PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi sirkulasi digiti
Kecepatan aliran darah melalui vascular bed tergantung pada gradien
tekanan yang melewati vascular bed dan resistensi/tahanan terhadap
aliran yang melaluinya. Gradien tekanan yang dihasilkan bergantung pada
panjang dan jari-jari pembuluh darah, serta viskositas darah. Adanya
variasi dari kelima parameter tersebut menyebabkan perubahan laju aliran
darah (Birnstingl, 1971).
Aliran darah jari normalnya lebih berkaitan dengan regulasi suhu
dibandingkan kebutuhan metabolik lokal, dan sangat bertanggung-jawab
terhadap suhu lokal dan laju aliran darah (Burton, 1939 dalam Birnstingl,
1971). Mekanisme aliran darah lokal yang bervariasi terdapat pada
anastomosis arteri-vena, terutama pada sejumlah bagian jari tangan dan
jari kaki, yaitu nail beds dan pulpa phalangeal distal, dimana pada kedua
bagian ini laju aliran darah paling dipengaruhi (Birnstingl, 1971).
Aliran darah digiti dikontrol oleh saraf pusat yang bekerja melalui :
1. Sabut saraf simpatis vasokonstriktor
2. Respon lokal dalam otot polos dinding pembuluh darah
Pada penyakit Raynaud yang sebenarnya, atau vasospasme
fungsional, adanya konstriksi arteriol dan venule. Kadang-kadang, venule
dan kapiler dapat berdilatasi, melalui paralisis anoksia lokal yang
menimbulkan warna kebiruan. Ketika spasme berhenti, tahap refleks
vasodilatasi muncul disebabkan karena akumulasi substansi dilatator
dalam jaringan (Birnstingl, 1971).
Pada obstruksi organik, blokade biasanya terjadi pada arteriol atau
arteri digiti. Hilangnya tekanan transmural dalam arteri terhadap blokade
menimbulkan kontraksi pasif dinding pembuluh darah, sehingga
menurunkan aliran darah. Terlebih lagi, reduksi dalam pembuluh darah ini
menghasilkan berkurangnya aliran sebanyak empat kali lipat, menurut
hukum Poiseuille. Faktor pasif lainnya yaitu viskositas darah, yang
meningkat pada laju aliran darah yang rendah. Hasil akhir dari berbagai
2
pengaruh ini yaitu aliran darah menjadi bergantung pada suatu keadaan
ketidaksetimbangan yang tidak stabil, dimana tekanan pembuluh darah
intra-arterial distal menurun ke titik kritis tekanan terhadap obstruksi yang
terjadi, menyebabkan aliran darah berhenti mendadak (Roddie dan
Shepherd, 1957 dalam Birnstingl, 1971). Hal ini khususnya terjadi ketika
tonus vasomotor tinggi, sebagai contoh selama paparan terhadap suhu
dingin atau ketika pembuluh darah terkompresi oleh genggaman tangan,
dan menjelaskan hilang-timbulnya (intermitensi) episode iskemik, yang
disebut fenomena Raynaud akibat blokade organik permanen. Namun
karena perubahan struktural melibatkan arteri dari jari-jari yang berbeda,
iskemik jarang terjadi secara simetris (Birnstingl, 1971).
Efek denervasi simpatis
Aliran darah di tangan awalnya meningkat disebabkan hilangnya
aktivitas vasokonstriktor pusat. Puncak aliran terjadi sekitar dua hari
setellah simpatektomi, dengan peningkatan aliran darah sebanyak lima
hingga 12 kali. Hal ini diikuti dengan reduksi aliran darah secara bertahap
hingga beberapa minggu, aliran darah yang tersisa berada di tingkat
preoperatif (Barcroft, 1952 dalam Birnstingl, 1971). Menurunnya aliran
terjadi bila seksio preganglionik ataupun postganglionik telah dilakukan
dan disebabkan karena penyembuhan tonus intrinsik otot dinding
pembuluh darah. Ketika simpatektomi selesai, refleks pemanasan maupun
pendinginan tubuh tidak menimbulkan efek terhadap laju aliran darah di
tangan. Meskipun begitu, setelah satu atau dua tahun, respon
vasokonstriktor kembali untuk mendinginkan tangan, yang muncul kembali
sebagai sifat arteriol digiti itu sendiri (Birnstingl, 1971).
