TINJAUAN PUSTAKA
mechanism, seperti sistem keseimbangan dan sistem sensoris posisi terhadap ruang,
diaktivasi dengan cepat.
fasikel oleh sebuah membran yang cukup tebal yang disebut perineurium. Pada
penampang melintang dari saraf, fasikel terlihat di permukaan, selubung perineuralnya
jelas terlihat dan cukup kuat untuk dipegang menggunakan instrumen bedah saat operasi
nerve repair. Sekelompok fasikel yang menyusun trunchus saraf diselubungi oleh lapisan
jaringan ikat yang lebih tebal yang disebut epineurium. Epineurium berbeda-beda dalam
ketebalannya dan cukup kuat dimana saraf berfungsi pada pergerakan dan traksi,
misalnya saraf di dekat persendian.
Saraf divaskularisasi oleh cukup banyak pembuluh darah yang berjalan secara
longitudinal di epineurium sebelum menembus beberapa lapisan sehingga menjadi kapiler
endoneurial. Pembuluh darah kecil ini dapat rusak oleh tarikan atau perlakuan kasar pada
saraf, namun pembuluh darah ini dapat menahan mobilisasi ekstensif dari saraf, sehingga
membuatnya mungkin untuk diperbaiki atau mengganti segmen yang rusak melalui
operasi transposisi atau neurotisasi.pembuluh darah yang kecil ini memiliki suplai saraf
simpatisnya sendiri yang berasal dari saraf induk dan stimulasi dari serabut-serabut ini
(menyebabkan vasokonstriksi intraneural) merupakan hal yang penting pada kondisi
seperti distrofi reflex simpatis dan sindrom nyeri lainnya.
Saraf dapat cedera dikarenakan beberapa sebab, diantaranya karena iskemia,
kompresi, traksi, laserasi atau terbakar. Kerusakan dapat terjadi dalam berbagai tingkat
dari yang ringan dan diikuti proses pemulihan yang cepat sampai interupsi total dan
degenerasi.
II. 2. Klasifikasi Cedera Saraf
Terdapat 2 klasifikasi nerve injuries. Klasifikasi pertama dipublikasikan oleh
Seddon pada tahun 1943, kemudian yang kedua dipublikasikan oleh Sunderland tahun
1951.Klasifikasi
cedera.Klasifikasi
Seddon
digunakan
Sunderland
baik
untuk
untuk
memahami
menentukan
dasar
anatomi
prognosis
dan
dari
strategi
sembuh dalam hitungan hari setelah cedera, atau sampai dengan 4 bulan.
Penyembuhan akan pulih sempurna tanpa ada masalah motorik dan sensorik.
b. Tingkat 2 (axonotmesis)
Pada axonotmesis (axon cutting) terjadi diskotinuitas myelin dan aksonal,
tidak melibatkan jaringan encapsulating, epineurium, dan perineurium, juga akan
sembuh sempurna. Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat daripada
cedera tingkat pertama.
c. Tingkat 3
Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, dan endoneurium. Cedera
juga
akan
sembuh
dengan
lambat,
tetapi
penyembuhannya
hanya
Myelin Akson
Endoneurium
Perineurium
Epineurium
I (Neuropraksia)
+/-
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
II (Axonotmesis)
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
III
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
IV
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
V (Neurotmesis)
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Derajat
Sembuh
Waktu penyembuhan
Pembedahan
Penuh
Tidak
Penuh
Tidak
III
Parsial
Ya
IV
Tidak ada
V (Neurotmesis)
Tidak ada
I (Neuropraxia)
II
(Axonotmesis)
spontan
Ya
bulan
Ya
5
bulan.
iskemia
menjelaskan
perbaikan
mendadak
dari
gejala
setelah
operasi
notch(nervus
suprascapularis),
dan
bular
neck
(nervus
peroneuscommunis). Sebuah kasus khusus yaitu thoracic outlet, dimana arteri subklavia
dan root dari pleksus brakhialis berjalan menyilangi costae pertama diantara otot scalenus
anterior dan medius.Pada kasus ini terdapat tanda dan gejala vaskuler serta neurologis.
