, yaitu:

Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega

Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis

Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami

Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain mengancam,
member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti

Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata kata ancaman, disertai melukai pada
tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.

E.

Psikopatologi
(Depkes, 2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan merah merupakan bagian
kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan
kecamasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi
dan penyakit fisik. Mengekspresiakan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan member perasaan
lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi.

F.

Pohon Masalah

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan


Perilaku kekerasan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Akibat
Core problem
Penyebab

( Sumber: Keliat, B. A., 2006)


G.

Diagnosa Keperawatan

1.

Perilaku kekerasan

2.

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

3.

Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

H.

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa : Perilaku Kekerasan


a

Tujuan Umum
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi :
-

Klien mau membalas salam

Klien mau berjabat tangan

Kllien mau menyebut nama

Klien mau tersenyum

Klien ada kontak mata

Klien mau mengetahui nama perawat

Klien mau menyediakan waktu untuk perawat

Intervensi Keperawatan :
-

Beri salam dan panggil nama klien

Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

Jelaskan maksud hubungan interaksi

Jelaskan kontrak yang akan dibuat

Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati

Lakukan kontak singkat tetapi sering


Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan selanjutnya.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria Evaluasi :
-

Klien mengungkapkan perasaannya

Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal ( diri sendiri, orang lain
dan lingkungan)

Intervensi keperawatan :
-

Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya

Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal

Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stress dan
penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan

Kriteria evaluasi :
-

Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal

Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang dialami

Intervensi keperawatan :
-

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/ kesal.

Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien

Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien.

Rasionalisasi :
-

Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel

Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal

Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara garis besar tanda- tanda
marah / kesal.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Kriteria evaluasi:
-

Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.

Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak

Intervensi:
-

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien

Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang

Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

biasa dilakukan

Rasionalisasi:
-

Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan dengan bantuan perawat
bisa membedakan perilaku konstruktif dengan destruktif

Dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat menyelesaikan masalah.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Kriteria evaluasi:
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

Intervensi keperawatan:
-

Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien

Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

Rasionalisasi:
-

Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.

Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat mengubah perilaku
destruktidf menjadi konstruktif.

Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara konstruktif.

Intervensi:
-

Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.

Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

a.

Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/ bantal, olah raga, melakukan
pekerjaan yang penuh tenaga.

b.

Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain

c.

Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.

d.

Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah lain

Rasionalisasi:
-

Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan dapat
membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien
tidak stress lagi.

Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga dirinya.

Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan kemampuan klien.

7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

Kriteria evaluasi:
a.

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.


Fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.

b. Verbal: mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.


c.

Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain

Intervensi keperawatan:
-

Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).

Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.

Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah.

Rasionalisasi:
-

Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat.

Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah dipilihnya dengan melihat
manfaatnya.

Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif

Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.

Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.

8. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi:
a.

Keluarga klien dapat:


Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan

b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

Intervensi keperawatan:
-

Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap
klien selama ini.

Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

Jelaskan cara-cara merawat klien.

Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

Rasionalisasi:
-

Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan


penilaian terhadap perilaku kekerasan

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga keluarga terlibat
dalam perawatan klien.

Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya

Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat keluarga
secara langsung.

Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)

Kriteria evaluasi:
-

klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan (jenis, waktu, dosis, dan
efek)

klien dapat minum obat sesuai program terapi


Intervensi keperawatan:

Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan keluarga)

Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum obat tanpa seijin dokter

Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).

Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.

Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek yang tidak
menyenangkan.

Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.


Rasionalisasi:

klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum oleh klien.

Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi oleh klien.

Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi kesalahan dalam
mengkonsumsi obat.

Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum obat dengan
kesadaran sendiri.

Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan dapat dilakukan sesegera
mungkin untuk menghindari komplikasi.

Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta meningkatkan harga diri.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh. Jakarta:
EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.

STRATEGI PELAKSANAAN
A.

Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan

B.

Tujuan Khusus

a.

Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

b.

Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

c.

Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.


d.

Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan
dengan terapi psikofarmaka.

C.

Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik I.
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a.

Evaluasi latihan nafas dalam

b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal


c.

Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:


a.

Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b.

Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a.

Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

dan sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa
c.

Buat jadual latihan shoalat/berdoa


SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a.

Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c.
D.

Susun jadual minum obat secara teratur


Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien

: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,

tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
Fase Orientasi :
-

Assalamualaikum mba, perkenalkan nama saya Novita, biasa dipanggil Vita. Saya yang akan
merawat mba hari ini sampai jam 2 siang nanti.