2.2 Raynauds Syndrome
2.2.1 Definisi
Raynauds phenomenon dicirikan oleh adanya iskemia digital
episodik, yang secara klinis dimanifestasikan oleh adanya perkembangan
berurutan dari digitalis yang memucat, cyanosis, dan rubor pada jari-jari
tangan dan kaki setelah adanya paparan dingin dan diikuti oleh
edematous.
Warna
kulit
perlu
dinilai,
dan
tangan
untuk
skleroderma
diagnosis
sistemik
awal,
mudah
meskipun
pasien
menunjukkan
dengan
vasospasme,
kebiasaan
merokok,
dan
penghiburan
kadang
diperlukan.
Saran
untuk
Syndrome).
Karena
itu,
terapi
ini
tidak
lagi
keuntungan,
antara
lain
inositol,
nicotinate,
10
bertahan hidup.
Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam
medis konvensional
Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu
11
1960)
Meningkatkan sensitivitas sel terhadap radiasi
Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan
b. Relatif
:
ISPA
Menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi.
Dapat ditolong dengan penggunaan dekongestan atau
melakukan miringotomi bilateral
Sinusitis kronis
Sama dengan ISPA dapat diberikan dekongestan atau
dilakukan miringotomi bilateral.
Penyakit kejang
Menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi
oksigen. Bilamana perlu penderita dapat diberikan antikonvulsan sebelumnya.
13
Infeksi virus
Pada percobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus
akan lebih hebat bila binatang tersebut diberi oksigen
hiperbarik. Dengan alasan ini dianjurkan agar penderita
yang terkena salesma (common cold) menunda
pengobatan dengan oksigen hiperbarik sampai gejala akut
menghilang apabila tidak memerlukan pengobaran sehera
dengan oksigen hiperbarik
Spherosis kongenital
Pada keadaan ini butir-butir eritrosit sangat fragil dan
pemberian oksigen hiperbarik dapat diikuti dengan
hemolisis yang berat. Bila memang pengobatan hiperbarik
mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi penghalang
sehingga harus dipersiapkan langkah-langkah yang perlu
untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.
Barotrauma telinga
Sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk
menyamakan tekanan di kedua sisi membran timpani akibat
tuba eustachius tertutup. Barotrauma telinga tengah dan sinus
dapat dicegah dengan teknik ekuilisasi, dan otitis media dapat
dicegah dengan pseudoephidrine. Barotrauma telinga dalam
sangat jarang, tapi jika membran timpani ruptur dapat
menyebabkan gangguan pendengaran permanen, tinnitus dan
vertigo.
Barotrauma paru
Pneumotoraks dan emboli udara lebih berbahaya pada
terapi ini. komplikasi akibat robek di pembuluh darah paru
karena perubahan tekanan tapi jarang terjadi.
Barotrauma dental
Menyebabkan nyeri pada gigi yang berlubang akibat
penekanan saraf.
Toksisitas oksigen
Toksisitas oksigen dapat dicegah dengan bernafas
selama lima menit udara biasa di ruang udara bertekanan tinggi
15
Gangguan neurologis
Meningkatkan potensi terjadinya kejang akibat tingginya
kadar O2.
Fibroplasia retrolental
Tekanan parsial oksigen yang tinggi nerhubungan
dengan penutupan patent ductus arteriosus sehingga pada bati
prematur secara teori dapat terjadi fibroplasia retrolental.
Katarak
Komplikasi ini jarang terjadi. Menyebabkan
pandangan berkabut.
Transient-miopia reversibel
hy
perbar
ic
medic
alc
enter.c
om
,
2012).
Aliran
darah
yang
terhambat oleh restriksi
17
Oksigenasi hiperbarik
HBOT juga memediasi peningkatan nitrit okside (NO) (Boykin, Baylis
2007). NO menyebabkan efek vasodilatasi langsung maupun tidak
langsung dengan cara menghambat agen vasokonstriktor seperti
angiotensin II (www.cvphysiology.com, 2008). Sehingga diameter
pembuluh darah akan lebih besar.
18