II. 4. Patofisiologi, Histologi, Dan Biokimia Dari Neuropati Kompresif2
Suatu saraf perifer terdiri dari akson yang termielinasi dan tidak bermielin, yang
bermula dari ganglion pada dorsal root (serabut sensoris) dan pada substansia gricea dari
anterior horn (serabut motoris) untuk membentuk suatugabungan saraf perifer. Beberapa
serabut otonom juga dibawa oleh saraf tersebut. Peran dari jaringan ikat sangatlah penting
dalam diskusi ini.
Kompresi dari suatu saraf dalam region tertentu dapat berlanjut menjadi suatu
kaskade perubahan fisiologis yang berdampak pada situasi patologis dan kemudian terjadi
perubahan anatomis pada tahapan selanjutnya. Pada akhirnya akan ada bahaya yang
cukup berat pada fungsi saraf bila tidak segera ditangani. Mackinnon pada artikel
seminarnya mengenai patofisiologi telah mendiskusikan hal ini.
Akson tersebut awalnya adalah neuroektodermal, sementara jaringan ikat berawal
dari mesodermal. Masing-masing akson ditutupi oleh endoneurium, suatu kumpulanakson
yang dikelilingi oleh perineurium yang merupakan lapisan paling penting dalam
neurofisiologi dimana lapisan tersebut mewakili Sawar Darah-Saraf atau Blood-Nerve
Barrier. Di antara fasikel terdapat epineurium internal, dan keseluruhan saraf ditutupi
oleh epineurium, jaringan ikat di sekitar saraf adalah mesoneurium, dan seringkali
membawa suplai darah segmental untuk saraf tersebut. Saraf memiliki vaskularisasi
aksial dan segmental sepanjang perambatannya dan adanya kompresi berdampak pada
perubahan tekanan di dalam pembuluh darah dan di dalam saraf, menyebabkan sindrom
kompartemen internal dan/atau suatu kerusakan blood-nerve barrier dengan konsekuensi
berupa kebocoran.
II. 5. Blood-Nerve Barrier
Lapisan dalam dari perineurium dan sel endotelial dari pembuluh darah mikro
endoneurial membentuk Sawar Darah-Saraf. Sel-sel tersebut memiliki lapisanpadat yang
tidak mudah ditembus banyak substansi. Karenanya, Sawar Darah-Saraf memberikan
lingkungan khusus di dalam ruang endoneurial. Tidak terdapat pembuluh limfatik dalam
ruang endoneurial maupun perineurial.
Kerusakan pada Sawar Darah-Saraf akan berdampak pada akumulasi protein dan
menyusupnya limfosit, fibroblas, dan makrofag sebagai suatu reaksi pada antigen yang
sebelumnya terlindung di dalam ruang perineurial. Hal ini akan mengawali reaksi
7
inflamasi dan akhirnya pembentukan skar atau bekas luka. Bila lokasi barrier pada lapisan
dalam perineurium masih relatif utuh, hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan
cairan dan sindrom kompartemen di dalam fasikel.
II. 6. Neuropati KompresifAkut4
Rydevik et al mempelajari efek dari kompresi bertahap dari aliran darah
intraneural dan menunjukkan bahwa tekanan eksternal sebesar 20 mmHg mengurangi
aliran darah venula epineural, tekanan sebesar 30 mmHg menginhibisi transport aksonal
baik anterograd maupun retrograd, dan dengan tekanan sampai 80 mmHg, semua aliran
darah intraneural terhenti. Perubahan ini bersifat sementara dan karenanya dapat pulih
seperti semula dalam waktu singkat. Peningkatan tekanan akut yang memanjang dapat
menyebabkan kerusakan yang bertahan lebih lama. Tourniquet Palsy merupakan contoh
klinis yang baik dari kompresi akut yang menyebabkan defisit.Tourniquet Palsy bisa
sembuh dalam 3-6 minggu tapi bisa juga tidak.