Nama mba siapa, senangnya dipanggil siapa ? ooh .. baik kalau begitu saya panggil N saja
ya ?.

Bagaimana perasaan N hari ini ? sepertinya N terlihat gelisah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang perasaan N yang masih suka kesal dan marah-marah. N ada
waktu ?

Bagaimana kalau 10-15 menit. Dimana N ingin kita ngobrol-ngobrol ?

Baiklah kita akan berbincang-bincang di taman depan selama 15 menit ya N. Mari kita kesana
sekarang.

Fase Kerja :
-

Apa yang menyebabkan N marah ? Apakah sebelumnya N pernah marah? Terus,


penyebabnya apa ? Samakah dengan yang sekarang ? jadi marah N sekarang karena peceraian
orangtua N ya ?

Apakah N merasakan kesal kemudian dadanya berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?

Setelah itu apa yang N lakukan? O..iya, jadi N berteriak-teriak, memarahi dan memukul
orang di sekitar N ?, apakah dengan cara ini keluarga N dapat bersatu kembali? tentu tidak kan
N. Menurut N apa kerugiannya kalau N melakukan cara-cara yang tadi saat marah ? Betul,
semua orang di sekitar N menjadi takut dan piring-piring pun menjadi pecah. Menurut N adakah
cara lain yang lebih baik? Maukah N belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?

Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, N. Salah satunya adalah dengan cara fisik.
Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah N, hari ini kita latihan cara yang pertama dulu
ya N.

Begini N, kalau tanda-tanda marah tadi sudah N rasakan, maka N berdiri lalu tarik napas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Coba N lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya benar seperti itu N, bagus...tahan
dan keluarkan perlahan-lahan.

Nah, sebaiknya latihan ini N lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul, N sudah terbiasa melakukannya.
Fase Terminasi :

Bagaimana perasaan N setelah berbincangbincang dengan saya hari ini tentang kemarahan N
?

Ooh iya, N masih ingat kan apa yang kita obrolkan tadi, coba diulangi lagi N apa kerugian
dari tindakan N itu ?. Ya betul, jadi marah itu banyak sekali kerugiannya.

Sekarang kita buat jadual latihan untuk N tentang cara yang pertama tadi untuk mengontrol
marah ya N. Berapa kali N mau latihan dalam sehari ? jam berapa saja ?

Baiklah, saya rasa pertemuan kali ini sudah cukup. Bagaimana kalau nanti jam 4 sore kita
ngobrol-ngobrol tentang cara yang ke-dua, N ?

Baiklah kalau begitu. Assalamualaikum.

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c.

Susun jadwal kegiatan harian cara kedua


Fase Orientasi :

Assalamualaikum N. Sesuai dengan janji saya tadi pagi, sore ini kita akan ngobrol-ngobrol
tentang cara yang ke-dua untuk mengontrol emosi N ya?.

Bagaimana perasaan N sore ini, apakah N sudah latihan cara yang pertama tadi ?

Bagus sekali, sekarang saya akan ajarkan bagaimana cara yang ke-dua untuk mengontrol
emosi. N mau berapa lama dan dimana N mau kita ngobrol-ngobrol ?

Baiklah, kita ngobrol-ngobrol selama 20 menit dan kita ngobrolnya di depan kamar N saja
ya ? Mari kita kesana sekarang.
Fase Kerja :

Kalau ada yang menyebabkan N marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, selain napas dalam N juga dapat melakukan pukul kasur dan bantal.

Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Ini saya sudah siapkan bantal. Jadi
kalau nanti N kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan memukul kasur atau pun bantal. Nah, coba N lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus
sekali N.

Cara ini dapat N lakukan saat marah tanpa harus N menyakiti orang lain kan N ? Nah cara ini
pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidurnya saat emosi Nsudah hilang.

Fase Terminasi :
-

Bagaimana perasaan N setelah latihan cara menyalurkan marah tadi ?

Ada berapa cara yang sudah kita pelajari ,coba N sebutkan lagi ? ya benar sekali N.

Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari N. Mau jam berapa saja N latihan
dua cara yang sudah saya ajarkan tentang cara mengontrol marah ? baiklah N tulis di kertas ini
ya.

Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya N.

Besok pagi kita ketemu lagi ya N, dan kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa N ? Baik, jam 10 pagi ya.

Sampai jumpa. Assalamualaikum.

Anda mungkin juga menyukai