II. 7. Neuropati KompresifKronis4
Sebuah model dari kompresi saraf kronis telah dicoba menggunakan kaf/cuff
silastik yang ditempatkan pada nervus skiatik mencit dan nervus medianus pada hewan
primata.4-9 Hasil dari studi ini mirip dengan yang disebutkan di atas dengan catatan
hubungan dosis-respon antara durasi kompresi dan cedera saraf. Perubahan awal yaitu
rusaknya sawar darah-saraf, diikuti oleh edema subperineural dan fibrosis; terlokalisir,
kemudan difus, muncul demielinasi, dan akhirnya terjadi degenerasi Wallerian.
Perubahan-perubahan ini paling jelas terlihat pada saraf perifer yang berada tepat di
bawah area kompresi. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa nervus medianus dari
serabut jari tengah menjadi tempat munculnya gejala pertama.
Histopatologi dari kompresi saraf kronis mengikuti suatu kesatuan yang sejalan
dengan keluhanrespons sensoris pasien, yang berkembang dari parestesia hilang timbul
menjadi kebas yang menetap. Perkembangan keluhan respons motorik berawal dari nyeri
sampai menjadi kelemahan dan kemudian menjadi atrofi. Sunderland mengutip 2 laporan
langka dimana tersedia material nekropsi. Suatu deskripsi singkat dari temuannya adalah
sebagai berikut: terjadi suatu pelebaran neuromatous tepat di atas retinakulum dengan
suatu reduksi mendadak dari ukuran terowongan, sebelah distal dari lokasi dimana saraf
tersebut mencapai ukuran normalnya. Bundel saraf di bawah retinakulum menipis dengan
8
intrafunikular,
walaupun
peningkatan
pembengkakan
telah
terjadi
sebelumnya.Thomas dan Fullerton (1963) melaporkan suatu kasus bilateral dimana saraf
sebelah kanan (gejala yang ditandai) memiliki gambaran yang mirip dengan yang
dilaporkan oleh Marie dan Foix (1913) namun saraf kiri (gejala yang lebih ringan)
tampak normal.Pemeriksaan histologis dari kedua bagian saraf di bawah retinakulum
menunjukkan peningkatan jaringan ikat baik perineurial dan endoneurial dan penurunan
ukuran serabut saraf.
Sud et al telah mendiskusikan susunan biokimia dari kompresi saraf dan efek
resultan pada saraf dan sinovium di sekitarnya. Mereka menyebutkan bahwa serum dan
kadar radikal oksigen bebas malondialdehida bis dietil asetat (free oxygen radical
malondialdehyde bis diethyl acetate (MDA)) pada jaringan didapatkan lebih tinggi pada
orang-orang yang terus-menerus mengalami stres oksidatif. Cedera seluler yang dibuat
karena jenis oksigen reaktif tersebut menginisiasi metabolisme asam arakhidonat menjadi
produk siklooksigenase seperti PGE2, suatu vasodilator kuat yang diketahui
meningkatkan sensitivitas akhiran saraf pada stimulus kimia dan mekanis yang
berkontribusi dalam stimulus nyeri pada pasien dengan CTS. Kerusakan seluler
menyebabkan iskemia neural dan sinovial yang berkontribusi pada produksi sitokin.
Kadar IL-6 yang tinggi menyebabkan proliferasi fibroblas dan penebalan sinovial.
saraf pada situs distal yang membuat saraf proksimalnya rentan terhadap kompresi
sekunder telah diajukan: suatu himpitan rangkap terbalik. Hampir serupa, penyakit
sistemik seperti diabetes dapat dipertimbangkan untuk menurunkan ambang batas
terjadinya kompresi saraf. Karenanya, apapun yang secara hipotesis dapat mengubah
transport aksoplasmik akan membuat saraf menjadi lebih rentan mengalami neuropati
kompresif dan bertindak sebagai suatu himpitan.
Konsep himpitan rangkap atau multipel ini penting secara klinis pada pasienpasien yang mendemonstrasikan berbagai derajat kmpresi saraf, dimana kegagalan dalam
mendiagnosis dan menerapi berbagai derajat cidera akan berdampak pada kegagalan
menangani gejala yang dialami pasien. Kondisi sistemik seperti obesitas, diabetes,
penyakit tiroid, alkoholisme, artritis reumatoid, dan neuropati lain akan sama-sama
membuat seorang individu menjadi lebih rentan terkena CTS dan kompresi lain.
Posisi/postur abnormal
Trauma
postural
Kelemahan otot
Middle trapezius
Lower trapezius
Serratus anterior
Gambar 3. Postur dan posisi abnormal akan memiliki 3 efek utama: (1) sarafterkompresi
atau berada bawah tekanan dan berkembang menjadi kompresi saraf kronis, (2) otot pada
posisi memendek sehingga menekan saraf, (3) otot pada posisi memanjang atau
11
memendek akan melemah sehingga jarang digunakan. Otot lain akan mengkompensasi
kelemahan tersebut dan menjadi overuse, sehingga menyebabkan pola ketidakseimbangan
otot.
II. 10. Elektrodiagnosis Dalam Neuropati Kompresif
Adanya jepitan mengimplikasikan kompresi kronis dan seringkali meningkat
perlahan dari saraf ketika saraf tersebut melewati suatu spatium fibrooseous contoh
paling umum yaitu CTS. Garis besar abnormalitas yang dideteksi dalam evaluasi
elektroneuromyografik dari sindroma jepitan saraf dijabarkan dalam bagian ini. Kompresi
kronis saraf biasanya berimbas pada kombinasi demielinisasi fokal (tepat di bawah
tempat jepitan) dan degenerasi akson, tergantung kronisitasi dan tingkat keparahan lesi.
Perubahan ini bertanggungjawab dalam abnormalitas yang terdeteksi dalam evaluasi
elektrofisiologis.
Elektroneuromografi terdiri dari suatu serial pemeriksaan yang dilakukan
berurutan untuk membangu diagnosis disfungsi neuromuskuler. Pemeriksaan ini
membantu melokalisir situs lesi secara akurat, menegakkan diagnosis obyektif, membantu
menilai
tingkat
keparahan,
menentukan
patofisiologi
predominan
dan
lanjut,
menyediakan dasar perbandingan dan mengenali defek minal. Paling penting yaitu
pemeriksaan ini merupakan satu-satunya tes untuk menilai fungsi saraf. Pemeriksaan
yang dilakukan merupakan studi konduksi saraf untuk saraf sensorik dan motorik dan
elektromyografi jarum (needle electromyography).
Studi konduksi saraf sensorik merupakan yang paling awal untuk menunjukkan
abnormalitas perlambatan (demielinisasi lokal) dalam saraf yang melintasi situs jepitan.
Abnormalitas konduksi motorik umumnya didapatkan nanti dengan perlambatan pada
situs lokasi diikuti oleh hiangnya akson (baik sensorik maupun motorik) bila jepitan
tersebut tidak segera dilepaskan. Elektromiografi digunakan untuk mendeteksi hilangnya
akson yang bersifat kronis kecuali terdapat tekanan eksternal akut super yang
ditambahkan ke saraf yang telah terjebak sebelumnya.
II. 11. Brachial Neuralgia
Brachial Neuralgia (BN) dikenal lewat kondisi scapula alata atau winging
scapula.BN umumnya memerlukan waktu dari beberapa minggu sampai bulan untuk
menimbulkan
gejala,
maka
dari
itu
diagnosis
dari
penyakit
ini
biasanya
12
11. 1. Etiologi
Etiologi dari Brachial Neuralgia masih belum jelas, namun imunitas yang dimediasi
sel T dan sel B ikut terlibat. Onset dari penyakit ini berhubungan dengan infeksi virus,
vaksinasi (terutama terhadap tetanus), interleukin-2 dan terapi interferon, trauma,
neoplasma dan terapi radiasi..Efek samping dari terapi interleukin-2 termasuk
leukoencephalopathy disertai fokal demielinisasi perivaskuler dan infiltrasi limfosit-T,
yang mendukung pemikiran kemungkinan reaksi imunologis pada myelin.Sebuah
penelitian terhadap pasien dengan BN yang sebelumnya dilakukan biopsy pleksus
brakhialis menunjukkan keberadaan infiltrasi mononuclear disekitar pembuluh darah
epineural dan endoneural namun tanpa disertai tanda yang pasti dari vaskulitis. Proses
infiltrasi berisi limfosit-T.
II.
sebelumnya, kecuali pada serangan brachial neuralgia sebelumnya.Pada skala nyeri dari
1-10, pasien biasanya menilai nyerinya pada skala 7 atau lebih.Nyeri inisial biasanya
berlanjut dan mencapai puncaknya dalam beberapa jam.Nyeri ini berlangsung di malam
hari, biasanya saat antara tengah malam sampai pukul 7 pagi keesokan harinya dan nyeri
biasanya semakin bertambah saat malam hari, dan mengganggu istirahat pasien. Nyeri
tersebut bermanifestasi dengan penyebaran di cabang upper, middle atau lower dari
pleksus brakhialis atau kombinasi diantaranya.
Nyeri yang muncul awalnya muncul di region bahu dan menjalar sampai lengan, namun
bisa juga muncul dari vertebra cervical, dan kemudian menjalar sampai lengan, di daerah
scapula yang menjalar hingga ke dagu atau lengan, dan dapat juga muncul pada daerah
yang diinervasi pleksus brakhialis ekstremitas inferior, lengan medial, aksila dan tangan.
Nyeri berlangsung rata-rata hingga 27 hari.Durasi rata-rata nyeri dua kali lebih lama pada
pria dibandingkan pada wanita; pada pria dilaporkan nyeri berlangsung rata-rata selama
45 hari sedangkan pada wanita rata-rata 23 hari.
Pada pemeriksaan neurologis, tidak terdapat keterbatasan selama rotasi pasif atau baduksi
dari sendi bahu. Selain itu, nyeri tidak bertambah saat bergerak atau karena penekanan
pada likasi nyeri, sehingga stretching test biasanya negative, Flexion-adduction sign (Waxman) biasanya khas, dimana bahu dan lengan pasien dalam posisi adduksi dan sendi
siku fleksi. Refleks fisiologis seringkali menurun pada BN.
b. Fase Kronis
Fase akut dari penyakit ini berlangsung tiga sampai empat minggu.Pada fase kronis
dimana berlangsung dari bulan bahkan tahun, pasien biasanya mengeluhkan kelemahan
tanpa disertai nyeri dan diikuti tanda berupa atrofi otot local dan dislokasi scapula.
14
Nyeri yang muncul berasal dari origo otot setempat yang kemudian berkembang menjadi
paresis otot di region periscapular, cervical atau occipital yang menyerupai nyeri
radikuler.Nyeri ini kadang terasa lebih berat dibandingkan kelemahan otot residual.
I.
I.
11. 4. Diagnosis
Diagnosis dari Brachial Neuralgia ditegakkan terutama secara klinis, namun
pemeriksaan radiologis, laboratorium dan pemeriksaan neurofisiologis tertentu dapat
sangat membantu dalam memastikan diagnosis dan membedakan Brachial Neuralgia
dengan penyakit lain.
16